Anda di halaman 1dari 14

Farmakologi Obat pada Reaksi Hipersensitivitas

IIT FITRIANINGRUM Departemen Farmakologi PSPD FK Untan 2011/2012

Pendahuluan
Konsekuensi penggunaan obat-obat baru untuk kepentingan diagnosis peningkatan insidensi Reaksi Simpang Obat (RSO) Insidensi RSO yang berat mencapai 6,7% pada pasien rawat inap dan 15-30% pada pasien rawat jalan Reaksi Obat Alergik (ROA) merupakan salah satu bentuk RSO yang dihasilkan dari respon imunologik terhadap obat dan metabolitnya

Adverse Drug Reaction (RSO)


RSO meliputi toksisitas, efek samping, idiosinkrasi,intoleransi dan alergi obat Efek samping obat : efek obat selain khasiat utama yang timbul karena sifat farmakologik obat atau interaksi obat lain Idiosinkrasi : reaksi obat yang timbul tidak berhubungan dengan sifat farmakologik obat Intoleransi : reaksi terhadap obat bukan karena sifat farmakologi, timbul karena proses non imunologi Alergi obat : respon abnormal seseorang terhadap bahan obat atau metabolitnya melalui reaksi imunologik

Kriteria Umum Reaksi Hipersensitivitas Obat


Gejala pasien sesuai dengan reaksi imunologik terhadap obat Pasien mendapatkan obat yang memang dapat memberikan gejala alergi (struktur kimia obat memang telah dikaitkan dengan sistem imun) Terdapat hubungan temporal antara pemberian obat dengan timbulnya reaksi alergi Tidak ada penyebab lain yang jelas terhadap manifestasi klinis pasien yang sedang menggunakan obat tertentu yang memang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas Data laboratorium menunjang mekanisme imunologik yang menjelaskan reaksi obat

RSO
Tipe A : dapat diprediksi, lazim terjadi dan tergantung dosis, berhubungan dengan farmakologi obat, dapat terjadi pada tiap individu Tipe B : tidak dapat diprediksi, tidak lazim terjadi, sering tidak berhubungan dengan farmakologi obat, hanya terjadi pada individu yang rentan Tipe C : tidak lazim terjadi, berhubungan dengan dosis kumulatif, misalnya pada ketergantungan benzodiazepin, nefropati analgetik, penekanan aksis hypothalamic-pituitary-adrenal oleh kortikosteroid Tipe D : tidak lazim terjadi, berhubungan dengan dosis, terlihat setelah penggunaan obat, misalnya efek karsinogenik dan teratogenik obat Tipe E : tidak lazim terjadi, timbul setelah penghentian obat, misalnya opiate withdrawal syndrome Tipe F: lazim terjadi, berhubungan dengan dosis, disebabkan oleh interaksi obat, misalnya pemberian dosis kontrasepsi yang tidak adekuat, khususnya pada pemakaian penginduksi enzim spesifik

Reaksi Obat Alergika


Merupakan bagian dari RSO (reaksi tipe B), karateristik klinis: 1. Reaksi alergi jarang pada pemberian obat pertama kali 2. Reaksi alergi terbatas pada sejumlah sindrom tertentu 3. Umumnya reaksi alergi terjadi pada populasi kecil 4. Adanya kecenderungan pasien bereaksi terhadap obat pada dosis jauh dibawah dosis terapeutik 5. Adanya eosinofilia pada darah atau jaringan mendukung keterlibatan proses alergi 6. Reaksi alergi biasanya hilang setelah penghentian obat

Faktor Risiko ROA


Berhubungan dengan Obat Pengobatan (sifat obat dan pajanan obat) Berhubungan dengan pasien (usia,genetik, reaksi obat sebelumnya, penyakit dan pengobatan medis yang menyertai)

Sifat Obat
Obat dengan BM besar (makromolekul) Contoh : antiserum, kimopapain, streptokinase, L-asparaginase, insulin Antigen kompleks menimbulkan sensitisasi pada pasien Obat-obat dgn BM < 100 daltonimunogen lemah/tidak imunogenik

Pajanan Obat
Obat topikal memiliki risiko lebih besar untuk tersensitisasi Obat oral paling kecil risiko tersensitisasi Aplikasi topikal menginduksi reaksi hiprsensitivitas tipe lambat Pemberian oral atau nasal menstimulasi produksi imunoglobulin spesifik obat (Ig A dan Ig E, kadang Ig M)

Dosis dan lamanya pengobatan 1. Dosis profilaksis tunggal antibiotik kurang mensensitisasi dibandingkan pengobatan parenteral lama dan dosis tinggi 2. Frekuensi pemberian obat dapat berdampak sensitisasi 3. Seringnya pemberian obat memicu reaksi alergi,interval pengobatan makin lama,maka reaksi alergi lebih jarang terjadi

Usia
Umumnya anak-anak kurang tersensitisasi obat dibandingkan dewasa Bayi dan usia lanjut jarang mengalami alergi obat, kalaupun terjadi lebih ringan

Genetik
Proses asetilasi diperlukan untuk metabolisme beberapa obat Contoh : sulfonamid, INH, dapson, hidralazin,prokainamid,klonazepam Enzim N-asetilitransferase merupakan fenotip utk asetilisator lambat dan cepat

Reaksi Obat Sebelumnya


Pasien dengan riwayat hipersensitivitas memiliki peningkatan tendensi untuk terjadinya senstivitas terhadap obat baru Contoh : pasien alergi penisilin memiliki peningkatan risiko 10x terhadap antimikroba non--laktam 50% bereaksi silang dengan sulfonamid Reaksi tidak terbatas pafa hipersensitivitas tipe cepat

Penyakit Medis yang Menyertai


Anak-anak dengan fibrosis kistik lebih mudah mengalami ROA terutama selama desensitisasi obat Ruam makulopapular setelah pemberian ampisilin lebih sering terjadi selama infeksi virus Epstein-Barr dan pasien leukimia limfatik Pasien HIV memiliki peningkatan risiko ROA Defisiensi imunitas dikaitkan dengan peningkatan frekuensi ROA Pasien dalam keadaan tertekan sistem imunnya mengalami defisiensi limfosit T supresor yang mengatur sintesis antibodi Ig E

Anda mungkin juga menyukai