Anda di halaman 1dari 59

AKUNTANSI HIJAU

EVONNE BUDIANTO 16.G1.0057


GRISHILDE KUSUMA 16.G1.0069
ONG, REYNALDO A 16.G1.0186
Bab 1
Akuntansi Hijau :
Isu, Kerangka Konseptual, dan
Aplikasi
• Krisis ekologi dan nasional disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat
eksploitasij sumber daya alam dan lingkungan yang semakin parah.

• Krisis berakibat fatal karena menyebabkan terjadinya bencana lingkungan yang


merugikan dan mengancam pola hidup manusia

• Penyebab krisis ekologi :


- Perilaku serakah manusia untuk mengelola negara, korporasi, dan rumah tangga
- Keinginan pemerintah dan pelaku ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Relasi Perilaku Pembangunan Ekonomi dan Bisnis yang Tamak
Dengan Krisis Lingkungan dan Sosial
4 Faktor Produksi :
- Modal
- Sumber daya alam
- Teknologi
- Tenaga kerja

Dengan tujuan untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan


lingkungan serta sumber daya ekonomi yang sesuai dengan
regulasinya
Krisis ekologi dan sosial berimbas pada pertumbuhan laba
entitas korporasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Faktor Penyebab Krisis Ekologi Nasional
• Berfokus pada aspek aspek kepentingan ekonomi dan bisnis dengan berorientasi
pada pertumbuhan ekonomi dan laba jangka pendek sebesar besarnya

• Gagalnya sistem dan tata kelola pembangunan ekonomi, bisnis dan korporasi dan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

• Gagalnya dalam sistem dan tata kelola keuangan korporasi yang tidak ramah
lingkungan

• Gagalnya sistem praktik akuntansi yang berkaitan dengan transaksi sosial dan
lingkungan
Pembangunan Berkelanjutan

• Tujuan  mengatasi kerusakan lingkungan dan krisis ekologi, menyelamatkan


bumi, serta mengatasi kemiskinan

• Konsep pembangunan berkelanjutan menekankan pada pendekatan pembangunan


yang mengintegrasikan kepentingan ekonomi, sosialm dan lingkungan

• Sasaran dari pembangunan berkelanjutan adalah menciptakan keadilan,


keberlanjutan kedamaian dan kesejahteraan, serta memelihara kelestarian
lingkungan dan bumi
Pilar Dasar Konsep Pembangunan
Berkelanjutan

Pilar 1  Kelestarian bumi / lingkungan (Environmental Stewardship)


Pilar 2  Kesejahteraan masyarakat (Social Walfare)
Pilar 3  Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth)
Ekonomi Hijau dan Bisnis Hijau

• Konsep ekonomi hijau sebagai paradigma baru dalam pembangunan


ekonomi yang ramah lingkungan

• Tujuan  mewujudkan visi pembangunan berkelanjutan dan


pengentasan kemiskinan
Relasi Krisis Sosial Lingkungan dengan Gerakan Green Economy,
Green Industry, Green Business dan Green Corporation

• Dikembangkan dalam upaya


menghijaukan ekonomi, industri, bisnis,
dan korporasi
• Tujuan  mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dan mengatasi krisis
ekologi dan sosial

• Presiden SBY mengembangkan gerakan


4Pro :
- Pro Job
- Pro Poor
- Pro Growth
- Pro Green
Kelemahan Akuntansi Konvensional

• Sangat lamban

• Mengabaikan pengakuan

• Mengabaikan pengukuran dan pencatatan serta pelaporan informasi

sosial dan lingkungan dalam proses akuntansi


Respon Konservatif dari Porfesi Akutansi
• Undang undang tentang TJSLP mewajibkan perusahaan melaksanakan TJSLP dan
menganggarkannya sebagai biaya perseroan. Profesi akuntansi merespon biaya
perseroan sebagai beban periodik yang berdampak pada semua pengorbanan
sumber daya ekonomi perseroan untuk TJSLP diperlakukan sebagai biaya /
beban periodik yang mengurangi aset, laba, dan nilai ekuitas pemilik perseroan
dan pajak negara

