Umi Sa’adah
Umi Sa’adah
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Dalil kewajiban puasa
Puasa diwajibkan Bagi yang Baligh dan Berakal
Keutamaan Puasa
Wanita Haid dan Nifas Tidak Wajib Puasa
Siapa Yang Diwajibkan Mambayar Fidyah ?
Siapa Yang diwajibkan Qodho Puasa ?
Bagaimana Puasa Bagi Musafir ?
Berpuasa Bagi Yang Musafir Lebih Utama..
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
Bagaimana Keharusan merukyat hilal bulan Ramadhan?
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Haruskah Puasa didahului niat ?
Kapan Niat Dilakukan ?
Bagaimana Dengan Niat Puasa Sunnah ?
Kapan Waktu pelaksanaan Puasa?
Bagaimana Meneteskan Obat Ke Dalam Hidung ?
Bagaimana Hubungan Suami Istri Saat Puasa ?
Batalkah Orang Yang Sengaja Muntah ?
Bagaimana Kalau Lupa ?
Bagaimana Orang yang Berbuka Tanpa Uzur ?
Bagaimana yang melakukan hubungan suami istri tanpa u
zur ?
Hukum Seputar Ibadah Puasa
Bagaimana Hukum Makan Sahur ?
Apa Sunnah Berbuka ?
Bagaimana Sunnah Doa Berbuka ?
Puasa Sunnah
Puasa 6 hari di bulan Syawal
Puasa Arafah
Puasa Asyura
Puasa 3 hari : tanggal 13, 14 & 15
Puasa Senin & Kamis
Dalil kewajiban puasa
َياَأُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب
َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َن
َو َاَّن ُمَحَّم ًد ا، َش هَاَد ِة َاْن َال اَلَه ِاَّال ُهللا: ُبِنَي ْاِال ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس: «َاَّن الَّنِبَي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
» َو َص ْو ِم َر َم ضَاَن، َو َح ِّج اْلَبْيِت، َو ِاْيتَاِء الَّز كَاِة، َو ِاقَاِم الَّص َالِة،َر ُس ْو ُل ِهللا
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Islam itu dibangun di atas
lima perkara: kesaksian bahwa tidak Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan
zakat; beribadah haji; dan shaum Ramadhan.” (HR al-Bukhari,
Muslim dan Ahmad).
back
Puasa Diwajibkan Bagi yang Baligh dan
Berakal
Karena itu, secara pasti shaum merupakan kewajiban
setiap Muslim yang telah balig dan berakal. Dalam hal
ini, anak-anak dan orang gila tidak wajib untuk
berpuasa. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi saw.:
« َع ِن الَّص ِبي َح َّتى َيْبُلَغ َو َع ِن الَّناِئِم َح َّتى َيْس َتْيِقَظ َو َع ِن:ُر ِفَع اْلَقَلُم َع ْن َثَالَثٍة
»اْلَم ْج ُنْو ِن َح َّتى َيِفْيَق
Puasa
Wanita haid dan nifas juga TIDAK BOLEH berpuasa,
karena puasa bagi mereka adalah TIDAK SAH. Jika mereka
telah suci dari haid maka mereka wajib meng-QADLA’
puasa yang ditinggalkannya. Ketentuan ini didasarkan
pada hadis penuturan Aisyah ra. yang menyatakan bahwa
Nabi saw. pernah bersabda:
«»ِفي اْلَح ْيِض ُكَّنا ُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّص ْو ِم َو َال ُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّص َالِة
Karena haid, kami telah diperintahkan untuk meng-qadha’
shaum, tetapi kami tidak diperintahkan untuk meng-qadha’
shalat. (HR Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah
dan Ahmad).
back
َو َع َلى اَّلِذ يَن ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكيٍن
Bagi orang-orang yang menanggung beban berat dalam berpuasa, mereka
wajib memberikan fidyah, yakni memberi makan orang miskin. (QS al-
Baqarah [2]: 184).
Ada juga hadis penuturan Ibn Abbas bahwa Nabi saw. pernah
bersabda:
«»َو َم ْن َاْد َر َك ُه اْلِكَبُر َفَلْم َيْسَتِط ْع ِص َياَم َر َم ضَاَن َفَع َلْيِه ِلُك ِّل َيْو ٍم ُم ًّد ِم ْن َقْم ٍح
Siapa saja yang telah mencapai usia lanjut, lalu dia tidak kuasa untuk
melaksanakan puasa Ramadhan, maka ia wajib untuk mengeluarkan
satu mud gandum setiap hari. (HR al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).
back
َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّم ِر يضًا َأْو َع َلى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر
siapa saja di antara kalian yang sakit, atau dalam perjalanan,
maka hendaknya ia mengganti puasanya pada hari yang
lain sejumlah yang ditinggalkannya.
(QS al-Baqarah [2]: 184).
« َأَأُص ْو ُم ِفي الَّس َفِر ؟ َفَقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه، َيا َر ُس ْو َل ِهللا: ِاَّن َحْم َز َة ِاْبِن َع ْم ُر ْو ْاَالْس َلِم ي َقاَل
ِاْن ِش ْئَت َفُص ْم َو ِاْن ِش ْئَت َفَاْفِط ْر: »َو َس َّلَم
« َم ا َباَل َهَذ ا؟: َم َّر َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِفي َس َفٍر ِبَر ُج ٍل َتْح َت َش َج َر ٍة ُيَر ُش َع َلْيِه اْلمَاُء َفَقاَل
َلْيَس ِم َن اْلِبِّر الِّص َياُم ِفي الَّس َفِر: َفَقاَل. َص اِئٌم:»َقُاْلوا
Dalam sebuah perjalanan Rasulullah saw. pernah melewati seorang laki-
laki yang sedang berteduh di bawah pohon sambil menyiramkan air ke
tubuhnya. Beliau lalu bertanya, “Mengapa orang ini?” Para Sahabat
menjawab, “Dia sedang berpuasa.” Mendengar itu, Beliau kemudian
bersabda, “Tidak baik berpuasa dalam perjalanan.” (HR an-Nasa’i).
back
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
Wanita hamil dan menyusui, BOLEH BERBUKA, lalu meng-QADHA’-
nya di luar bulan Ramadhan, baik karena ia khawatir atas dirinya,
khawatir atas dirinya dan bayinya, atau semata-mata khawatir atas
bayinya; atau bahkan ia tidak memiliki kekhawatiran apapun.
Ketentuan ini didasarkan pada apa yang telah dikukuhkan oleh hadis
Nabi saw. dalam Ash-Shahihayn, sebagaimana dituturkan oleh Anas bin
Malik al-Ka‘bi. Ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
« ِاَّن َهللا َع َّز َو َج َّل َو َضَع َع ِن اْلُمَس اِفِر الَص ْو َم َو َش ْطَر الَّص َالِة َو َع ِن: َاَّن َر ُس ْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
»اْلحَاِم ِل َو اْلُم ْر ِض ِع الَّص ْو َم
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan keringanan bagi musafir dalam
shaum dan sebagian shalatnya, sementara keringanan bagi wanita hamil
dan menyusui adalah dalam shaumnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas tidak memberikan batasan tertentu terkait dengan
kebolehan seseorang untuk tidak berpuasa. Hadis tersebut bahkan
menyebutkan kebolehan itu secara mutlak bagi wanita hamil dan
menyusui, semata-mata karena statusnya sebagai wanita hamil dan
menyusui.
back
Bagaimana Qodho Wanita Hamil ?
Wanita hamil dan menyusui WAJIB untuk meng-QADLA’ shaum yang
ditinggalkannya, karena pada dasarnya mereka WAJIB untuk berpuasa.
Ketika mereka memutuskan untuk tidak berpuasa, maka puasa menjadi utang
bagi mereka, yang tentu wajib dibayar dengan cara di-qadha’. Ketetapan ini
didasarkan pada hadis penuturan Ibn Abbas ra. yang menyatakan:
« َاَر َأْيَت َلْو كَاَن َع َلى ُاِّمِك َد ْيٌن: َأَفَاُصْو ُم َع ْنَها؟ َفقَاَل، َاِّن ُاِّم ي َم اَتْت َو َع َلْيَها َص ْو ُم َنَذ ٍر، َياَر ُسْو َل ِهللا: ِاَّن ِاْمَر َأًة قَاَلْت
َفُصْو ِم ي َع ْن ُاِّمِك: َقاَل. َنَعْم: »َفَقَض ْيِتِه َاَك اَن ُيَؤ ِّد ي َذ ِلَك َع ْنَها؟ َقاَلْت
Seorang wanita pernah berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah saw.,
ibuku telah meninggal, sementara ia masih memiliki kewajiban berpuasa
nadzar. Perlukah aku berpuasa untuk membayarkannya?” Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapatmu seandainya ibumu memiliki utang, lalu engkau
membayarnya, apakah hal itu dapat melunasi utangnya?” Wanita itu
menjawab, “Tentu saja.” Rasul lalu bersabda, “Karena itu, berpuasalah engkau
untuk membayar utang puasa ibumu.” (HR Muslim).
Kemudian, tidak adanya kewajiban atas wanita hamil dan menyusui untuk
membayar fidyah, hal itu karena dalam hal ini memang tidak ada nash yang
menunjukkannya.
back
« َو َال، َفِاْن ُغ َّم َع َلْيُك ْم َفَاْك ِم ُلْو ا اْلِع َّدَة، ُص ْو ُم ْو ا ِلُر ْؤ َيِتِه َو َاْفِط ُر ْو ا ِلُر ْؤ َيِتِه: َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
»َتْسَتْقِبُلْو ا الَّش ْهَر اْس ِتْقَباًال
« َم ْن َلْم َيِبْيِت الِّص َياَم ِم َن الَّلْيِل َفَال ِص َياَم َلُه: »َاَّن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja
yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tidak ada
puasa baginya.” (HR an-Nasa’i dan ad-Darimi).
(َو ُك ُلوْا َو اْش َر ُبوْا َح َّتى َيَتَبَّيَن َلُك ُم اْلَخْيُط اَألْبَيُض ِم َن اْلَخْيِط اَألْس َو ِد ِم َن اْلَفْج ِر ُثَّم َأِتُّم وْا الِّص َياَم ِإَلى
اَّللْيِل
Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian putih-hitamnya
sang fajar, lalu sempurnakanlah shaum hingga tiba waktu malam.
(QS al-Baqarah [2]: 187).
back
« َاْس ِبِغ اْلُوُضْو َء َو َخ ِّلْل َبْيَن ْاَالَص اِبِع َو َباِلْغ ِفي ْاِال ْس ِتْنشَاِق ِاَّال َاْن َتُك ْو َن َص اِئًم ا: َقاَل. َاْخ ِبْر ِني َع ِن اْلُوُضْو ِء، َياَر ُسْو َل ِهللا: »ُقْلُت
Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., beritahulah aku tentang cara berwudhu.” Beliau
bersabda, “Sempurnakanlah wudhu, renggangkalah jari-jemari, optimalkanlah menghirup
air lewat hidung (ber-istinsyâq), kecuali jika engkau sedang berpuasa.” (HR at-Tirmidzi,
an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
Orang yang sedang berpuasa juga dilarang melakukan hubungan suami-istri. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT:
َفاآلَن َباِش ُروُهَّن
Sekarang, campurilah mereka. (QS al-Baqarah [2]: 187)
Ayat ini menunjukkan, bahwa mencampuri istri tidak dibolehkan sebelum sekarang ini,
yakni pada siang hari bulan Ramadhan. Apabila yang dicampuri itu kemaluan maka
batallah puasa. Jika yang dicampurinya selain kemaluan, atau sekadar mencium tetapi
sampai membuat keluar air mani (sperma), maka batal pula puasa seseorang; tetapi jika
tidak sampai membuat keluar sperma maka puasanya tidak batal. Hal ini didasarkan
pada hadis penuturan Jabir ra. sebagai berikut:
« َاَر َأْيَت َلْو َتَم ْض َم ْض َت َو َاْنَت َص اِئٌم: َفقَاَل. َو َاَنا َص اِئٌم، َقَبْلُت: َفَأَتْيُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفُقْلُت، »َقَبْلُت َو َاَنا َص اِئٌم
Aku pernah mencium (istriku) saat sedang berpuasa. Aku lalu menjumpai Nabi saw.,
kemudian bertanya, “Aku telah mencium (istriku), sementara aku sedang berpuasa.”
Rasul saw. lalu bersabda, “Bagaimana pendapatmu jika engkau berkumur pada waktu
engkau berpuasa?” (HR Ahmad).
Dalam hadis ini. Nabi saw. telah menyerupakan aktivitas mencium dengan berkumur;
jika air sampai tertelan, batallah puasa seseorang; sedangkan jika tidak maka puasanya
tidak menjadi batal. Demikian pula halnya dengan mencampuri istri pada selain
kemaluan atau sekadar menciumnya.
back
« َو َم ْن َذ َر َع ُه اْلَقْي ُء، َمِن اْسَتَقاَء َع اِم ًد ا َفَع َلْيِه اْلَقَض اُء: َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
»َفَال َقَض اَء َع َلْيِه
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang
telah memancing dirinya agar muntah dengan sengaja, ia
wajib meng-qadha’ puasanya. Siapa saja yang muntah
(tanpa disengaja), ia tidak wajib mengqadha’ puasanya.’”
(HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).
back
Ketentuan di atas juga dirdasarkan pada hadis riwayat al-Bukhari dari Nabi
saw. yang pernah bersabda:
«»ِاَذ ا َنِس َي َفَأَك َل َاْو َش َرَب َفْلُيِتَّم َص ْو َم ُه َفِاَّنَم ا َاْطَع َم ُه ُهللا َو َس َقاُه
Jika seseorang yang sedang berpuasa lupa sehingga dia makan atau minum maka
sempurnakanlah (lanjutkanlah) puasanya. Sebab, itu hanyalah kehendak Allah
yang (dengan sengaja) telah memberinya makan dan minum. (HR al-Bukhari
Muslim, Ibn Majah dan Ahmad).
back
« َتَس َّحُر ْو ا َفِإًّن ِفي الَّسُح ْو ِر َبَر َك ٌة: »َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, “Makan
sahurlah kalian karena dalam sahur itu
terkandung berkah.” (HR al-Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibn Majah, Ahmad dan
ad-Darimi).
back
« ِاَذ ا َاْفَطَر َاَح ُد ُك ْم َفْلُيْفِط ْر َع َلى َتَم ٍر َفِاْن َلْم َيِج ْد: َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
»َفْلُيْفِط ْر َع َلى َم اٍء َفِاَّنُه َطُهْو ٌر
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika seseorang di antara
kalian berbuka, berbukalah dengan kurma; jika ia tidak
mendapatkannya, berbukalah dengan air karena air itu
suci.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad
dan ad-Darimi).
back
« َالَّلُهَّم َلَك ُص ْم ُت َو َع َلى ِرْز ِقَك: َك اَن َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َاَذ ا َص اَم ُثَّم َاْفَطَر َقاَل
»َاْفَطْر ُت
Rasulullah saw. itu, jika berpuasa, lalu berbuka, Beliau biasa
mengucapkan, “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan berkat
rezeki-Mu aku berbuka.” (HR Abu Dawud).
back
Puasa Sunnah :
Puasa 6 hari di bulan Syawal
Orang yang berpuasa Ramadhan juga disunnahkan
untuk menyambung puasanya dengan puasa enam
hari pada bulan Syawal. Hal ini didasarkan pada hadis
penuturan Abu Ayyub ra. berikut:
« َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ُثَّم َاْتَبَع ُه ِس ًّتا ِم ْن: َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
»َش َو اٍل َك اَن َك ِص يَاِم الَّدْهِر
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa saja yang
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian
menyambungnya dengan berpuasa enam hari pada
bulan Syawal, maka ia seperti telah berpuasa
sepanjang tahun. (HR Muslim).
back
« َص ْو ُم َع اُش ْو َر اَء َك فَاَر ُة َس َنٍة َو َص ْو ُم َيْو َم: َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
»َع َر َفٍة َك َفاَر ُة َس َنَتْيِن َس َنٌة َقْبَلَها َم اِض َيًة َو َس َنٌة َبْع َدَها ُم ْس َتْقَبَلًة
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Puasa Asyura adalah
kafarah (dari dosa) satu tahun. Puasa Arafah adalah
kafarah (dari dosa) dua tahun; satu tahun sebelumnya
dan satu tahun berikutnya.” (HR Ahmad).
back
« »َاْو َص اِني َخ ِلْيِلي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبِص َياِم َثَالَثِة َاَّياٍم ُك َّل َش ْهٍر
Kekasihku (Rasulullah) saw. pernah berwasiat kepadaku agar berpuasa
tiga hari pada setiap bulan. (HR Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud
dan Ahmad).
back
INPUT :
1. persiapan ilmu
2. persiapan aspek ruhiah dan upaya “memperbarui”
keimanan memperkuat motivasi & meluruskan
niat
3. perencanaan proses buat rencana, jadwal dan
programnya
Inti Ramadhan : TAQARRUB
Taqarrub ilallah “not only” dg ibadah ritual
Taqarrub kepada Allah sebagai inti dari amalan
Ramadhan banyak bentuknya, Sama pokoknya puasa
itu sendiri.
Namun, di luar itu banyak kegiatan taqarrub lainnya
yang mesti dilakukan selama Ramadhan.
Rasulullah saw. bersabda:
Sabda Rasul ttg TAQARRUB