Anda di halaman 1dari 21

KONSERVASI ABAKA

SECARA IN
VITRO
di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Ananda Putri Dewantari Masailla


H0718018

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2021
Latar Belakang
PENDAHULUAN

• Keanekaragaman hayati harus tetap dalam kondisi


yang seimbang sehingga tidak terjadi kepunahan
plasma nutfah
• Plasma nutfah sangat penting karena memiliki
potensi sebagai atau nilai dalam memenuhi
kebutuhan manusia.
• Tanaman Abaka masih belum banyak
dikembangkan di Indonesia maka dari itu perlu
dilakukan konservasi.
• Konservasi merupakan suatu kegiatan pelestarian
yang bertujuan menjaga dan memelihara plasma
Tujuan
PENDAHULUAN

1. Mengetahui jenis teknik konservasi secara in vitro


Abaka yang diterapkan oleh pihak Balittas
2. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembuatan
media kultur yang digunakan untuk konservasi Abaka
secara in vitro di Balittas
3. Mengetahui tingkat kontaminasi dalam teknik kultur
jaringan yang dilakukan di Balittas
4. Mengetahui karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan kalus beberapa klon Abaka yang
ada di Balittas
BALITTAS Balittas (Balai Penelitian
PROFIL INSTITUSI

Tanaman Pemanis dan Serat)


merupakan bagian dari Badan
Penelitian dan Pengembangan
MITRA

Pertanian, berupa penelitian


genetika, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi dan patologi tanaman.
Jl. Raya Karangploso Mandat komoditi:
km.4, Kepuh Utara, ● Pemanis
Kepuharjo, Kec. ● Serat
Karangploso, Malang, ● Penghasil minyak
Jawa Timur 65152 industri
ABAKA
PENDAHULUAN

Abaka (Musa textillis) merupakan


tumbuhan dari famili Musaceae yang
dimanfaatkan bagiannya untuk
pembuatan bahan serat. Abaka dapat
dibudidayakan mulai dari dataran
rendah hingga ketinggian 1500 m dpl,
dan bertahan di iklim lembab.
Tanaman ini diambil seratnya yang
berasal dari batang semu.
METODE

METODE PELAKSANAAN
• Diskusi
• Observasi
• Dokumentasi
• Studi Pustaka
PEMBAHASAN

KEGIATAN KONSERVASI
• Sterilisasi
• Pembuatan Media Kultur dan Larutan Stok
• Subkultur Abaka
• Pengamatan Pertumbuhan beberapa klon
Kalus Abaka
STERILISAS
STERILISASI

Sterilisasi Kering Sterilisasi Uap basah


Oven dengan suhu Autoclave suhu 121° C
Sterilisasi LAF
150° C selama 2 jam tekanan 1 atm Dilengkapi sinar UV
Untuk: Untuk: dan Blower
Sterilisasi botol dan Sterilisasi botol dan alat Untuk:
alat yang berbahan yang berbahan kaca • Sterilisasi
kaca dan stainlessteel dan stainlessteel dan eksplan
Sterilisasi media • Penuangan
media
Pengambilan untuk media
Stok yan gKomposisi
Media digunakan untuk
Senyawa Konservasi
Konsenterasi Tanaman Abaka
dalam larutan stok yait
MS (ml)
media rashige Skoog u
A NH 4 NO 3 82,5 g/l 20
MuB (MS).
KNO 95 g/l 20
3

KH 2 PO 4 17 g
0,62 g
PEMBUATAN MEDIA

H3BO3
C KI 0,83 g /500ml 5
Na2 M 0,025 g
oO4 .2 0,0025 g
H2 O
KULTUR

CoCl 2 .
2H 2 O
D CaCl 2 .2H 2 O 44 g /500ml 5
MgSO4 .7H2 O 37 g
MnSO 4 .4H2 O 3,2 g /500ml
E 5
ZnSO4 .7H2 O 0,86 g
CuSO 4 .5H 2 O 0,0025 g
FeSO 4 . 7H 2 O 2,78 g /l
F 10
NA3EDTA.2H2O 3,72 g
Thiamine 0,01
Niacin 0,05 /l
Vitamin B1 10
Pyridoxin 0,05
Glycine 0,2
TAHAP PEMBUATAN MEDIA
KULTUR
PEMBUATAN MEDIA

Penimbangan Pengambilan Pengadukan media Pemanasan


KULTUR

bahan untuk larutan stok dan pengukuran pH media


media dan larutan menggunakkan menggunakan
stok pipet ukur microwave

Penuangan media Sterilisasi Pengadukan media


ke dalam botol media dan pengukuran pH
kultur menggunakka
n autoclave
TAHAP SUBKULTUR
PEMBUATAN MEDIA

Sterilisasi Sterilisasi alat dan Sterilisasi alat Pemotongan


KULTUR

dengan lampu bahan sengan diseksi dan pemilihan


UV LAF alkohol 70% eksplan

Pelabelan botol kultur Pembungkusan botol Penanaman eksplan


berisi eksplan kultur dengan karet ke media yang baru
kemudian dan plastik
meletakannya di
ruang inkubasi
PENGAMATAN

Pengamatan kalus
abaka yang
digunakan untuk
pengamatan adalah
kalus dari klon :
Abacatas 1,
Abacatas 3, dan
Tangongon
Tabel Hasil Pengamatan Tingkat Keberhasilan dalam Pembuatan Media
PENGAMATA

Jml Banyaknya Jumlah


No Nama Media % Keberhasilan
awal kontam akhir
MS + 0,5 ml/l BAP +
N

1. 4 ml/l Tdz + 100 mg/l 176 2 174 96,68 %


Vit C

Tabel Hasil Pengamatan Tingkat Kontaminasi dalam Subkultur Abaka

Jml Banyaknya Jumlah


No Nama klon % Kontaminasi
awal kontam akhir
1. Abacatas 1 10 1 9 10%
2. Abacatas 3 10 0 10 0
3. Tangongon 10 2 8 20%
Tabel Pengamatan Berat dan Ukuran Kalus Abacatas 1
PENGAMATAN

Berat Ukuran Berat


Ukuran akhir
awal awal akhir
(mm)
Nama (mg) (mm) (mg) Pertambahan
Klon berat (mg)
(0 (0 (4
minggu) minggu) minggu)

(4 minggu)

58 5 126 7,5 68
66 5 278 10 212
75 5 217 5 142
79 5 176 7,5 97
Abacatas 46 5 80 5 34
1 52 5 246 7,5 194
50 5 106 5 56
51 5 130 5 80
50 5 Kontam
50 5 86 5 36
Rerata 57,7 5 160,6 6,38 102,1
Tabel Pengamatan Berat dan Ukuran Kalus Abacatas 3
PENGAMATAN

Berat Ukuran Berat Ukuran


awal awal akhir (mm)
Nama (mg) (mm) akhir Pertambahan
Klon (mg) berat (mg)
(0 (0 (4
minggu) minggu) minggu)

(4 minggu)

62 5 178 10 116
66 5 211 7,5 145
76 5 238 7,5 162
83 5 230 5 147
Abacatas 52 5 156 10 104
3 90 5 164 10 74
86 5 273 10 187
57 5 170 10 113
83 5 163 7,5 80
Tabel Pengamatan Berat dan Ukuran Kalus Tangongon
PENGAMATAN

Berat Ukuran Berat Ukuran


awal akhir (mm)
Nama awal (mm) akhir Pertambahan
Klon (mg) (mg) berat (mg)
(0 (0
(4
minggu minggu
minggu)
) )

(4 minggu)

41 5 134 5 93
60 5 72 5 12
59 5 207 10 148
44 5 158 7,5 114
Tangong 38 5 204 10 166
on 48 5 68 5 20
40 5 Kontam
36 5 Kontam
27 5 198 10 171
Perubahan kalus selama 4 minggu:
1. Bentuk kalus awalnya pejal
PENGAMATAN

menjadi kompak hal ini


dikarenakan efek dari sitokinin,
menurut Setiawati et al. (2019)
efek dari sitokinin yang berperan
dalam transport zat hara
mengakibatkan tekstur kalus
menjadi kompak.
2. W arna kalus juga mengalami
perubahan yang beragam yaitu
hitam, hijau dan putih. Menurut
Satria et al. (2019) hitam pada
kalus dapat disebabkan oleh luka
pemotongan,
PENGAMATAN
PERBEDAAN KARAKTERISTIK
PENGAMATAN

KALUS
Abacatas 1 Abacatas 3 Tangongon
Warna kalus dominan Warna kalus lebih banyak Warna kalus hijau
hitam hijau dengan banyak tonjolan
putih
Ukuran kalus paling
kecil Ukuran kalus paling besar Ukuran kalus sedang
Pertambahan berat kalus Pertambahan berat kalus Pertambahan berat
yang paling kecil paling besar diantara hampir seperti
2 klon Abacatas 1 dan Abacatas 1
Tangongon
Bentuk kalus kompak Bentuk kalus kompak dan Bentuk kalus kompak
namun tidak seragam seragam namun tidak seragam
KESIMPULA
KESIMPULAN

1. N
Teknik konservasi secara in vitro Abaka yang dilakukan oleh Balittas
merupakan jenis konservasi jangka pendek dengan dilakukan
penyimpanan
dalam media kultur menggunakkan metode multiplikasi melalui subkultur
kalus.
2. Tingkat keberhasilan untuk pembuatan media untuk konservasi di Balittas
yaitu didapati 98,86% dengan total kontam sebanyak 2 botol dan total
media yang berhasil sebanyak 174 botol.
3. Tingkat kontaminasi dalam teknik kultur jaringan di Balittas dengam
mengamati keberhasilan pembuatan media dan teknik subkultur
masing masing diperoleh 1,14% dan 10%.
4. Pengamatan ketiga klon selama 4 minggu didapatkan hasil yaitu kalus
dari
klon Abacatas 3 adalah yang paling baik dari segi berat, ukuran, warna
REFERENSI

DAFTAR
PUSTAKA
Balittas. 2020. Tentang Balittas.
http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/id/tentang-kami

(diakses pada 16 Februari 2021)


Satria MT, Neliyati N, Jasminarni J. 2019. Pengaruh zat pengatur
tumbuh 2, 4-D (Dichlorophenoxyacetid-Acid) dan kinetin terhadap
induksi kalus dari eksplan daun kayu manis (Cinnamomun
Burmanii). Jurnal Agroecotania: Publikasi Nasional Ilmu Budidaya
Pertanian 2(1): 39-51.
Setiawati T, Ayalla A, Witri A. 2019. Induksi kalus krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat.) dengan Penambahan
berbagai kombinasi zat pengatur tumbuh (ZPT). EduMatSains:
Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains 3(2): 119-132.

Anda mungkin juga menyukai