Anda di halaman 1dari 38

PERBEDAAN DAN

KESETARAAN
Perbedaan

Stratifikasi Sosial

I II

Diferensiasi Sosial
1. PENGERTIAN DAN PROSES TERJADINYA STRATIFIKASI
SOSIAL
Stratifikasi sosial merupakan penggolongan kelompok masyarakat dalam berbagai lapisan-lapisan tertentu.
Menurut etimologi bahasa, stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum, yang berarti lapisan.
Pitirim A. Sorokin, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.

Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial


1. Terjadi secara otomatis atau dengan sendirinya
Proses ini terjadi sebab merupakan salah satu faktor yang telah ada semenjak seseorang dilahirkan, atau dapat pula terjadi karena
adanya pertumbuhan yang terjadi di dalam masyarakat.
Seseorang yang berada dalam lapisan tertentu bukan atas kesengajaan yang telah dibuat oleh masyarakat atau dirinya sendiri,
namun akan terjadi secara otomatis, sebagai contoh adalah keturunan.

2. Terjadi secara sengaja


Stratifikasi sosial bisa saja terjadi dengan sengaja, hal ini bermaksud karena memiliki tujuan tentu atau untuk kepentingan bersama.
Penentuan dalam sistem dengan adanya wewenang sekaligus kekuasaan yang diberikan oleh seseorang ataupun organisasi. Sebagai
contoh diberikan oleh partai politik, perusahaan tempat bekerja, atau pemerintahan dan lain sebagainya.
2. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Syarbaini menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial. Adapun
ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya perbedaan dalam kemampuan
Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi tentunya memiliki kemampuan lebih besar dibanding
anggota masyarakat pada lapisan di bawahnya. Contoh menyekolahkan anak ke luar negeri.

b. Adanya perbedaan gaya hidup


Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi biasanya mengembangkan gaya hidup sebagai
pembeda dengan lapisan di bawahnya. Contoh kemeja bermerk ternama, dasi rancangan desainer ternama,
sepatu kulit berharga jutaan rupiah atau jam tangan mewah.
c. Adanya perbedaan hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya
Sesorang yang menduduki lapisan tinggi biasanya akan memiliki hak dan akses lebih luas terhadap beragam
fasilitas atau sumber daya dibanding lapisan di bawahnya. Contohnya adalah pimpinan sebuah lembaga
umumnya diberi fasilitas rumah dan kendaraan dinas, beragam tunjangan, ruang kerja pribadi, serta hak untuk
memerintah bawahannya. Fasilitas tersebut tentunya tidak dapat dinikmati oleh bawahannya yang berkedudukan
lebih rendah.
3. DASAR STRATIFIKASI SOSIAL
a. Kekayaan
Menurut Max Weber kekayaan (property) sangat penting dalam penentuan kedudukan seseorang pada
lapisan sosial masyarakat. Barang siapa memiliki kekayaan (berupa kepemilikan benda-benda berharga
atau aset produksi) paling banyak, maka ia akan menempati lapisan teratas. kekayaan tersebut secara
nyata dapat dilihat dari bentuk rumah, tipe kendaraan pribadi, gaya berpakaian, jenis bahan yang dipakai,
kebiasaan atau cara berbelanja, dan seterusnya.

b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan pihak lain sesuai keinginan orang yang
memiliki kekuasaan. Kekuasaan dapat bersumber dari kepemilikan. orang-orang kaya biasanya memiliki
kekuasan untuk menentukan banyak hal. Kekuasaan juga bisa bersumber dari keturunan. Pada masyarakat
feodal, keturunan bangsawan masih memegang kekuasaan walau masih bersifat simbolis. Kekuasaan juga
dapat berasal dari legitimasi publik, dimana anggotaanggota masyarakat memilih secara langsung untuk
menetapkan penguasa. Anggota masyarakat yang memegang kekuasaan tertinggi akan menempati lapisan
sosial teratas dalam masyarakat
c. Kehormatan
Ukuran kehormatan ini terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan. Ukuran secamam ini biasanya hidup pada
bentuk-bentuk masyarakat yang masih tradisional, orang-orang yang bersangkutan adalah individu yang
dianggap atau pernah berjasa besar dalam masyarakat orang atau orang-orang yang paling dihormati atau yang
disegani, ada dalam lapisan atas. Contohnya : dalam suku bangsa Minangkabau ada yng disebut tigo tungku
sajarangan yang terdiri dari niniak mamak, cadiak pandai, dan alim yang dihormati dalam masyarakat
Minangkabau.

d. Ilmu Pengetahuan
Ukuran ini biasanya dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada
kalanya ukuran tersebut menyebabkan akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan
mutu ilmu pengertahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya; sudah tentu hal ini
mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walau melalui mekanisme yang tidak
benar.

e. Keturunan
Dalam masyarakat feodal anggota masyarakat yang berasal dari keluarga raja atau kaum bangsawan akan
menempati lapisan atas. Adapun keturunan rakyat jelata berada pada lapisan bawah.
4. Bentuk Stratifikasi Sosial
Menurut gagasan yang di sampaikan oleh Soerjono Soekanto, terdapat tiga sifat dari stratifikasi sosial. Ketiga dari
sifat tersebut ialah stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.

1. Stratifikasi sosial tertutup

Mobilitas seorang individu guna dapat melaju dari suatu lapisan sosial tertentu ke dalam lapisan sosial lainnya
yang sangat terbatas.
Stratifikasi sosial tertutup biasanya terjadi dalam lingkungan masyarakat yang menetapkan sistem kasta maupun
feodal. Akibat adanya hal tersebut maka kemajuan dalam perilaku juga sangat lambat.
2. Stratifikasi sosial terbuka

Stratifikasi sosial terbuka atau juga disebut dengan atau Opened Social Stratification akan memungkinkan tiap
individu dari segala lapisan dapat melakukan mobilitas sosial, baik itu dalam mobilitas sosial naik ataupun
mobilitas sosial turun.
Stratifikasi sosial terbuka biasanya terjadi dalam lingkungan masyarakat yang modern serta mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi.

3. Stratifikasi sosial campuran

Stratifikasi sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sosial terbuka dan tertutup.
Stratifikasi sosial campuran biasanya terjadi dalam lingkungan masyarakat yang memiliki susunan yang
heterogen.
Jumlah Lapisan Sosial Dalam Masyarakat
A. Kategori Umum
1. Sunarto (2008)
a. Kelas atas
b. Kelas menengah
c. kelas bawah
2. Status Sosial Tinggi Dan Status Sosial Rendah
3. Berdasarkan Hirarki Militer
A. Kelas Sosial Atas Perwira
Dari Letnan Pangkat Dua hingga Jendral (TNI Angkatan Darat), Letnan Dua hingga
Laksamana (TNI Angkatan Laut), dan Letnan Dua hingga Marsekal (TNI Angkatan Udara).
B. Kelas sosial menengah (Bintara)
dari pangkat Sersan Dua hingga Pembantu Letnan Satu (TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara).
C. Kelas Sosial Bawah (Tamtama)
Dalam pangkat Prajurit Dua hingga Kopral Kepala (TNI Angkatan Darat dan Udara), dan Kelasi Dua
hingga Kopral Kepala (TNI Angkatan Laut)
B. Pendapat Para Ahli
1. Karl marx
Alat produksi – lahan, pabrik, peralatan dan modal untuk memproduksi kekayaan.
Kelas bourjuis dan proletar.
2. Gaetano Mosca
Menurut kekuasaan,
A. Suatu masyarakat tidak akan ada apabila tidak terorganisasi – pemimpin mengoordinasikan tindakan
orang-orang dan untuk menyelesaikan pekerjaan masyarakat.
B. Kepemimpinan (atau organisasi politik) berarti ketidaksetaraan kekuasaan. Beberapa orang
menduduki posisi kepemimpinan sedangkan orang lain mengikuti.
C. Secara alami manusia berpusat pada dirinya – orang-orang yang berkuasa akan menggunakan posisi
mereka untuk meraih kepentingan yang lebih besar bagi diri mereka sendiri.
C. Regional atau Wilayah
1. Pada masyarakat Amerika Serikat – kapitalis, menengah atas, menengah bawah, pekerja, pekerja miskin dan kelas
bawah.
2. Masyarakat Eropa – kelas puncak, kelas menengah : berpendidikan dan ekonomi, kelas pekerja dan kelas bawah.
3. Sistem kasta di India – Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra
ciri-ciri sistem kasta pada masyarakat India
a. keanggotaan pada kasta diwariskan turun temurun melalui kelahiran
b. keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup
c. perkawinan bersifat endogam
d. hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas
e. anggota biasanya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap keanggotaan dalam suatu kasta
f. kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
6. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial

A. Kedudukan (status)
Narwoko mengemukakan ada tiga cara memperoleh kedudukan yaitu,
1. Ascribed Status
contohnya keturunan bangsawan
2. Achieved Status
contohnya dokter spesialis, pilot dan akuntan
3. Assigned Status
contohnya para pahlawan dan peraih nobel.
B. Peran (Role)

Soerjono Soekanto (2002)


Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Menurut Suhardono (1994)


Peran merupakan suatu patokan atau ukuran yang terdapat dalam kehidupan manusia sehingga berfungsi untuk
dapat membatasi perilaku dalam tiap-tiap posisi.

Menurut Katz dan Kahn


Peran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan berdasarkan karakter dan
kedudukannya. Hal tersebut di dasari pada fungsi-fungsi yang dilakukan dalam menunjukan kedudukan dan
juga karakter kepribadian tiap-tiap manusia yang menjalankannya.

Merton
Peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status
tertentu.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai peran
menurut Soekanto
◦ Peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan
kelangsungannya.
◦ Peran-peran selayaknya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap
mampu untuk melaksanakannya.
◦ Dalam masyarakat terkadang ditemui individu yang tak sanggup melaksanakan perannya
sebagaimana diharapkan masyarakat.
◦ Apabila semua individu mampu melaksanakan perannya, terkadang belum tentu masyarakat
akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.
Levinson mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut Narwoko berdasarkan pelaksanaan peran dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Peran yang diharapkan (expected roler) adalah peran seseorang yang diharapkan dilaksanakan
secermat-cematnya dan peranan ini tidak bisa ditawar dan harus dilaksanakan sesuai yang ditentukan.
Seperti; hakim, diplomatic, bupati dan lainnya.

2. Peranan yang disesuaikan (actual roler) adalah peranan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
keadaan tertentu. Seperti imam dan makmum, penolong dan ditolong, dan lainnya.
Sedangkan, cara memperoleh peran dibedakan menjadi dua, yaitu (Narwoko dan Suyanto, 2014: 160):
1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya
peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, kyai dan sebagainya.

2. Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri, misalnya seseorang
memutuskan untuk memilih Fakultas Dakwah UIN Walisongo semarang.

Fungsi Peran Narwoko dan Suyanto (2014: 160) mengatakan fungsi peran dalam masyarakat adalah sebagai
berikut:

1. Memberi arah pada proses sosialisasi.

2. Pewaris tradisi, kepercayaan, nilai, norma dan pengetahuan.

3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

4. Menghidupkan sistem pengendalian kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.


Ruang Lingkup Peranan di Masyarakat Levinson mengatakan peranan seseorang dalam suatu masyarakat
mencakup tiga hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat

Peran memiliki dua macam harapan, yaitu:


1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
pemegang peran.

2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-
orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajibankewajibannya.
Peran dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat
dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.
Masyarakat modern memiliki struktur dan sistem pembagian kerja yang kompleks menuntut suatu individu
untuk menjalankan beragam peran. Kondisi tersebut dapat membawa akibat, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik peran
2. Ketegangan peran
3. Kegagalan peran
4. Kesenjangan peran
Fungsi Stratifikasi Sosial
1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, dan wewenang. Adanya
pelapisan sosial memudahkan untuk mendistribusikan hak istimewa. Individu yang berada di lapisan atas pastinya berhak
atas lebih banyak hak istimewa dibanding individu di lapisan bawah.
2. Menentukan lambang-lambang (simbol) status atau kedudukan. Ada lambang-lambang tertentu yang sengaja digunakan
sebagai penunjuk suatu kedudukan. Benda-benda seperti mobil mewah, jam tangan berlapis emas, kemeja sutera ataupun
hobi tertentu seperti menyelam jelas diperuntukkan sebagai lambang dari kelas atas.
3. Menggambarkan tingkat mudah sukarnya bertukar kedudukan. Dengan melihat bentuk stratifikasi yang berlaku (tertutup,
terbuka, campuran), individu dapat memperoleh gambaran tentang kemungkinan untuk pindah lapisan atau hal-hal yang
harus dilakukannya untuk meningkatkan kedudukan.
4. Sebagai alat penguat solidaritas sosial diantara individuindividu atau kelompok yang menduduki lapisan sosial yang sama
dalam masyarakat. Ini bisa terbentuk karena adanya perasaan senasib sepenanggungan atau tujuan bersama.
Mobilitas Sosial dalam Stratifikasi Sosial
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang
dalam mobilitas sosialnya.
2. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan seorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial
lain yang tidak sederajat. Mobilitas sosial vertikal terbagi menjadi dua, yaitu naik dan turun. Hal ini karena kedudukan
seseorang bisa mengalami penurunan, bisa juga mengalami kenaikan.
Mobilitas sosial vertikal naik memiliki dua bentuk utama, yaitu: masuknya individu yang memiliki kedudukan rendah ke
tingkat kedudukan yang lebih tinggi. Pembentukan suatu kelompok sosial baru kemudian ditempatkan pada derajat yang
lebih tinggi dari orang-orang pembentuk kelompok tersebut.
Sedangkan mobilitas vertikal menurun juga memiliki dua bentuk utama, yaitu: Turunnya kedudukan seseorang ke tingkat
yang lebih rendah dari sebelumnya. Turunnya derajat sekelompok orang dari tingkat sebelumnya, yang disebut dengan
desintegrasi atau degradasi.
3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Perbedaan status yang dicapai individu dari dari status orangtuanya.
◦ Mobilitas antargenerasi keatas
◦ Mobilitas antargenerasi kebawah
4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Merujuk pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya (dalam generasi itu sendiri).
◦ Mobilitas intragenerasi keatas
◦ Mobilitas intragenerasi kebawah
5. Mobilitas Lateral
Perpindahan geografis antarlingkungan setempat, kota dan desa. Perpindahan ini bisa mengakibatkan mobilitas
sosial horizontal maupun vertikal.
6. Sankritisasi
Proses dimana suatu kelompok kasta rendah sering dapat pindah status ke kasta yang lebih tinggi dengan jalan
meniru gaya hidup kasta yang lebih tinggi.
Faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
1. Perubahan kondisi sosial
Faktor internal (penemuan baru dibidang teknologi) maupun eksternal (perang).
2. Ras/kesukuan
Adanya stereotipe (prasangka) yang dimilikioleh suatu etnis mengenai golongan etnis lainnya,
sehingga menyulitkan penerimaan dan kerjasama antaretnis.
3. Ekspansi teritorial dan gerak
Perkembangan kota dan trasmigrasi serta urbanisasi.
4. Komunikasi yang bebas
memudarkan semua batasan dari strata sosial yang ada dan merangsang mobilitas sosial sekaligus
menerobos rintangan yang menghadang.
5. Pendidikan
Berkaitan dengan mobilitas sosial vertikal.
Mampu membekali individu dengan keterampilan skill dan keterampilan sosial.
6. Pembagian kerja
jika tingkat pembagian kerja sangat tinggi dan lebih dikhususkan maka mobilitas sosial akan sulit, karena spesialisasi
menuntut keterampilan tertentu yang tidak mudah dikuasai.
7. Ukuran keluarga
Keluarga dalam ukuran besar atau ukuran kecil mempengaruhi dalam pemberian fasilitas seperti pendidikan pada anak
mereka.
8. Status gizi
Strategi untuk menghemat dan mengurangi pengeluaran.
9. Jenis kelamin
Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.
10. Perkawinan
Menikah dengan orang yang berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
Usia saat menikah.
11. Penundaan kepuasan
Apabila seseorang menunda kepuasan berarti dia telah menangguhkan hasil langsung, untuk dipetik
pada masa yang akan datang dengan hasil yang lebih besar.
12. Situasi politik
Situasi politik kondusif atau tidak mempengaruhi mobilitas sosial.
13. Program Pemerintah
Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Bantuan Siswa Miskin
Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Program Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
Saluran Mobilitas Sosial
1. Angkatan Bersenjata
2. Lembaga Pendidikan
3. Lembaga Keagamaan
4. Organisasi Politik
5. Organisasi Ekonomi
Dampak Mobilitas Sosial
1. Dampak positif
◦ Individu maupun kelompok sosial yang akan termotivasi untuk mengembangkan kemampuan dan
bekerja kras karena adanya kesempatan berpindah strata.
◦ Mobilitas sosial diyakini mampu mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih
baik.
◦ Adanya penyesuaian kembali dalam berbagai aspek kehidupan sosial, setelah berlangsungnya perubahan
akibat mobilitas sosial, yang didasari oleh rasa toleransi atau saling menghargai.
2. Dampak negatif
◦ Memungkinkan terjadinya ketidakpuasan dalam ketidakbahagian dalam diri individu karena impian yang diidamkan
(perbaikan status) mungkin tidak semuanya dapat dicapai dengan mudah.
◦ Kecemasan akan terjadi penurunan status dan kehilangan hak tertentu apabila terjadi mobilitas sosial vertikal kebawah.
◦ Ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status yang diterimah akibat mobilitas
◦ Keretakan hubungan seseorang dengan anggota kelompok primer yang semula karena ia harus berpindah ke lapisan
sosial lebih tinggi atau lebih rendah
◦ Merenggangkan ikatan sosial yang telah lama terjalin sehingga memungkinkan terjadinya keterasingan diantara warga
masyarakat.
◦ Terjadinya bentuk konflik, antara lain sebagai berikut:
1. Konflik antarkelas
2. Konflik antarkelompok sosial
3. Konflik antargenerasi
Diferensiasi Sosial
Secara umum, pengertian diferensiasi sosial adalah perbedaan pada anggota masyarakat secara horizontal.
Maksudnya, pembeda ini masih memiliki derajat maupun tingkatan yang sama.

Contohnya seperti perbedaan yang ada pada masyarakat yang didasarkan pada perbedaan ras, suku bangsa, agama,
jenis kelamin, etnis maupun pekerjaannya.

Berdasarkan kategori-kategori tersebut, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Semuanya setara antara satu
dengan yang lainnya.

Perbedaan secara horizontal dalam pengertian diferensiasi sosial, menjadi hal yang penting untuk menegaskan bahwa
setiap masyarakat berbeda dan perbedaan tersebut tidak menaruh satu golongan maupun individu di tingkat derajat
yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Semuanya setara dan sama.

Menurut Soerjono Soekanto, pembeda pada diferensiasi sosial merupakan bentuk dari variasi pekerjaan, prestise serta
kekuasaan kelompok dalam masyarakat. Maksudnya, diferensiasi dapat menunjukan keragaman yang dimiliki oleh
suatu bangsa.

Diferensiasi sosial ini juga terjadi karena seorang individu maupun kelompok secara biologis maupun fisiknya
berbeda sejak awal mula keberadaannya dan sudah dibedakan melalui keturunan.
Bentuk dari Diferensiasi Sosial
Masyarakat pada dasarnya dapat dibedakan atau terdiferensiasi menurut beberapa kriteria seperti pada ketiga ciri
diferensiasi sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain dibedakan atas cirinya, masyarakat juga dapat
dibedakan berdasarkan bentuk dari diferensiasi sosial. Bentuk-bentuk diferensiasi sosial ini terbagi menjadi enam
bagian, berikut penjelasan lengkapnya.
1. Jenis Kelamin
Bentuk pertama dari diferensiasi sosial adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini tergolong sebagai bentuk diferensiasi
sosial karena tidak dapat menunjukan perbedaan tingkatan atau dapat dibedakan secara horizontal.
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki derajat dan posisi yang sama. Secara hakiki, perbedaan antara
laki-laki maupun perempuan bersifat horizontal karena hanya menyangkut bentuk serta sifat dasar yang berbeda
dari jenis kelaminnya.
Walaupun begitu, terkadang ada pandangan yang menilai bahwa laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan dan
dapat melakukan pekerjaan berat. Sejatinya, perempuan memang memiliki fisik yang cenderung lebih lemah
dibandingkan laki-laki.
Namun, pandangan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai patokan untuk menilai bahwa laki-laki memiliki derajat
yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kondisi tersebut terjadi karena semata-mata merupakan karena
kecenderungan alamiah yang ada pada masing-masing diri laki-laki maupun perempuan.
2. Klan
Klan yang dimaksud pada bentuk diferensiasi sosial di sini adalah suatu satuan sosial dengan anggota yang
memiliki hubungan kekerabatan. Anggota klan tersebut tergabung karena didasari pada hubungan darah maupun
garis keturunan atau genealogis.
Kelompok kekerabatan berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu dikenal sebagai matrilineal, sedangkan
kelompok kekerabatan berdasarkan garis keturunan bapak disebut sebagai patrilineal.
Contohnya, seperti klan yang dapat ditemui pada masyarakat Batak. Masyarakat Batak hingga kini masih
menerapkan sistem marga, umumnya marga anak merupakan turunan dari bapaknya. Contohnya seperti marga
Harahap, Simanjuntak maupun marga Nasution.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa merupakan bentuk ketiga dari diferensiasi sosial. Suku bangsa terbentuk karena kesadaran individu
yang ditandai dengan adanya kesatuan pada karakteristik, pola perilaku, adat istiadat, asal usul serta kebudayaan.
Seperti halnya ciri kebudayaan, bentuk suku bangsa pada diferensiasi sosial di Indonesia memiliki jumlah yang
banyak dan masing-masing memiliki kekhasan maupun keunikannya tersendiri. Sehingga, suku bangsa tidak dapat
dijadikan sebagai patokan bahwa seorang individu memiliki derajat yang tinggi karena berasal dari suatu suku bangsa
tertentu.
Tiap-tiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki persamaan derajat, martabat maupun harkatnya serta semua
suku bangsa dijamin oleh konstitusi hukum Indonesia sama rata.
4. Ras
Setiap individu lahir dari orang tua dengan latar belakang ras tertentu serta memiliki ciri fisik yang
sifatnya khas. Karena, setiap individu adalah unik sehingga tidak dapat dikatakan bahwa ras tertentu
memiliki nilai yang lebih baik dari ras lainnya. Membedakan seorang individu dan menilai derajat
seseorang berdasarkan rasnya merupakan tindakan diskriminatif.

1) Ras Australoid merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yaitu tubuh sedang dengan rambut keriting, mata
yang hitam, bibir tebal serta kulit berwarna hitam.
2) Ras Mongoloid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik rambut lurus, mata yang sipit, memiliki kulit berwarna
kuning dan bibir tipis.
3) Ras Cucasaois merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yang umumnya dimiliki oleh penduduk asli di
wilayah Eropa maupun Asia Utara.
4) Ras Negroid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik yang umumnya dimiliki oleh penduduk asli dari wilayah
Afrika serta sebagian wilayah Asia.
5. Agama
Umumnya, setiap individu memiliki agama. Agama ini memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman untuk
kehidupan manusia. Agama tidak memiliki tingkatan dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu bahwa
individu memiliki derajat yang lebih tinggi atau rendah karena agama yang dianutnya.
Setiap individu yang memilih untuk menganut agama tertentu, maka individu tersebut telah siap serta dengan
yakin bahwa apa yang ia Yakini adalah hal yang benar, oleh karena itu agama tidak dapat dibandingkan.
Semua agama mengatur serta mengajarkan kebaikan, agama juga mengatur hubungan baik antar manusia serta
hubungan manusia dengan Tuhan yang diyakininya. Ada beberapa agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta beberapa sistem kepercayaan tradisional yang tumbuh di
masyarakat.

6. Profesi
Bentuk diferensiasi sosial yang terakhir ini terdapat pula pada ciri sosial diferensiasi sosial yang telah dijelaskan
sebelumnya. Setiap profesi maupun pekerjaan yang ada di masyarakat memiliki fungsinya masing-masing.
Hal ini dikarenakan profesi merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus, oleh karena itu setiap
profesi tidak dapat dibandingkan dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor pembeda yang menentukan bahwa
individu dengan profesi tertentu memiliki derajat atau tingkat yang lebih tinggi.
Setiap profesi yang ada di masyarakat berjasa bagi kehidupan, oleh karena itu profesi tersebut hadir karena
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jenis-Jenis Diferensiasi Sosial
Setelah mengetahui pengertian, ciri-ciri dan bahkan bentuk dari diferensiasi sosial, Grameds perlu mengetahui jenis-
jenis dari diferensiasi sosial. Ada berbagai jenis kategori sosial di masyarakat yang merupakan kriteria dari terjadinya
diferensiasi sosial.
Menurut seorang Sosiolog Kaare Svalastoga, jenis diferensiasi sosial dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Diferensiasi Tingkatan atau Rank Differentiation
Jenis diferensiasi tingkatan ini muncul karena adanya ketimpangan pada penyaluran barang maupun jasa di suatu
daerah. Ketimpangan tersebut dapat menyebabkan barang maupun jasa memiliki perbedaan harga.
Perbedaan harga di suatu daerah terjadi sebab penyaluran barang maupun jasa harus melalui beberapa pihak untuk
sampai ke tujuan sebenarnya.
2. Diferensiasi Fungsional atau Functional Differentiation
Jenis diferensiasi yang kedua merupakan pembagian kerja yang muncul karena adanya orang atau individu yang
melakukan suatu pekerjaan yang berbeda atau berlainan. Hal ini dapat dilihat di suatu lembaga sosial. Ada perbedaan
pembagian penugasan atau pembagian kerja yang dapat menyebabkan setiap individu harus melaksanakan kewajiban
sesuai fungsinya masing-masing.
3. Diferensiasi Kultural atau Cultural Differentiation
Jenis ketiga dari diferensiasi sosial ini muncul dikarenakan aturan berperilaku yang tepat serta berbeda menurut situasi
tertentu. Peraturan berperilaku ini disebut pula dengan norma yang memiliki tujuan untuk mengatur ketertiban dalam
bermasyarakat dan kemungkinan berbeda di setiap daerahnya.
Contoh-Contoh Diferensiasi Sosial
Agar lebih jelas, Grameds perlu mengetahui beberapa contoh dari diferensiasi sosial, berikut adalah beberapa contoh
dari diferensiasi sosial menurut bentuk-bentuknya.
1.Perbedaan warna kulit yang ada di masyarakat Indonesia, seperti warna kulit putih, kuning langsat, sawo matang,
hitam, coklat dan lain sebagainya.
2.Penggolongan masyarakat Indonesia menurut agamanya seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu.
3.Penggolongan masyarakat Indonesia menurut marga pada sukunya, seperti marga Nanggolian, Siahaan, Butar-butar
Sinaga, Situmorang di suku Batak.
4.Penggolongan masyarakat berdasarkan rasnya, seperti Mongoloid, Kaukasoid. Negroid dan lain sebagainya.
5.Penggolongan masyarakat Indonesia menurut sukunya, seperti suku Jawa, Batak, Madura, Sunda dan lainnya.
6.Penggolongan masyarakat Indonesia menurut profesi atau pekerjaannya, contohnya seperti karyawan, pemegang
saham, pengusaha, buruh dan lainnya.
7.Penggolongan masyarakat menurut adatnya, seperti adat Bali, adat Jawa, adat Sunda, adat Batak dan lainnya.
Di atas merupakan beberapa contoh dari diferensiasi sosial yang ada di Indonesia. Contoh-contoh tersebut sesuai dengan
pengertian diferensiasi sosial yang mengatakan bahwa pembeda pada masyarakat bersifat horizontal atau tidak dapat
dijadikan sebagai faktor untuk menentukan derajat seorang individu.
Apakah diferensiasi sosial memiliki dampak pada kehidupan bermasyarakat? Tentu saja, diferensiasi sosial membawa
dampak, berikut adalah beberapa dampak yang disebabkan oleh diferensiasi sosial.
Dampak Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial merupakan fenomena yang wajar serta terjadi di setiap masyarakat yang ada di dunia. Keragaman
atau perbedaan ini akan selalu dijumpai oleh Grameds dimanapun Grameds berada.
Karena pada dasarnya, setiap individu itu unik serta berbeda dari satu sama lainnya. Diferensiasi berfungsi sebagai
pembeda dan bukan untuk menunjukan individu mana yang lebih baik.
Diferensiasi sosial memiliki beberapa dampak serta pengaruh pada kehidupan bermasyarakat, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Diferensiasi dapat memunculkan primordialisme yaitu merupakan anggapan yang dimiliki oleh setiap individu
bahwa kelompoknya merupakan yang paling unggul daripada kelompok lainnya.
2. Diferensiasi sosial dapat memunculkan etnosentrisme, yaitu merupakan anggapan dari individu yang meyakini
bahwa suku bangsanya lebih baik dibandingkan suku bangsa lainnya.
3. Diferensiasi sosial memunculkan prasangka terhadap individu yang terlihat atau berbeda dari diri sendiri.
4. Diferensiasi dapat memunculkan sikap diskriminatif seseorang terhadap suatu kelompok minoritas.
Walaupun telah tertera jelas pada pengertian diferensiasi, ternyata diferensiasi sosial tetap menimbulkan
beberapa dampak yang cenderung negatif karena setiap individu akan cenderung membandingkan suku
bangsa, fisik, jenis pekerjaannya dari individu lain.
Perbandingan yang dilakukan oleh masyarakat ini dapat memunculkan sikap diskriminatif maupun
memandang rendah individu lain yang berbeda dari dirinya.
Sementara itu, diferensiasi sosial telah secara gamblang menjelaskan bahwa pembeda yang ada di
masyarakat bersifat horizontal dan tidak dapat dijadikan sebagai penentu bahwa golongan lebih baik dari
golongan lain maupun sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai