Anda di halaman 1dari 25

SATUAN KREDIT

KOMPETENSI (SKK) DAN


PENJADWALAN

Oleh: Asep Sudrajat


PENGANTAR


SKK merupakan pernyataan beban belajar
pada pendidikan kesetaraan. Satu SKK dapat
dilakukan melalui 1 jam tatap muka, atau 2 jam
tutorial, atau 3 jam mandiri.

 1 jam tatap muka:


 • Paket A: 30 menit

 • Paket B: 40 menit

 • Paket C: 45 menit

 Secara umum, materi SKK ini akan menjelaskan:
a. Satuan pendidikan menerjemahkan SKK untuk 1
tingkatan dalam mata pelajaran, semester, dan
modul
b. Pendidik menerapkam beban belajar dalam strate-gi
pembelajaran modul (tatap muka, tutorial, dan
mandiri)
c. Satuan pendidikan mengatur penjadwalan sesuai
SKK untuk setiap mata pelajaran dan strategi
pemeblajaran modul ( tatap muka, tutorial, dan
mandiri)
TUJUAN
KELUARAN
2. TAHAPAN PENYUSUNAN SKK
2.2. Buat Daftar Mata Pelajaran

Disiapkan daftar mata pelajaran yang akan dipelajari


di satuan pendidikan, termasuk mata pelajaran
kelompok khusus yang dipelajari. Mata pelajaran
kelompok khusus dapat berupa keteram-pilan
pilihan (hantaran, tata boga, atau lainnya). Daftar
pelajaran memuat semua mata pelajaran atau
program yang dilaksanakan satuan pendidikan
2.3. Pelajari Struktur Kurikulum Pendidikan Kesetaraan

Struktur kurikulum pada pendidikan kesetaraan secara


umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu: kelompok
umum yang berisi mata pelajaran seperti pada pendidikan
formal dan kelompok khusus sebagai ciri pendidikan
kesetaraan yang terdiri dari muatan pemberdayaan dan
keterampilan. Muatan keterampilan terbagi menjadi 2,
yaitu: keterampilan wajib dan keterampilan pilihan. Pada
Program Paket C, Keterampilan pilihan ini diarahkan pada
Keterampilan yang tersertifikasi dengan Level 2 KKNI,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
peserta didik setelah menyelesaikan program Paket C.
2.4. Alokasikan Beban Belajar
 Beban belajar pada pendidikan kesetaraan dinyatakan
dalam Satuan Kredit Kompetensi (SKK). Besarnya beban
belajar setiap 1 SKK setara dengan 1 jam Tatap Muka atau
2 jam Tutorial, atau 3 jam Mandiri. Pemerintah
menetapkan beban belajar untuk setiap tingkatan. Satuan
pendidikan dapat mengalokasikan (distribusi) beban
belajar sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan
kebutuhan peserta didik. Tahap alokasi beban belajar
dimulai dengan mengalokasikan ke setiap mata pelajaran,
lalu setiap semester. Setelah itu pendidik akan mengaitkan
beban belajar setiap mata pelajaran setiap semester dengan
jumlah modul yang harus diselesaikan.
(2.4.1. Alokasikan SKK ke Mata Pelajaran)

Pengalokasian SKK ke mata pelajaran dapat


dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

 a. Sesuai bobot mata pelajaran pendidikan formal


terhadap subtotal atau total beban belajarnya.

 b. Sesuai dengan kebutuhan beban mata pelajaran


 Penyesuaian beban belajar dapat juga dilakukan
satuan pendidikan untuk mata pelajaran pada
kelompok umum (tidak harus sesuai dengan
persentase yang sama dengan pendidikan formal).
Data hasil analisis konteks dapat dijadikan dasar
untuk menetapkan beban belajar mata pelajaran
sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
 Pelaksanaan Proyek Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan Kesetaraan menggunakan alokasi beban
belajar pada kelompok khusus yaitu Pemberdayaan
yang mendapatkan alokasi 1/3 dari total beban belajar
muatan khusus.
(2.4.2. Alokasikan SKK ke Semester)
 Usahakan beban belajar untuk setiap semester setara
(hampir sama). Satuan pendidikan dapat
mengalokasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya semester genap memiliki beban belajar
yang lebih sedikit daripada semester ganjil karena
pada ada penjadwalan untuk ujian kenaikan tingkat
dan beban SKK mata pelajaran untuk 1 semester
minimal 2 SKK. Alokasi beban belajar per semester
dapat memperhatikan bobot per semester atau
pertimbangan lain yang dianggap penting oleh satuan
pendidikan.
(2.4.3. Kaitkan SKK dengan Modul)
 Pendidik diharuskan mempelajari modul mata
pelajaran yang diampunya secara keseluruhan
untuk memetakan tingkat kesulitan modul dan
perkiraan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan modul dengan kecepatan belajar
rata-rata peserta didik. Beban belajar mata
pelajaran akan diimplementasikan pada beban
belajar modul. Beban belajar per modul juga akan
dipengaruhi lama penyelesaian paket SKK yang
ditentukan.
 Setelah menentukan waktu penyelesaian modul,
pendidik akan menentukan strategi pencapaian
pembelajaran modul yang selanjutnya dijabarkan
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis modul.

 Rancangan RPP berbasis modul perlu memperhatikan


karakteristik peserta didik, akan berbeda peserta didik
usia sekolah dan dewasa. Bagi peserta didik usia
sekolah latihan untuk meningkatkan keterampilan dari
mata pelajaran menjadi tujuan, sedangkan pada usia
dewasa dapat diarahkan pada bagaimana menerapkan
konsep mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari
mereka atau masalah yang mereka hadapi.
3. TAHAP PENYUSUNAN PENJADWALAN

 3.1. Tentukan Aturan Penjadwalan


 Satuan pendidikan dapat menentukan aturan

penjadwalannya sendiri sesuai dengan daya


dukung dan kebutuhan belajar peserta didik.
Sebaiknya aturan ini dibuat tertulis agar dapat
dijalankan bersama seluruh pemangku
kepentingan di satuan pendidikan
Satuan pendidikan menetapkan peraturan terkait penjadwalan antara lain:


A. Waktu pertemuan yang dapat difasilitasi oleh satuan
pendidikan. Waktu pertemuan ini bila pembelajaran
dilakukan secara luring termasuk untuk pembelajaran tutorial

 B. Waktu penyelesaian pembelajaran modul untuk setiap


semesternya. Misalnya satu semester diberikan waktu 5 bulan
karena 2 bulan setelah semester genap digunakan untuk
pembelajaran Kelompok khusus.


 C. Waktu pelaksanaan ujian modul (bila masih dirancang
secara klasikal). Meskipun penyelesaian satu modul
antar mata pelajaran berbeda, satuan pendidikan dapat
memberikan rentang waktunya dalam penjadwalan.

 D. Waktu pelaksanaan mata pelajaran/muatan


keterampilan dan pemberdayaan bila dibedakan dengan
mata pelajaran pada kelompok umum.



3.2. Tentukan Strategi Penyelesaian Modul

 Pendidik perlu merancang strategi


penyelesaian modul yang menggambarkan
waktu, strategi pembelajaran yang sesuai
dengan beban belajar. Strategi penyelesaian
modul ini diperlukan untuk mengatur
jadwal pembelajaran, terutama untuk
tatap muka dan tutorial. Satuan
pendidikan melakukan rekapitulasi strategi
penyelesaian modul yang di rencanakan
oleh pendidik
3.3. Rekapitulasi Strategi Penyelesaian Modul

 Rekapitulasi ini dilakukan untuk semua mata


pelajaran (peminatan maupun kelompok khusus bila
direncanakan dilaksanakan bersamaan waktunya),
sehingga didapatkan total kebutuhan tatap muka,
tutorial, dan mandiri untuk setiap minggunya.
 Mata pelajaran atau program lain yang dilakukan
diluar jadwal semester akan dipetakan tersendiri.
Misalkan dilaksanakan selama 1 bulan setelah
semester berakhir atau selama 2 bulan pada akhir
tahun (semester genap).
3.4. Petakan Hasil Rekapitulasi

 Satuan pendidikan merekap semua strategi pembelajaran


modul yang direncanakan oleh pendidik. Selanjutnya
didapatkan data jumlah tatap muka, tutorial, dan mandiri
yang direncanakan setiap minggunya. Misalkan pertemuan
yang dapat difasilitasi dan disepakati dengan peserta didik
setiap minggu sebanyak 3 kali pertemuan dengan lama
waktu 4 jam pelajaran (JP). Ini artinya total jam tatap muka
dalam seminggu tidak boleh lebih dari 12 JP. Maka satuan
pendidikan akan menggeser jadwal tatap muka ke minggu
berikutnya.

3.5. Susunlah Jadwal

 Secara umum penjadwalan perlu memerhatikan:

• Jumlah pertemuan yang dapat difasilitasi per minggu.

• Hasil rekapitulasi strategi pembelajaran yang


direncanakan untuk semua mata pelajaran.
3.6. Komunikasikan Jadwal dengan Pendidikan

 Satuan pendidikan perlu mengomunikasikan


penjadwalan yang sudah disusunnya kepada
Pendidik. Penjadwalan ini mungkin agak
sedikit berbeda dengan strategi penyelesaian
modul yang telah dirancang Pendidik.
Pendidik diminta untuk melakukan
penyesuaian strategi penyelesaian modul
dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh
satuan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai