Anda di halaman 1dari 7

RESUME KKG KELAS 4

PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID 19


BAGI GURU SEKOLAH DASAR KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2021

Hari/tanggal :
- Kamis, 28 Januari 2021
- Kamis, 25 Pebruari 2021
- Kamis, 25 Maret 2021
Tempat : SDN Kromasan

1. Kebijakan Pemerintah di bidang pendidikan


Pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 diatur dalam Surat Edaran Mendikbud No 15
Tahun 2020 tentang pedoman Penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat Penyebaran
Covid-19.
Belajar dari rumah tetap memperhatikan protokol kesehatan dan bisa dilaksanakan melalui
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) daring atau luring yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman
penyelenggaraan belajar dari rumah.
Metode dan Media Pelaksanaan Belajar Dari Rumah BDR dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) yang dibagi ke dalam 2 (dua) pendekatan:
1. pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring)
2. pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring)
Dalam pelaksanaan PJJ, satuan pendidikan dapat memilih pendekatan (daring atau luring atau
kombinasi keduanya) sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana. Media dan Sumber
Belajar Pembelajaran Jarak Jauh Daring Pembelajaran di rumah secara daring dapat menggunakan
gawai (gadget) maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring.
Media dan Sumber Belajar luring dapat dilaksanakan melalui:
a. televisi, contohnya Program Belajar dari Rumah melalui TVRI;
b. radio;
c. modul belajar mandiri dan lembar kerja;
d. bahan ajar cetak; dan
e. alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu guru dituntut kreatif dalam melaksanakan pembelajaran . Guru harus kreatif dan
mau melakukan inovasi pembelajaran yang merupakan solusi yang perlu didesain dan dilaksanakan
dengan memaksimalkan media yang ada seperti media online. Wabah Covid-19 menuntut para guru
untuk memutar otak, dalam upaya menemukan cara yang tepat dan cepat untuk melaksanakan
pembelajaran di era seperti sekarang ini. Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan metode e-
learning, yaitu pembelajaran memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pembelajaran
dilaksanakan melalui perangkat komputer yang terhubung dengan koneksi internet. Dengan koneksi ini,
guru dapat melakukan pembelajaran bersama menggunakan grup di media sosial seperti Whatsapp,
telegram, aplikasi zoom, ataupun media sosial lainnya. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa
belajar pada waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
KALENDER PENDIDIKAN
2. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama
satu tahun pelajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar,
waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan awal tahun pelajaran, sekolah menyusun kalender pendidikan untuk mengatur
waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran, mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waku belajar di sekolah mengacu
kepada standar isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah kebutuhan peserta
didik dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah atau pemerintah.

Komponen Kalender Pendidikan 

Komponen-komponen yang harus ditampilkan dalam sebuah Kalender Pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Permulaan tahun pelajaran


Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada
setiap satuan pendidikan.
2. Minggu efektif belajar
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap
satuan pendidikan, yaitu 34 sampai 38 minggu.
3. Waktu pembelajaran efektif
Waktu belajar efektif merupakan jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam
pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, yaitu 32 sampai 36 jam pembelajaran.
4. Waktu libur
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakannya kegiatan pembelajaran terjadwal pada
satuan pendidikan yang dimaksud.
Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagama
Langkah-langkah Penyusunan Kalender Pendidikan
Langkah-langkah penyusunan Kalender Pendidikan dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
1. Awal tahun pelajaran ditetapkan bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun
berikutnya.
2. Mengacu pada kalender pendidikan yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi untuk pedoman
dalam menentukan kalender pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan
3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan
pendidikan.Menentukan minggu efektif, libur tengah semester, libur antar semester, serta libur akhir
tahun dengan acuan jumlah yang telah ditetapkan
4. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri
Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota,
dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
5. Menyesuaikan kalender pendidikan dengan kondisi hari-hari libur umum maupun keagamaan, hari
libur umum (termasuk hari-hari libur nasional), dan hari libur khusus.
6. Menentukan periode efektif pembelajaran dengan mempertimbangkan hari-hari yang akan tersita
untuk kegiatan-kegiatan pengembangan diri, baik ekstrakulikuler maupun bimbingan dan konseling
terpadu.
7. Menentukan bobot dan alokasi hari-hari pembelajaran efektif setelah disesuaikan dengan hari efektif
fakultatif (seperti: hari-hari pembelajaran di bulan Puasa agama Islam) serta hari libur fakultatif (misal:
libur awal puasa dan libur hari raya keagamaan).
8. Melakukan rekap kalender pendidikan selama satu tahun penuh, atau dapat pula ditambah kalender
pendidikan per semester dan per bulan dengan telah diteliti secara seksama oleh tim perumus kalender
pendidikan
9. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan
berdasarkan alokasi waktu sebagai mana tersebut pada dokumen Permendikbud No 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.

3. Penyusunan Program Semester


Promes adalah bentuk penjabaran dari prota yang memuat gambaran pembelajaran dan pencapaian
yang ingin diraih selama satu semester. Dengan adanya promes ini, akan lebih mudah dalam
menuntaskan mata pelajaran yang diampu
Fungsi promes adalah sebagai berikut.
a. Bisa mempermudah tugas guru saat mengadakan pembelajaran selama satu semester.
b. Mampu mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogram.
c. Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang ikut serta dalam
pembelajaran.
d. Menjadi pedoman guru dan dalam bekerja dan belajar.
e. Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses pembelajaran.
f. Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga terbentuk keseimbangan kerja.
g. Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat penunjang karena pembelajaran bisa berlangsung
secara efektif dan efisien.
Langkah penyusunan promes
a. Memasukkan kompetensi dasar, topik, dan sub topik materi/bahasan ke dalam format promes yang
tersedia.
b. Menentukan banyaknya jam yang tersedia di kolom minggu dan banyaknya tatap muka setiap
minggu per mata pelajaran.
c.Menambahkan catatan di setiap bagian yang membutuhkan keterangan.
4. Penyusunan silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau
tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti
pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem
penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana
pembelajaran untuk satu Standar Kompetensi maupun satu Kompetensi Dasar.
Secara umum proses penyusunan silabus terdiri atas delapan langkah utama sebagai berikut:
1. Mengisi Kolom Identitas Mata Pelajaran
Pada bagian ini perlu dituliskan dengan jelas nama sekolah, mata pelajaran, ditujukan untuk
kelas berapa, pada semester mana, dan alokasi waktu yang dibutuhkan. Perlu juga dituliskan standar
kompetensi mata pelajaran yang akan dicapai.
2. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi pada dasarnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar merupakan
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini berlaku secara
nasional, ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Para pengembang silabus
perlu mengkaji secara teliti standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus
selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam standar isi; Keterkaitan antara standar kompetensi dan
kompetensi dasar dalam mata pelajaran; Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar
antar mata pelajaran.
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Materi pokok/pembelajaran ini merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator. Jenis materi pokok bisa berupa
fakta, konsep, prinsip, prosedur, atau keterampilan. Materi pokok dalam silabus biasanya dirumuskan
dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan. Untuk mengidentifikasi m-teri
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dila-kukan dengan
mempertimbangkan: Potensi peserta didik; Relevansi dengan karakteristik daerah, Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; Kebermanfaatan bagi
peserta didik; Struktur keilmuan; Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan Alokasi waktu.
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk/pola umum kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini dapat berupa kegiatan tatap
muka maupun bukan tatap muka. Kegiatan tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran dalam bentuk
interaksi langsung antara guru dengan siswa (ceramah, tanya jawab, diskusi, kuis, tes). Kegiatan non
tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran yang bukan interaksi langsung guru-siswa
(mendemonstrasikan, mempraktikkan, mengukur, mensimulasikan, mengadakan eksperimen,
mengaplikasikan, menganalisis, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah), kegiatan
pembelajaran kontekstual, dan kegiatan pembelajaran kecakapan hidup. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Pengalaman
belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya
guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Kegiatan pembelajaran
memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan
materi.
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
6. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian menggunakan acuan
kriteria yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang
direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya
di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang
dibutuhkan.
7. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi
dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan
seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per
semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. Implementasi
pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
8. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan (Buku Ajar), objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, buku yang berhubungan dengan Silabus.
5. Penyusunan RPP
Suatu kegiatan pembelajaran, diperlukan sebuah rencana agar pembelajaran tersebut dapat berjalan
dengan baik. 
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk:
(a) mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar-mengajar;
(b) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru
akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai
kerangka kerja yang logis dan terencana.
Menurut Surat Edaran No 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
ada 2 hal yang harus diperhatikan, antara lain :
Pembuatan RPP pada dasarnya harus memperhatikan 3 prinsip, yaitu::
1. Efisien, penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan waktu dan tenaga
2. Efektif, penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
3. Berorientasi pada murid. Penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan
dan kebutuhan belajar murid di dalam kelas
Bahwa dari 13 komponen RPP yang telah diatur dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran (asesmen) yang wajib dilaksanakan
oleh guru, sedangkan lainnya bersifat pelengkap.
6. Penilaian Hasil Belajar
Dalam kondisi darurat ini, kemasan muatan pembelajaran BDR, seharusnya akan sarat dengan
penguatan literasi dan karakter. Konten diajarkan, selain untuk mengembangkan pengetahuan siswa, juga
digunakan sebagai medium dalam menumbuhkan dan memperkuat kemampuan literasi dan karakter.
Sebagai sebuah aktivitas pembelajaran formal, penilaian tetap harus dilakukan. Namun, penilaian
BDR dilakukan bukan untuk menentukan standar pencapaian atau kepentingan nilai semata. Penilaian
dalam BDR dilakukan dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat menemukan cara belajar yang
lebih baik bagi dirinya pada setiap subjek yang dipelajari/diajarkan. Penilaian semacam ini disebut
dengan penilaian formatif, yakni skor/nilai hasil sebuah aktivitas penilaian bukanlah standar pencapaian
ataupun tujuan proses pembelajaran. Karena jika kita menggunakannya sebagai tujuan proses
pembelajaran, nilai sesungguhnya yang merupakan ukuran dari status pembelajaran akan hilang dan
justru mendistorsi proses pembelajaran yang diharapkan (Rogertitcombe: 2015). Metode penilaian yang
bisa digunakan,berupa penilaian proyek, penilaian portofolio, dan bentuk penilaian lainnya yang relevan
dengan tujuan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai