Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI,

FISIOLOGI,
FARMAKOLOGI
PEDIATRIK 1
Modul R3 - Februari 2019
Anestesi Pediatrik
 Memerlukan penyesuaikan dosis obat dan peralatan,
 Klasifikasi pediatrik:
Neonates 0 – 1 months
Infants 1 – 12 months
Toddlers 12 -24 months
Young children 2 – 12 years

 Infant memiliki risiko morbiditas dan mortalitas anestesi yang lebih


besar daripada anak yang lebih tua.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Modul Pediatrik 1
Sistem Respirasi
 Otot interkosta dan diafragma neonatus/ infant lebih lemah dan
kurang efisien untuk ventilasi; kosta lebih horizontal dan lunak;
abdomen lebih menonjol,
 Laju nafas (RR) cepat pada neonatus dan menurun dengan
bertambahnya usia,
 Alveolus matur pada usia sekitar 8 tahun,
 Alveolus lebih sedikit dan kecil  komplians paru menurun
 Volume residu rendah, FRC rendah  membatasi cadangan oksigen selama
periode apnea dan cenderung mudah atelectasis dan hipoksemia.
 Work of breathing lebih tinggi dan otot respirasi mudah lelah.
Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Sistem Respirasi (2)
 Jalan nafas yang lebih kecil menyebabkan resistensi jalan nafas lebih
tinggi,
 Perbedaan anatomis airway:
1. Proporsi kepala dan lidah lebih besar,
2. Rongga hidung lebih sempit,
3. Laring anterior dan cephalad
4. Epiglotis lebih panjang
5. Trakhea dan leher lebih pendek
6. Bagian tersempit adalah kartilago cricoid
hingga usia 5 tahun
 Infant adalah nasal breather hingga usia 5 bulan.
Naguib, M.A. 2015. Stoelting’s Pharmacology and Physiology in Anesthetic
Practice, Chapter 44: Physiology of the Newborn. 5th ed.
Perbedaan Anatomi Jalan Nafas
Sistem Kardiovaskular
 SV terfiksasi oleh ventrikel kiri yang nonkomplians dan immature,
 CO sangat sensitif terhadap perubahan laju jantung,
 Aktivasi system parasimpatis, overdosis agen anestesi, hipoksia  bradikardia dan
penurunan CO
 Infant dengan operasi emergency atau prolong durasi berisiko mengalami
bradikardi yang memunculkan hipotensi, asistol, dan kematian,
 Sistem simpatis dan reflex baroreseptor belum matur,
 Sistem kardiovaskular kurang berespon terhadap katekolamin eksogen,
 Immature  lebih sensitif, terdepresi oleh anestesi volatil dan opioid,
 Volume depletion  hipotensi tanpa takikardia.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Tanda Vital Pediatrik
Metabolisme dan Regulasi Suhu
 Metabolisme berkorelasi dengan Body Surface Area (BSA), yaitu:
konsumsi oksigen, produksi CO2, Cardiac Output, dan ventilasi
alveolar,
 Heat loss pada neonates lebih besar karena kulit tipis, konten lemah
rendah, dan BSA yang lebih besar,
 Diperparah dengan kamar operasi kurang dingin, ekspose luka lama,
pemberian cairan intravena dan irigasi yang dingin , dan gas anestesi yang
kering.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Metabolisme dan Regulasi Suhu (2)
 Efek hipotermia: delayed awakening dari anestesi, cardiac irritability,
depresi nafas, peningkatan resistensi vaskular pulmonal, perubahan
respon terhadap agen anestesi dan muscle relaxant,

 Produksi panas: metabolism lemak coklat dan perubahan fosforilasi


oksidatif hepar ke jalur yang lebih termogenik
 Pada infant prematur, persediaan lemak coklat terbatas
 Anestesi volatil mengambat termogenesis pada lemak coklat

