Anda di halaman 1dari 15

MATERI KE- 2

KODE ETIK PROFESI DAN


TANGGUNG JAWAB HUKUM
AKUNTAN PUBLIK
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

• Kode Etik dibuat untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa profesi.

• Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dibuat oleh organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

• IAI adalah organisasi profesi akuntan Indonesia yang menampung berbagai tipe akuntan, yaitu akuntan
public, akuntan manajemen, akuntan pendidik, dan akuntan sector public.

• IAI sebagai induk organisasi merumuskan PRINSIP ETIKA yang berlaku secara umum untuk semua
anggota IAI.

• Masing-masing kompartemen kemudian menjabarkan prinsip etika kedalam ATURAN ETIKA yang
berlaku untuk kompartemen tersebut. Untuk profesi Akuntan Publik dibuat ATURAN ETIKA PROFESI
AKUNTAN PUBLIK

• Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman perilaku etika bagi para anggota Institute Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) dalam menjalankan tugas secara bertanggung jawab, independent, dan obyektif.
RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Umum (Publik)
PRINSIP ETIKA
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi & Kehati2an Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

ATURAN ETIKA
AKUNTAN PUBLIK

400
100 200 300 500
Tanggung Jawab
Independensi, Standar Umum Tanggung Jawab Tanggung Jawab dan
kepada Rekan
Integritas, Obyektivitas Prinsip Akuntansi kepada Klien Praktik Lain
Seprofesi

INTERPRETASI ATURAN
ETIKA

TANYA JAWAB
PRINSIP ETIKA
1. Tanggung Jawab Profesi, setiap anggota IAI harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
professional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik, setiap anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam rangka pelayanan
kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen profesionalisme.
3. Integritas, untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas adalah kemampuan untuk
mewujudkan apa yg sdh disanggupi
4. Objektivitas, setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari pengaruh pihak lain dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, jujur
secara intelektual, dan tidak berprasangka atau bias.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan kompetensi dan kehati-hatian professional. Kompetensi professional meliputi
- Lulus pendidikan tinggi, pendidikan khusus, pelatihan ,ujian professional, dan pengalaman kerja.
- Pemeliharaan Kompetensi Profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi
akuntansi, peraturan, standar yang berlaku baik nasional maupun internasional, menerapkan program yang
dirancang untuk memastIkan kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten
6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh, dan tidak boleh
mengungkap informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak dan kewajiban professional atau
hukum untuk mengungkapnya.

7. Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik, dan tidak melakukan tindakan yang dapat mendeskreditkan profesi.

8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar professional yang relevan, yaitu standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation
of Accountant (IFA), badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ATURAN ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

100 Independensi, Integritas, dan Obyektivitas


101 Independensi. Dalam menjalankan tugasnya anggota Kantor Akuntan Publik (KAP) harus selalu
mempertahankan sikap independent sebagaimana yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), yang meliputi independent dalam fakta (in fact) maupun independent in appearance.
102 Integritas, dan Obyektivitas. Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus bebas dari benturan
kepentingan (conflict of intersest), tidak boleh membiarkan salah saji material yang diketahuinya, atau
Click icon tomengalihkan
add picture (mensubordinasikan) kepada pihak lain.

200 Standar Umum dan Standar Akuntansi


201. Standar Umum. Anggota KAP harus mematuhi standar & interpretasi yang dikeluarkan IAI (SAK/
IFRS/ETAP) & IAPI SPAP) berikut:
a. Kompetensi profesional
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional
c. Perencanaan dan supervisi (SA Pekerjaan Lapang no.1)
d. Bukti relevan yang memadai (SA Pekerjaan Lapang no.3)
202 Kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan IAPI
203 Standar Akuntansi. Apabila laporan keuangan klien memuat penyimpangan yang berdampak material,
anggota KAP tidak diperkenankan:
a. menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
b. menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan keuangan, agar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

300 Tanggung Jawab kepada Klien


Click icon301
to add pictureKlien yang Rahasia. Anggota KAP tidak boleh mengungkap informasi klien yang rahasia,
Informasi
tanpa persetujuan klien, kecuali untuk kepentingan professional dan hukum.
302 Fee Profesional.
a. Besaran Fee. Besarnya fee anggota KAP tergantung: resiko penugasan, kompleksitas jasa, tingkat
keahlian yang diperlukan, struktur biaya KAP, dan pertimbangan professional lainnya. Anggota KAP
tidak diperkenankan menerima/ menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
b. Fee Kontinjensi, adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan jasa professional tanpa adanya fee
yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu. Anggota KAP tidak diperkenankan
menetapkan fee kontinjen apabila penetapan fee tsb dapat mengurangi independensi.
400 TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI

401 Tanggung jawab pada rekan seprofesi. Anggota wajib menjaga citra profesi, dengan tidak
melakukan perkataan dan atau perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi

402 Komunikasi antar akuntan public. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan public
pendahulu, bila akan mengadakan perikatan audit menggantikan akuntan public pendahulu, dan
akuntan public pendahulu wajib menanggapi secara tertulis.

403 Perikatan atestasi. Akuntan public tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan akuntan yang lebih dulu ditunjuk
klien, kecuali bila perikatan tersebut untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau
peraturan yang dibuat badan yang berwewenang.
500 TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTIK LAINNYA

501 Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan. Anggota tidak diperkenankan melakukan
tindakan dan atau perkataan yang mencemarkan profesi

502 Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya. Anggota dalam menjalankan praktik akuntan
public diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, dan kegiatan pemasaran lainnya
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

503 Komisi dan Fee Referal. Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang/ barang/ bentuk lain yang
diberikan kepada/ diterima dari pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien. Anggota KAP
tidak diperkenankan menerima/ memberi komisi bila dapat mengurangi independensi
Fee referral (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan kepada/ diterima dari sesama penyedia
jasa professional akuntan public. Fee referral hanya diperkenankan bagi sesama profesi.

504 Bentuk Organisasi dan KAP. Anggota hanya dapat berpraktik akuntan public dalam bentuk
organisasi yang diizinkan peraturan per UU an yang berlaku dan tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK
 Profesi akuntan public di seluruh dunia merupakan profesi yang menghadapi resiko yang sangat tinggi.
Auditor harus memberikan jasa profesionalnya sesuai dengan SPAP, mentaati kode etik akuntan public,
dan memiliki standar pengendalian mutu yang baik. Jika tidak, akuntan public bisa salah dalam
memberikan opini (audit risk). Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian, padahal laporan
keuangan klien mengandung salah saji material.

 Sejak terjadinya kasus Enron, World Comp, Xerox dan lainnya yang menyebabkan ditutupnya KAP Arthur
Anderson, kepercayaan masyarakat terhadap akuntan public menurun drastic. Di Amerika dikeluarkan
Sarbanes Oxley Act untuk mencegah terulangnya kasus serupa. Di Indonesia dikeluarkan UU Akuntan
Publik No. 5 tahun 2011 tanggal 3 Mei 2011, yang salah satu pasalnya menyebutkan “akuntan public bisa
dikenai sanksi pidana, jika terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana”

 OJK dan PPPK-Kementrian Keuangan membuat aturan menyangkut independensi akuntan public (AP),
pembatasan jangka waktu pemberian jasa audit ( 3 th berturut turut untuk AP dan 6 tahun untuk KAP
yang memiliki lebih dari 1 patner)
 PP No.20 tahun 2015 seorang AP dibatasi pemberian jasa akuntan public terhadap suatu entitas paling
lama 5 tahun buku berturut-turut. Setelah 2 tahun berturut-turut AP tidak memberikan jasa audit pada
entitas yang sama, AP dapat memberikan kembali jasa audit pada entitas tersebut. Tidak ada lagi
pembatasan untuk KAP.

 AP bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak bisa memenuhi kontrak dengan klien, atau tidak hati-
hari (lalai) dalam memberikan jasa profesionalnya, audit risk, dan audit failure (AP memberi opini yang
salah, karena gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar audit)

 Jenis pelanggaran dapat dibedakan menjadi:


- Ordinary Negligence (kesalahan ringan, tidak disengaja, manusiawi)
- Gross Negligence (kesalahan sedang, tidak terjadi jika auditor menerapkan due professional care)
- Constructive fraud (pelanggaran berat, AP terlibat secara langsung/ tidak langsung membantu
manajemen melakukan fraud)
- Fraud (pelanggaran sangat berat, AP secara sadar terlibat melakukan fraud bersama dengan manajemen
Sanksi yang diberikan PPPK-Kementrian Keuangan bisa dalam bentuk peringatan tertulis, penghentian
sementara pemberian jasa AP, usulan kepada Menkeu untuk pencabutan ijin praktik AP.

