Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

RHEUMATOID
ARTHRITIS
Oleh :
Sefina Munqidza Kamil (41211396100026)
Hafiya Windri Rikit (41201396100054)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUP FATMAWATI


Pembimbing : dr.Radhiyatam Mardiah, Sp.PD, FINASIM FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PERIODE 19 DESEMBER 2022 - 24 FEBRUARI 2023
PENDAHULUAN
Artritis reumatoid sering menyebabkan kerusakan sendi,
kecacatan, bahkan kematian dini dan banyak mengenai
penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak
sosial dan ekonomi yang besar. Pasien dengan artritis
reumatoid menghabiskan biaya yang besar untuk pemriksaan
dan tatalaksananya.

Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan dan


pendekatan diagnosis serta pengelolaan artritis
reumatoid yang relevan dengan perkembangan ilmu
dengan harapan meningkatkan kualitas hidup pasien,
mencegah progresivitas penyakit, mencegah
kekambuhan penyakit, dan mencegah komplikasi lanjut.
DEFINISI
Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit dengan inflamasi
kronik yang progresif dan menimbulkan kerusakan sendi yang
permanen .

Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun pada


persendian yang ditandai dengan radang sendi serta
keterlibatan ekstra-artikular.
EPIDEMIOLOGI

➔ prevalensi Artritis Rheumatoid di Indonesia pada


tahun 2020 yaitu sebesar 268 juta jiwa
➔ Perempuan memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi
➔ Banyak pada kelompok usia 50-54 tahun

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan artritis rheumatoid. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2021
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

GENETIK USIA JENIS KELAMIN


HLA-DR4, HLA-DRB1, PTPN22,
Meningkat seiring Lebih banyak terjadi pada
PADI4, STAT4, TRAF1-C5 dan
TNFAIP3 betambahnya usia perempuan

MEROKOK INFEKSI
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS

Onset Manifestasi atrikular


● Kurang lebih 2/3 penderita artritis ● Nyeri sendi
reumatoid awitannya terjadi secara ● Kaku sendi
perlahan, artritis simetris terjadi ● Bengkak sendi
dalam beberapa minggu sampai ● Kemerahan dan hangat pada perabaan → akut
beberapa bulan dari perjalanan ● Deformitas hingga kehilangan fungsi
penyakit.

Sendi yang terlibat


Pada umumnya sendi yang terkena adalah persendian tangan,
kaki, dan vertebra servikal, tetapi persendian besar seperti bahu
dan lutut juga bisa terkena
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi ektraatrikular
Sistem organ Manifestasi

Konstitusional Demam, anoreksia, fatigue, kelemahan, limfadenopati

Kulit Nodul reumatoid, reumatoid vasculitis, rheumatoid neutrophilic dermatitis

Mata Sjorgen syndrome (keratoconjuctivitis sicca), skleritis, episkleritis

Kardiovaskular Pericarditis, efusi perikardial, endokarditis, valvulitis

Paru-paru Pleuritis, efusi pleura, nodul reumatoid pada paru

Hematologi Anemia penyakit kronik, trombositosis, eosinofilia, Felty syndrome

Gastrointestinal Sjorgen syndrome (xerostomia), amyloidosis, vaskulitis

Neurologi Entrapment neuropathy, myelopathy

Ginjal Amyloidosis, renal tubular acidosis, interstitial nephritis

Metabolik Osteoporosis
DIAGNOSIS
American College of Rheumatology/Europan League Against Rheumatism 2010
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi Foto Polos Sendi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Faktor yang membedakan

Artritis Gout Sendi tunggal, sering menyerang sendi besar,hiperurisemia(+)

Lupus Eritematosus Sistemik Tidak ada erosi sendi, ANA/anti-dsDNA (+), berhubungan dengan kelainan organ
viseral terutama ginjal

Spondiloartritis Dominan pada pria, sendi besar lebih sering ditemui daripada sendi kecil,
RF/ACPA (-), uveitis, psoriasis, inflammatory bowel disease (IBD)

Reumatik polimialgia Keterlibatan lengan dan panggul, berasosiasi dengan artritis sel giant

Fibromialgia Mialgia tapa artritis inflamasi, RF (-), ACPA (-), LED dan CRP normal

Hipertrofik osteoartropati Berhubungan dengan penyakit paru kronik (fibrosis kistik) dan keganasan
TATALAKSANA
Non-Farmakologi
● Edukasi
○ Penjelasan mengenai penyakit AR, bagaimana perjalanan penyakitnya, kondisi pasien saat
ini dan bila perlu penjelasan tentang prognosis penyakitnya
○ Rencana pengobatan, efek samping pengobatan, keuntungan pengobatan dengan modalitas
lain
○ edukasi berhenti merokok dan minum alkohol
● Latihan/Program Rehabilitasi
○ Latihan fisik aerobik : disesuaikan secara individual berdasarkan kondisi penyakit yang
ada.
○ Latihan aerobik dapat dikombinasikan dengan latihan penguatan otot dan latihan untuk
kelenturan, koordinasi tangan dan tubuh.
○ Terapi fisik dengan menggunakan laser kekuatan rendah dan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) → mengurangi nyeri
TATALAKSANA
Farmakologi

● Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)


○ Terapi DMARD harus segera dimulai segera setelah diagnosis AR ditegakkan.
○ DMARD : untuk mengurangi inflamasi, mengurangi tanda dan gejala sendi, menghentikan
kerusakan sendi lebih lanjut sera mempertahankan integritas dan fungi sendi.
○ Bersifat relative slow-acting yang memberikan efek setelah 1-6 bulan pengobatan.
○ Jenis DMARD yang paling banyak digunakan di awal terapi : DMARD sintetik konvensional
(csDMARD)
○ Pilihan pertama Terapi csDMARD : MTX → baik sebagai monoterapi maupun kombinasi
○ Selama terapi MTX dibutuhkan suplemetasi asam folat dengan dosis 5 mg/minggu dan
direkomendasikan 24-48 jam setelah penggunaan MTX
○ Dosis MTX disesuaikan setiap 2-4 minggu hingga tercapai target terapi
TATALAKSANA
Farmakologi

● Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)


○ Jika dalam 3-6 bulan dengan strategi csDMARD pertama/ tunggal (dengan dosis optimal) target
tidak tercapai :
■ tanpa adanya faktor prognosis buruk : terapi kombinasi csDMARD lain
■ pasien dengan faktor prognosis buruk : bDMARD dapat ditambahkan sebagai terapi
kombinasi atau diberikan sebagai pengganti csDMARD
TATALAKSANA
Farmakologi

● Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)


○ Digunakan pada pengobatan awal AR untuk mengurangi nyeri dan bengkak, namun OAINS telah
dibuktikan tidak mengubah perjalanan penyakit
○ Penggunaan OAINS jarang digunakan tanpa penggunaan DMARD secara bersamaan, dan hanya
digunakan sementara dalam jangka pendek
● Glukokortikoid
○ Sering digunakan bersama dengan DMARD sebagai bagian dari terapi awal untuk mendapatkan
kontrol penyakit AR dengan cepat yang kemudian dikurangi dosisnya secara bertahap saat
DMARD sudah mulai bekerja
TATALAKSANA
Farmakologi

● Vaksinasi pada terapi DMARD


○ Penggunaan DMARD → agen imunosupresif →
dapat meningkatkan risiko infeksi → diperlukan
upaya pencegahan infeksi → vaksin
○ Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian vaksin pada pasien AR:
1. Pemberian vaksin yang aman untuk pasien AR dengan
terapi imunosupresan adalah vaksin yang tidak hidup
2. pemberian vaksin sebaiknya dilakukan sebelum memulai
pemberian imunosupresan karena setelah imunosupresan
mulai diberikan, vaksin hidup dikontraindikasikan dan
respons terhadap vaksin tidak hidup menjadi suboptimal
Pemantauan Pengobatan AR
● Kriteria respon terapi menurut ACR terdiri dari:
1. Kriteria respon 20%
2. Kriteria respon 50%
3. Kriteria respon 70%
○ Pada kriteria diatas yang dinilai adalah: respon perbaikan sebesar 20%, 50% atau 70% terhadap
parameter berikut:
4. Jumlah sendi yang bengkak
5. Jumlah sendi yang sakit
6. Tiga dari lima hal dibawah ini:
A. Patient global disese activity: penilaian umum oleh pasien terhadap aktivitas
penyakitnya, diukur dengan VAS, skala 0- 10.
B. Physician global disese activity: penilaian umum oleh dokter terhadap aktivitas
penyakit, diukur dengan VAS, skala 0 .
C. Patient assesment of pain: penilaian nyeri oleh pasien.
D. Reactant fase akut (LED atau CRP).
E. Disability (fungsi fisik)
Pemantauan Pengobatan AR

● Kriteria remisi AR menurut ACR 1987:


1. Kaku pagi kurang dari 15 menit
2. Tidak ada kelelahan
3. Tidak ada nyeri sendi
4. Tidak ada nyeri tekan atau pada pergerakan
5. Tidak ada pembengkakan sendi
6. LED kurang dari 20 mm/jam untuk pria dan 30 mm/jam untuk Wanita
● Disebut remisi bila memenuhi 5 atau lebih krteria diatas dan berlangsung selama dua bulan atau lebih
terus menerus
Rujukan
KOMPLIKASI
Komplikasi Artikular Komplikasi ekstraartikular

● subluksasi atlantoaksial
● mielopati servikal
● Aterosklerosis
● Osteoporosis
● infeksi (artritis septik, herpes,
tuberkulosis, serta infeksi sistem
saluran napas atas dan bawah)
PROGNOSIS
● Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara Iain:
○ skor fungsional yang rendah
○ status sosial ekonomi rendah
○ tingkat pendidikan rendah
○ ada riwayat keluarga dekat menderita AR
○ melibatkan banyak sendi
○ nilai CRP atau LED tinggi saat permulaan penyakit
○ RF atau anti-CCP positif
○ ada perubahan radiologis pada awal penyakit
○ ada nodul reumatoid/manifestasi ekstraartikular lainnya
● Rasio keseluruhan penyebab kematian pada penderita AR dibandingkan dengan populasi umum adalah
1,6.33 → Tetapi hasil ini mungkin akan menurun setelah penggunaan jangka panjang DMARD terbaru
KESIMPULAN
1. Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana
sendi merupakan target utama.
2. Etiologi terjadinya artritis reumatoid belum diketahui secara pasti, namun telah diketahui bahwa terjadinya
peyakit ini akibat adanya interaksi dari faktor lingkungan (endogen) dan lingkungan (eksogen).
3. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan artritis rheumatoid, diantaranya ialah genetik, usia,
jenis kelamin, paparan salisilat, merokok, dan infeksi
4. Kerusakan sendi pada artritis reumatoid dimulai dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial setelah adanya
faktor pencetus berupa auto imun atau infeksi.
5. Walaupun artritis merupakan manifestasi klinis utama, tetapi artritis reumatoid merupakan peyakit sistemik
sehingga banyak penderita juga mempunyai manifestasi ekstraartikular.
6. Diagnosis artritis reumatoid di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American College of
Rheumatology/Europan League Against Rheumatism 2010.
7. Dalam pengelolaan artritis reumatoid, didasarkan pada pilar pengelolaan artritis reumatoid antara lain 1.
Edukasi; 2. Terapi medikamentosa meliputi obat anti inflamasi non-steroid (OAINS), kortikosteroid, DMARD
sintetik konvensional (csDMARD) dan sintetik targeted (tsDAMRD), serta DMARD biologik (bDMARD); 3.
Latihan/program rehabilitasi.
REFERENCES
1. I Nyoman Suarjana. Artritis Reumatoid. Dalam: Siti S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed.6. Jakarta: Interna Publishing. 2014.
2. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan artritis
rheumatoid. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2021
3. Drosos AA, Pelechas E, Voulgari P V. Conventional radiography of the hands and wrists in rheumatoid arthritis. What a
rheumatologist should know and how to interpret the radiological findings. Rheumatol Int. 2019;39(8):1331- 41.
4. Khoury V, Kourilovitch M, Massardo L. Education for patients with rheumatoid arthritis in Latin America and the Caribbean. Clin
Rheumatol.2015;34:45-9.
5. Senara S, Wahed WA, Mabrouk S. Importance of patient education in management of patients with rheumatoid arthritis: an
intervention study. Egypt Rheumatol Rehabil. 2019;46(1):42.
6. Van Steenbergen HW, Aletaha D, Beaart-Van De Voorde L)J, Brouwer E, Codreanu C, Combe B, et al. EULAR definition of
arthralgia suspicious for progression to rheumatoid arthritis. Ann Rheum Dis. 2017;76(3):491-6.
7. Puchner R, Edlinger M, Mur E, Eberl G, Herold M, Kufner P, et al. Interface management between general practitioners and
rheumatologists-results of a survey defining a concept for future joint recommendations. PLoS One. 2016;11(1):1-12.
8. Rindfleish JA, Muller D. Diagnosis and Management of Rheumatoid Arhtritis. Am Fam Physician 2005;72:1037-1047
9. Shah A, Clair E. Rheumatoid Arthritis. In: Kasper D, Longo D, Fauci A, Hauser S, Joseph L, editors. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill; 2018. p. 2527–40
10. Van Steenbergen HW, Aletaha D, Beaart-Van De Voorde LJJ, Brouwer E, Codreanu C, Combe B, et al. EULAR definition of
arthralgia suspicious for progression to rheumatoid arthritis. Ann Rheum Dis. 2017;76(3):491–6.
11. Erickson AR, Cannella AC, Mikuls TR. Clinical Features of Rheumatoid Arthritis. In: Firestein GS, Budd RC, Gabriel SE, McInnes
IB, O’Dell JR, editors. Kelley & Firestein’s Textbook of Rheumatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier; 2017.
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics
& images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai