Anda di halaman 1dari 25

Dosen Pengampu:

Dr. apt. Elly Wardani, M. Farm

Farmakoepidemiologi dan Farmakovigilance


Konsep, sumber, penyebab dan
mengkomunikasikan efek samping obat

Oleh:
Kasianto
Nu’aiman
Punira
REVIEW: EFEK
SAMPING OBAT
ANTITUBERKULOS
IS ORAL LINI
PERTAMA PADA
ANAK
Data Artikel
• Link :
https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/46054/pdf
• Jurnal : Farmak Universitas Universitas Padjadjaran
• Voleme : 21
• No :2
• Tahun : 2023
• Hal : 197-205
• Penulis : Shintani Ayunda Khairunnisa, Irma Melyani Puspitasari
Efek Samping Isoniazid

• Efek samping isoniazid yang paling umum adalah


hepatotoksisitas, yang dapat menyebabkan kerusakan hati.
Efek samping ini dapat terjadi pada sebagian kecil pasien,
tetapi dapat signifikan dan memerlukan monitoring ketat
terhadap fungsi hati selama terapi.
Lanjutan…
Efek samping isoniazid lainnya adalah:
• Hyperpyrexia: Kasus jarang terjadi yang menunjukkan
peningkatan suhu tubuh yang ekstrem.
• Gangguan Psikiatri: Seperti gangguan psikosis, perubahan
perilaku yang mengarah ke psikosis, schizophrenia, dan
obsessive-compulsive disorder (OCD).
• Neuropati: Gangguan pada sistem saraf yang dapat
menyebabkan kesemutan, mati rasa, dan gangguan
neurologis lainnya.
Klasifikasi ESO Menurut Rawlins dan Thompson

ISONIAZID
• Efek samping isoniazid diklasifikasikan sebagai tipe A. Efek
samping tipe A adalah efek yang dapat diprediksi dan
tergantung dosis, dan efek samping isoniazid sebagian besar
memenuhi kriteria ini.
Keterkaitan Mekanisme-Efek Samping Isoniazid

• Tipe A biasanya melibatkan reaksi yang terkait dengan


sifat farmakologis obat dan dapat diprediksi, seperti
mekanisme yang terkait dengan penghambatan sintesis
dinding sel bakteri.
• Efek samping isoniazid cenderung lebih terkait dengan
tipe A karena mayoritas efeknya dapat dihubungkan
dengan mekanisme kerja dan sifat farmakologis obat
tersebut, seperti interaksi dengan senyawa dalam
tubuh yang kemudian mempengaruhi fungsi organ
tertentu.
Lanjutan…

• Semua efek samping isoniazid dapat dikaitkan dengan


mekanisme kerja dan sifat farmakologis isoniazid.
Misalnya, hepatotoksisitas disebabkan oleh kemampuan
isoniazid untuk menghambat produksi glutathione, yang
merupakan antioksidan penting yang melindungi hati dari
kerusakan. Gangguan psikiatri disebabkan oleh efek
isoniazid pada metabolisme neurotransmitter serotonin
dan katekolamin. Dan neuropati disebabkan oleh efek
isoniazid pada metabolisme piridoksin, yang merupakan
koenzim penting dalam fungsi saraf.
Efek Samping Rifampisin
• Efek samping rifampisin yang paling banyak dilaporkan pada pasien anak
adalah gangguan gastrointestinal yang disebab.kan oleh reaksi
imunoalergi.
• Reaksi hipersensitivitas lainnya dapat berupa ruam pada kulit.
• Gangguan hematologis dan koagulasi juga sering diasosiasikan dengan
penggunaan rifampisin, seperti koagulasi intravaskular diseminata,
trombositopenia, dan trombositopenia purpura.
• Efek samping lainnya Rifampisin adalah hepatotoksisitas, namun
cenderung memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan isoniazid dan
pirazinamid.
Klasifikasi ESO Menurut Rawlins dan Thompson

RIFAMPISIN
• Menurut klasifikasi Rawlins dan Thompson efek
samping Rifampisin sebagian besar terkait dengan
reaksi imunoalergi dan gangguan pada sistem
hematologis serta koagulasi, yang dapat diklasifikasikan
sebagai tipe B
Lanjutan…
• Gangguan Gastrointestinal
Reaksi imunoalergi pada Rifampisin menyebabkan kerusakan pada sel darah merah,
trombosit, dan epitel sel ginjal melalui antibodi IgM dan IgG. Ini tergolong sebagai reaksi
hipersensitivitas yang merupakan tipe B dalam klasifikasi.
• Reaksi Hipersensitivitas Kulit
Manifestasi reaksi alergi berupa ruam pada kulit setelah pemberian Rifampisin pada
seorang pasien anak termasuk dalam kategori tipe B efek samping.
• Gangguan Hematologis dan Koagulasi
Efek samping seperti trombositopenia, koagulopati, dan gangguan koagulasi juga
termasuk tipe B karena merupakan respons tubuh yang tidak diharapkan dan tergolong
sebagai reaksi hipersensitivitas.
Penjelasan Kenapa Rifampisin Termasuk Tipe B
Menurut klasifikasi Rawlins dan Thompson
Dalam kasus efek samping rifampisin, penyebabnya memang
dapat diketahui, tetapi efek samping tersebut tidak dapat
diduga dan tidak bergantung pada dosis. Misalnya, gangguan
gastrointestinal yang disebabkan oleh reaksi imunologis
dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari dosis rifampisin
yang diberikan. Hal ini karena reaksi imunologis adalah
reaksi yang tidak dapat diprediksi dan tidak selalu
disebabkan oleh dosis obat yang tinggi.
Keterkaitan Mekanisme-Efek Samping Rifampisin
• Gangguan Gastrointestinal
Rifampisin memicu reaksi imunoalergi yang disebabkan oleh antibodi IgM dan IgG,
merusak sel darah merah, trombosit, dan epitel sel ginjal. Ini terjadi karena interaksi
Rifampisin dengan antigen golongan darah I.
• Reaksi Hipersensitivitas Kulit
Pada pasien anak berumur 2 tahun, terjadi angioderma pada wajah dan ruam gatal
setelah 30 menit pemberian Rifampisin dosis kelima. Ini menunjukkan reaksi alergi
terhadap obat yang melibatkan sistem kulit.
• Gangguan Hematologis dan Koagulasi
Penggunaan Rifampisin diasosiasikan dengan kondisi seperti trombositopenia,
koagulopati, dan gangguan koagulasi. Salah satunya disebabkan oleh defisiensi vitamin K
yang dipicu oleh Rifampisin, yang pada kasus tertentu dapat menyebabkan gangguan
koagulasi.
Lanjutan…

• Selain itu, efek samping hematologis dan koagulasi yang


disebabkan oleh rifampisin juga dapat terjadi secara tidak
terduga dan tidak bergantung pada dosis. Hal ini karena
efek samping tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk interaksi obat dengan isoniazid dan
defisiensi vitamin K.
• Oleh karena itu, efek samping rifampisin lebih cenderung
masuk ke dalam klasifikasi tipe B.
Efek Samping Pirazinamid

• Hiperurisemia, Peningkatan asam urat adalah efek samping yang


paling umum dari Pirazinamid.
• Demam (drug fever) yang diakibatkan pemberian pirazinamid
tunggal atau kombinasi.
• Hepatotoksisitas akibat obat, dengan resiko toksisitas paling besar
bila dibandingkan dengan terapi tuberkulosis lini pertama lainnya.
• Ruam Kulit, Ruam biasanya muncul pada minggu ke-2 atau ke-3
terapi.
Klasifikasi ESO Pirazinamid Menurut Rawlins dan
Thompson

Hepatotoksisitas Akibat Obat termasuk dalam tipe B


karena tidak ada hubungan dosis-respons yang jelas,
serta tidak semua individu bereaksi dengan gejala yang
sama terhadap obat. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada
dosis apa pun, dan tidak ada cara untuk memprediksi
siapa yang akan mengalaminya.
Lanjutan…

- Hiperurisemia termasuk dalam tipe A karena berkaitan dengan dosis


dan durasi pengobatan. Peningkatan asam urat biasanya terjadi pada
pasien anak yang mengonsumsi Pirazinamid dalam dosis tinggi
selama periode waktu yang lama.
- Ruam Kulit termasuk dalam kategori tipe A karena lebih terkait
dengan respons dosis. Ruam kulit biasanya terjadi pada pasien yang
mengonsumsi Pirazinamid dalam dosis tinggi.
Lanjutan…

Demam (Drug Fever) termasuk dalam kategori tipe


lainnya, yang tidak terkait langsung dengan dosis
obat atau durasi penggunaan obat. Hal ini lebih
cenderung masuk dalam kategori idiosinkratik atau
tipe lainnya yang tidak terkait langsung dengan dosis
obat
Keterkaitan Mekanisme-Efek Samping Pirazinamid
- Hiperurisemia dan artralgia
Pirazinamid dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal ini disebabkan oleh
metabolitnya, asam pyrazinoic, yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan asam urat
dapat menyebabkan nyeri sendi, tetapi hal ini jarang terjadi.
- Demam
Studi melaporkan beberapa kasus demam pada pasien anak yang mengonsumsi pirazinamid, baik
sebagai obat tunggal maupun dalam kombinasi dengan obat lain seperti etambutol atau
streptomisin.
- Hepatotoksisitas
Pirazinamid terkait dengan risiko hepatotoksisitas yang lebih besar dibandingkan dengan obat TB
lini pertama lainnya. Metabolit aktifnya dianggap menjadi penyebab utama efek hepatotoksik.
- Ruam Kulit
Meskipun jarang terjadi, efek samping pada kulit yang paling sering adalah ruam. Penggunaan
bersama rifampisin dapat meningkatkan risiko ini.
Efek Samping Etambutol

• Efek samping terbesar yang umum dilaporkan


terkait etambutol adalah gangguan penglihatan,
dengan efek samping paling serius dapat berupa
neuritis optik.
• Toksisitas optik lainnya berupa buta warna
reversible.
Klasifikasi ESO Etambutol Menurut Rawlins dan
Thompson
Efek samping etambutol diklasifikasikan dalam kategori ESO (Efek
Samping Obat) tipe A atau prediktif dan dosis-terkait. Dengan alasan
sebagai berikut, adalah:
- Terkait dosis
- Data menunjukkan adanya hubungan antara dosis etambutol yang
diberikan dan toksisitas yang terkait dengannya. Gangguan
penglihatan, terutama neuritis optik, cenderung terjadi pada dosis
yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan.
Lanjutan…

- Efek samping, terutama gangguan penglihatan seperti


neuritis optik, dapat diprediksi dari penggunaan
etambutol. Meskipun sifat dari neuritis optik bersifat
reversibel tergantung pada dosis etambutol yang
diberikan, efek samping ini dapat menjadi serius
dalam jangka panjang dan menyebabkan kebutaan
permanen.
Keterkaitan Mekanisme-Efek Samping Etambutol
- Keterkaitan antara mekanisme kerja etambutol dan efek
samping yang terkait dengan gangguan penglihatan terletak
pada gangguan pada rantai respirasi mitokondria pada saraf
optik.
- Etambutol bekerja dengan menghambat produksi
arabinogalactan dalam dinding sel Mycobacterium
tuberculosis (Mtb) serta berinteraksi dengan jalur biosintesis
asam mikolat. Namun, efek sampingnya, terutama gangguan
penglihatan, diyakini terkait dengan pengaruh etambutol
terhadap rantai respirasi mitokondria pada saraf optik.
Lanjutan…
- Rantai respirasi mitokondria adalah proses yang menghasilkan energi
untuk sel. Pada saraf optik, rantai respirasi mitokondria bertanggung jawab
untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk transmisi visual.
- Etambutol dapat menghambat rantai respirasi mitokondria pada saraf
optik, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik. Kerusakan saraf
optik ini dapat menyebabkan neuritis optik, yaitu peradangan saraf optik
yang dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan
kabur, atau bahkan kebutaan.
- Selain neuritis optik, etambutol juga dapat menyebabkan buta warna, yaitu
ketidakmampuan untuk membedakan warna tertentu. Buta warna ini
disebabkan oleh kerusakan sel kerucut pada retina, yang bertanggung
jawab untuk penglihatan warna.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai