Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Strategi

Bella Aprila - B2041221007


Meisya Regita Nurafridha - B2042221020
Meydiawati - B2042221003
Tujuan Penelitian

Untuk menilai hubungan antara animositas konsumen India (non-Muslim) terhadap produk halal dan
keengganan mereka untuk membeli produk halal.
Kami fokus pada boikot (Klein et al., 1998; Klein, 2002),
patriotisme (Marinkovic, 2017), etnosentrisme konsumen (Shimp dan
Sharma, 1987; Klein, 2002), dan religiusitas (Ahmed et al., 2013)
sebagai faktor kunci yang mempengaruhi keengganan konsumen India
untuk membeli barang halal. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi
penjelasan mengapa pelanggan mungkin menghindari barang bertema
keagamaan (barang berlabel halal). Terakhir, kami melihat bagaimana
pelanggan India merespons produk halal khususnya yang ditujukan
untuk Muslim.
Pengumpulan Data
mengumpulkan tanggapan survei online dari 512
konsumen india dan menganalisis datanya
menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.

Studi ini berfokus pada konsumen Hindu di India dan


menganalisis tanggapan kuesioner dari 512 peserta
penelitian di India yang secara teratur membeli barang-
barang konsumen yang bergerak cepat.
Sikap Boikot
Dalam konteks India, boikot terhadap produk halal didorong oleh organisasi Hindu.
karena populasi India adalah 15% Muslim dan 85% no-Muslim. Maka Hindu
Janajagruti Samiti telah meminta perintah untuk mengakhiri praktik sertifikat halal
dan masyarakat India untuk memboikot barang-barang bersertifikat halal (Hindu
Janajagruti Samiti, 2020).

H1: Sikap boikot berpengaruh positif terhadap permusuhan konsumen India


terhadap produk halal
Etnosentrisme
Dalam konteks India, Etnosentrisme Konsumen didefinisikan sebagai keyakinan
dikalangan pembeli bahwa membeli barang halal tidak pantas atau bahkan tidak
etis dan berbahaya bagi perekonomian nasional, bagi agama Hindu, berdampak
buruk terhadap lapangan kerja lokal, dan tidak patriotik (Shimp & Sharma, 1987).

H2: Etnosentrisme konsumen berpengaruh positif terhadap permusuhan konsumen


India terhadap produk halal
Patriotisme
Patriotisme mencerminkan rasa kebanggaan dan
ketertarikan seseorang terhadap produk produksi dalam negeri, yakni
produk non-halal. Perasaan positif ini mungkin muncul dari ikatan
emosional yang terkait dengan sifat dasar negara atau produk tersebut.

H3: Patriotisme berpengaruh positif terhadap permusuhan konsumen


India terhadap produk halal.
Religiusitas
Masyarakat India menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap agama, dan
pertimbangan politik, budaya, dan ekonomi mereka terutama dipengaruhi oleh
keyakinan agama.
keyakinan agama individu mempengaruhi niat membeli konsumen terhadap barang-
barang asing dan domestik

H4: Religiusitas berpengaruh positif terhadap permusuhan konsumen


India terhadap produk halal.
PERUBAHAN KONSUMEN THD
PRODUK HALAL DAN KEENGGANAN
MEMBELI PRODUK HALAL

Seruan untuk memboikot produk halal, terutama boikot terhadap produk berlogo halal
(sehingga mendorong permusuhan terhadap produk halal), merupakan kampanye yang
relatif berhasil. Jutaan konsumen India (Hindu) telah mengikuti permintaan tokoh
politik dan pembawa berita serta mendukung produk dan layanan non-halal.

H5: Permusuhan konsumen berpengaruh positif terhadap keengganan


konsumen India untuk membeli produk halal
PERAN MEDIASI KEBENCIAN
KONSUMEN THD PRODUK HALAL

Di India, boikot terhadap produk halal


berada pada titik tertinggi, sehingga menimbulkan banyak permusuhan
dan kurangnya niat membeli terhadap produk halal.
H6a: Permusuhan konsumen memediasi hubungan antara
sikap boikot dan keengganan membeli produk halal.

Jika individu memiliki permusuhan terhadap agama tertentu, konsumen


etnosentris biasanya menghindari membeli barang dari agama tersebut. Individu
etnosentris percaya bahwa keyakinan agama mereka memiliki nilai yang
lebih tinggi dan bahwa barang-barang yang diproduksi oleh penganut
agama lain memiliki nilai yang lebih rendah.
H6b: Permusuhan konsumen memediasi hubungan antara
etnosentrisme konsumen dan keengganan membeli produk
halal.
PERAN MEDIASI KEBENCIAN
KONSUMEN THD PRODUK HALAL

Klein dkk. (1998, hal. 90), dengan menekankan pada pembeli, menggambarkan
permusuhan konsumen sebagai “sisa-sisa keengganan yang terkait dengan peristiwa
militer, politik, atau ekonomi yang terjadi sebelumnya atau yang sedang berlangsung.” Individu
dengan rasa patriotisme yang tinggi
menganggap keyakinan agamanya lebih unggul dibandingkan agama lain

H6c: Permusuhan konsumen memediasi hubungan antara


patriotisme dan keengganan membeli produk halal
H6d: Permusuhan konsumen memediasi hubungan antara religiusitas dan keengganan untuk
membeli produk halal.
Kerangka
Konseptual
Hasil Temuan
Konsumen India dengan tingkat patriotisme dan
religiusitas yang tinggi cenderung lebih merasa
Temuan menunjukkan dampak permusuhan terhadap produk halal. Permusuhan
konsumen mempengaruhi keengganan untuk
positif dari sikap boikot, membeli produk halal. Terlebih lagi, sejarah
religiusitas, dan etnosentrisme tidak boleh mengabaikan orang-orang biasa.
terhadap tingkat permusuhan Perselisihan agama antara umat Hindu dan
Muslim di India serta inisiatif boikot yang
konsumen India dan keengganan dilakukan oleh para pemimpin politik dan
mereka untuk membeli produk influencer India menunjukkan bahwa
halal. Selanjutnya, permusuhan permusuhan terhadap produk halal atau umat
konsumen berperan sebagai Islam masih ada di tingkat antarpribadi, politik,
dan masyarakat. Misalnya, dibawah
mediator hubungan antara sikap kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi,
boikot, religiusitas, para pemimpin politik India telah
etnosentrisme, patriotisme, dan mengumumkan secara terbuka bahwa India
harus dianggap sebagai “Ram Rajya” atau
keengganan membeli produk “Hindustan,” yang berdampak pada keengganan
halal. konsumen India (Hindu) untuk membeli barang-
barang halal.
Terdapat hubungan positif antara etnosentrisme
dan permusuhan. Pelanggan India yang lebih
nasionalis dan konservatif biasanya
menunjukkan tingkat etnosentrisme yang tinggi,
yang berkontribusi terhadap dampak positif
terhadap permusuhan terhadap Muslim. Namun,
penelitian ini juga menunjukkan bahwa
etnosentrisme meningkatkan permusuhan
terhadap produk halal, dan secara signifikan
mempengaruhi keengganan untuk membeli
produk halal. Selain itu, perasaan permusuhan
akibat konflik agama, perselisihan politik, dan
kesengsaraan ekonomi yang berkepanjangan
telah meningkatkan keengganan untuk membeli
produk halal
BERITA keadaan di India semakin susah buat warga India. Karena
kebijakan negara muslim di dunia yang sepakat cuma menerima

PENDUKUNG impor produk-produk yang ada label halalnya. Akhirnya ini


membuat perusahaan yang ada dipaksa punya label halal di
produknya. Nah buat mayoritas produk di India, ini menjadi
masalah.
Karena selain masalah label halal, perhalalan India ini juga
menimbulkan masalah lain di masyarakat India. Jadi syarat
penyembelihan sapi, kambing atau ayam biar halal dikonsumsi
itu kan harus disembelih dengan tatacara yang benar yakni
nyebut nama Allah (dengan nyebut Tuhannya orang muslim).
Dan ini berarti semua produk daging berlabel halal dalam
prosesnya pasti menyembelih dengan nama Allah," kata akun
tersebut.
Nah yang jadi masalah, padahal di India, daging ini tak hanya
dijual di komunitas muslim. Daging ini juga dijual ke mayoritas
orang-orang Hindu. Jadi kalau menurut kelompok Hindu
Janagruti Samiti, mereka butuh daging untuk memberi
persembahan ke dewa-dewi mereka.
"Dan mereka sebut ini gak etis. Karena kalau menurut mereka,
tidak mungkin kami persembahkan kepada dewa kami dengan
daging yang disembelih atas nama Tuhan yang lain," ujar Dia.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai