Anda di halaman 1dari 58

DESAIN PENELITIAN

PERTEMUAN 8
Dr. Widaningsih, S.Kp., M.Kep
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

• Mahasiswa mampu membuat jenis dan desain


penelitian
Desain Penelitian
• metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan
arah terhadap jalannya penelitian
• Ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian
Desain Penelitian
• Mrpkan karakteristik suatu penelitian yang
membedakannya dengan penelitian lain.
• Masalah penelitian mungkin saja sama, tetapi
desain penelitian dapat berbeda, karena
desain penelitian ditentukan oleh peneliti.
Desain penelitian menentukan:
1.Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap
subjek penelitian (melakukan intervensiatau
observasi)
2.Jika peneliti melakukan intervensi terhadap
subjek penelitian, desain penelitian
menentukan apakah ada kelompok kontrol
dalam penelitian dan bagaimana menentukan
efek intervensi
Desain penelitian menentukan:
3. Apa yang akan dilakukan peneliti thd data
hasil penelitian (menganalisis hubungan antar
variabel atau hy menampilkan data scr
deskriptif )
4. Metode u/ menentukan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen
(retrospektif, potong lintang atau prospektif )
5. Uji satistik yang akan digunakan untuk
menganalisis data
Jenis Penelitian Keperawatan
1. Berdasarkan area penelitian
 Penelitian laboratorium
 Penelitian klinis
 Penelitian lapangan
2. Berdasarkan tujuan Penelitian
 Penelitian deskriptif
 Penelitian asosiatif
 Penelitian komparatif
Jenis Penelitian Keperawatan
3. Berdasarkan waktu penelitian
 Penelitian transversal (cross sectional)
 Penelitian longitudinal

4. Berdasarkan substansi Penelitian


 Penelitian dasar
 Penelitian terapan
Jenis Penelitian Keperawatan
5. Berdasarkan analisis hub antar variabel
 Penelitian deskriptif
 Penelitian analitik
Jelaskan jenis penelitian ini menurut
anda :
1. Hubungan kepatuhan diet dgn kualitas hidup
pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani
terapi Hemodialisis di RS X
2. Efektifitas penkes dgn metode diskusi peer
group thd pengetahuan dan sikap keluarga
dalam merawat pasien Stroke
3. Karakteristik faktor resiko Stroke pada pasien
paska Stroke di Kota X.
DESAIN CROSS SECTIONAL (POTONG LINTANG)
• Desain penelitian observasional analitik yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
variabel dimana variabel independen dan
variabel dependen diidentifikasi pada satu
satuan waktu
• Peneliti tidak melihat hubungan berdasarkan
perjalanan waktu
Skema desain cross sectional
Penelitian dilakukan satu waktu

Faktor resiko (+)

Efek (+) Efek (-)


kasus / sakit / masalah Sehat / tidak mengalami
kesehatan dan masalah kesehatan dan
keperawatan keperawatan

Faktor resiko (-)


Efek (+) Efek (-)
Sehat / tidak mengalami
kasus / sakit / masalah
masalah kesehatan dan
kesehatan dan keperawatan
keperawatan
Penelitian terhadap faktor resiko (variabel independen) dan efeknya (variabel
dependen) dilakukan pada satu waktu, peneliti tidak melihat hubungan sebab
akibat berdasarkan perjalanan waktu
Contoh cross sectional
 Hubungan pengetahuan dan sikap perawat
terhadap perilaku pencegahan penularan
HIV/AIDS di rumah sakit x
 Variabel independen (Pengetahuan dan sikap
ttg pencegahan HIV/AIDS) dan variabel
dependen (Perilaku pencegahan penularan
HIV/AIDS) di ukur dalam satu satuan waktu.
Keuntungan desain cross sectional
• Waktu penelitian lebih singkat
• Biaya lebih murah dibandingkan dengan
penelitian longitudinal
• Resiko drop out sampel lebih kecil
• Dapat digunakan untk meneliti banyak
variabel sekaligus
Kelemahan desain cross sectional
• Tidak dapat menentukan hubungan variabel
independen dan dependen berdasarkan
perjalanan waktu
• Tidak efektif untuk penelitian dgn kasus yang
jarang terjadi. Penelitian cross sectional
memerlukan jumlah sampel yang cukup besar.
Desain kasus kontrol (case control)

• desain penelitian yang bertujuan mengetahui


hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen berdasarkan perjalanan
waktu secara retrospektif
• Hubungan antara faktor resiko dan efeknya
ditentukan berdasarkan perjalanan waktu
secara retrospektif.
Skema desain case control
Retrospektif
Contoh case control
• Hubungan kehamilan anemia terhadap
kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR)
• Peneliti memulai penelitian dengan membagi
subjek kedalam kelompok kasus (melahirkan
bayi BBLR) dan kelompok kontrol (melahirkan
bayi normal)
• Peneliti mengidentifikasi adanya kejadian
anemia (saat hamil) pada kedua kelompok
(secara retrospektif)
Skema penelitian
Retrospektif
BB
BBLR Total
normal
Kehami
lan a b a+b
anemia
Kehami
lan
tanpa
c d c+d
anemia
a+b+
Total a+c b+d
c+d
Keuntungan desain case control
• Mengetahui hubungan sebab akibat antara
var. independen dan dependen berdasarkan
perjalanan waktu (retrospektif)
• Dapat mengetahui faktor-fakor yang
menyebabkan suatu kejadian dalam satu kali
penelitian
• Waktu penelitian tidak lama
Kelemahan desain case control
• Keabsahan data tentang kejadian masa lalu
(faktor resiko) diragukan jika hanya
mengandalkan ingatan
• Peneliti sulit mengendalikan variabel perancu
yang kemungkinan mempengaruhi hubungan
variabel independen dengan variabel
dependen
• Tidak dapat digunakan untuk menelti lebih
dari satu variabel dependen.
Desain Kohort Prospektif
• Desain penelitian yg bertujuan mengetahui
hub antara var.independen dan var.dependen
berdasarkan perjalanan waktu secara
prospektif
• Analisis hubungan var.independen dan
var.dependen TANPA MELAKUKAN SUATU
INTERVENSI terhadap subjek penelitian
Desain Kohort Prospektif
• Peneliti memulai penelitian dengan memilih
sampel penelitian yang tidak memiliki faktor
resiko dan efek yang ingin diteliti (bebas
faktor resiko dan efeknya).
• Secara alamiah sampel akan terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok yang memiliki
faktor resiko dan kelompok tanpa faktor
resiko.
Desain Kohort Prospektif
• Responden pada kedua kelompok diikuti
sampai kurun waktu tertentu yang telah
ditetapkan untuk melihat efek (variabel
dependen).
Skema desain kohort prospektif
Penelitian Diamati efek setelah kurun
mulai Subyek diikuti sampai waktu tertentu
disini kurun waktu tertentu

kasus
Efek (+) / sakit / masalah
kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (+) Sehat / tidak mengalami
masalah Efek (-)
kesehatan dan
keperawatan
Sampel

kasus / sakit / masalah


Efek (+) kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (-)
Sehat / tidak mengalami
masalah
Efek (-) kesehatan dan
keperawatan

Variabel independen Variabel dependen


Cat : Pengelompokan sampel terjadi secara alamiah
Modifikasi desain kohort prospektif
• Pada dasarnya penelitian klinis sulit dan
memerlukan cukup waktu untuk
menghasilkan individu dgn atau tanpa faktor
resiko secara alamiah
• Sehingga peneliti dpt langsung mencari
individu dengan faktor resiko dan tanpa faktor
resiko
• Desain spt ini disebut desain KOHORT
BERGANDA
Skema desain kohort berganda
Penelitian Diamati efek setelah kurun
mulai Subyek diikuti waktu tertentu
disini sampai kurun waktu
tertentu
kasus / sakit / masalah
kesehatan
Efek (+) dan keperawatan
Sampel dengan
faktor resiko (+) Sehat / tidak mengalami
masalah
Efek (-) kesehatan dan
keperawatan

