Anda di halaman 1dari 21

SINDROM HIPOVENTILASI

OBESITAS (OHS)
Journal Reading

Source: https://cpapvictoria.com.au/blogs/osa/obstructive-sleep-apnoea-and-obesity-hypoventilation-syndrome
■ Masa JF, Pépin J-L, Borel J-C, et al. Obesity hypoventilation syndrome. Eur Respir Rev 2019; 28:
10097 2
Definisi dan Epidemiologi
■ Sindrom hipoventilasi obesitas (Obesity Hypoventilation Syndrome/OHS) adalah
kombinasi:
1. Obesitas : BMI ≥ 30 kg/m2
2. Hiperkapniia: PaCO2 ≥45 mmHg (tanpa gangguan neuromuskular atau metabolik).
■ Prevalensi OHS bervariasi pada setiap penelitian, estimasi: ±0,4% populasi dewasa.
■ OHS terjadi pada 8-20% pasien obesitas.

3
Patofisiologi 3
3 mekanisme: 2
1. Perubahan pada sistem pernapasan
karena obesitas
2. Perubahan respiratory drive
1
3. Kelainan pernapasan selama tidur
 sleep apnea

4
1. Perubahan pada sistem pernapasan

■ Obesitas : kelebihan jaringan adiposa pada


abdomen dan sekitar dinding dada →
menurunkan volume paru (FRC) dan penurunan
expiratory reserve volume pada paru.
■ Obesitas → menurunkan komplians paru, dan
menambah resistensi saluran napas bawah.
■ mismatch ventilasi/perfusi dan atelectasis lobus
paru bawah.

5
2. Perubahan respiratory drive
■ Pasien obesitas  meningkatkan respiratory drive (kompensasi agar eukapnik)
■ Penurunan central respiratory drive → REM sleep → Berulangnya hipoventilasi (yang
awalnya hanya REM sleep)  depresi pusat pernapasan → hiperkapnia
■ Hipotesis lain: disfungsi aksis leptin (stimulan ventilasi) terjadi pada OHS karena resistensi
sentral terhadap leptin dapat memperburuk control pernapasan dan membuat gangguan
kardiometabolik lainnya.

6
3. Sindrom sleep apneu pada OHS
■ Deposisi lemak  berkurangnya volume paru → menurunkan ukuran faring →
meningkatkan kondisi saluran napas untuk kolaps, membuat saluran napas bagian atas
untuk menutup atau menyempit saat tidur.
■ Pada pasien gagal jantung: pergeseran cairan  membuat penyempitan dan
penyumbatan pada saluran napas.
■ Pasien OHS mengalami OSA dengan apnu dan hipopnu dengan kompensasi ventilasi
yang tidak adekuat akibat penururan aktivitas pusat pernapasan.

7
Gejala pada 15 penelitian (757 pasien)

8
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Gejala:
- Obesitas berat (BMI ≥40 kg/m2,
- OSA berat ≥30 kejadian/jam,
- Hipersomnolen

Diagnosis: - Gas darah arteri dengan udara ruang (tanpa suplemen O 2):
a. peningkatan CO2 saat kondisi sadar
b. hipoksemia,
c. peningkatan kadar bikarbonat serum.

9
Komorbiditas pasien dengan OHS
■ Hipertensi (Prevalensi 55-88% pada pasien OHS)
■ Gagal jantung
■ Penyakit jantung coroner
■ Hipertensi pulmonal (karena terjadi karena hipoventilasi kronik)
■ Pasien OHS memiliki risiko kematian lebih tinggi:
- Mortalitas 24 % pada 1.5-2 tahun bila OHS tidak diterapi

10
Tatalaksana OHS
■ Penurunan berat badan secara ekstrim , opsi : operasi bariatric.
■ PAP (Positive Airway Pressure) : NIV (Noninvasive ventilation) atau CPAP (Continous
Positive Airway Pressure)
■ NIV mencakup pemberian ventilasi tekanan positif, biasanya dengan setting tekanan bi-
level.
■ CPAP mencakup pemberian tekanan kontinu selama siklus pernapasan untuk mencegah
apnea dan hypopnea obstruktif

11
CPAP
■ CPAP  stabilisasi jalan napas bagian atas.
■ CPAP setelah 2 bulan perbaikan PaCO2 di siang hari, HRQoL lebih baik, FEV1 FVC,
mengurangi perawatan di RS.

12
NIV
■ Memperbaiki pertukaran gas → mengurangi PaCO2 saat siang hari dan meningkatkan
tekanan oksigen arteri.
■ Terapi NIV meningkatkan survival dibandingkan dengan pasien yang tidak diobati dan
mengurangi perawatan di rumah sakit .
■ RCT 221 pasien dengan OHS dan OSA berat: 2 bulan NIV menurunkan PaCO2 ,
memperbaiki gangguan napas saat tidu, FVC, FEV1 lebih baik, rasa ngantuk berkurang,
dibandingkan dengan pasien yang melakukan modifikasi gaya hidup (control).
■ NIV memperbaiki hipertensi pulmonal (menurunkan tekanan arteri pulmonal) dan
disfungsi ventrikel kanan.

13
Terapi tanpa PAP
■ Operasi bariatrik dapat mengatasi obesitas berat dengan OSA.
■ Stimulan untuk pernapasan: medroxyprogesterone dan acetazolamide dapat
dipertimbangkan untuk pasien OHS yang intoleran terhadap PAP.

14
Strategi managemen
- Untuk pasien dengan hipoventilasi
yang lebih berat dan kejadian
obstruksi saat tidur (OSA
ringan/tidak ada OSA) maka pilihan
terapi lebih baik NIV.
- Untuk pasien yang lebih kuat
gangguan obstruksi saat tidur,
pilihannya CPAP.

15
16
Kesimpulan
■ Sindrom hipoventilasi obesitas terjadi karena peningkatan beban sistem pernapasan,
kelemahan otot-otot pernapasan, resistensi leptin, gangguan pernapasan ketika 
penurunan kepekaan respons pusat ventilasi sehingga terjadi hipoventilasi dan
hiperkapnia.
■ Estimasi prevalensi: 0.4% dari populasi dewasa
■ Pemeriksaan penunjang yang perlu dikerjakan ialah analisis gas darah arteri yang
menunjukkan hiperkapnia yang dengan asidosis respiratorik dan hipoksemia
■ CPAP dan NIV dapat memperbaiki gejala, QOL, pertukaran gas, dan gangguan napas
saat tidur.
■ Tatalaksana gangguan pernapasan ketika tidur, pembedahan dan farmakoterapi

17
TERIMA KASIH

18
Mekanisme terapi PAP: bantuan tekanan dengan target
volume
■ Saat ini, inisiasi terapi PAP pada OHS dilakukan dengan cara pemberian tekanan
(pressure) yang terfiksasi. Lalu berikutnya, berdasarkan evaluasi lab atau sleep clinic,
tekanan akan dititrasi dengan target untuk mencapai volume tidal.
■ Saat ini terdapat ventilator yang dapat digunakan dirumah dengan teknologi yang
mampu mengestimasi tidal volume lalu menyesuaikan tekanannya.
■ Fixed bi-level PAP adalah CPAP yang memberikan tekanan yang terfiksasi secara terus
menerus. Beberapa penelitian menyatakan kenyamanan pasien lebih baik dengan NIV
dengan target volume.

19
Tatalaksana OHS kronis eksaserbasi akut
■ Evaluasi penyebab seperti pneumonia atau gagal jantung.
■ Penyebab utama dari dekompensasi napas harus ditangani dengan agresif disertai
dengan terapi suportif untuk gagal napasnya.
■ Untuk kondisi dekompensasi karena gangguan pernapasan saat tidur tanpa adanya
penyebab khusus (idiofatik) pilihannya adalah NIV, dengan back up intubasi
endotracheal.
Pemberian NIV harus dilakukan pada 1 jam pertama sejak pasien masuk ke IGD untuk
pasien OHS yang gagal napas, dengan operator yang berpengalaman.

20
Setting PAP
CPAP/EPAP: pemberian
tekanan secara terus
menerus. Target: mengatasi
kejadian obstruksi,
mengorok, dan desaturasi
intermiten.

IPAP (NIV) bertujuan untuk


mengatasi hipoventilasi dan
hipoksemia yang
berlangsung terus menerus.

Tekanan EPAP dan IPAP


dinaikkan bertahap secara
progresif sampai target
tercapai (berkurangnya
obstruksi napas dan
hipoventilasi saat tidur), atau
sampai tekanan mencapai
maksimal.

21

Anda mungkin juga menyukai