• Akuntansi terhadap biaya untuk melaksanakan TJSLP dan CSR sebagi beban
periodik, pengorbanan sumber daya ekonomi diperlukan sebagai beban periodik
yang mengurangi laba periodik, nilai ekuita, dan aset korporasi. Ada nya
pengorbanan dikarenakan dinilai tidak memiliki nilai manfaat ekonomi untuk
masa depan
Penyebab Akuntansi Konvensional
Bersikap Konservatif
• Akuntansi keuangan hanya berfokus pada kebutuhan informasi dari pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan
sumber daya ekonomi entitas

• Hanya informasi yang dinilai material yang disajikan dalam laporan keuangan

• Pelaporan akuntansi lebih memperlakukan pengorbanan sumber daya ekonomi yang tidak jelas manfaat nya dimasa depan

• Akuntansi mengadopsi asumsi entitas bisnis yang mewajibkan perusahaan diperlakukan sebagai entitas yang berbeda

• Prosesnya berfokus pada komponen yang dikontrol perusahaan. Komponen-komponen nya yakni :
- Memenuhi syarat definisi komponen laporan keuangan

- Niainya bisa diukur dengan andal

- Informasinya relevan

- Akurat dan dapat dipercaya


Transformasi Menuju Akuntansi Hijau

Ada 5 gagasan pengembangan akuntansi hijau

• Alasan mengapa akuntansi hijau perlu segera dikonstruksikan dan


dikembangkan secara serius

• Strategi menghijaukan akuntansi dan akuntan.

• Transformasi menuju akuntansi hijau.

• Konstruksi kerangka konseptual akuntansi hijau.

• Konstruksi aplikasi akuntansi hijau.


5 tantangan yang dihadapi profesi akuntansi dalam mereformasi dan
mentransformasi akuntansi konvensional menuju akuntasi hijau.

• Tantangan dalam menyusun kerangka konseptual akuntansi dan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) daru
akuntansi konvensional menuju akuntansi hijau

• Tantangan dalam mereformasi SAK menjadi SAH

• Tantangan dalam mereformasi proses akuntansi dan format pelaporan akuntansi menuju proses akuntansi hijau dan
pelaporan akuntansi hijau (PAH) yang mengintegrasi aspek-aspek undormasi finansial dan informasi nonfinansial yang
berkaitan dengan informasi sosial dan lingkungan

• Tantangan dalam mereformasi visi, misi, tujuan dan sasaran dari pendidikan dan pengajaran akuntansi di perguruan
tunggi dalam upaya untuk mendukung penghijauan akuntansi dan akuntan

• Tantangan dalam mereformasikan paradigm pebisnis dan manajemen korporasi dalam menerapkan tata kelola
korporasi hiaju dna tata kelola keungan akuntansi hijau untuk mendukung keberhasilan praktik akuntansi hijau pada
Bab 2
Akuntansi Konservatif dan
Krisis Sosial Lingkungan
7 Konsep Dasar Akuntansi
Menurut Paton dan Littleton

1. Konsep Entitas Bisnis atau Kesatuan Usaha


Badan / orang yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan terpisah dari
pemiliknya.
2. Kontinuitas Usaha
Kesatuan usaha yang akan berlangsung terus apabila tidak ada gejala / rencana untuk
membubarkannya (konsep keberlanjutan usaha).
3. Penghargaan Kesepatakan
Nilai uang dalam tiap transaksi, objek atau pertukaran merupakan hasil “penghargaan
sepakatan” menjadi pengukuran dan bahan olah akuntansi paling objektif.
4. Biaya Melekat
Melekat pada objek yang direpresentasikannya.
5. Upaya dan Hasil / Capaian
Upaya dalam rangka mencapai hasil atau capaian berupa
pendapatan.
6. Bukti Terverifikasi dan Objektif
Manfaat informasi akuntansi akan tinggi jika didukung dengan
bukti- bukti yang objektif dan dapat diverufukasi / diuji kebenarannya.
7. Asumsi
Asumsi atau dilandasi oleh asumsi-asumsi dasar.
Perkembangan Akuntansi Korporasi

 Perkembangan akuntansi korporasi juga semakin pesat setelah munculnya


publikasi hasil riset Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) di Journal of
Accounting Research (Vol. 6, 1968).

 Dari 2 publikasi tersebut dinyatakan publikasi laporan keuangan (laba)


direspon secara signifikan oleh pelaku pasar modal.

 Sebelumnyapun telah berkembang informasi laba tidak berguna bagi investor


karena informasinya bersifat historis dan konservatif sehingga tidak relevan
untuk dipertimbangkan dalam penilaian dan pengambilan keputusan ekonomi
atau investasi (Lako, 2005a)
 Pascapublikasi Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968), pemerintah dan pelaku ekonomi di Amerika Serikat yakin
bahwa prinsip-prinsip akuntansi, konsep dasar akuntansi, dan standar akuntansi keuangan sangat penting untuk
dikaji, dikembangkan dan dirumuskan secara independen.

 Tujuannya yaitu untuk melandasi praktik akuntansi dan pelaporan keuangan entitas korporasi

 AAA melalui Financial Accounting Standard Board (FASB) menghasilkan banyak kerangka konseptual, prinsip
akuntansi berterima umum, dan standar akuntansi untuk mendasari entitas korporasi dalam praktik akuntansi, dan
penyusunan laporan keuangan dan pelaporan keuangan.

 Berfokus juga pada laba sebagai ikuran kesuksesan kinerja korporasi diakui menjadi subsistem dari sistem ekonomi
kapitalis.

 Selain perumus-perumus diatas, hal-hal tersebut juga diadopsi dan diterapkan oleh beberapa negara termasuk di
Indonesia.

 Pengadopsian tersebut telah memberikan kontribusi yang besar dan signifikan bagi kemajuan akuntansi dan profesi
akuntan, kemajuan korporasi, kemajuan pasar modal, peningkatan kemakmuran para pemangku kepentingan, dan
kemajuan perekonomian dari negara-negara pengadopsinya.
Tudingan akuntansi menjadi dalang dari parahnya eskalasi
kerusakan lingkungan dan krisis ekologi, serta krisis sosial
Mengapa ?
Kerangka konseptual dan SAK yang mendasari praktik
akuntansi dan pelaporan informasi keuangan korporasi
selama ini tidak sensitif dan responsif terhadap isu-isu
lingkungan dan keberlanjutan.

Menurut kriteria pengakuan IAS-IFRS dan SAK,


dampak positif-negatif lingkungan/sosial dapat diakui
di laporan keuangan jika memenuhi karakteristik
kualitatif dan kriteria pengakuan .
Kelemahan Akuntansi Konservatif
 Krisis lingkungan juga terjadi karena informasi keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi dan
disajikan dalam laporan keuangan tidak memasukkan objek, peristiwa, dan transaksi lingkungan, serta
mengabadikan dampak positif dan negatif dari aktivitas operasi korporasi terhadap masyarakat dan
lingkungan.

 Informasi laporan keuangan, terutama informasi tentang aset, liabilitas, ekuitas pemilik, pendapatan,
beban periodik, dan laba periodik yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
cenderung dinyatakan terlalu rendah dan salah.
Akibatnya, informasi akuntansi yang diterima dan dijadikan para
pihak sebagai basis dalam evaluasi, penilaian, perencanaan,
pengendalian, dan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi dan nonekonomi dinilai kurang relevan dan reliabel, serta
telah menyesatkan banyak pihak.

Informasi keuangan yang mengabaikan dan tidak ramah


lingkungan telah menyebabkan beberapa pihak yang terlibat tidak
peduli dan tidak ramah terhadap kelestarian dan daya dukung
lingkungan dan alam, serta keberlanjutan kehidupan sosial-
ekonomi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan aktivitas
ekonomi.

Selain itu kelemahannya adalah korporasi dan para pihak terkait


semakin berperilaku serakah, dengan mengeksplotasi masyarakat
untuk memaksimalkan laba. Akibatnya eskalasi lingkungan dan
krisis sosial-lingkungan terus meningkat dan meluas.
Mengapa akuntansi konvensional yang berbasiskan pada akuntansi
keuangan mengabadikan objek, kejadian, transaksi, dan dampak
eksternalitas sosial-lingkungan dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan ?
Kosep dasar, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP), kerangka konseptual, dan standar akuntansi yang
sudah dirumuskan sejak era 1950-an hingga sekarang
cenderung bersikap konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian, yang akan mempengaruhi pola pikir dan
perilaku entitas korporasi dan para akuntan.

Ketidak pastian yang tinggi mengakibatkan tidak


terpenuhinya kriteria pengakuan akuntansi untuk diukur,
dicatat, dan dilaporkan dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Reformasi Akuntansi Konservatif
• Alasan mengapa akuntansi harus memperhitungkan dan memasukkan informasi sosial dan
lingkungan yakni:

• Informasi akuntansi yang digunakan para pihak dalam pengambilan keputusan dan evaluasi
kinerja.

• Beragam informasi akuntansi sering digunakan untuk menginformasi konvensi dari pelaporan
keuangan eksternal

• Informasi akuntansi yang mengonfirmasi konvensi tersebut memiliki beberapa kekurangan


signifikan terhadap pemanfaatan lingkungan.

• Dampak ekologis yang merugikan secara langsung timbul akibat dari penggunaan informasi
akuntansi.
Langkah Langkah Reformasi
Akuntansi
• Merumuskan kerangka konseptual, tujuan dan sasaran, prinsip dasar akuntansi hijau

• Mendefinisikan kriteria pengakuan akuntansi terhadap komponen laporan keuangan

• Melakukan penyajian kembali dan pengembangan terhadap akun akun dari laporan

keuangan konvensional

• Mengembangkan teknik teknik pengukuran, pencatatan akuntansi, dan alat alat

manajemen data erta model pelaporan akuntansi hijau

• Proses akuntansi hijau, pengakuan, perlakuan akuntansi, pencatatan, pengukuran dan

pelaporan, serta pengungkapan informasi sosial lingkungan


Agenda Menghijaukan Akuntansi

• Pengembangan akuntansi di masa depan yang difokuskan untuk mengembangkan


dan menerapkan akuntansi hijau yang berbasis 3 pilar
- Tanggung jawab ekonomi
- Tanggung jawab sosial
- Tanggung jawab lingkungan

• Pengembangan akuntansi diarahkan untuk mendorong dan mewujudkan


akuntanbilitas korporasi
• Pengembangan akuntansi diarahkan untuk mendorong transparansi informasi
keuangan, sosial, dan lingkungan korporasi
Reformasi Menuju Akuntansi Hijau
Terdapat empat agenda reformasi yang perlu segera dilakukan

• Mereformasi kerangka konseptual dan Prinsip Akuntansi Berterima Umum


(PABU) akuntansi konvensional

• Mereformasi dan mentransformasi SAK (Standar Akuntansi Keuangan) menuju


SAH (Standar Akuntansi Hijau)

• Mensosialisasikan PAHBU dan SAH kepada berbagai pemangku kepentingan

• IAI-KAPd perlu mereformasi dan rekonstruksi arah, tujuan, sasaran, dan strategi
pendidikan Akuntansi di Indonesia menuju era pendidikan akuntansi hijau
Urgensi Akuntansi Hijau

Terdapat reformasi dan transformasi dari akuntansi konservatif menuju akuntansi


hijau yang didasarakn oleh beberapa alasan

• Indonesia sedang mengalami krisis ekologi

• Disahkannya UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UPPT)

• Adanya KTT Bumi 20+ tahun 2012 yang menghasilkan dokumen “The Future
We Want”
Bab 3
Krisis Ekologi dan Urgensi
Akuntansi Hijau
Urgensi Akuntansi Hijau
Terdapat reformasi dan transformasi dari akuntansi konservatif menuju
akuntansi hijau yang didasarakn oleh beberapa alasan
• Indonesia sedang mengalami krisis ekologi
• Disahkannya UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UPPT)
• Adanya KTT Bumi 20+ tahun 2012 yang menghasilkan dokumen “The
Future We Want”
Reformasi Menuju Akuntansi Hijau
Terdapat empat agenda reformasi yang perlu segera dilakukan
• Mereformasi kerangka konseptual dan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU) akuntansi konvensional
• Mereformasi dan mentransformasi SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
menuju SAH (Standar Akuntansi Hijau)
• Mensosialisasikan PAHBU dan SAH kepada berbagai pemangku
kepentingan
• IAI-KAPd perlu mereformasi dan rekonstruksi arah, tujuan, sasaran,
dan strategi pendidikan Akuntansi di Indonesia menuju era
pendidikan akuntansi hijau
Bab 4
Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan
Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan

Akuntansi pemicu krisis

Akuntansi bersikap konservatif ketika korporasi menghadapi tuntuan


public dan tekanan global agar turut bertanggung jawab mengenai
krisis lingkungan.
Alasan penyebab terjadinya krisis social lingkungan
semakin parah

• Informasi laporan keuangan yang digasilkan dari proses akuntansi dan


dikerjakan oleh para akuntan tidak menyertakan informasi akuntansi social-
lingkungan
• Akuntansi hanya focus pada proses akuntansi keuangan dan menggunakan
paradigma keuangan untuk meghitung laba suatu korporasi
• Semua proses akuntansi keuangan maupun non keuangan diproses dari
perspektif akuntansi keuangan
Cara menghijaukan akuntansi dan akuntan

• Mengembangkan mata kuliah Akuntansi Sosial dan Lingkungan untuk


menjadi mata kuliah wajib pada program S1 akuntansi

• Mengkaji dan mengembangkan kerangka teoritis dan model praktik


akuntansi sosial lingkungan,akuntansi CSR dan akuntansi
berkelanjutan
Akibat proses akuntansi keuangan hanya
mengunakan paradigma keuangan
• Angka-angka akuntansi yang terlaporkan dalam laporan keuangan tidak
mencerminkan realitas yang sesungguhnya
• Nilai asset,liabilitas,akuitas,biaya dan laba yang dilaporkan bisa jadi terlalu
tinggi atau terlalu rendah.
• Tidak ada akun investasi sosial dan lingkungan dalam laporan posisi keuangan
Bab 5
Menghijaukan Akuntansi, Bagaimana Caranya ?
Cara Menghijaukan Akuntansi

Menurut Gray dan Bebbington (2001) dan Lako (2011):

1. Memodifikasi sistem informasi akuntansi yang ada saat i untuk mengindentifikasi komponen-komponen
biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan lingkungan secara terpisah

2. Mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen negatif dari sistem akuntansi yang tidak ramah
lingkungan

3. Mendesain ulang sistem akuntansi yang ada agar lebih beroritensi ke depan dan ramah terhadap isu-isu
lingkungan yang berubah sangat l akuntansi cepat

4. Mengubah model dan fungsi pelaporan eksterna dengan memadukan pelaporan informasi keuangan dan
nonkeuangan dalam satu paket pelaporan

5. Mengembangkan akuntansi dan sistem akuntansi baru menuju sistem dan praktik akuntansi berkelanjutan
atau yang lebih ramah lingkungan
Bab 6
Agenda penghijauan akuntansi
Penghijauan Akuntansi
• Penghijauan Akuntansi merupakan proses untuk mendorong dan
menjadjkan proses akuntansi dan output nya lebih ramah
lingkungan/ lebih ramah terhadap objek, transaksi, atau peristiwa
sosial dan lingkungan.

• Adapun aspek krusial akuntansi yang perlu dihijaukan yakni tujuan


dan sasaran pelaporan akuntansi, konsep dasar, asumsi, dan prinsip –
prinsip akuntansi berterima umum; standar dan proses akuntansi;
serta pelaporan dan pengungkapan informasi.
Mengapa Akuntansi perlu dihijaukan?

• Akuntansi merupakan subsistem dari sistem ekonomi dan sistem bisnis


yang memiliki peranan vital dan strategis bagi korporasi.

• Krisis sosial dan krisis lingkungan disebabkan karena selama ini


akuntansi hanya berfokus terhadap transaksi keuangan saja, namun
peristiwa sosial dan lingkungan yang menjadi pilar dasar bisnis
cenderung diabaikan dalam proses akuntansi.
Agenda Penghijauan Akuntansi
• Mengembangkan konsep dasar akuntansi, asumsi akuntansi, prinsip akuntansi berterima umum, dan standar
Akuntansi Hijau yang berbasiskan pada 3 pilar dasar tanggung jawab korporasi : ekonomi, sosial, dan lingkungan.

• Mendorong dan mewujudkan akuntabilitas korporasi.

• Mengembangkan model pelaporan dan pengungkapan informasi Akuntansi Hijau yang terintegrasi untuk mendorong
transparansi dan akuntabilitas informasi keuangan, sosial, dan lingkungan korporasi kepada pemangku kepentingan.

• Penghijauan akuntan.
Alasan Utama Akuntansi harus dihijaukan

• Alasan moral dan etika.

• Alasan professional.

• Alasan pragmatis atau ekonomik.


Bab 7
Transformasi Menuju Akuntansi Hijau
• Bumi sedang mengalami keadaan yang “sakit parah” akibat perbuatan
manusia, perbuatan hidup manusia yang tidak ramah lingkungan telah
menyebabkan pemanasan global, perubahan iklim, dan kerusakan yang
parah, karena itu muncullah berbagai agenda aksi global untuk
menyelamatkan bumi dan kehidupan semesta alam agar tetap sehat
dan lestari.

• Pemicu bumi semakin sakit parah menunjukkan faktor penyebabnya


sangat kompleks, diantaranya kapitalisme, industrialiasasi,
ketidakadilan, kemiskinan, dan transformasi kehidupan manusia.
• Informasi akutnansi yang dihasilkan dan proses akuntansi dan diproduksi
oleh para akuntan dinilai telah menyesatkan dan mendorong perilaku
serakah para pemangku kepentingan bisnis. Proses akuntansi dinilai
mengabaikan pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan,
pelaporan suatu entitas. PABU umumnya melupakan faktor-faktor
lingkungan dan sosial.
• Dalam akhir dekade ini muncul desakan dari berbagai pihak agar
paradigma akuntansi konvensional yang lebih menekankan pada aspek-
aspek Akuntansi keuangan segera direformasi dan ditransformasi ke
Akuntansi Hijau, supaya proses akuntansi secara keseluruhan dapat
meningkatkan relevansi, reliabilitas, damn kebermanfaatran informasi.
• Selain itu, reformasi dan tarnsformasi akutnansi konservatif menuju
akuntanis hijau juga semakin penting dan mendesak karena dalam menuju
tahun terakhir kepedulian dari pemerintah untuk mengaplikasikan konsep
Akuntansi Hijau dalam model Pembangunan Berkelanjutan Nasional makin
serius. Demikian pula kepedulian dunia bisnis terhadap gerakan penanggung
jawab sosial perusahaan, gerakan ini juga bersifat sukarela.
Definis Akuntansi Hijau
• Akuntansi Hijau memiliki 3 pilar dasar.

• Pilar pertama  akuntansi lingkungan

Proses akuntansi yan gmengakui, mengukur, mencatata, meringkas, dan melaporkan transaksi, peristiwa, atau

objek lingkungan untuk menghasilkan informais akuntansi lingkungan.

• Pilar kedua  akuntansi sosial

Proses akuntanis yan gmengakui, mengukur nilai, mencatat. Meringkas, dan melaporkan informasi akuntansi

terkait transaksi atau peristiwa sosial.

• Pilar Ketiga  Akuntansi keuangan

Proses akuntansi yang mengakui, mengukur nilai, mencatat, meringkas, dan melaporkan transaksi atau peristiwa

keuangan dari suatu entitas untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan.


Prinsip Akuntansi Hijau
 Pengorbanan Sumber daya ekonomi dari suatu entitas untuk
menjalankan green economy, green business, CSR, dan TJSLP dapat
diakui sebagai pengorbanan investasi jika dinilai dapat memberikan
manfaat ekonomi dan nonekonomi yang cukup pasti bagi entitas
korpasi di masa sekarang maupun masa depan.
 Matching principle antara cost dan effort terhadap pengorbanan
sumber daya ekonomi untuk ekonomi hijau, bisnis hijau tidak hanya
diberlakukan pada periode akuntansi yang sama, tetapi untuk periode
selanjutnya jika pengorbanan tersebut dinilai memiliki potensi manfaat
ekonomi dan nonekonomi yang cukup pasti di masa depan.
 Proses akuntansi adalah pengakuan, pengukuran nilai pencatatan,
peringkasan, pelaporan, dan pengungkapan informasi akuntansi harus
memadukan informasi keuangan, osisal, dan lingkugnan secara terintegrasi
dengan tujuan untuk memberikan informasi akutansi.

 Tujuan akuntansi hijau adalah menyediakan informasi akuntansi keuangan,


sosial, dan lingkungan yan gterintegrasi dan relevan, reliabel, serta berguna
untuk membantu apra pemangku kepentingan dan pemakai lainnya dalam
menilai kinerja dan nilai korporasi, risiko, dan prospek pertumbuhan
korporasi.
Kerangka Konseptual Akuntansi Hijau

1. Tujuan, sasaran, manfaat, dan pemakai dari Akuntansi Hijau.

2. Asumsi dan konsep dasar yang mendasari akuntansi hijau

3. Karakteristik kualitatif informais akuntansi hijau

4. Pengakuan akuntansi hijau.


Bab 8
Urgensi Standar Akuntansi Hijau
Dalam satu dekade terakhir, orientasi dari visi, tujuan, sasaran, strategi,
tanggung jawab dan perilaku serta tolok ukur penilaiaian kinerja ke
entitas korporasi di Indonesia sedang mengalami transformasi besar
Proses perubahan tersebut tampaknya dipicu oleh intervensi negara melalui
sejumlah regulasi. Dalam regulasi tersebut, seperti UU No 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas, UU No 25 Tahun 2007 tentang penanaman Modal, PP No.
47/2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkugan perseroan terbatas.
Munculnyas ISO 26000 tentang CSR, GRI guideliness dan Sustainability
Reporting, SDGs Document Rio +20, dan sebagainya yang telah memaksa
entitas korporasi merumuskan dan mengintegrasikan visi, tujuan, sasaran,
dan tanggung jawab korporasi pada laba, dan masyarakat dan lingkungan
secara terpadu dan berkelanjutan.
Kesalahan Perlakuan Akuntansi
Korporasi memperlakuakan semua pengorbanan sumber daya untuk
melaksanakan TJSLP dan CSR dari perspektif akutnansi keuangan konservatif
yaitu beban periodik.

Dari perspektif Akuntansi Hijau atau Akuntansi Berkelanjutan, perlakuan


akuntansi dan pelaporan tersebut sesungguhnya keliru dan salah. Perlakuan
dan pelaporan tersebut telah menyesatkan manajemen dan para pihak dalam
penilaian kinerja risiko, dan nilai korporasi.
Penerapaan Akuntansi Hijau dalam praktik akuntansi korporasi menjadi
sangat penting dan mendesak untuk mengatasi kelemahan akuntansi
konservatif. Selain itu untuk merespons kebutuhan entitas korporasi dalam
pengakuan dan pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan
pengungkapan informasi akuntansi keuangan.

Anda mungkin juga menyukai