Efek (+) / sakit / masalah


kasus
Sampel dengan kesehatan dan keperawatan
faktor resiko (-)
Sehat / tidak mengalami
masalah
Efek (-) kesehatan dan
keperawatan
Variabel independen Variabel dependen
Cat : Peneliti memilih sampel dengan faktor resiko (+) dan (-)
Contoh Kohort
• Pengaruh berat badan lahir rendah terhadap tumbuh
kembang balita
• Peneliti memulai dgn mencari bayi BBLR sbg kelp
resiko (+) dan bayi lahir BB normal sbg kelp resiko (-)
 var.independen
• Setiap bayi yg terpilih mjd sampel diikuti
perkembangannya dan diukur tumbuh kembangnya
secara kontinyu sesuai dengan periode waktu yang
ditentukanvar.dependen
Skema penelitian
Keuntungan desain kohort
• Dapat mengetahui hubungan sebab akibat
atau hubungan kausalitas berdasarkan
perjalanan waktu secara alamiah
• Dapat digunakan untuk menentukan lebih dari
satu variebel dependen (efek) dalam satu
penelitian.
Kelemahan desain kohort
• Memerlukan biaya yang cukup besar dan
waktu penelitian yang relatif lama
• Resiko drop out dan loss of follow up sampel
cukup besar
• Bias hasil penelitian cukup tinggi apabila
peneliti tidak mengidentifikasi dan
mengendalikan variabel perancu.
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF
• Merupakan modifikasi dari desain kohort
prospektif
• Digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen (faktor resiko)
dengan variabel dependen (outcome)
berdasarkan perjalanan waktu dimulai dari
identifikasi faktor resiko sampai terjadinya
outcome, namun seluruh kejadian terjadi
dimasa lalu (retrospektif).
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF
• Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi var
independen (fak resiko)di masa lalu, kemudian
membagi responden menjadi kelp dgn fak
resiko dan kelp tanpa fak resiko.
• Peneliti kemudian mengidentifikasi var
dependen pada kedua kelp berdasarkan
perjalanan waktu yg terjadi dimasa lalu
Skema desain kohort retrospektif
Saat ini

Efekkasus
(+) / sakit / masalah
kesehatan dan keperawatan
Faktor
Sehat / tidak mengalami
resiko (+)
masalah kesehatan dan
Efek (-)
keperawatan
Sampel
kasus / sakit / masalah
Efek (+) kesehatan dan keperawatan
Faktor
resiko (-) Sehat / tidak mengalami
masalah
Efek (-) kesehatan dan
keperawatan

Variabel independen Variabel dependen


Penelitian Eksperimen
• Penelitian yg dilakukan dgn melakukan
ujicoba/intervensi atau manipulasi pd subjek
penelitian kemudian efek dari intervensi
diukur dan dianalisis
• Kesimpulan didapat dgn membandingkan efek
perlakuan pd kelp subjek yang diberi
intervensi dgn kelp kontrol, atau
membandingkan pada satu kelp antara
sebelum dengan sesudah perlakuan.
Penelitian Eksperimen
• Dalam disipline keperawatan, penelitian
eksperimen dilakukan untuk mengujicoba
berbagai intervensi keperawatan mandiri
• Ex : metode perawatan luka, komunikasi
terapeutik, pemberian posisi pasien, terapi
aktivitas, range of motion,pendidikan
kesehatan dengan metode inovatif , dll.
Eksperimen murni vs Kuasi eksperimen

Suatu penelitian eksperimen dikatakan murni


apabila memenuhi syarat :
•Terdapat randomisasi (rondom alokasi):
memasukkan sampel ke dalam kelp perlakuan
dan kelp kontrol secara random.
•Penggunaan kelp kontrol sebagai pembanding

Jika tidak maka kuasi eksperimen


Desain Eksperimen
1. Desain pre and post test control group
• Responden dibagi secara random menjadi dua
kelompok atau lebih (1 kelp adalah kelp
perlakuan dan kelp lain adalah kelp kontrol
sebagai pembanding)
• Sebelum perlakuan pada semua kelompok
dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk
menentukan kemampuan atau nilai awal
responden sebelum perlakuan
1. Desain pre and post test control group
• Pada kelp perlakuan diberikan intervensi
sesuai dengan protokol dan pd kelp kontrol
tidak dilakukan intervensi atau dilakukan
intervensi standar
• Setelah perlakuan dilakukan pengukuran akhir
(post test) pada semua kelompok untuk
menentukan efek perlakuan.
Skema desain pre and post test control group

Random R1 : O1 -----------> X1 ---------->


alokasi
O2
O2

R2 : O1 ----------> X0 ----------->
O2
R : Responden
O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
2. Desain Post test only control group
• Sama dengan desain pre and post test control
group hanya pada desain ini tidak terdapat
pengukuran awal (pre test)
• Kesimpulan hasil penelitian didapat dengan
cara membandingkan data post test antara
kelp perlakuan dengan kelp kontrol.
Skema desain post test only control group

Random
alokasi R1 ------------> X1 -----------> O2

R2 ------------> X0 -----------> O2
R : Responden
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
3. Desain Solomon four group
• Responden dibagi mjd 4 kelp dengan cara
randomisasi.
• 2 kelp pertama (kelp 1 dan 2) : kelp perlakuan
dan kelp kontrol. Pada kedua kelp ini
dilakukan pretest dan post test
• Pada kelp 3 dan 4 tdk dilakukan pre test
(Kelp 3 diberikan perlakuan sedangkan
kelompok 4 sebagai kelompok kontrol).
3. Desain Solomon four group
• Tujuan penggunaan 2 kelp tambahan tanpa
pre test : meningkatkan validitas internal
terutama pd penelitian dimana pengalaman
responden mengikuti pre test mempengaruhi
hasil post test
• Pada bbrp kasus peningkatan nilai post test
tdk hanya disebabkan oleh efek perlakuan
tetapi juga oleh pengalaman menjawab pre
test.
Skema desain Solomon four group
Random
R1 : O1 -----------> X1 ----------> O2
alokasi

R2 : O1 ----------> X0 -----------> O2
R

R3 : ---------------> X1 ----------> O2

R4 : ---------------> X0 -----------> O2
R : Responden penelitian
O1 : Pre test pada kelompok 1 dan 2 sebelum perlakuan
O2 : Post test pada keempat kelompok setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi
4. Desain Pre test and post test nonequivalent
control group
• Hampir sama dgn desain pre and post test control
group, perbedaan hanya terdapat pada
randomisasi
• Pada desain pre test and post test nonequivalent
control group peneliti tidak melakukan
randomisasi
• Shg beresiko terjadi ketidakseimbangan
karakteristik antara kelp perlakuan dan kontrol
(kriteria inklusi yang tepat dapat meminimalisir )
Skema desain pre test and post test
nonequivalent control group
Tdk ada R1 : O1 -----------> X1 ---------->
Randomisasi
O2

R2 : O1 ----------> X0 ----------->
O2
R : Responden
O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
5. Desain Post test-only nonequivalent control
group

• Hampir sama dengan desain post test only


control group pada penelitian eksperimen
murni (perbedaan hanya pada randomisasi)
• Pada desain post test-only nonequivalent
control group peneliti tidak melakukan
randomisasi
Skema desain post test-only nonequivalent
control group

Tdk ada
Randomisasi
R1 -----------> X1 ----------> O2

R2 -----------> X0 -----------> O2
R : Responden
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
6. Desain Pre and post test
without control
• Pada desain ini tidak ada kelp kontrol
• Peneliti hanya melakukan intervensi pada satu
kelompok tanpa pembanding
• Efektifitas perlakuan dinilai dengan
membandingkan nilai post test dan pre test.
Skema desain Pre and post test without control

R---> O1----->X1 ---------> O2

R : Semua responden mendapat perlakuan/intervensi


O1 : Pre test sebelum perlakuan
O2 : Post test setelah perlakuan
X1 : Ujicoba/intervensi sesuai protokol
7. Time series
• penelitian eksperimen dgn pengukuran efek
perlakuan yang dilakukan berulang
berdasarkan perjalanan waktu.
Skema Time Series

R------->O1------>X1------>O2------>O3-------> O4
dst

R : Responden penelitian semua mendapat intervensi


O1 : Pre test sebelum perlakuan
O2, O3, O4 : Post test 1, 2, 3 dan 4 setelah perlakuan
berdasarkan perjalanan waktu
X1 : Intervensi sesuai protokol
Penjelasan Prosedur eksperimen
Variabel independen : jenis Variabel dependen adalah efek
intervensi yang diujicobakan dari perlakuan yang diukur
kepada subjek (berskala oleh peneliti (berskala
nominal) nominal, ordnial, interval atau
rasio).

Penjelasan tentang Dijelaskan tentang pengukuran


prosedur intervensi outcome :
mencakup aspek 5 W 1H •Alat ukur
(WHAT, WHO, WHY,
•Metode pengukuran
WHERE, WHEN DAN
•Ahli yg mengukur
HOW)
•Waktu dan tmp pengukuran
Tugas
1. Apa jenis penelitian anda ?
2. Desain apa yang anda gunakan ?
3. Apakah desain yg anda pilih sdh sesuai
dengan tujuan dan hipotesis penelitian ?
4. Jelaskan alasan anda memilih desain tersebut
?

Anda mungkin juga menyukai