Sanksi yang diberikan OJK bisa dalam bentuk peringatan tertulis, atau larangan pemberian jasa di PM
Pihak lainnya (klien, investor, pengguna laporan keuangan) jika merasa dirugikan bisa mengajukan
tuntutan hukum ke pengadilan. Dengan adanya UU AP tahun 2011, AP yang terbukti melakukan tindak
pidana bisa dijatuhi hukuman penjara dan atau denda ganti kerugian.

Beberapa hal yang bisa dilakukan AP untuk menghindari tuntutan hukum adalah:
- Pilih klien yang memiliki integritas
- Pilih audit staf yang memiliki kompetensi professional dan integritas
- Pertahankan independensi
- Patuhi standar audit dan kode etik profesi
- Miliki dan patuhi standar pengendalian mutu (audit yang berkualitas, kertas kerja yang lengkap,
kontrak kerja (engagement letter), dan surat pernyataan langganan)
- Pahami bisnis klien
- Jaga data confidential client
- Terapkan sikap skeptisisme professional
IAI-IAPI memfasilitasi dipatuhinya kode etik profesi dan standar audit dengan
cara:

1. Menyediakan pelatihan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) secara berkala


2. Menerapkan peer review
3. Meng up date standar audit dan aturan etika
4. Memberikan sanksi yang tegas untuk anggota yang melakukan pelanggaran
5. Melakukan lobby ke regulator, untuk mencegah UU atau peraturan yang merugikan anggota
6. Memberikan edukasi kepada pengguna laporan keuangan.
Contoh kasus pelanggaran kode etik akuntan publik

Kantor Akuntan KPMG Indonesia digugat di AS

September 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu .Kantorakuntan public
ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US $ 75.000 agar beban pajak yang dibayar
Kliennya yaitu PT Easman Christensen tidakterlalu besar. Sebagai siasat diterbitkan fakturnpalsu untuk biaya
jasa professional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker
Hughes Inc yang tercatat dibursa efek NewYork. Berkat aksinya,kewajiban pajak PT Easman menyusut
drastic, dari yang semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$270 ribu. Namun, penasihat anti suap Baker
khawatir dengan manipulasi yang dilakukan anak perusahaannya. Maka, untuk menghindari menanggung
risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan
pengawaspasar modal AS (Securities Exchange Commission), menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices
Act, undang-undang anti korupsi untuk perusahaan Amerika diluar negeri. Akibatnya, hamper saja Baker
Hughes Inc. dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini
akhirnya diselesaikan diluar pengadilan. KPMG pun terselamatkan.
Analisis Kasus :

Prinsip-prinsip etika akuntan yang dilanggar KPMG antara lain:


1. Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggungjawab secara professional
terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. KPMG Sidharta Sidharta & Harsono justru melakukan
penyuapan terhadap aparat pajak di Indonesia sebesar US$75ribu, agar kliennya bisa membayar
pajak dengan jumlah yang lebih kecil dari yang seharusnya dibayar.

2. Kepentingan Publik, dimana dalam kasus ini akuntan KPMG-Sidharta Sidharta & Harsono
mengorbankan kepentingan public, karena telah dengan sengaja menerbitkan faktur palsu untuk
biaya jasa professional KPMG yang haruas dibayar kliennya,sehingga pajak yang harus dibayar
PT Easman menyusut dari yang seharusnya US $ 3,2 juta menjadi hanya US $ 270 ribu

3. Integritas, Obyektivitas, dan Independensi. KPMG tidak jujur dalam melaporkan keuangan klien
dengan menerbitkan faktur palsu, sehingga sudah berpihak kepada klien dan mengorbankan
kepentingan publik.

Anda mungkin juga menyukai