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Fungsi Ginjal dan Gastrointestinal
 Fungsi ginjal mencapai angka normal pada usia 6 bulan, namun dapat
tertunda hingga usia 2 tahun.
 Pada neonates prematur terdapat:
• Penurunan klirens kreatinin,
• Kurangnya retensi natrium,
• Kurangnya ekskresi glukosa,
• Kurangnya reabsorbsi bikarbonat,
 Insidensi refluks gastroesophageal (GERD) lebih tinggi pada neonatus,
 Kemampuan konjugasi obat oleh hepar juga belum cukup.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Homeostasis Glukosa
 Neonatus memiliki simpanan glikogen yang lebih sedikit, menjadi
predisposisi terjadinya hipoglikemia,
 Neonatus dengan risiko lebih besar terjadinya hipoglikemia adalah:
• Prematur,
• Kecil masa kehamilan,
• Mendapatkan hiperalimentasi,
• Riwayat ibu dengan diabetes.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Perbedaan Anatomi Pediatrik
Perbedaan Fisiologi Pediatrik
FARMAKOLOGI PEDIATRIK
Modul Pediatrik 1
Perbedaan Farmakologi Pediatrik
Farmakologi Pediatrik
 Berat badan pasien dapat diperkirakan dengan:
Persentil 50th berat badan (kg) = (usia x 2) + 9
 Volume distribusi obat intravena lebih besar pada neonatus, infant, dan
young children, dan dosis optimal menjadi lebih besar daripada older
children dan dewasa,
 Pada neonates, terdapat penurunan GFR, hepatic blood flow, fungsi tubular
renal, dan sistem enzim hepar masih immature  kemampuan
metabolisme hepar dan ekskresi obat melalui bilier berkurang,
 Penurunan protein binding  peningkatan obat bebas  peningkatan
potensi, penurunan dosis induksi, dan peningkatan risiko toksisitas.

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Anestesi Inhalasi
 Peningkatan konsentrasi alveolar yang lebih cepat dan kecepatan
induksi yang lebih cepat  risiko overdosis,
 MAC lebih besar pada infant daripada pada neonates dan dewasa,
 Tekanan darah neonates dan infant sensitif terhadap agen volatil dan
lebih berisiko terjadinya depresi myocardial,
 Agen inhalasi:
 Halothane dan sevoflurane tidak mengiritasi airway,
 Sevoflurane paling minimal menyebabkan depresi respirasi,
 Depresi kardiovaskular, bradikardia, dan aritmia lebih jarang terjadi pada
penggunaan sevoflurane daripada halothane.
Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
MAC Agen Inhalasi pada Pediatrik
Anestesi Non-volatile
 Agen induksi:
 Membutuhkan dosis propofol yang lebih besar daripada dewasa (volume
distribusi lebih besar)
 Dosis thiopental lebih besar daripada dewasa (neonates 3-4 mg/kg, infant 5-6
mg/kg)
 Neonatus dan infant lebih resisten terhadap efek hipnotis ketamine  dosis
lebih besar
 Opioid:
 Lebih poten pada neonates dan sensitivitas lebih tinggi pada pusat
pernafasan (lebih mudah menembus Blood Brain Barrier)

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Muscle Relaxant
• Onset lebih cepat (up to 50% less delay) pada pediatrik untuk semua agen
muscle relaxant
• Lebih berisiko terjadi aritmia kardiak, hyperkalemia, rhabdomyolisis,
spasme masseter, dan hipertermi maligna terkait penggunaan
succinylcholine.
• Rocuronium:
• Drug of choice intubasi (0,6 mg/kg IV), onset paling cepat dari NMBA
• Dosis lebih besar (0,9-1,2 mg/kg digunakan untuk RSI  durasi lebih lama (90 menit)
• Administrasi IM (1,0-1,5 mg/kg)  onset 3-4 menit
• Untuk prosedur pendek, atracurium /cisatracurium lebih banyak digunakan (durasi
pendek – intermediate)

Butterworth, JF., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter
42: Pediatric Anesthesia. 5th ed.
Dosis Muscle Relaxant Pediatrik
Dosis Obat Pediatrik
Paracetamol 15 mg/kg Metoclopramide 0.15 mg/kg
Atracurium 0.5 mg/kg Midazolam 0.05 mg/kg
Atropine 0.01-0.02 mg/kg 0.1-0.15 mg/kg (IM)

Dexamethasone 0.1-0.5 mg/kg Neostigmine 0.04-0.07 mg/kg

Ephedrine 0.1-0.3 mg/kg Norepinephrine 0.05-0.2 mcg/kg/min

Epinephrine 10 mcg/kg Naloxone 0.01 mg/kg

Fentanyl 1-2 mcg/kg Ondansetron 0.1 mg/kg


Maintenance inf: Propofol 2-3 mg/kg
2-4 mcg/kg/jam Maintenance inf:
Ketamine 1-2 mg/kg 60-250 mcg/kg/min
Maintenance inf: Ranitidine 0.25-1.0 mg/kg
25-75 mcg/kg/min Rocuronium 0.6-1.2 mg/kg
Ketorolac 0.5-0.75 mg/kg
1. Butterworth, JF., Mackey, DC., Wasnick, JD. 2013. Morgan &
Mikhail’s Clinical Anesthesiology, Chapter 42: Pediatric
Anesthesia. 5th ed. New York: McGraw Hill-Education Medical
2. Naguib, M.A. 2015. Stoelting’s Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice, Chapter 44: Physiology of the Newborn. 5th
ed. Philadephia: Wolters Kluwer.

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai