Anda di halaman 1dari 40

by

Umi Sa’adah
Umi Sa’adah
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Dalil kewajiban puasa
Puasa diwajibkan Bagi yang Baligh dan Berakal
Keutamaan Puasa
Wanita Haid dan Nifas Tidak Wajib Puasa
Siapa Yang Diwajibkan Mambayar Fidyah ?
Siapa Yang diwajibkan Qodho Puasa ?
Bagaimana Puasa Bagi Musafir ?
Berpuasa Bagi Yang Musafir Lebih Utama..
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
Bagaimana Keharusan merukyat hilal bulan Ramadhan?
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Haruskah Puasa didahului niat ?
Kapan Niat Dilakukan ?
Bagaimana Dengan Niat Puasa Sunnah ?
Kapan Waktu pelaksanaan Puasa?
Bagaimana Meneteskan Obat Ke Dalam Hidung ?
Bagaimana Hubungan Suami Istri Saat Puasa ?
Batalkah Orang Yang Sengaja Muntah ?
Bagaimana Kalau Lupa ?
Bagaimana Orang yang Berbuka Tanpa Uzur ?
Bagaimana yang melakukan hubungan suami istri tanpa u
zur ?
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Bagaimana Hukum Makan Sahur ?
Apa Sunnah Berbuka ?
Bagaimana Sunnah Doa Berbuka ?
Puasa Sunnah
Puasa 6 hari di bulan Syawal
Puasa Arafah
Puasa Asyura
Puasa 3 hari : tanggal 13, 14 & 15
Puasa Senin & Kamis
Dalil kewajiban puasa
‫َياَأُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب‬
‫َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َن‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas


kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang yang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”. Al-Baqarah: 183
Dalil kewajiban puasa back

‫َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُه‬


Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan bulan Ramadhan, maka
berpuasalah. (QS al-Baqarah [2]: 185).
 Dalil shaum juga didasarkan pada hadis penuturan Ibn Umar ra. yang
menyatakan:

‫ َو َاَّن ُمَحَّم ًد ا‬،‫ َش هَاَد ِة َاْن َال اَلَه ِاَّال ُهللا‬:‫ ُبِنَي ْاِال ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬: ‫«َاَّن الَّنِبَي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
» ‫ َو َص ْو ِم َر َم ضَاَن‬،‫ َو َح ِّج اْلَبْيِت‬،‫ َو ِاْيتَاِء الَّز كَاِة‬،‫ َو ِاقَاِم الَّص َالِة‬،‫َر ُس ْو ُل ِهللا‬
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Islam itu dibangun di atas
lima perkara: kesaksian bahwa tidak Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan
zakat; beribadah haji; dan shaum Ramadhan.” (HR al-Bukhari,
Muslim dan Ahmad).
back
Puasa Diwajibkan Bagi yang Baligh dan
Berakal
Karena itu, secara pasti shaum merupakan kewajiban
setiap Muslim yang telah balig dan berakal. Dalam hal
ini, anak-anak dan orang gila tidak wajib untuk
berpuasa. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi saw.:

« ‫ َع ِن الَّص ِبي َح َّتى َيْبُلَغ َو َع ِن الَّناِئِم َح َّتى َيْس َتْيِقَظ َو َع ِن‬:‫ُر ِفَع اْلَقَلُم َع ْن َثَالَثٍة‬
‫»اْلَم ْج ُنْو ِن َح َّتى َيِفْيَق‬

Telah diangkat pena (taklif hukum) atas tiga orang: dari


anak kecil hingga balig; dari orang yang tidur hingga
dia bangun; dan dari orang gila hingga ia waras. (HR
Abu Dawud).
Wanita Haid dan Nifas Tidak Wajib back

Puasa
Wanita haid dan nifas juga TIDAK BOLEH berpuasa,
karena puasa bagi mereka adalah TIDAK SAH. Jika mereka
telah suci dari haid maka mereka wajib meng-QADLA’
puasa yang ditinggalkannya. Ketentuan ini didasarkan
pada hadis penuturan Aisyah ra. yang menyatakan bahwa
Nabi saw. pernah bersabda:
«‫»ِفي اْلَح ْيِض ُكَّنا ُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّص ْو ِم َو َال ُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّص َالِة‬
Karena haid, kami telah diperintahkan untuk meng-qadha’
shaum, tetapi kami tidak diperintahkan untuk meng-qadha’
shalat. (HR Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah
dan Ahmad).
back

Siapa Yang Diwajibkan Membayar Fidyah ?


 Siapa saja yang tidak kuasa untuk berpuasa karena suatu kondisi
tertentu, mereka TIDAK WAJIB puasa & WAJIB membayar FIDYAH:
 Orang yang sangat tua/lanjut usia
 Orang sakit yang penyakitnya tidak mungkin disembuhkan

‫َو َع َلى اَّلِذ يَن ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكيٍن‬
Bagi orang-orang yang menanggung beban berat dalam berpuasa, mereka
wajib memberikan fidyah, yakni memberi makan orang miskin. (QS al-
Baqarah [2]: 184).

 Ada juga hadis penuturan Ibn Abbas bahwa Nabi saw. pernah
bersabda:

«‫»َو َم ْن َاْد َر َك ُه اْلِكَبُر َفَلْم َيْسَتِط ْع ِص َياَم َر َم ضَاَن َفَع َلْيِه ِلُك ِّل َيْو ٍم ُم ًّد ِم ْن َقْم ٍح‬
Siapa saja yang telah mencapai usia lanjut, lalu dia tidak kuasa untuk
melaksanakan puasa Ramadhan, maka ia wajib untuk mengeluarkan
satu mud gandum setiap hari. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).
back

Siapa Yang Diwajibkan Membayar Fidyah ?


Ibn Umar ra. juga menuturkan hadis:

«‫»ِاَذ ا َض ُع َف َع ِن الَّص ْو ِم َاْطِع ْم َع ْن ُك ِّل َيْو ٍم ُم ًّد ا‬


Jika seseorang lemah dalam melaksanakn shaum, hendaknya ia
memberikan makan kepada orang miskin satu mud setiap
hari. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).
Dari Anas ra. juga dikatakan:

« ‫»َأَّنُه َض ُع َف َع ِن الَّص ْو ِم َع اًم ا َقْبَل َو فَاِتِه َفاْفَطَر َو َاْطَع َم‬


Ia tidak berdaya untuk melaksanakan shaum sepanjang tahun
sebelum wafatnya, lalu ia berbuka dan memberi makan
makan orang miskin. (HR ath-Thabrani dan al-Haitasmi).
back

Siapa Yang diwajibkan Qodho Puasa ?


Jika seseorang tidak kuasa untuk berpuasa karena SAKIT
dan ia khawatir sakitnya bertambah parah, ia juga TIDAK
WAJIB berpuasa, karena di dalamnya ada rasa berat
sehingga dia BOLEH BERBUKA. Kemudian, jika dia
sembuh maka dia wajib untuk meng-QADLA’-nya.
Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah SWT:

‫َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّم ِر يضًا َأْو َع َلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر‬
siapa saja di antara kalian yang sakit, atau dalam perjalanan,
maka hendaknya ia mengganti puasanya pada hari yang
lain sejumlah yang ditinggalkannya.
(QS al-Baqarah [2]: 184).

Jika seseorang sedang berpuasa, lalu ia jatuh sakit, ia


boleh berbuka, karena keadaan sakit memang
membolehkan seseorang yang berpuasa untuk berbuka
Bagaimana Puasa Bagi Musafir ? back
 Musafir, jika safar yang dilakukannya tidak mencapai empat barid
atau 80 kilometer, ia WAJIB TETAP berpuasa; ia tidak boleh berbuka.
Alasannya, karena safar/perjalanan yang menghasilkan adanya
rukhshah (keringanan) untuk berbuka adalah safar syar‘i (bukan
semata-mata safar, peny.), yakni empat barid, yang setara dengan 80
km. Jika seorang musafir melakukan safar sejauh 80 km atau lebih
maka ia boleh untuk tetap berpuasa dan boleh juga berbuka.
Ketentuan ini didasarkan pada hadis penuturan Aisyah ra.:

«‫ َأَأُص ْو ُم ِفي الَّس َفِر ؟ َفَقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه‬،‫ َيا َر ُس ْو َل ِهللا‬: ‫ِاَّن َحْم َز َة ِاْبِن َع ْم ُر ْو ْاَالْس َلِم ي َقاَل‬
‫ ِاْن ِش ْئَت َفُص ْم َو ِاْن ِش ْئَت َفَاْفِط ْر‬: ‫»َو َس َّلَم‬

Sesungguhnya Hamzah bin Amr al-Islami pernah bertanya kepada


Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, “Perlukah aku berpuasa di dalam
perjalanan?” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau mau,
berpuasalah. Jika engkau mau, berbukalah.”
(HR al-Bukhari, Muslim, dan Ashab as-Sunan).
back
Berpuasa Bagi Musafir Lebih Utama …
 Bagi musafir yang puasanya tidak menjadikan dirinya merasa
berat/sempit maka tetap berpuasa adalah lebih utama. Sebab, Allah
SWT telah berfirman:
‫َو َأن َتُصوُم وْا َخ ْيٌر َّلُك ْم‬
Berpuasa itu adalah lebih baik bagi kalian. (QS al-Baqarah [2]: 184).

 Sebaliknya, jika puasanya ternyata telah membebani dirinya, maka dia


lebih utama untuk berbuka. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan
Jabir ra. sebagai berikut:

«‫ َم ا َباَل َهَذ ا؟‬: ‫َم َّر َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِفي َس َفٍر ِبَر ُج ٍل َتْح َت َش َج َر ٍة ُيَر ُش َع َلْيِه اْلمَاُء َفَقاَل‬
‫ َلْيَس ِم َن اْلِبِّر الِّص َياُم ِفي الَّس َفِر‬: ‫ َفَقاَل‬. ‫ َص اِئٌم‬:‫»َقُاْلوا‬
Dalam sebuah perjalanan Rasulullah saw. pernah melewati seorang laki-
laki yang sedang berteduh di bawah pohon sambil menyiramkan air ke
tubuhnya. Beliau lalu bertanya, “Mengapa orang ini?” Para Sahabat
menjawab, “Dia sedang berpuasa.” Mendengar itu, Beliau kemudian
bersabda, “Tidak baik berpuasa dalam perjalanan.” (HR an-Nasa’i).
back
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
 Wanita hamil dan menyusui, BOLEH BERBUKA, lalu meng-QADHA’-
nya di luar bulan Ramadhan, baik karena ia khawatir atas dirinya,
khawatir atas dirinya dan bayinya, atau semata-mata khawatir atas
bayinya; atau bahkan ia tidak memiliki kekhawatiran apapun.
 Ketentuan ini didasarkan pada apa yang telah dikukuhkan oleh hadis
Nabi saw. dalam Ash-Shahihayn, sebagaimana dituturkan oleh Anas bin
Malik al-Ka‘bi. Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
« ‫ ِاَّن َهللا َع َّز َو َج َّل َو َضَع َع ِن اْلُمَس اِفِر الَص ْو َم َو َش ْطَر الَّص َالِة َو َع ِن‬: ‫َاَّن َر ُس ْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫»اْلحَاِم ِل َو اْلُم ْر ِض ِع الَّص ْو َم‬
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan keringanan bagi musafir dalam
shaum dan sebagian shalatnya, sementara keringanan bagi wanita hamil
dan menyusui adalah dalam shaumnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
 Hadis di atas tidak memberikan batasan tertentu terkait dengan
kebolehan seseorang untuk tidak berpuasa. Hadis tersebut bahkan
menyebutkan kebolehan itu secara mutlak bagi wanita hamil dan
menyusui, semata-mata karena statusnya sebagai wanita hamil dan
menyusui.
back
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
 Wanita hamil dan menyusui WAJIB untuk meng-QADLA’ shaum yang
ditinggalkannya, karena pada dasarnya mereka WAJIB untuk berpuasa.
 Ketika mereka memutuskan untuk tidak berpuasa, maka puasa menjadi utang
bagi mereka, yang tentu wajib dibayar dengan cara di-qadha’. Ketetapan ini
didasarkan pada hadis penuturan Ibn Abbas ra. yang menyatakan:
« ‫ َاَر َأْيَت َلْو كَاَن َع َلى ُاِّمِك َد ْيٌن‬: ‫ َأَفَاُصْو ُم َع ْنَها؟ َفقَاَل‬،‫ َاِّن ُاِّم ي َم اَتْت َو َع َلْيَها َص ْو ُم َنَذ ٍر‬،‫ َياَر ُسْو َل ِهللا‬: ‫ِاَّن ِاْمَر َأًة قَاَلْت‬
‫ َفُصْو ِم ي َع ْن ُاِّمِك‬: ‫ َقاَل‬. ‫ َنَعْم‬: ‫»َفَقَض ْيِتِه َاَك اَن ُيَؤ ِّد ي َذ ِلَك َع ْنَها؟ َقاَلْت‬
Seorang wanita pernah berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah saw.,
ibuku telah meninggal, sementara ia masih memiliki kewajiban berpuasa
nadzar. Perlukah aku berpuasa untuk membayarkannya?” Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapatmu seandainya ibumu memiliki utang, lalu engkau
membayarnya, apakah hal itu dapat melunasi utangnya?” Wanita itu
menjawab, “Tentu saja.” Rasul lalu bersabda, “Karena itu, berpuasalah engkau
untuk membayar utang puasa ibumu.” (HR Muslim).
 Kemudian, tidak adanya kewajiban atas wanita hamil dan menyusui untuk
membayar fidyah, hal itu karena dalam hal ini memang tidak ada nash yang
menunjukkannya.
back

Bagaimana Keharusan merukyat hilal bulan


Ramadhan?
 Shaum Ramadhan hanya diwajibkan atas kaum Muslim saat sudah
terlihat hilal (bulan sabit tanggal 1) bulan Ramadhan. Jika pada saatnya
hilal Ramadhan terhalang dari pandangan manusia, maka kaum Muslim
wajib menggenapkan bilangan bulan Sya‘ban (menjadi 30 hari), lalu
besoknya mereka harus sudah mulai berpuasa. Ketentuan ini didasarkan
pada hadis penuturan Ibn Abbas ra. bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

«‫ َو َال‬،‫ َفِاْن ُغ َّم َع َلْيُك ْم َفَاْك ِم ُلْو ا اْلِع َّدَة‬،‫ ُص ْو ُم ْو ا ِلُر ْؤ َيِتِه َو َاْفِط ُر ْو ا ِلُر ْؤ َيِتِه‬: ‫َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫»َتْسَتْقِبُلْو ا الَّش ْهَر اْس ِتْقَباًال‬

Berpuasalah kalian karena merukyat hilal dan berbukalah kalian


(mengakhiri puasa Ramadhan, peny.) juga karena melihat hilal (bulan
sabit tanggal 1 Syawal, peny.). Jika hilal terhalang dari pandangan kalian
maka genapkanlah bilangan bulan Sya‘ban. Janganlah kalian kalian
menyambut bulan itu (dengan berpuasa, peny.). (HR al-Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ahmad, dan ad-Darimi).
Mendudukan Penetapan Awal &
Akhir Ramadhan

Mendudukkan Penetapan Awal dan Akhi


r Ramadhan.doc
back
Haruskah Shaum didahului niat ?.
Shaum Ramadhan, sebagaimana juga shaum-shaum
lainnya, hanya dipandang SAH jika didahului dengan NIAT.
Dasarnya adalah sabda Nabi saw.:
«‫»ِاَّنَم ا ْاَالْع َم اُل ِبالِّنَياِت‬
Sesungguhnya amal ibadah itu bergantung pada niatnya.
(HR Muslim).
Niat wajib dilakukan setiap hari selama bulan Ramadhan.
Pasalnya, shaum pada masing-masing hari merupakan
ibadah yang berdiri sendiri, yang waktunya dimulai dari
terbit fajar dan diakhiri saat matahari terbenam.
Shaum pada hari ini tidak bisa ikut-ikutan rusak oleh
rusaknya puasa pada hari-hari sebelumnya maupun hari-
hari sesudahnya. Karena itulah, tidak cukup satu niat untuk
berpuasa sebulan penuh.
Akan tetapi, niat harus dilakukan setiap hari.
back

Kapan Niat Dilakukan


Puasa Wajib, TIDAK SAH dilakukan jika niatnya baru
dilakukan SIANG hari.
Niat shaum wajib dilakukan pada MALAM hari.
Ketentuan ini didasarkan pada hadis penuturan Hafshah:

«‫ َم ْن َلْم َيِبْيِت الِّص َياَم ِم َن الَّلْيِل َفَال ِص َياَم َلُه‬: ‫»َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja
yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tidak ada
puasa baginya.” (HR an-Nasa’i dan ad-Darimi).

Niat boleh dilakukan pada bagian malam manapun sejak


terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar karena
seluruhnya termasuk bagian dari malam hari.
back

Bagaimana Dengan Niat Shaum Sunnah ?


Adapun niat shaum sunnah boleh dilakukan setelah terbit fajar
sebelum matahari tergelincir. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Aisyah ra.:
«: ‫ َفَقاَل‬.‫ َال‬: ‫ ِع ْنَد ُك ْم َش ْي ٌء ُتْطِعُم ْو َن ؟ َفَقاَلْت‬، ‫ َأْص َبَح الَيْو ُم‬: ‫َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫»ِاِّني ِإًذ ا َص اِئٌم‬
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bertanya, “Apakah pagi ini ada
sesuatu (makanan) untuk kalian makan?” Aisyah menjawab, “Tidak
ada.” Nabi saw. kemudian berkata, “Kalau begitu, aku akan berpuasa
saja.” (HR Ahmad)
Niat shaum Ramadhan juga harus ditentukan. Artinya, seseorang
yang hendak berpuasa harus menyatakan diri bahwa ia memang
berniat untuk shaum Ramadhan pada hari itu, karena ia merupakan
bentuk taqarrub kepada Allah yang terkait dengan waktu
pelaksanaannya.
Hanya saja, niat tidak mesti dinyatakan secara verbal, tetapi cukup
dengan adanya maksud di dalam kalbu.
back

Kapan Waktu pelaksanaan shaum?.


 Dimulai sejak TERBIT FAJAR yakni fajar shâdiq (waktu subuh)
dan diakhiri dengan TERBENAMNYA MATAHARI (saat magrib).
Hal ini didasarkan pada hadis penuturan Umar ra:
«‫ ِاذَا َأْقَبَل الَّلْيُل ِم ْن َهاُهَنا َو َاْد َبَر الَّنَهاُر ِم ْن َهاُهَنا َو َغ اَبِت‬: ‫َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫»الَّشْم ُس ِم ْن َهاُهَنا َفَقْد َاْفَطَر الَّصاِئُم‬
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Jika malam telah datang
dari sini, siang telah berakhir dari sini, dan matahari pun sudah
tenggelam, maka orang-orang yang berpuasa berbuka saat itu.
(HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan
Ahmad).
 Allah SWT juga berfirman:

(‫َو ُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَألْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط اَألْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِر ُثَّم َأِتُّم وْا الِّص َياَم ِإَلى‬
‫اَّللْيِل‬
Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian putih-hitamnya
sang fajar, lalu sempurnakanlah shaum hingga tiba waktu malam.
(QS al-Baqarah [2]: 187).
back

Bagaimana Meneteskan Obat Ke Dalam


Hidung ?
 Jika orang yang sedang berpuasa meneteskan obat ke dalam hidung atau memasukkan
air ke lubang telinganya hingga sampai ke otaknya, batallah puasanya. Hal ini
didasarkan pada hadis penuturan Luqaith bin Shabrah ra. yang menyatakan:

«‫ َاْس ِبِغ اْلُوُضْو َء َو َخ ِّلْل َبْيَن ْاَالَص اِبِع َو َباِلْغ ِفي ْاِال ْس ِتْنشَاِق ِاَّال َاْن َتُك ْو َن َص اِئًم ا‬: ‫ َقاَل‬. ‫ َاْخ ِبْر ِني َع ِن اْلُوُضْو ِء‬،‫ َياَر ُسْو َل ِهللا‬: ‫»ُقْلُت‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., beritahulah aku tentang cara berwudhu.” Beliau
bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, renggangkalah jari-jemari, optimalkanlah menghirup
air lewat hidung (ber-istinsyâq), kecuali jika engkau sedang berpuasa.” (HR at-Tirmidzi,
an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).

 Berkaitan dengan hadis di atas, pemahaman kebalikan (mafhûm mukhâlafah)-nya


adalah larangan untuk tidak secara optimal (banyak-banyak) ber-istinsyâq saat berpuasa
hingga tidak ada sedikit pun air yang sampai ke otak.
 Ini berarti, adanya air yang sampai ke otak adalah haram bagi orang yang berpuasa dan
membatalkan puasanya. Makan, minum, menghirup sesuatu melalui hidung, dan
meneteskan air ke dalam lubang telinga pengertiannya meliputi memasukkan apa saja;
baik yang biasa dimakan dan diminum seperti nasi, air, tembakau, dan sejenisnya;
ataupun yang biasa diteteskan melalui hidung, telinga, dan sejenisnya. Semua ini
membatalkan puasa
back
Bagaimana Hubungan Suami Istri Saat Shaum ?

 Orang yang sedang berpuasa juga dilarang melakukan hubungan suami-istri. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT:
‫َفاآلَن َباِش ُروُهَّن‬
Sekarang, campurilah mereka. (QS al-Baqarah [2]: 187)
 Ayat ini menunjukkan, bahwa mencampuri istri tidak dibolehkan sebelum sekarang ini,
yakni pada siang hari bulan Ramadhan. Apabila yang dicampuri itu kemaluan maka
batallah puasa. Jika yang dicampurinya selain kemaluan, atau sekadar mencium tetapi
sampai membuat keluar air mani (sperma), maka batal pula puasa seseorang; tetapi jika
tidak sampai membuat keluar sperma maka puasanya tidak batal. Hal ini didasarkan
pada hadis penuturan Jabir ra. sebagai berikut:
« ‫ َاَر َأْيَت َلْو َتَم ْض َم ْض َت َو َاْنَت َص اِئٌم‬: ‫ َفقَاَل‬. ‫ َو َاَنا َص اِئٌم‬، ‫ َقَبْلُت‬: ‫ َفَأَتْيُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفُقْلُت‬، ‫»َقَبْلُت َو َاَنا َص اِئٌم‬
Aku pernah mencium (istriku) saat sedang berpuasa. Aku lalu menjumpai Nabi saw.,
kemudian bertanya, “Aku telah mencium (istriku), sementara aku sedang berpuasa.”
Rasul saw. lalu bersabda, “Bagaimana pendapatmu jika engkau berkumur pada waktu
engkau berpuasa?” (HR Ahmad).
 Dalam hadis ini. Nabi saw. telah menyerupakan aktivitas mencium dengan berkumur;
jika air sampai tertelan, batallah puasa seseorang; sedangkan jika tidak maka puasanya
tidak menjadi batal. Demikian pula halnya dengan mencampuri istri pada selain
kemaluan atau sekadar menciumnya.
back

Batalkah Orang Yang Sengaja Muntah ?


Jika seorang yang sedang berpuasa dengan sengaja
membuat dirinya muntah maka batallah puasanya. Hal ini
didasarkan pada hadis penuturan Abu Hurairah ra.:

« ‫ َو َم ْن َذ َر َع ُه اْلَقْي ُء‬، ‫ َمِن اْسَتَقاَء َع اِم ًد ا َفَع َلْيِه اْلَقَض اُء‬: ‫َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫»َفَال َقَض اَء َع َلْيِه‬
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang
telah memancing dirinya agar muntah dengan sengaja, ia
wajib meng-qadha’ puasanya. Siapa saja yang muntah
(tanpa disengaja), ia tidak wajib mengqadha’ puasanya.’”
(HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
back

Bagaimana Kalau Lupa ?


 Semua hal di atas jika dilakukan/terjadi dengan catatan, yakni jika orang yang
berpuasa melakukannya dengan sengaja. Adapun jika ia melakukakannya
karena lupa maka puasanya tidak menjadi batal. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Abu Hurairah ra. yang menyatakan bahwa Nabi saw. pernah
bersabda:
«‫»َم ْن َاْفَطَر ِفي َّش ْهِر َر َم َض اَن َناِس ًيا َفَال َقضَاَء َع َلْيِه َو َال َك فَاَر َة‬
Siapa saja yang berbuka pada bulan Ramadhan karena lupa, ia tidak wajib meng-
qadha’ dan tidak wajib pula membayar kafarah. (HR at-Tirmidzi)

 Ketentuan di atas juga dirdasarkan pada hadis riwayat al-Bukhari dari Nabi
saw. yang pernah bersabda:

«‫»ِاَذ ا َنِس َي َفَأَك َل َاْو َش َرَب َفْلُيِتَّم َص ْو َم ُه َفِاَّنَم ا َاْطَع َم ُه ُهللا َو َس َقاُه‬
Jika seseorang yang sedang berpuasa lupa sehingga dia makan atau minum maka
sempurnakanlah (lanjutkanlah) puasanya. Sebab, itu hanyalah kehendak Allah
yang (dengan sengaja) telah memberinya makan dan minum. (HR al-Bukhari
Muslim, Ibn Majah dan Ahmad).
back

Bagaimana Orang yang Berbuka Tanpa Uzur ?


Siapa saja yang berbuka pada siang hari bulan Ramadhan
tanpa uzur, ia wajib meng-qadha’ puasanya. Ketentuan ini
didasarkan pada sabda Nabi saw.:
« ‫»َمِن اْسَتَقاَء َفَع َلْيِه اْلَقَض اُء‬
Siapa saja yang memancing dirinya agar muntah, ia wajib
meng-qadha’-nya. (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn
Majah dan Ahmad).
Nabi saw. juga pernah bersabda:

« ‫»َفَد ْيُن ِهللا َاَح ُّق ِباْلَقَض اِء‬


Utang kepada Allah lebih layak untuk dibayar. (HR Muslim).
back

Bagaimana yang melakukan hubungan suami


istri tanpa uzur ?
 Adapun orang yang berbuka karena melakukan hubungan suami-istri tanpa uzur, maka di samping
wajib meng-qadha’ puasanya, ia juga wajib membayar kafarah. Pasalnya, Nabi saw. sendiri telah
menyuruh orang yang menyetubuhi istrinya pada siang hari bulan Ramadhan agar meng-qadha’
puasanya. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan Abu Hurairah ra.:
« ‫ َهْل َتِج ُد َم ا َتْع ِتُق‬: ‫ َفَقاَل‬. ‫ َو َقْع ُت َع َلى ِاْمَر َأِتي ِفي َر َم َض اَن‬: ‫ َو َم ا َاْهَلَك َك ؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬.‫ َيا َر ُسْو َل ِهللا‬، ‫ َهَلْك ُت‬: ‫َج اَء َر ُجٌل ِاَلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل‬
‫ ُثَّم َج َلَس َفَاَتى الَّنِبُّي َص َّلى‬.‫ َال‬: ‫ َفَهْل َتِج ُد مَا ُتْطِع ُم ِس ِّتْيَن ِم ْس ِكْيًنا؟ َقاَل‬: ‫َقاَل‬.،‫ َال‬: ‫ َفَهْل َتْسَتِط ْيُع َاْن َتُصْو َم َشْهَر ْيِن ُم َتَتاِبَع ْيِن ؟ َقاَل‬: ‫ َقاَل‬.‫ َال‬: ‫َر َقَبًة؟ َقاَل‬
‫ َأَع َلى َاْفَقِر ِم َّنا َفَم ا َبْيَن ِ ِال ْبِتْيَها َاْهَل َبْيِت َاْح َو َج ِاَلْيِه ِم َّنا؟ َفَض َح َك الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َفَقاَل‬.‫ َتَص َّدْق ِبَهَذ ا‬: ‫ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبَعَر ِق ِفْيِه َتَم ٌر َفَقاَل‬
‫ ِاْذ َهْب َفَاْطِعْم ُه َاْهَلَك‬: ‫ ُثَّم َقاَل‬,‫»َح َّتى َبَد ْت َنَو اِج ُذ ُه‬
Seorang laki-laki pernah menjumpai Nabi saw. Ia lalu berkata, “Celakalah aku, wahai Rasulullah!” Rasul
kemudian bertanya, “Apa yang telah mencelakaknmu?” Dia menjawab, “Aku telah bersetubuh
dengan istriku saat siang hari pada bulan Ramadhan.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau
memiliki harta yang dapat memerdekakan hamba sahaya?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya
lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau
bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki harta yang bisa memberi makan kepada enam puluh orang
miskin?” Dia menjawab, “Tidak juga.” Kemudian dia duduk, sementara Nabi saw. datang dengan
membawa bakul besar yang penuh dengan kurma. Setelah itu, Nabi saw. bersabda, “Bersedekalah
engkau dengan kurma ini!” Namun, orang itu berkata, “Apakah kepada orang yang paling fakir di
antara kami? Sungguh, tidak ada di daerah kami penduduk yang lebih membutuhkan kurma ini
daripada kami sekeluarga.” Mendengar itu, Nabi saw. tertawa hingga gigi taringnya tampak. Beliau
kemudian bersabda, “Kalau begitu, pulanglah. Lalu beri makanlah keluargamu dengan kurma ini!”
(HR Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
 Inilah kafarah wajib yang harus ditunaikan oleh orang yang berbuka pada siang hari bulan
Ramadhan dengan menggauli istrinya secara sengaja.
back

Bagaimana Hukum Makan Sahur ?


Orang yang berpuasa disunnahkan untuk makan
sahur. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan
Anas ra.:

«‫ َتَس َّحُر ْو ا َفِإًّن ِفي الَّسُح ْو ِر َبَر َك ٌة‬: ‫»َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Makan
sahurlah kalian karena dalam sahur itu
terkandung berkah.” (HR al-Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibn Majah, Ahmad dan
ad-Darimi).
back

Apa Sunnah Berbuka ?


Orang yang berpuasa juga disunnahkan berbuka dengan
makan kurma. Jika kurma tidak ada, ia disunnahkan
berbuka dengan minum air. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Salman bin Amir yang mengatakan:

« ‫ ِاَذ ا َاْفَطَر َاَح ُد ُك ْم َفْلُيْفِط ْر َع َلى َتَم ٍر َفِاْن َلْم َيِج ْد‬: ‫َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫»َفْلُيْفِط ْر َع َلى َم اٍء َفِاَّنُه َطُهْو ٌر‬
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika seseorang di antara
kalian berbuka, berbukalah dengan kurma; jika ia tidak
mendapatkannya, berbukalah dengan air karena air itu
suci.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad
dan ad-Darimi).
back

Bagaimana Sunnah Doa Berbuka ?


Selanjutnya, saat berbuka puasa seseorang disunnahkan untuk
membaca doa berikut:

« ‫»َالَّلُهَّم َلَك ُص ْم ُت َو َع َلى ِرْز ِقَك َاْفَطْر ُت‬


Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan berkat rezeki-Mu aku
berbuka.
Hal ini didasarkan pada hadis penuturan Abu Hurairah ra. yang
mengatakan:

« ‫ َالَّلُهَّم َلَك ُص ْم ُت َو َع َلى ِرْز ِقَك‬: ‫َك اَن َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َاَذ ا َص اَم ُثَّم َاْفَطَر َقاَل‬
‫»َاْفَطْر ُت‬
Rasulullah saw. itu, jika berpuasa, lalu berbuka, Beliau biasa
mengucapkan, “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan berkat
rezeki-Mu aku berbuka.” (HR Abu Dawud).
back

Puasa Sunnah :
Puasa 6 hari di bulan Syawal
Orang yang berpuasa Ramadhan juga disunnahkan
untuk menyambung puasanya dengan puasa enam
hari pada bulan Syawal. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Abu Ayyub ra. berikut:

« ‫ َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ُثَّم َاْتَبَع ُه ِس ًّتا ِم ْن‬: ‫َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫»َش َو اٍل َك اَن َك ِص يَاِم الَّدْهِر‬
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian
menyambungnya dengan berpuasa enam hari pada
bulan Syawal, maka ia seperti telah berpuasa
sepanjang tahun. (HR Muslim).
back

Puasa Sunnah : Puasa Arafah


Pada hari Arafah, selain jamaah haji disunnahkan
berpuasa. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan
Abu Qatadah ra.:

« ‫ َص ْو ُم َع اُش ْو َر اَء َك فَاَر ُة َس َنٍة َو َص ْو ُم َيْو َم‬: ‫َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫»َع َر َفٍة َك َفاَر ُة َس َنَتْيِن َس َنٌة َقْبَلَها َم اِض َيًة َو َس َنٌة َبْع َدَها ُم ْس َتْقَبَلًة‬
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Puasa Asyura adalah
kafarah (dari dosa) satu tahun. Puasa Arafah adalah
kafarah (dari dosa) dua tahun; satu tahun sebelumnya
dan satu tahun berikutnya.” (HR Ahmad).
back

Puasa Sunnah : Puasa Asyura


 Puasa Asyura disunnahkan berdasarkan hadis Abu Qatadah di atas.
Disunnahkan pula puasa pada hari sebelum Asyura, yakni tanggal
sembilan Muharram. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan Ibnu
Abbas ra.:
« ‫ َلِئْن َبَقْيُت ِاَلى َقاِبٍل َ َألُص ْو َم َّن اْلَيْو َم الَّتاِس َع‬: ‫»َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Andai aku masih hidup sampai tahun
depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan (bulan
Muharram). (HR Ibn Majah dan Ahmad).
 Dalam hadis riwayat Muslim, hadis di atas ditambah dengan kalimat
berikut:
« ‫»َفَلْم َيْأِت اْلَع اَم اْلُم ْقِبَل َح َّتى ُتُو ِفَي َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
Tahun depan belum juga tiba, Rasulullah saw. telah terlebih dulu wafat.
(HR Muslim).
 Hari Asyura adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram dan hari
Tasu’a’ adalah hari kesembilan dari bulan tersebut.
back

Puasa Sunnah : tanggal 13, 14 & 15


 Disunnahkan pula untuk berpuasa pada hari-hari putih (al-baydh),
yakni puasa tiga hari pada tiap-tiap bulan. Hal ini didasarkan pada
hadis penuturan Abu Hurairah ra. sebagai berikut:

« ‫»َاْو َص اِني َخ ِلْيِلي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبِص َياِم َثَالَثِة َاَّياٍم ُك َّل َش ْهٍر‬
Kekasihku (Rasulullah) saw. pernah berwasiat kepadaku agar berpuasa
tiga hari pada setiap bulan. (HR Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud
dan Ahmad).
back

Puasa Sunnah : tanggal 13, 14 & 15


 Puasa tiga hari ini boleh dilakukan pada hari apa saja tanpa harus
ditentukan. Hanya saja, yang dianggap utama adalah pada tanggal 13,
14 dan 15. Hal ini didasarkan pada hadis penuturan Abu Dzarr ra.:
«‫ َفُص ْم َثَالَث َع ْش َر َة َو َاْر َبَع َع ْش َر َة‬،‫ ِاَذ ا ُص ْم َت ِم َن الَّش ْهِر َثَالًثا‬: ‫َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫»َو َخ ْمَس َع َش َر َة‬
Rasulullah saw pernah bersabda, “Jika engkau berpuasa tiga hari dalam
sebulan, berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15.” (HR at-Tirmidzi
dan Ahmad).
 Ketetapan di atas juga didasarkan pada hadis penuturan Jarir bin
Abdillah dari Nabi saw. yang pernah bersabda:
«‫ َثَالَث َع ْش َر َة َو َاْر َبَع َع ْش َر َة َو َخ ْمَس َع ْش َر َة‬،‫ َاَّياُم الَبْيِض‬، ‫»ِص َياُم َثَالَثِة َاَّياٍم ِِم ْن ُك ِّل َش ْهٍر ِص َياُم الَّدْهِر‬
Puasa tiga hari pada setiap bulan adalah puasa sepanjang tahun, yakni
puasa hari-hari putih, adalah: tanggal 13, 14, dan 15. (HR Muslim, an-
Nasa’i, Ahmad dan ad-Darimi).
back

Puasa Sunnah : Senin & Kamis


Disunnahkan pula untuk berpuasa pada hari
Senin dan Kamis. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Aisyah ra. yang mengatakan:
«‫»َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن َيَتَح َّرى ِص َياَم ْاِال ْثَنْيِن َو اْلَخ ِم ْيِس‬
Sesungguhnya Nabi saw. telah memilih waktu
untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis. (HR
at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).
Meraih Sukses Selama Ramadhan :
mencapai RIDHA ALLAH
Ramadhan ibarat proses, maka output sangat
dipengaruhi oleh input & proses yg berlangsung

INPUT :
1. persiapan ilmu
2. persiapan aspek ruhiah dan upaya “memperbarui”
keimanan  memperkuat motivasi & meluruskan
niat
3. perencanaan proses  buat rencana, jadwal dan
programnya
Inti Ramadhan : TAQARRUB
Taqarrub ilallah  “not only” dg ibadah ritual
Taqarrub kepada Allah sebagai inti dari amalan
Ramadhan banyak bentuknya, Sama pokoknya puasa
itu sendiri.
Namun, di luar itu banyak kegiatan taqarrub lainnya
yang mesti dilakukan selama Ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda:
Sabda Rasul ttg TAQARRUB

Tiadalah seorang hamba bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang


lebih Aku cintai daripada mengerjakan apa yang aku fardhukan atasnya.
Tiadalah hamba-Ku terus-menerus bertaqarrub kepada-Ku dengan
amal-amal sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya,
Aku menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar;
menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat; menjadi
tangannya yang dia gunakan untuk memegang dengan kuat; dan
menjadi kakinya yang dia gunakan untuk melangkah. Jika ia meminta
kepada-Ku, niscaya dia Aku beri; jika ia meminta perlindungan-Ku,
niscaya dia Aku lindungi… (HR al-Bukhari).
Referensi
Ahkâm ash-Shalâh. Mesir: Dar an-Nahdhah al-
Islamiyyah, Cet. 1, 1991, Karya al-Ustadz Ali Ragib,
Guru Besar Universitas al-Azhar asy-Syaried Kairo,
Mesir.

Anda mungkin juga menyukai