Anda di halaman 1dari 26

KONSEP PENDIDIKAN INKLUSIF

TUJUAN MATA DIKLAT


KONSEP PENDIDIKAN INKLUSIF

1. Memahami hakikat pendidikan inklusif secara komprehensif


2. Menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan inklusif
3. Menjelaskan sistem dukungan dalam pendidikan inklusif
SKENARIO PEMBELAJARAN
Pendahuluan Inti Penutup
15 Menit 65 Menit 10 Menit
❑ Pengkondisian
Kelas
❑ Ice Breaker ❑ Curah Pendapat
❑ Penyampaian ❑ Diskusi ❑ Refleksi
Tujuan Kelompok ❑ Evaluasi
❑ Penyampaian ❑ Presentasi ❑ Tindak lanjut
skenario kegiatan ❑ Penguatan
❑ Pengerjaan
Tugas LK
SUB MATERI-1
HAKIKAT PENDIDIKAN INKLUSIF

4
Pengertian Pendidikan Inklusif

Semua anak, terlepas dari kemampuan maupun


ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status
sosial-ekonomi, suku, latar belakang budaya
atau bahasa dan agama menyatu dalam
komunitas sekolah yang sama (Kemdikbud,
2011)

5
Landasan Pendidikan Inklusif

Filosofis

Landasan Yuridis

Empiris

6
Landasasan Pendidikan Inklusif

• Landasan filosofis: Pancasila yang merupakan lima


pilar sekaligus cita–cita yang didirikan atas fondasi
yang lebih mendasar lagi, yakni Bhineka Tunggal Ika.
• Filsafat Bhineka Tunggal Ika wujud pengakuan
kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertikal
maupun horizontal
• Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan
kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial,
kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan
sebagainya
• Kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan
suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat
tinggal, daerah, afiliasi politik, dan sebagainya.
7
Landasasan Pendidikan Inklusif

Landasan yuridis:
• Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat (1) menyatakan
bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, ayat
(2) “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”.
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. Ayat (2): “Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”.

8
Landasasan Pendidikan Inklusif

Landasan Empiris:
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan
peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah, kelas, atau
tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif,
• Ahli merekomendasikan pendidikan khusus secara segregatif
hanya diberikan secara terbatas berdasarkan hasil identifikasi
yang tepat (Heller, Holtzman dan Messick, 1982).
• Hasil metaanalisis yang dilakukan oleh Carlberg dan Kavale
(1980) terhadap 50 buah penelitian, Wang dan Baker (1985/1986)
terhadap 11 buah penelitian, dan Baker (1994) terhadap 13 buah
penelitian menunjukkan bahwa pendidikan inklusif berdampak
positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial
anak berkebutuhan khusus dan teman sebayanya.

9
Tujuan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif bertujuan sebagai sistem layanan pendidikan yang


mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan
anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah
memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua
anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan
kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi (Kemdikbud, 2012)

13
Urgensi Pendidikan Inklusif
Beberapa alasan mengapa pendidikan inklusif penting untuk
diimplementasikan:
• Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu dan tidak didiskriminasikan.
• Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa
melihat kelainan dan kecacatannya.
• Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran
bagi semua anak.
• Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari
kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

(Kemdikbud, 2012)

14
LK-1
• Diskusi dilakukan di dalam kelas oleh peserta diklat dalam kelompok
(5 orang per kelompok)
• Masing-masing peserta untuk mencatat mengenai keberagaman yang
ada di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (atau di sekolah
masing-masing peserta)
• Peserta bekerja dan berdiskusi dalam kelompok yang ada dan
menjawab pertanyaan sebagai berikut:

a) Keberagaman apa saja yang ada di sekolah inklusif atau di


sekolah masing-masing?
b) Menurut Anda, apa dampak dari keberagaman disabilitas
peserta didik terhadap pembelajaran?
• Peserta diklat mencatat hasil diskusi pada kertas plano yang telah
diberikan dan dipresentasikan (atau bisa menggunakan PPT);
15
SUB MATERI-2
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF

16
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF

Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif:


• Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu

• Prinsip kebutuhan individual

• Prinsip kebermaknaan

• Prinsip keberlanjutan

• Prinsip Keterlibatan

17
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF

Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah inklusif:


• Prinsip motivasi

• Prinsip latar atau konteks

• Prinsip hubungan sosial

• Prinsip individualisasi

18
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF
Prinsip-prinsip Universal Primary Education:

1. Perkembangan Kebijakan, Kerangka Hukum dan Sistem


Kelembagaan

2. Komitmen pada Filsafat Pendidikan yang Berpusat Pada Anak


(Child- Centered)

3. Penekanan pada Keberhasilan dan Peningkatan Kualitas

4. Memperkuat Hubungan Antara Sistem Reguler dan Sistem Khusus

5. Komitmen untuk Berbagi Tanggung Jawab dalam Masyarakat

6. Pengakuan oleh Para Profesional Tentang Keragaman yang Lebih


Besar

7. Komitmen terhadap pendekatan yang holistik

19
LK-2

Kegiatan diskusi dilakukan di dalam kelas oleh peserta diklat


tentang prinsip pendidikan inklusif,

Masing-masing peserta untuk mencatat prinsip-prinsip


pendidikan inklusif, lalu dikaji dengan materi modul maupun
sumber lain;

Peserta diklat bekerja dan berdiskusi dalam kelompok (1


kelompok 5 orang);

Peserta mencatat hasil diskusi pada PPT

20
SUB MATERI-3
SISTEM DUKUNGAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

21
SISTEM DUKUNGAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

• Istilah layanan dukungan dalam pendidikan inklusif merujuk


pada berbagai ragam kalangan profesional yang memberikan
saran dan keahlian mereka untuk membantu pendidikan umum
dan inklusivitas peserta didik dengan hambatan untuk belajar
dan berkembang.
• Sistem dukungan pendidikan inklusif dapat berupa kebijakan-
kebijakan atau regulasi-regulasi tentang pendidikan inklusif baik
dari pemerintah maupun dari pemda. Sistem dukungan lainnya
dapat berupa dukungan sarana prasarana, pembiayaan,
dukungan tenaga pendidik dan kependidikan baik dari lembaga
pemerintah maupun non pemerintah.

22
SISTEM DUKUNGAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

• Penyelenggaraan pendidikan inklusif, dalam praktiknya


memerlukan kerjasama tim, antara guru kelas, guru mata
pelajaran, dan Guru Pembimbing Khusus (GPK).
• Guru Pembimbing Khusus (GPK), dapat dikatakan sebagai
pendukung utama (core supporting system) dalam mendukung
kelancaran proses pembelajaran di sekolah inklusif.

23
SISTEM DUKUNGAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

Peran GPK di sekolah inklusif:


• Menyusun instrumen asesmen pendidikan bersama-sama dengan
guru kelas dan guru mata pelajaran
• Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan
orang tua peserta didik.
• Melaksanakan pendampingan anak berkebutuhan khusus pada
kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas/guru
mata pelajaran/guru bidang studi.

24
SISTEM DUKUNGAN DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

Peran GPK di sekolah inklusif:


• Memberikan bantuan layanan khusus bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum, misalnya
berupa remedial.
• Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat
catatan khusus kepada anak-anak berkebutuhan khusus selama
mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika
terjadi pergantian guru.

25
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai