Anda di halaman 1dari 17

Emotion

al
Quotient
Kelompok 1
Anggota
Kelompok
Adam Annisa Miftahul Putri Utami
Alamsyah Ningtyas Jannah Akmal Asrianti
Asal-usul EQ
The concept of emotional intelligence, first named by Salovey and
Mayer (Beauvais et al., 2014), was initially described as a group of
interconnected abilities that assist with processing of information
about emotions as a guide to cognition andbehavior (Mayer et al.,
2008). Salovey and Mayer later revised their model, defining
emotional intelli-gence as the capacity to reason with emotion
infour areas: perceive emotion, integrate emotionin to thoughts,
understand emotion, andmanage emotion.
Asal-usul EQ
Emotional intelligence gained the public attention in the mid-90s
when the book Emotional Intelligence was released (Goleman,
1995). Goleman conceived emotional intelligence to be a mixed
model that included social behaviors, traits, and competencies.
Goleman broadened the definition of emotional intelligence as the
ability to identify the feelings of self and others, to motivate oneself,
and to adequately manage one’s emotions as well as the emotions in
relationships (Goleman, 1998).
Apa itu Kecerdasan?

w.Stem dalam (Sukardi, 1998) C.P Chaplin dalam (Sukardi, 1998)

mengatakan bahwa kecerdasan kecerdasan sebagai suatu kemampuan


merupakan kemampuan untuk
menghadapi kemudian menyesuaikan
mengetahui problem serta kondisi baru,
diri terhadap kondisi dan situasi baru
kemampuan berpikir abstrak,
kemampuan bekerja, kemampuan dengan cepat juga memiliki
menguasai tingkah laku instinktif, serta kemampuan dalam memahami
kemampuan menerima hubungan yang pelajaran secara efektif
kompleks termasuk apa yang disebut
dengan inteligensi.
Apa itu Emosi?
Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary (Goleman, 2001) mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”.

Kesedihan Cemas Cinta malu

Amarah Rasa takut Kenikmatan Terkejut


Di luar suasana hati itu terdapat temperamen, dimana kesiapan
untuk memunculkan emosi tertentu atau suasana hati tertentu yang
membuat orang menjadi murung, takut, atau bergembira. Ada juga
gangguan emosi seperti depresi atau kecemasan yang tak kunjung
reda, yaitu ketika seseorang merasa terus-menerus terjebak dalam
keadaan menyedihkan. Emosi merupakan suatu kekuatan
penggerak dimana nilainilai dan watak dasar seseorang dalam
hidup ini tidak berakar pada IQ tetapi pada kemampuan emosional.
Kecerdasan
Emosional
Cooper dan Sawaf Goleman

kemampuan untuk mengenali


kecerdasan emosional
perasaan kita sendiri dan perasaan
merupakan kemampuan orang lain, kemampuan memotivasi
merasakan, memahami, dan diri sendiri, dan kemampuan
secara efektif menerapkan daya mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dalam hubungan dengan
dan kepekaan emosi sebagai orang lain. Seperti kesadaran diri,
sumber energi, informasi, pengaturan diri, motivasi, empati,
koneksi dan pengaruh yang keterampilan sosial.
manusiawi.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar (Goleman, 1998),
yaitu sebagai berikut :

Komponen Definisi

mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi


Self-awareness (pengenalan diri), tersebut.

mempunyai pengenalan diri yang baik dapat lebih terkontrol


Self-regulation (penguasaan diri),
dalam membuat tindakan agar lebih hati-hati.

ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, seseorang yang


mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan bertanya “Apa yang
Self-motivation (motivasi diri) salah dengan saya atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “Apa yang dapat
kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.

kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan


merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri
Empathy (empati)
yang berada pada posisi tersebut.

yaitu dengan adanya empat kemampuan tersebut,


Effective Relationship (hubungan yang efektif) seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara
efektif.
Ciri-ciri EQ

EQ RENDAH EQ TINGGI

Cenderung menyalahkan orang lain Tidak takut mengungkapkan perasaan

Tidak mampu mengungkapkan perasaannya Dapat memotivasi dirinya sendiri

Suka menyerang, mengkritik, menginterupsi, memberi


Mampu merenungi dirnya /muhasabah
cap tertentu kepada orang lain

Mampu merefleksikan berbagi perasaan yang muncul dari


Suka memberi analisis/ungkapan yang berlebih-lebihan
dirinya maupun orang lain

Sering bohong tentang perasaannya yang bisa jadi


Mampu membaca isyarat atau komunikasi non verbal
merugikan dirinya atau orang lain

Pendengar yang kurang baik. Suka mendebat dan tidak


mau menunggu argumen orang lain dan suka Mampu mengambil sisi positif dari berbagai hal
membantah

Merasa tidak aman, sukar menerima kesalahan diri,


berat untuk minta maaf
Hubungan EQ dengan
Agama
• Membantu individu dalam merenungkan makna ajaran agama dan lebih baik memahami emosi, sehingga
dapat mengenali perasaan seperti rasa syukur, keterhubungan dengan tuhan atau perasaan kerendahan hati
2. Pengendalian diri dalam mengelola emosi negatif seperti distraksi dan gelisah selama praktik ibadah
sehingga dapat membantu menjaga konsentrasi dan ketenangan (co: puasa, meditasi)
3. Empati terhadap sesama umat beragama, menghargai perbedaan
4. EQ memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam penyelesaian konflik dengan ketenangan batin dan
empati sehingga lebih baik
5. Pertumbuhan spiritual yang lebih dalam dan hubungan yang lebih baik dengan Tuhan
6. Kepemimpinan yang bijak dalam komunitas keagamaan karena kemampuan EQ membantu memahami
kebutuhan dan perasaan jamaah
7. enginternalisasikan prinsip moral dan etika dalam tindakan yang sesuai dengan nilai agama
8. Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosional adalah empati (rahmah), kesabaran,
konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan
(keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), dan penyempurnaan (ihsan)
Meningkatkan
Kecerdasan
Emosional

Think before Motivating Be a good Using a


action yourself listener different point
of view
Cara
Meningkatkan EQ
dalam Agama
Meningkatkan rasa syukur

Memupuk rasa sabar

Melatih pengendalian diri (salat, puasa, dll)

Empati

Toleransi

Konsisten dalam melakukan kebaikan


Kesimpulan
Dalam pengembangan EQ maka diperlukan proses berkelanjutan
yang memerlukan kesadaran diri, latihan dan komitmen. Dalam
konteks agama, pengembangan EQ dapat membantu seseorang
dalam merasakan dan menghayati nilai-nilai spiritual dengan lebih
mendalam, menjalani ritual beribadah dengan lebih bermakna, dan
membantu menciptakan dunia yang lebih damai
Daftar Pustaka
Agustian, A. G. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
ESQ: Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Arga
Wijaya Persada.

Beauvais, A., Stewart, J. G., & DeNisco, S. (2014). Emotional intelligence and spiritual
well-being: implications for spiritual care. Journal of Christian Nursing : A Quarterly
Publication of Nurses Christian Fellowship, 31(3), 166–171.
https://doi.org/10.1097/CNJ.0000000000000074

Goleman, D. (2001). Emotional Intelligence, Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih


Penting daripada IQ. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2008). Emotional Intelligence: New Ability
or Eclectic Traits? American Psychologist, 63(6), 503–517.
https://doi.org/10.1037/0003-066X.63.6.503

Sukardi, D. K. (1988). Analisis Tes Psikologis. Rineka Cipta.


Mari
berdiskusi
:)
Terima
Kasih
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai