Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Filsafat Pendidikan

Matematika Dalam Tradisi Keilmuan


Klasik dan Modern
Dosen Pengampu :
Hartini, S.Pd., M.Pd
Kelompok 1
1. Agustina Fitriani ( 2021 11 1025 )
2. Anina Tris Darmayanti ( 2021 11 1059 )
3. David Jaya Sucipta ( 2021 11 1019 )
4. Elya Rahmah ( 2021 11 1054 )
5. Eva Susilaningsih ( 2021 11 1026 )
6. Evi Susilaningsih ( 2021 11 1027 )
7. Indri Adila ( 2021 11 1032 )
8. M. Sahman ( 2021 11 1037 )
9. Muhammad Andrianur ( 2021 11 1043 )
10. Muhammad Fauzi ( 2021 11 1020 )
11. Muhammad Fazar Faddillah ( 2021 11 1044 )
12. Muhammad Ikhsan Mawardi ( 2021 11 1024 )
13. Nur Emelda ( 2021 11 1047 )
14. Purnama Agustina ( 2021 11 1048 )
15. Santi Ariani ( 2021 11 1051 )
16. Siti Nur Hamidah ( 2021 11 1023 )
Pentingnya filsafat dalam pendidikan matematika

Filsafat memegang peran penting sebagai landasan pemikiran yang membimbing proses pendidikan matematika. Melalui
pendekatan filsafat, kita dapat menyelami esensi sebenarnya dari angka dan simbol matematika, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mendasar tentang tujuan utama pembelajaran matematika, dan merumuskan pertimbangan etis terkait
pengajaran dan pembelajaran. Lebih jauh lagi, filsafat membantu menjembatani hubungan antara matematika dengan ilmu
pengetahuan lain, membawa dimensi etika dalam pengajaran matematika, dan mengeksplorasi nilai-nilai yang mendasari
pemilihan metode pengajaran serta evaluasi. Dengan memahami dan mengapresiasi peran filsafat dalam pendidikan
matematika, kita dapat melihat bahwa pembelajaran matematika bukan hanya sekadar pengembangan keterampilan
kalkulatif, tetapi juga suatu proses yang mencakup pemahaman yang mendalam tentang makna, tujuan, dan implikasi
konsep-konsep matematika dalam konteks yang lebih luas.
Filsafat Pendidikan
Matematika dalam Tradisi
Klasik:
Kontribusi tokoh-tokoh klasik
1. Plato
Plato, seorang filsuf Yunani kuno, memberikan kontribusi penting terhadap pemikiran pendidikan matematika melalui
karyanya "The Republic." Dalam "The Republic," Plato menyajikan pandangannya tentang pendidikan ideal yang
mencakup pelatihan matematika. Menurutnya, matematika adalah bagian integral dari kurikulum pendidikan karena
dapat melatih pikiran dan membantu dalam pengembangan kemampuan logis siswa.

2. Aristoteles
Aristoteles, murid Plato, melanjutkan pemikiran guru-gurunya dan menyumbang pada filsafat pendidikan matematika
melalui karyanya "Nicomachean Ethics." Aristoteles memandang matematika sebagai alat untuk memahami realitas
fisik. Baginya, matematika bukan hanya mengembangkan kemampuan berpikir logis, tetapi juga memberikan dasar
untuk memahami struktur dunia.
Kontribusi tokoh-tokoh klasik
3. Euclid
Euclid, seorang ahli matematika Yunani, dikenal sebagai "Bapak Geometri." Karyanya yang terkenal, "Elements,"
bukan hanya kumpulan teorema geometri, tetapi juga menyajikan metode deduktif yang menjadi standar dalam
pengajaran matematika selama berabad-abad. Kontribusi Euclid tidak hanya terbatas pada pengembangan materi
matematika, tetapi juga pada metode pengajaran matematika yang logis dan sistematis. Pendekatannya yang berfokus
pada deduksi dan bukti matematika memengaruhi cara matematika diajarkan dan dipahami hingga zaman modern.
Pengaruh pemikiran mereka terhadap pengembangan pendidikan
matematika.

Pemikiran Plato, Aristoteles, dan Euclid berdampak besar pada pengembangan pendidikan matematika. Plato
menegaskan bahwa matematika bukan hanya keterampilan teknis, melainkan alat untuk melatih pikiran dan
memajukan kemampuan intelektual, memberikan legitimasi filosofis untuk penekanan pada pelajaran matematika
dalam kurikulum. Aristoteles memandang matematika sebagai sarana untuk memahami realitas fisik, menghubungkan
konsep matematika dengan pemahaman struktur dasar alam semesta. Kontribusi Euclid dengan metodenya yang
deduktif dan penekanan pada bukti matematis menjadi landasan untuk pengembangan metode pengajaran matematika
yang sistematis.
Pemikiran mereka mengaitkan matematika dengan konsep-konsep filosofis, menciptakan hubungan erat antara
matematika dan filsafat. Warisan klasik ini membentuk dasar konseptual dan metodologis untuk pengembangan
pendidikan matematika, menciptakan fondasi yang terus memengaruhi pendekatan terhadap matematika dan
pendidikan hingga zaman modern.
Filsafat Pendidikan
Matematika dalam
Tradisi Modern:
Peran Pemikir Modern dalam Filsafat Pendidikan
Matematika
1. Jhon Dewey
John Dewey, seorang filosof pendidikan ternama pada abad ke-20, memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan filsafat pendidikan matematika dengan memperkenalkan prinsip-prinsip pragmatismenya. Menurut
Dewey, pembelajaran matematika seharusnya tidak terbatas pada pemberian fakta dan rumus-rumus semata,
melainkan harus terintegrasi dengan pengalaman nyata siswa. Konsep pragmatisme Dewey menekankan pentingnya
pengalaman langsung dan interaksi aktif siswa dengan materi pembelajaran. Dalam konteks pendidikan matematika,
ini berarti memasukkan matematika ke dalam konteks kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat melihat relevansi
dan kegunaan matematika dalam pemecahan masalah dunia nyata. Dewey memandang matematika sebagai alat untuk
memecahkan masalah praktis, bukan hanya sebagai kumpulan aturan dan teorema. Pendekatannya yang kontekstual
dan berorientasi pada pengalaman membuat pembelajaran matematika lebih menarik dan relevan bagi siswa, serta
membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Pemikir Modern dalam Filsafat Pendidikan
Matematika
2. Alfred North Whitehead
Alfred North Whitehead, seorang filosof dan matematikawan, memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan
filsafat pendidikan matematika dengan merumuskan pandangannya yang unik. Whitehead memandang pendidikan
matematika sebagai proses pembelajaran yang tidak hanya memfokuskan pada pemberian informasi faktual, tetapi
lebih pada pengembangan pemikiran kreatif dan logis siswa. Keyakinannya terletak pada pentingnya pengembangan
konsep dan ide, bukan hanya sekadar menghafal rumus atau fakta matematika. Ia memandang matematika sebagai alat
untuk membentuk pemikiran analitis dan kreatif, dan pemahaman yang mendalam terhadap konsep-konsep
matematika menjadi esensial dalam proses pembelajaran. Konsep "pemikiran matematika" yang diperkenalkannya
menekankan pada pentingnya pemahaman konseptual yang mendalam dan penggunaan kreativitas dalam
memecahkan masalah matematika, memberikan dasar bagi pendekatan konstruktivis dalam pengajaran matematika
hingga hari ini.
Peran Pemikir Modern dalam Filsafat Pendidikan
Matematika
3. Bertrand Russell
Bertrand Russell, seorang filsuf, matematikawan, dan logikawan ternama, Russell menekankan pentingnya penalaran
logis dan metode ilmiah. Pandangannya terhadap matematika menciptakan dasar bagi pendekatan formal dalam
pengajaran matematika. Russell menyumbangkan karyanya dalam pengembangan logika matematika, di mana
argumennya membantu memahami struktur dasar matematika dan proses penalaran yang mendasarinya.
Pandangannya terhadap matematika bukan hanya sebagai suatu kumpulan fakta atau rumus, tetapi sebagai suatu
sistem logis yang memerlukan pemahaman mendalam. Kontribusi Russell memperkaya pemahaman kita tentang
peran logika dan analisis dalam memahami konsep matematika, mengilhami pendekatan-pendekatan modern dalam
mengajarkan matematika dengan menekankan pentingnya penalaran dan analisis yang kokoh
Kaitan antara Filsafat dan Teori Pembelajaran
Matematika
Filsafat pendidikan matematika berperan penting dalam membentuk dasar-dasar teoritis yang mendukung
pengembangan metode pengajaran dan pembelajaran matematika. Filsafat memberikan landasan konseptual dan
pandangan dunia yang memengaruhi cara kita memahami, mengajar, dan mempelajari matematika. Hubungan antara
filsafat dan teori pembelajaran matematika dapat dilihat melalui beberapa aspek berikut:
1. Pandangan Epistemologis:
Filsafat memberikan kerangka kerja epistemologis yang mendasari teori pembelajaran matematika.
Misalnya, pandangan empirisme atau rasionalisme dari filsafat akan mencerminkan dalam pendekatan
pembelajaran yang lebih menekankan pada pengalaman langsung atau pada akal budi dan logika.
2. Konsep Ontologis dan Metafisika:
Pandangan tentang realitas, eksistensi, dan struktur matematika yang muncul dari filsafat membentuk
dasar ontologis bagi teori pembelajaran. Apakah matematika dipandang sebagai entitas yang ada di luar
pikiran manusia atau sebagai konstruksi sosial akan mempengaruhi pendekatan dalam merancang pengalaman
pembelajaran.
3. Etika dan Tujuan Pendidikan Matematika:
Filsafat juga memberikan dasar untuk pertimbangan etika dan tujuan pendidikan matematika.
Apakah fokus lebih pada mengembangkan pemahaman konsep, keterampilan pemecahan masalah, atau
penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari, semuanya dipengaruhi oleh nilai dan etika yang muncul
dari pemikiran filsafat
4. Metodologi Pembelajaran:
Filsafat memberikan arah terkait metode pengajaran dan pembelajaran matematika. Pendekatan
konstruktivis, behavioristik, atau kognitif, contohnya, dapat ditemukan pada landasan filsafat
tertentu. Pandangan ini memengaruhi pemilihan strategi pengajaran dan penilaian yang digunakan
dalam kelas..
Tantangan dalam mengintegrasikan filsafat pendidikan
matematika
1. Kesenjangan Antara Teori dan Praktik:
• Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan antara teori filsafat pendidikan matematika dan implementasinya
dalam praktik pendidikan matematika sehari-hari.
• Guru mungkin kesulitan mengaitkan konsep filosofis dengan kegiatan pembelajaran konkret di dalam kelas.
2. Kurikulum yang Terfokus pada Hasil Ujian:
• Sistem pendidikan yang sangat terfokus pada ujian dapat menghambat integrasi filsafat dalam pembelajaran
matematika.
• Guru dan siswa cenderung lebih fokus pada pencapaian hasil tes daripada pemahaman filosofis di balik konsep
matematika.
3. Keterbatasan Waktu dan Sumber Daya:
• Keterbatasan waktu dalam kurikulum seringkali menjadi kendala dalam memberikan ruang untuk diskusi filsafat
matematika yang mendalam.
• Sekolah mungkin kurang memiliki sumber daya untuk melibatkan siswa dalam eksplorasi filosofis yang
memadai.
4. Tantangan Komunikasi:
• Keterampilan komunikasi yang efektif diperlukan untuk memfasilitasi diskusi filsafat matematika di kelas.
• Bagi beberapa guru dan siswa, mengartikulasikan dan memahami konsep filosofis mungkin menjadi hambatan.
5. Kebutuhan Pemahaman Guru:
• Dalam mengintegrasikan filsafat matematika, guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang filsafat
dan keterampilan untuk mentransfer pemikiran filosofis ke dalam pembelajaran matematika.
6. Diversitas Siswa:
• Perbedaan latar belakang dan keberagaman siswa dapat menjadi tantangan dalam menyesuaikan pendekatan
filsafat yang sesuai untuk semua siswa.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai