1 MR ULKUS DM 8-9-23 DR Asna Salinan

MORNING REPORT
SEORANG PEREMPUAN USIA

83 TAHUN DENGAN ULKUS
DIABETIKUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Cantika T. A
(J510225032)
Dwi Permatasari U.P (J510225040)
FAKULTAS KEDOKTERAN Faridita Khoirun Nisa’ (J510225049)
UNDOUBTEDLY NURTURING GLOBAL GREAT FAMILY DOCTORS UNDER ISLAMIC ENVIRONMENT LEADING NEW INNOVATIONS
Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. K

Umur : 83 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dukuh Karangsari,
Ponorogo
Tanggal masuk RS : 06-09-2023
Tanggal Pemeriksaan : 07-09-2023
Anamnesis
Keluhan Utama :
• Terdapat luka di ibu jari kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Ny. K datang ke IGD RSUD Dr. Hardjono S. Ponorogo pada tanggal
6/9/2023 dengan keluhan ibu jari kaki luka dan nyeri, luka awalnya
terlihat melepuh disertai badan yang panas dingin, lalu sejak 4 hari yang
lalu luka menghitam dan jari mengeras. Riwayat kaki kanan tersandung
dan ibu jari terluka 2 minggu yang lalu. Demam (-), mual (+), muntah (-),
pusing (-), sesak (-), badan lemas (+), BAB dbn dan BAK dbn. Riwayat
penyakit DM terkontrol. Pasien belum pernah berobat sebelumnya terkait
lukanya.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat keluhan serupa : disangkal

• Riwayat DM : diakui
• Asam urat : diakui
• Riwayat penyakit asma : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat jantung : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat hepatitis : disangkal
Anamnesis
Riwayat penyakit keluarga:
• Riwayat keluhan serupa :disangkal

• Riwayat DM :diakui
• Riwayat penyakit asma :disangkal
• Riwayat hipertensi :disangkal
• Riwayat jantung :disangkal
• Riwayat penyakit ginjal:disangkal
• Riwayat hepatitis : disangkal
Anamnesis
Riwayat Sosial ekonomi:
• Riwayat pekerjaan : Tidak Bekerja

• Riwayat merokok : Disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 90/60 mmHg, reguler
Nadi : 92x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 derajat celcius
Saturasi : 98%
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kepala
Normocephal, konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), lidah kotor
(-)
Pemeriksaan Leher
Pembesaran KGB (-), Deviasi trakhea (-), peningkatan JVP (-/-)
Pemeriksaan Fisik Thorax
● Inspeksi : Bentuk dada normochest, gerak dada kanan

dan kiri sama
● Palpasi : Fremitus raba simetris antara dada kanan dan
kiri sama
● Perkusi : Sonor pada semua lapang paru dada kanan dan
kiri
● Auskultasi :SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik Jantung
● Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

● Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
● Perkusi
Batas kanan atas : SIC II linea parasternal dextra
Batas kanan bawah : SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : SIC V linea parasternal sinistra
● Auskultasi : suara jantung (S1/S2) reguler, bising jantung (-)
Pemeriksaan Fisik Abdomen
● Inspeksi : Permukaan perut lebih tinggi dari dinding dada,

sikatriks (-), striae (-)
● Auskultasi : Suara peristaltik 18x/mnt (+)
● Perkusi : Pekak pada regio kanan atas (+), timpani pada
kuadran lainnya
● Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
● Atas : edem (-/-) akral hangat (+/+), CRT < 2 detik.

● Bawah : edem (-/-) akral hangat (+/+), CRT < 2 detik.
● Kekuatan otot : 5/5/5/5
● Edema : -/-/-/-
Regio digiti pedis dextra :
nyeri (+)
gangren (+)
Pus (+)
Jar.nekrotik (+)
Hiperemis (+)
Kondisi Pasien
Pemeriksaan ULKUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Hasil Satuan Nilai Normal
Lengkap (30/01/23)
Hemoglobin (HGB) 12.7 g/dl 13.2 – 17.3
Eritrosit (RBC) 4.18 10^6/uL 4.4 – 5.9
Leukosit (WBC) 15.8 H 10^3/uL 4.1 – 10.9
Hematokrit (HCT) 39.3 % 36.0 – 56.0
Trombosit (PLT) 352 10^3/uL 150 - 450
MCV 94.0 Fl 80.0 – 100.0
MCH 30.3 Pg 28.0 – 36.0
MCHC 32.2 g/dl 31.0 – 37.0
RDW-CV 12.9 % 10.0 – 16.5
PDW 15.7 % 12.0 – 18.0
MPV 8.3 Fl 5.0 – 10.0
PCT 0.291 % 0.10 – 1.0
Laboratorium
Pemeriksaan Hitung Hasil Satuan Nilai Normal

Jenis (30/01/23)
Eosinofil 1.6 % 0.0 – 6.0
Basofil 0.2 % 0.0 – 2.0
Neutrofil 78.2 % 42.0 – 85.0
Limfosit 12.3 % 11.0 – 49.0
Monosit 7.7 % 0.0 - 9.0
Neutrofil Absolut 11.78 10^3/uL
Limfosit Absolut 1.86 10^3/uL
NLR 6.32
NRBC 0.00 %
Laboratorium
Pemeriksaan Kimia
klinik (06/09/23)
Glukosa strip
116
Laboratorium
Pemeriksaan
(07/9/23)
GDS
75 Mg/dl <140 mg/dl
EKG
Planning Planning
Problem Assessment Planning Terapi
Diagnosis Monitoring
Anamnesis ULKUS Farmakologis : • Monitoring
● Luka di ibu jari kaki kanan DIABETIKUM ● Gula Darah keluhan
Sewaktu • Infus Asering 20 tpm • Monitoring TTV
Pemeriksaan fisik Diagnosis Banding ● Gula Darah Puasa • Injeksi ceftriaxone • Monitoring hasil
● CA (+/+) vaskulitis ● EKG 2x1 amp Lab
venous stasis ulcer ● lab darah lengkap • Rongten plantar
• Injeksi ondancentron • Monitoring luka
Hematologi : 3x1 amp
• Leukosit : 15.8 H
• Injeksi Ranitidin 2x1
• Glukosa Strip: 281 H
amp
• injeksi ketorolac 3x1
amp
• D40 3x1
• Gabapentin 300 mg
1x1
Non Farmakologis :
● Diet rendah gula
dan lemak
● Berhati hati saat
melakukan
aktivitas
● Rawat luka
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ULKUS DM
- Ulkus yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus
- Ulkus diabetikum merupakan komplikasi tersering yang ditemui

pada pasien dengan riwayat diabetes melitus
- angka kekambuhan dan resiko amputasi pada ulkus cukup tinggi
FAKTOR RESIKO ULKUS
DM
- Pasien gangguan neuropati perifer, gangguan pembuluh darah

tepi
- trauma pada kaki akibat neuropati
- faktor lain : kadar gula tidak terkontrol. riwayat ulkus diabetik,

kebiasaan merokok, edukasi yang buruk dan status sosial
ekonomi yang rendah
GANGREN KAKI DIABETIK
Gangren kaki diabetik > luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan” yang terjadi di
pembuluh darah sedang atau besar di tungkai, disebebkan infeksi
kuman Streptococcus
Faktor yang memperngaruhi

a. faktor endogen > genetik, metabolik, angiopati diabetes,
neuropati diabetik
b. faktor eksogen > trauma dan infeksi
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi ggn pembuluh darah :
- nyeri tungkai bawah saat istirahat

- pada perabaan terasa dingin
- kesemutan dan cepat lelah
- pulpasi pembuluh darah kurang kuat
- kaki menjadi pucat saat ditinggikan
- adanya ulkus / gangren
PATOFISIOLOGI ULKUS DIABETIKUM
Patofisiologi terjadinya ulkus diabetikum pada kaki meliputi gangguan neuropati, gangguan
vaskular, dan gangguan sistem imun yang berhubungan dengan keadaan hiperglikemia pada
diabetes. Hiperglikemia membuat respon stres oksidatif terhadap sel saraf dan menyebabkan
gangguan neuropati. Gangguan saraf tersebut berasal dari proses yang disebut glycosylation pada
protein sel saraf yang menyebabkan iskemia. Dampak dari sel saraf yang mengalami iskemia
yaitu dapat bermanifestasi pada saraf motorik, otonom, dan sensoris pada ulkus diabetikum.
PATOFISIOLOGI ULKUS DIABETIKUM
Kerusakan saraf sensorik pada kaki dapat menginduksi ketidakseimbangan otot
fleksor dan ekstensor, mempunyai deformitas pada kaki, dan menginduksi ulkus pada
kulit. Kerusakan yang terjadi pada saraf otonom dapat membuat gangguan fungsi
pada kelenjar keringat dan menyebabkan kerusakan lapisan epidermis dan kulit pada
kaki sehingga terjadi ulkud diabetikum.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Wagner-Meggit paling

banyak digunakan secara menyeluruh
untuk penilaian lesi pada ulkus kaki
diabetikum. h. Luka superficial yang
mengalami infeksi ataupun disvaskular
tidak bisa diklasifikasikan oleh sistem
tersebut. Klasifikasi ini hanya terbatas
untuk mengidentifikasi gambaran
penyakit vascular sebagai faktor resiko
independen
klasifikasi
Derajat Lesi Penanganan
derajat 0 Tidak terdapat ulkus pada pencegahan agar tidak

kaki yang berisiko tinggi terjadi ulkus
Ulkus superfisial yang

melibatkan seluruh bagian Kontrol gula darah dan
derajat 1
lapisan kulit tanpa pemberian antibiotik
menyebar ke bagian jaringan
Ulkus dalam, menyebar

sampai ligament, otot, tapi Kontrol gula darah,
derajat 2 tidak ada keterlibatan debridement dan
dengan tulang serta pemberian antibioti
pembentukan abses
klasifikasi
Derajat Lesi Penanganan
Ulkus dalam disertai oleh

derajat 3 pembentukan abses atau Debridement dan
selulitis sering disertai amputasi kecil
dengan osteomyelitis
Ulkus superfisial yang
melibatkan seluruh bagian Debridement serta
derajat 4
lapisan kulit tanpa amputasi luas
menyebar ke bagian jaringan
Ulkus dalam, menyebar

sampai ligament, otot, tapi
derajat 5 tidak ada keterlibatan Amputasi dibawah lutut
dengan tulang serta
pembentukan abses
PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA

rasa raba menurun daerah luka, luka tidak sembuh” dan
berbau, adanya nyeri pada luka
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
riwayat terjadinya luka, penyebab, upaya yang telah dilakukan
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
riwayat defisiensi insulin, jantung dll
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
penyakit genetik DM, atau keturunan lainnya
VARIABEL PENILAIAN
ULKUS
PEDIS
- PERFUSION
- EXTENT / UKURAN
- DEPTH / KEDALAMAN LUKA
- INFECTION
- SENSATION
PERAWATAN ULKUS DIABETIK
1. DEBRIDEMENT
2. MENGURANGI TEKANANA
3. PENCEGAHAN INFEKSI
TIME
4. Tissue debridement atau debridemen jaringan
5. Inflamation and infection control atau pengendalian inflamasi
dan infeksi
6. moisture balance atau pemeliharaan kelembapan
7. epithelial edge advancement atau kemajuan rambat epitel
TATA LAKSANA ULKUS DM
- Prinsip penatalaksanaan pada ulkus diabetikum dengan menghilangkan tekanan serta
memberikan perlindungan pada ulkus, pemulihan perfusi jaringan, mengobati infeksi,
mengontrol serta mengobati penyakit penyerta, perawatan lokal pada ulkus, dan memberikan
edukasi kepada pasien
- Pada penatalaksanaan ulkus diabetikum dengan menghilangkan tekanan dan memberikan
perlindungan pada ulkus yaitu dengan pemakaian gips pada kaki yangterkena ulkus
diabetikum. Ketika terjadi infeksi, maka pembongkaran gips harus dilakukan dengan hati-hati
TATA LAKSANA
- Penatalaksanaan pada pemulihan perfusi jaringan, jika tekanan pada kaki pada pergelangan kaki
sebesar < 50mmHg dan ulkus tidak sembuh dalam waktu 6 minggu, pertimbangkan dengan melakukan
revaskularisasi yang bertujuan mengembalikan aliran langsung ke salah satu arteri pada kaki
- Jika ditemukan infeksi sekunder pada ulkus yaitu dengan melakukan pembersihan dan debridement
semua jaringan yang telah nekrosis. Kemudian berikan antibiotik secara empiris peroral dengan target
bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Jika ada yang berpotensi menimbulkan komplikasi
pada anggota tubuh yang lain, maka pertimbangkan evaluasi intervensi bedah termasuk mengangkat
jaringan yang rusak atau bersihkan abses dan pemberian antibiotik paraenteral secara empiris dengan
spektrum yang luas

TATA LAKSANA
- Jika terdapat penyakit penyerta atau komorbid, maka kontrol gula darah dengan
pemberian insulin dan atasi jika terdapat edema atau malnutrisi.
- Perawatan lokal pada tingkat yang parah pada ulkus dengan ditandai adanya infeksi yaitu
dengan melakukan tindakan debridement pada ulkus.
DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang

dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin
maupun keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes
melitus akan disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi
beberapa organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah. kelainan metabolisme yang
paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidarat.
Oleh karena itu diagnosis diabetes melitus selalu
berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.
PATOFISIOLOGI DM
Penyakit Diabetes Mellitus bisa diikuti dengan berbagai

komplikasi, salah satunya Hipertensi. Penderita Diabetes
Mellitus pada umumnya memiliki kondisi yang disebut dengan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi dimana
seseorang memiliki jumlah insulin yang cukup untuk merombak
glukosa, namun tidak bekerja sebagaimana mestinya. Insulin yang
ada tidak digunakan untuk merombak glukosa, yang
mengakibatkan kadar glukosa dalam darah naik, yang
mengakibatkan diabetes.
PATOFISIOLOGI DM
Insulin, selain bekerja merubah glukosa menjadi glikogen (yang nantinya akan
disimpan di jaringan perifer tubuh) dapat mengakibatkan peningkatan retensi
natrium di ginjal dan mengakibatkan aktivitas sistem syaraf simpatik. Retensi
natrium dan meningkatnya aktivitas sistem syaraf simpatik merupakan dua hal
yang berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
PATOFISIOLOGI DM
Diabetes melitus merupakan salah satu risiko terjadinya

penyakit jantung koroner, sebab diabetes melitus
menyebabkan kadar glukosa dalam darah yang tinggi serta
dapat berperan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Hal ini dapat menyebabkan pengendapan kolesterol di
dinding-dinding arteri dan akan menghambat aliran darah ke
jantung dan dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS DM
Diagnosis Diabetes Mellitus (DM) didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah.
Diagnosis digunakan dengan mengidentifikasi kelainan kadar glukosa darah.
-Pada penderita Diabetes Mellitus peningkatan kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl
dan
-gula darah 2 jam setelah makan ≥200 mg/dl.
-Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu sama dengan atau lebih
besar 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
-Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan
diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi
angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126mg/dl atau glukosa darah
sewaktu sama dengan atau lebih besar 200mg/dl pada hari lain.
TATA LAKSANA DM (PERKENI,
2021)
Langkah:
1. Penerapan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan
dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau
suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi.
2. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier.
3. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
TATA LAKSANA DM (PERKENI,
2021)
TARGET PENGENDALIAN DM
INSULIN
Insulin digunakan pada keadaan :

● HbA1c saat diperiksa t 7.5% dan sudah menggunakan satu atau dua obat antidiabetes
● HbA1c saat diperiksa > 9%
● Penurunan berat badan yang cepat
● Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
● Krisis hiperglikemia
● Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
● Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
● Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan
makan
● Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
● Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
● Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
INSULIN
Jenis dan Lama Kerja Insulin:

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 6 jenis :
● Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
● Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
● Insulin kerja menengah (Intermediate-acting insulin)
● Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
● Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting insulin)
● Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan menengah
(Premixed insulin)
● Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan kerja cepat
LAMPIRAN
LAMPIRAN
TERIMAKASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN

1 MR ULKUS DM 8-9-23 DR Asna Salinan

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

1 MR ULKUS DM 8-9-23 DR Asna Salinan

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

MORNING REPORT

SEORANG PEREMPUAN USIA

Nama Pasien : Ny. K

• Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat penyakit keluarga:

• Riwayat keluhan serupa :disangkal

Riwayat Sosial ekonomi:

• Riwayat pekerjaan : Tidak Bekerja

● Inspeksi : Bentuk dada normochest, gerak dada kanan

● Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

● Inspeksi : Permukaan perut lebih tinggi dari dinding dada,

● Atas : edem (-/-) akral hangat (+/+), CRT < 2 detik.

Pemeriksaan Hitung Hasil Satuan Nilai Normal

- Ulkus yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus

- Ulkus diabetikum merupakan komplikasi tersering yang ditemui

- angka kekambuhan dan resiko amputasi pada ulkus cukup tinggi

- Pasien gangguan neuropati perifer, gangguan pembuluh darah

- trauma pada kaki akibat neuropati

- faktor lain : kadar gula tidak terkontrol. riwayat ulkus diabetik,

Faktor yang memperngaruhi

Manifestasi ggn pembuluh darah :

- nyeri tungkai bawah saat istirahat

Kerusakan saraf sensorik pada kaki dapat menginduksi ketidakseimbangan otot

kaki sehingga terjadi ulkud diabetikum.

Klasifikasi Wagner-Meggit paling

derajat 0 Tidak terdapat ulkus pada pencegahan agar tidak

Ulkus superfisial yang

Ulkus dalam, menyebar

Ulkus dalam disertai oleh

Ulkus dalam, menyebar

1. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA

- Prinsip penatalaksanaan pada ulkus diabetikum dengan menghilangkan tekanan serta

memberikan perlindungan pada ulkus, pemulihan perfusi jaringan, mengobati infeksi,

edukasi kepada pasien

- Pada penatalaksanaan ulkus diabetikum dengan menghilangkan tekanan dan memberikan

spektrum yang luas

pemberian insulin dan atasi jika terdapat edema atau malnutrisi.

dengan melakukan tindakan debridement pada ulkus.

Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang

Penyakit Diabetes Mellitus bisa diikuti dengan berbagai

Diabetes melitus merupakan salah satu risiko terjadinya

Insulin digunakan pada keadaan :

Jenis dan Lama Kerja Insulin:

Anda mungkin juga menyukai