Oleh
Argoseto
PENDAHULUAN
Definisi
Obesitas :
Akumulasi lemak abnormal atau berlebihan
→ dapat mengganggu kesehatan.
BMI
Berat badan (kg) / Kuadrat Tinggi badan (m)
(WHO, 2011)
Klasifikasi Obesitas (Longnecker, 2008)
BMI (kg/m2) Deskripsi Kelas obesity
18,5-24,9 Normal
30,0-34,9 Obesity I
Pada tipe ini jaringan adipose dominan lokasi di paha, pantat dan
pinggul (lemak secara metabolik kurang aktif sehingga kurang
berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskuler)
Latar Belakang
- Kegemukan dan obesitas merupakan resiko
tertinggi kelima untuk kematian global.
- Ahli anestesi rutin menghadapi pasien obesitas di
praktek klinik sehari-hari.
Tujuan
- Membahas patofisiologi & faktor resiko.
- Manajemen general anestesi & regional anestesi.
PATOFISIOLOGI
Sistem respirasi :
- Work of breathing pasien morbid obese
meningkat akibat dari compliance dinding dada
menurun.
- FRC ↓ , ERV ↓ , VC ↓ , TLC ↓
- Total konsumsi oksigen dan produksi
karbondioksida meningkat pada pasien obese saat
istirahat → CO ↑ & ventilasi alveolar ↑.
Obstruksi Jalan Nafas Pada Obesitas :
(Longnecker, 2008)
Arousal Index = AI
Indeks total arousal ( Arousal index=AI) adalah
jumlah total individu terbangun per jam.
Kesimpulan dari AHI dan total AI di kenal sebagai
respiratory disturbance index (RDI).
Syndrome Hipoventilasi Obesity
Didefinisikan sebagai kombinasi antara obesitas
(BMI > 30 kg/m2) dan hiperkapnia arteri ketika
sadar (Paco2 > 45 mmhg) dengan tidak adanya
penyebab lain dari hipoventilasi.
Sindroma Pickwickian ditandai dengan obesity,
mengantuk berlebihan, hipoksia, hiperkapnia,
gagal ventrikel kanan dan polisitemia.
Pathophysiology of Apnea
Sistem kardiovaskuler
Jaringan adipose berlebihan :
1. Volume darah ↑
2. Cardiac output ↑
3. Aterosklerosis ↑
4. Sistem RAA ↑
5. Resistensi insulin ↑
6. Dislipidemia
7. Hipofibrinolitik dan hiperkoagulasi
(Longnecker, 2009)
OSA/OHS OBESITY
HYPOXIA INCREASED TOTAL
BLOOD VOLUME
INCREASED PULMONARY
BLOOD VOLUME INCREASED CARDIAC OUTPUT
CORONARY ARTERY/
ISCHEMIC HEART DISEASE
RV FAILURE
BIVENTRIKULER FAILURE
Sistem Gastro Intestinal dan Hepatik
Volume gaster dan keasaman meningkat → resiko
tinggi pneumonitis jk terjadi regurgitasi/aspirasi.
Pengosongan lambung menjadi lebih lambat pada
pasien obese.
Abnormalitas morfologi dan biokimia dari hepar
sehubungan dengan obesitas termasuk infiltrasi
lemak, inflamasi, nekrosis fokal, sirosis,
abnormalitas metabolisme kholesterol.
Penurunan berat badan menghasilkan perbaikan
enzim liver.
Sistem Metabolik,Renal dan Endokrin
Gangguan toleransi glukosa → infeksi luka & ↑
miokard infark.
Hipotiroidism subklinik sering tjd pada pasien
morbid → Level TSH sering meninggi.
Obesitas merupakan resiko mayor terhadap end
stage renal disease (ESRD) dan hipertensi
essensial.
TRACHEAL
INTUBATION in the Rapid SpO2
SUPINE POSITION Desaturation
Pasien obese memerlukan dosis induksi yang lebih
besar karena volume darah, massa otot dan kardiak
output meningkat secara linier dengan tingkat
obesitas.
Succinylcholin direkomendasikan untuk intubasi
trachea. Jika intubasi sulit diprediksi, awake
intubasi dengan topikal atau anesthesia regional
adalah pendekatan yang bijaksana.
“Stacking” adalah posisi dimana tepi dari dagu
pasien berada lebih tinggi dari dada untuk
memfasilitasi laringoskopi dan intubasi.
Posisi HELP (head elevasi laringoscopy position)
atau “Ramped” adalah elevasi yang signifikan dari
kepala, leher, tubuh atas dan punggung dari dada
pada pasien obese → garis imajinasi horizontal
sternal notch ke telinga luar → memperbaiki
posisi laringoskopi dan intubasi.
Obat – Obat Anestesi Intra Vena :
Thiopental : Lipophilik
Dosis berdasarkan IBW.
Propofol : Lipophilik
Dosis berdasarkan TBW.
Midazolam : Lipophilik
Dosis berdasarkan TBW.
Opioid : Lipophilik
Dosis berdasarkan LBW.
Blok Neuromuskuler : Hidrophilik
Dosis berdasarkan IBW
kecuali Succhinylcholin
Agen Volatil :
Halothane → Meningkatkan resiko hepatitis
halothane pada pasien obese.
Enflurane → resiko nefrotoksisitas.
Isoflurane → memiliki waktu pemulihan yang
sama dengan pasien non obese, minimal toksisitas
organ dibandingkan halothane & enflurane.
Sevoflurane → waktu pemulihan lbh cepat
dibandingkan isoflurane, kontroversial pada
gangguan fungsi ginjal & degradasi compound A.
Desflurane → onset & pemulihan paling cepat.
Pertimbangan Pasca Operatif :
Ekstubasi dengan tepat.
Posisi.
Oksigenasi.
Penggunaan CPAP.
Manajemen nyeri yang adekuat.
Monitoring ketat pulse oksimetri dan AGD.
ANESTESI REGIONAL
Keuntungan :
- Minimal manipulasi pada sal.nafas.
- Mengurangi mual muntah pasca operasi.
- Menghindari obat anestesi yang mendepresi
sal.nafas.
- Mengurangi penggunaan opioid.
Kesulitan :
- Keterbatasan penggunaan.
- Kesulitan teknis.
- Tingkat kegagalan blok
meningkat bersamaan
peningkatan BMI.
- Kesulitan penentuan
Landmark.
- Positif palsu pd LOR
karena adanya kantong2
lemak.
- Posisi duduk, midline, regio lumbal,
jarum > panjang.
- Ultrasound & fluoroskopi dpt digunakan
sebagai penuntun.
- Pelebaran vaskuler epidural & infitrasi
lemak, membuat keperluan dosis 20-25%
lebih rendah pada pasien obese.
- Posisi supine dan trendelenburg
meningkatkan V/Q mismatch → Hipoksia.
TERIMA KASIH
Intubation
For airway management to be facilitated, the
obese patient should be positioned with the head
elevated (reverse Trendelenburg position) on the
operating room table.
Intubation
preoxygenated with 100% mask oxygen
for at least 3 to 5 minutes.
The patients head, neck and should be
carefully moved into “sniffing position”
Difficult to
Bag/Mask Poor view
Ventilate with direct
laryngoscopy
Assistant holds
back breasts, Short
applies cricoid
pressure laryngo-
scope
handle
TRACHEAL
INTUBATION in the Rapid SpO2
SUPINE POSITION Desaturation
SUPINE POSITION
Reduced lung volumes
Increased V/Q
mismatch
Increased intra-
abdominal pressure
TRENDELENBURG POSITION
Guilleminault C et al. Sleep Apnea Syndromes. New York: Alan R. Liss, 1978.
Pathophysiology of Apnea
Pathophysiology of Sleep Apnea
Sleep Onset
+ Airway opens
Decreased pharyngeal
muscle activity
Pharyngeal muscle
Airway collapses activity restored
sitting
supine