Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSIF DAN REGULASI

Disampaikan pada Kegiatan:

BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Oleh ,
Tim Lintang Samudera Edukasi

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA


KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2023
NARASUMBER

Dr. Elly Sri Melinda, M.M.Pd


LINTANG SAMUDRA EDUKASI (LSE)
PENGANTAR

• Konteks pendidikan inklusif adalah sebuah sistem yang ideal bagi


Character Building peserta didik
• Dalam masyarakat demokratis, konteks pendidikan inklusif diarahkan
pada penyediaan kesempatan pendidikan bermutu bagi semua. Sebagai
sebuah prinsip universal, pendidikan inklusif memiliki implikasi
dimungkinkannya diversifikasi program.
Secara operasional satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusif
ditunjukkan dengan dipenuhinya
elemen dasar sekolah bermutu.

Dengan pendidikan inklusif terjadi perubahan


praktis yang memberi peluang kepada peserta didik
dengan latar belakang dan kemampuan yang
berbeda bisa berhasil dalam belajar. Akan tetapi,
fenomena yang ada pendidikan inklusif masih
dipersepsi beragam dan penyelenggaraannya masih
sporadis karena pemahaman yang berbeda-beda.
TANTANGAN APA YANG HARUS DILAKUKAN

Segi Kualitas Proses:


 Belajar di sekolah tidak UBAH POLA PIKIR DARI
menyenangkan PENDEKATAN
 Pembelajaran di sekolah PENDIDIKAN EKSLUSIF
semata-mata untuk KE PENDEKATAN
menyelesaikan kurikulum INKLUSIF
 Perbedaan dan keragaman
kurang diperhatikan
MENGAPA PENDIDIKAN INKLUSIF?
Sepuluh alasan yang mendasar pendidikan inklusif

Pusat Studi Pendidikan Inklusif Inggris (CSIE) .

1. Semua anak mempunyai hak untuk belajar bersama

2. Anak-anak tidak harus diperlakukan diskriminatif

3. Para penyandang disabilitas menuntut segera diakhirinya sistem


segregatif

4. Tidak ada alasan yang sah untuk memisahkan pendidikan bagi


penyandang disabilitas

5. Prestasi akademik dan sosial penyandang disabilitas di sekolah integratif


lebih baik daripada di sekolah segregatif
6. Pembelajaran di sekolah segregatif dapat dilaksanakan di sekolah umum

7. Lebih efisien dalam penggunaan sumber belajar

8. Sistem segregatif dapat membuat anak menjadi banyak prasangka


dan rasa cemas (tidak nyaman)

9. Semua anak memerlukan pendidikan yang membantu mereka


berkembang untuk hidup dalam masyarakat yang normal

10. Sistem inklusif berpotensi untuk mengurangi rasa kekhawatiran,


membangun rasa persahabatan, saling menghargai, dan memahami
KONSEP PENTING DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF
Keberagaman dan Sistem Pendidikan di Anak
Sumber Daya
Diskriminasi Sekolah
• Memanfaatkan sumber • Menghilangkan • Pendidikan lebih luas • Individu dengan hak
daya lokal yang tersedia diskriminasi dan dari pada pendidikan dasar
• Mendistribusikan pengucilan formal di sekolah • Warga negara
sumber daya yang • Memandang • Fleksibel dan sistem
pendidikan bersifat • Warga masyarakat
tersedia keberagaman sebagai
sumber daya, bukan responsif • Anggota keluarga
• Memandang manusia
sebagai masalah • Lingkunngan
(antara lain: anak,
orang tua, guru, • Pendidikan inklusif pendidikan ramah
kelompok orang yang menyiapkan siswa terhadap anak
termarginalkan dsb) menjadi toleran dan • Sistem mengakomodasi
sebagai sumberdaya menghargai setiap anak yang
kunci perbedaan. beragam dan bukan
anak yang menyesuaian
dengan sistem
• Kolaboratif antar mitra
dan bukan kompetitif
PENDIDIKAN INKLUSIF
tanpa mempedulikan
keadaan; 8. pekerja anak dan
1. fisik, 9. anak jalanan
2. intelektual, 10, anak diidaerah
3. sosial, terpencil,
4. emosi, 11. anak-anak dari
Pendidikan yang 5. bahasa, kelompok etnik
mengakomodasi 6. atau kondisi- dan bahasa
semua anak minoritas dan
kondisi lain,
termasuk 12. anak-anak yang
anak penyandang tidak beruntung
disabilitas, dan terpinggirkan
7. anak-anak dari kelompok
berbakat, masyarakat

(Salamanca Statement, 1994 dalam Stubbs, 2003 )


PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 380/C.C6/MN/2003 tentang
Pendidikan Inklusif.
“Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus (anak luar biasa) untuk belajar bersama-sama dengan anak sebaya sekolah umum.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32


Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus:
“Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik
lain pada satuan pendidikan umum maupun kejuruan, dengan cara menyediakan sarana, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan individual
peserta didik.”
• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa: “Pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.”

• Pengertian pendidikan inklusif berdasarkan penjelasan Pasal 10 huruf a Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas: “Yang dimaksud dengan “pendidikan
secara inklusif” adalah pendidikan bagi peserta didik Penyandang Disabilitas untuk belajar
bersama dengan peserta didik bukan Penyandang Disabilitas di sekolah reguler atau
perguruan tinggi.
Prinsip pembelajaran inklusif yang diatur pada Hurup D angka 1
huruf c Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada
Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus sebagai berikut:
“Inklusif yaitu pembelajaran yang bebas dari diskriminasi Suku,
Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA), tidak meninggalkan
Peserta Didik manapun, termasuk Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus/penyandang disabilitas, serta memberikan pengembangan
ruang untuk identitas, kemampuan, minat, bakat, serta kebutuhan
Peserta Didik.”
• Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan
inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan,
sedang, dan berat secara penuh di kelas regular. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas regular merupakan tempat belajar
yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenisnya dan
bagaimanapun garadasinya.
• Sapon-Shevin (O Neil 1995) menjelaskan bahwa pendidikan
inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman
seusianya.
Unicef (2017) menjelaskan pengertian pendidikan inklusif sebagai berikut:” An
education system that includes all students, and welcomes and supports them to learn,
whoever they are and whatever their abilities or requirements. This means making sure
that teaching and the curriculum, school buildings, classrooms, play areas, transport
and toilets are appropriate for all children at all levels. Inclusive education means all
children learn together in the same schools.”
Artinya: Pendidikan inklusif adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup semua
peserta didik, dan menyambut serta mendukung mereka untuk belajar, siapa pun
mereka dan apa pun kemampuan atau persyaratan mereka. Ini berarti memastikan
bahwa pengajaran dan kurikulum, gedung sekolah, ruang kelas, area bermain,
transportasi, dan toilet sesuai untuk semua anak di semua tingkatan. Pendidikan
inklusif berarti semua peserta didik belajar bersama di sekolah yang sama.
TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusif bertujuan untuk membangun konsep yang koheren dan


kerangka kebijakan yang kontekstual dengan kondisi lingkungan sehingga
tersedia akses dan kesamaan dalam pendidikan dasar untuk semua anak, dan
apa yang terkandung dalam pendidikan sehingga kebutuhan-kebutuhan
pendidikan yang beragam dapat direspon dan dipenuhi di dalam jalur utama
pendidikan (pendidikan biasa), baik pada jalur pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal.
Tujuan pendidikan inklusif berdasarkan Permendiknas Nomor 70 Tahun
2009 sebagai berikut.
• Memberikan kesempatan yang luas kepada semua peserta didik
termasuk peserta didik berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
• Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH/KELAS
Dalam tataran sekolah dan kelas, tujuan pendidikan inklusif adalah:
1. Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas
2. Menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat
3. Menerima keanekaragaman
4. Menghargai perbedaan
5. Menciptakan suasana kelas dan menerima semua anak secara penuh antara lain dengan
menekankan suasana sosial yang menghargai perbedaan kemampuan, kondisi fisik, sosial
ekonomi, suku, dan agama
6. Mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial, intelektual, bahasa,
dan kondisi lainnya.
7. Memberdayakan individu, membuka akses ke sekolah bermutu serta mewujudkan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif.
8. Meminimalkan hambatan belajar dan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan belajar
sesuai potensi anak, termasuk menghargai eksistensi setiap anak sehingga tumbuh rasa
dihargai, saling memberi, dan memotivasi untuk memperoleh pendidikan
9. Memberi pengalaman sehingga semua anak dapat berpartisipasi dalam kelas di sekolah
terdekat dengan tempat tinggalnya.
PRINSIP PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN INKLUSIF
PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSF
PRINSIP PEMERATAAN DAN PENINGKATAN
MUTU

PRINSIP KEBUTUHAN INDIVIDUAL

PRINSIP KEBERMAKNAAN

PRINSIP BERKELANJUTAN

PRINSIP KOLABORASI
Mendorong
Mencegah
Keadilan Secara
Pandangan Buruk Sosial

Memilih Materi- Menyesuaikan dan


Mengintegrasikan
materi Sesuai Pembelajaran Secara

ENAM Kebutuhan Tepat

PRINSIP Mengajar Menggali identitas


yang beragam
Semua Anak
PENDIDIKAN
INKLUSIF
PRINSIP DALAM LAYANAN
PENDIDIKAN INKLUSIF
Hadir (Present)
Diterima (Acceptance)
Berpartisipasi (Partisipation)
Berprestasi (Achievement)
ELEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

Mengakomodasi semua peserta didik

Pembelajaran berpusat pada peserta didik

Menghargai dan menerima perbedaan-keragaman

Sistem (kurikulum, cara, media, lingkungan) diadaptasikan terhadap anak

Terdapat aksesibilitas

Guru bekerja dalam Tim

Orang tua terlibat dalam pembelajaran


REGULASI PENDIDIKAN INKLUSIF
Dasar hukum Pendidikan Inklusif atau Pendidikan untuk Semua
(Education for All) adalah hakikat pendidikan yang berkeadilan
tercantum dalam UUD Tahun 1945 Pasal 31.

Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)


• Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
• Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
PERATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG PENYANDANG DISABILITAS
RATIFIKASI PERJANJIAN
INTERNASIONAL YANG DIATUR
PERPRES NOMOR 1 TAHUN 2020

PP NO 52 TAHUN 2019
UU NO 8 TAHUN PERPRES NO 68 TAHUN 2020
2016 TENTANG
PP NO 70 TAHUN 2019 PENYANDANG
PERPRES NO 7 TAHUN 2020
DISABILITAS

PP NO 13 TAHUN 2020
PP NO 60 TAHUN 2020

PP NO 39 PP NO 42
TAHUN 2020 TAHUN 2020
Pasal 31 UUD 1945 (Amandemen)
Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Penjelasan Pasal 15
Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang
dan pemerintah wajib membiayainya. Sistem Pendidikan
Nasional sebagai
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang berikut: “…. Pendidikan
khusus merupakan
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: “Pendidikan di penyelenggaraan
Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan pendidikan untuk
peserta didik yang
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi berkelainan atau peserta
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa
bangsa.” yang diselenggarakan
secara inklusif atau
Pasal 5 ayat (1) UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem berupa satuan
pendidikan khusus pada
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Setiap warga negara tingkat pendidikan
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang dasar dan menengah.”
bermutu.”

PENDIDIKAN INKLUSIF
(SETIAP WARGA NEGARA BERHAK MENDAPAT PENDIDIKAN
YANG BERMUTU DAN DISELENGGARAKAN SECARA
DEMOKRATIS, BERKEADILAN, DAN TIDAK DISKRIMINASI)
Pasal 130 (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pada Pasal 51 Undang-Undang Nomor
Pengelolaan dan Penyelenggaraan 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Pendidikan menyebutkan bahwa:
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
“Pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan dapat diselenggarakan 2002 tentang Perlindungan Anak
pada semua jalur dan jenis pendidikan menjelaskan bahwa: “Anak
pada jenjang pendidikan dasar dan Penyandang Disabilitas diberikan
menengah.” kesempatan dan aksesibilitas untuk
memperoleh pendidikan inklusif
dan/atau pendidikan khusus.”
PENYELENGGARAAN,
HAK, DAN FASILITASI Pasal 41 ayat (1) sebagai berikut:
PENDIDIKAN INKLUSIF “Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan dan/atau memfasilitasi
pendidikan inklusif dan pendidikan khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat
(2) wajib memfasilitasi Penyandang
Disabilitas untuk mempelajari keterampilan
dasar yang dibutuhkan untuk kemandirian
dan partisipasi penuh dalam menempuh
pendidikan dan pengembangan sosial.”
KOMPETENSI GURU
PERMENDIKNAS NO 16 TAHUN 1.1 Memahami karakteristik peserta
2007 TENTANG STANDAR didik yang berkaitan dengan aspek
KUALIFIKASI AKADEMIK DAN fisik,
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN intelektual, sosial-emosional, moral,
KHUSUS spiritual, dan latar belakang sosial
budaya.
KOMPETENSI PEDAGOGIK
1.2. Mengidentifikasi potensi peserta
Kompetensi 1: Menguasai karakteristik didik dalam mata pelajaran yang
peserta didik dari aspek fisik, moral, diampu.
spiritual, kultural, emosional, dan 1.3. Mengidentifikasi bekal-ajar awal
intelektual. peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
1.4. Mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam mata pelajaran
16.1 Bersikap inklusif dan
objektif terhadap
peserta didik, teman
sejawat dan
KOMPETENSI PERMENDIKNAS NO
lingkungan sekitar
16 TAHUN 2007
GURU dalam melaksanakan
KOMPETENSI SOSIAL pembelajaran
Kompetensi 16: Bersikap 16.2 Tidak bersikap
inklusif, bertindak diskriminatif terhadap
objektif, serta tidak peserta didik, teman
diskriminatif karena sejawat, orang tua
pertimbangan jenis peserta didik dan
kelamin, agama, ras, lingkungan sekolah
kondisi fisik, latar karena perbedaan
belakang keluarga, dan agama, suku, jenis
status sosial ekonomi kelamin, latar belakang
keluarga, dan status
sosial-ekonomi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Terima kasih semoga


bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai