Anda di halaman 1dari 22

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA SISWA


TUNA GRAHITA DI SLB BC KEPANJEN

Nama Kelompok :

Ahmad Ulul Bisri Husni


Dimas Ari Putra Pratama S
Luthfi Hidayat
Saiful Ali
Susilo Agung Prastyo
LATAR BELAKANG
Olahraga bolavoli adalah permainan beregu yang mengutamakan kerja sama tim untuk mendapatkan poin demi poin,
dimainkan oleh dua tim yang setiap tim anggotanya berjumlah 6 orang memiliki prinsip yaitu mempertahankan bola
agar tidak jatuh ke lantai lapangan pertahanan tetapi menjatuhkan bola ke lantai pertahanan lawan (Pratiwi dkk, 2020).
Permainan bolavoli membutuhkan koordinasi gerakan yang benar untuk melakukan beberapa Teknik dasar yang ada,
sehingga pemain harus dituntut untuk melakukan gerakan Teknik dasar yang benar. Beberapa Teknik dasar yang ada
dalam bolavoli yaitu service, smash, passing dan block.
Passing bawah adalah Teknik dasar awal untuk permainan bolavoli, passing bawah dilakukan dengan
menggunakan kedua lengan untuk mengoperkan bola kepada teman sehingga menghasilkan suatu serangan ke
pertahanan lawan. Menurut Rithaudin & Hartati (2016), Teknik passing bawah ini melibatkan posisi kaki, posisi
badan, kedua tangan atau perkenaan diatas pergelangan tangan, dan gerakan lanjutan. Bagian tubuh tersebut adalah
rangkaian passing bawah dengan pelaksanaan yang baik dan sempurna maka akan dihasilkan Teknik passing bawah
yang bagus.
Dalam dunia olahraga bola voli juga dapat dimainkan oleh atlit yang berkebutuhan khusus, Bahkan
ditingkat asia sudah diselenggarakan event Asia Paragames yang sudah diadakan sejak tahun 1951 di New Delhi,
dalam usia dini olahraga untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sudah diterapkan di suatu lembaga pendidikan
khusus yang bernama SLB (Sekolah Luar Biasa). SLB (Sekolah Luar Biasa) sendiri yaitu sekolah khusus bagi
penyandang kecacatan tertentu, sebuah institusi pendidikan yang menyelenggarakan dan melayani berbagai jenis
kekhususan anak berkebutuhan khusus (Astuti, 2016). Dalam dunia pendidikan SLB (Sekolah Luar Biasa) pendidikan
jasmani disebut sebagai penjas adaptif. Penjas Adaptif merupakan suatu system penyampaian layanan yang bersifat
menyeluruh (comprhensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor yang kegiatan belajarnya dimodifikasi baik dari pelaksnaannya, alat dan kegiatannya. Oleh sebab itu,
sangat perlu adanya kegiatan penjas adaptif untuk dilakukan di Sekolah Luar Biasa.
Menurut Muchlisin (2020), mengatakan dalam dunia pendidikan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
terdapat berbagi macam anak berkebutuhan khusus salah satunya anak tuna grahita. Tuna grahita adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut individu yang memiliki kecerdassan intelektual (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata
karena adanya hambatan masa perkembangan mental, emosi, social dan fisik sehingga tidak mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Kondisi ini biasanya terdeteksi sejak masa kanak-kanak, tetapi bisa muncul saat dewasa.
Anak dengan tuna grahita dapat dikenali dari proses berpikir dan belajar yang lebih lambat dibandingkan anak-anak
lain pada umumnya, tak hanya itu seorang anak tuna grahita juga kurang dalam memperaktikkan keterampilan saat
menjalani kegiatan sehari-hari secara normal. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) dalam melaksanankan pembelajaran bolavoli dan menggunakan Teknik dasar passing
bawah. Karena passing bawah adalah hal dasar yang harus diketahui dan dijalankan dalam permaianan bolavoli.
Pada Teknik dasar tersebut juga bisa melatih motoric pada anak tunagrahita. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana model pembelajaran passing bawah bolavoli pada siswa tunagrahita.
RUMUSAN MASALAH

01. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman anak berkebutuhan khusus tuna


grahita pada passing bawah dalam permainan bola voli di SLB BC Kepanjen?

02. Bagaimana cara komunikasi antara anak Tuna Grahita dengan peneliti selama
pembelajaran penjas adaptif berlangsung di SLB Kepanjen?

03. Bagaimana kondisi mental anak selama mengikuti proses pembelajaran penjas
adaptif?
TUJUAN MASALAH
01. 02.
Untuk mengetahui kemampuan Untuk mengetahui perkembangan
pemahaman anak berkebutuhan kemampuan motorik pada anak
khusus tuna grahita pada passing tuna grahita di SLB BC Kepanjen.
bawah dalam permainan bola voli di
SLB BC Kepanjen.

Untuk mengetahui kondisi mental


anak pada saat mengikuti proses
pembelajaran penjas adaptif.
03.
SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN
Produk yang diharapkan dalam penelitian ini berupa model pembelajaran passing bawah bolavoli pada
anak tunagrahita, dengan proses pembelajaran dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan
anak tunagrahita. Aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran yaitu (psikomotor, fisik, kongnitif dan
afektif), diharapkan penelitian ini berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
perkembangan motorik siswa. Selain itu, pemberian Teknik dasar passing bawah untuk siswa dapat
diterapkan dalam permainan bolavoli, sehingga siswa dapat mengetahui bagaimana bemain bolavoli.
Passing bawang yang akan dikembangkan pada anak tunagrahita yaitu melakukan gerakan passing
bawah dengan bantuan bolavoli, lapangan dan kertas bertuliskan score, dimana lapangan akan dibentuk
menjadi balok-balok yang akan bertulskan score. Kertas akan diberi score 5, 7, dan 10. Sehingga anak
tunagrahita akan melakukan gerakan passing dan mengarahkan ke kertas score. Setiap anak melakukan
sepuluh kali percobaan dan pada akhir score akan ditotal dan ditemukan jumlah setiap anak tunagrahita.
Produk akhir pada penelitian ini yaitu pemahaman siswa terhadap Teknik dasar passing bawah sehingga
siswa dapat melakukan Teknik dasar bolavoli yakni passing bawah selain itu bentuk produk yang akan
dihasilkan dari penelitian ini yaitu buku dan video. Buku yang dimaksud adalah buku yang disusun oleh
peneliti dan video akan berupa video setiap proses pembelajaran di sekolah luar biasanya nanti
01
KAJIAN TEORI
BOLA VOLI
Bolavoli adalah olahraga yang dimainkan dalam satu lapangan oleh dua tim yang dipisahkan oleh sebuah net
dan satu tim terdiri dari enam permain. Tujuan dari permainan bolavoli sendiri adalah melewatkan bola dari atas
net dan menjatuhkan ke lapangan daerah lawan dan mencegah bola tidak jatuh ke daerahnya. Tim bisa melakukan
sentuhan maksimal tiga pantulan dan mengembalikan bola ke lawannya. Menurut Pratiwi dkk (2020), bahwa
bolavoli merupakan sebuah permainan yang membutuhkan daya aerobic yang tinggi, kemampuan untuk melompat
yang tinggi untuk melakukan blocking dan kelincahan, sehingga bolavoli merupakan olahraga, multi set dengan
kinerja yang tinggi dengan kurun waktu ke waktu. Teknik yang digunakan dalam permaianan bolavoli sangat
banyak, tetapi dalam bolavoli tidak hanya Teknik saja melainkan fisik, taktik serta mental semua pemain yang
berpengaruh kepada kemenangan tim. Menurut Hidayat & Muslimin (2018), Teknik dasar yang harus dilakukan
dalam olahraga bolavoli meliputi:
1. Passing (mengoper)
2. Service (menyajikan)
3. Set up (Mengumpan)
4. Block (membendung)
5. Spike / Smash
PASSING BAWAH BOLA VOLI
Teknik dasar yang harus dikuasai oleh semua pemain bolavoli yakni passing bawah, karena
passing bawah adalah teknik dasar yang digunakan untuk menerima bola dari serangan lawan yang
digunakan untuk mengatur serangan tim tersebut juga. Passing bawah dilakukan ketika menerima
bola service dan smash dari lawan dengan jangkauan didepan dan bola dalam keadaan rendah
(Susanto, 2016). Menurut Waluya dkk (2019), terdapat dua metode dalam permainan bolavoli yaitu
The Dig dan Thumb Over Palm Methode, tetapi yang sering dipakai adalah metode The Dig. Metode
tersebut adalah posisi tangan yang kanan menggenggam pada 4 jari bagian kiri dan itu jari tangan kiri
menindihkan ibu jari tangan kanan dan sebaliknya untuk yang lainnya.
Menurut Rithaudin & Hartati (2016), gerakan passing terdapat beberapa tahapan atau fase, yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap gerakan lanjutan. Pelaksanaan Teknik gerakan passing
yaitu pemulaan, melakukan posisi siap, tangan dan lengan dilakukan menjulur kebawah lurus, tahap
kedua perkenaan yaitu mengenakan bola pada bagian atas pergelangan tangan pada saat bola terlihat
pada posisi yang tepat makan di ayunkan lengan bagian bawah menuju kedepan. Tahap ketiga yakni
segera Kembali dalam keadaan normal untuk bergerak kembali dan selalu menyesuaikan situasi dan
kondisi dilapangan.
PENGERTIAN TUNA GRAHITA
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang proses pertumbuhannya mengalami
kelainan atau penyimpangan fisik, mental, intelektual social dan emosional dibandngkan
dengan anak yang normal sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan
yang khusus juga (Fatimah dkk, 2017). Beberapa anak kebutuhan khusus tersebut ada
anak tunagrahita. Tunagrahita adalah anak mempunyai berfikir dibawah rata-rata, mereka
yang mempunyai kemampuan intrlektual dibawah teman-teman yang lain dari seusia
mereka (Indrawati, 2016).
Anak tunagrahita memiliki keterlambatan berkembang dalam kecerdasanya, anak
tersebut mengalami hambatan-hambatan dalam kebutuhan sehari-harinya. Beberapa
kebutuhan yang harus dimiliki oleh anak tunagrahita yakni perasaan terjamin
kebutuhannya akan terpenuhi, perasaan berwenang mengatur dirinya, perasaan dapat
berbuat menurut sendirinya, perasaan puas telah melaksanakan tugasnya, perasaan bangga
terhadap identitas dirinya, perasaan keakraban, perasaan keorangtuaan, dan perasaan
integritas (Fatimah dkk, 2017).
PENYEBAB TERJADINYA TUNA GRAHITA
Mengalami tunagrahita dapat disebabkan dari keturunana atau penyebab virus dan bakteri. Menurut Muliati
(2022), terjadi beberapa penyebab anak bisa mengalami tunagrahita yaitu :
1. Penyebab Genetik dan Kromosom
Tunagrahita bisa disebabkan dari factor genetic yang sering dikenal dengan Phenylketonutia, kondisi ini yang
disebabkan orang tua memiliki kekurangan enzim yang membantu proses protein dalam tubuhnya sehingga
akan mengalami penumpukan asam Phenylpyruvic dan menyebabkan kerusakan pada otak.
2. Penyebab pada prakelahiran
Prakelahiran ini penyebab terjadinya ketika pembuahan, karena hal tersebut yang sangat berbahaya adanya
penyakit Rubella (Campak Jerman) pada janin nya. Selain itu bisa disebabkan oleh obat-obatan illegal dan
alcohol yang digunakan pada saat hamil sehingga menimbulkan infeksi penyakit Sifilis.
3. Penyebab pada saat kelahiran
Penyebab kelahiran premature biasanya disebabkan oleh kekurangan oksigen, sehingga akan dibantu dokter
dengan alat kedokteran yang akan menimbulkan rasa trauma pada anak tersebut.
4. Penyebab ketika perkembangan anak-anak dan remaja
Anak tunagrahita bisa terjadi ketika masa naka-anak atau remaja karena terdapat penyakit radang selaput otak
Miningitis dan radang otak Encepalatis yang tidak diobati atau ditangani dengan baik yang mengakibatkan
kerusakan pada otak.
KARAKTERISTIK TUNA GRAHITA

Karakteristik anak tunagrahita juga penting untuk diketahui sehingga memudahkan memenuhi
pelayanan pendidikan yang akan diberikan pada anak tersebut, terutama dalam proses pembelajaran.
Menurut Sugiman (2019), beberapa karakteristik yang terdapat pada anak tunagrahita dapat dilihat
yakni:
a. Pada fisik dan penampilan anak tidak seimbang, misalnya badan membungkuk, badan yang
terlalu kecil dari kepala, sering melongo dan mata kelihatan sipit, dan melakukan gerakan
motorik yang lambat.
b. Intelektual atau daya ingat yang relative lemah, sehingga lambat mempelajari hal yang baru.
Anak tunagrahita ringan memiliki IQ antara 50 sampai 70, anak tunagrahita sedang memiliki IQ
30 sampai 50, dan anak tuna grahita rendah memiliki IQ 30 kebawah.
c. Tidak dapat mengkontrol emosi dengan bagus atau masih labil, mudah dipengaruhi oleh hal yang
sepele, dan tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
KOMUNIKASI PADA TUNA GRAHITA

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan bersosial dan saling berdampingan.
Pada anak tuna grahita aktivitas berkomunikasi juga berpengaruh sehingga daya ingat pada anak tuna
grahita terganggu. Menurut Andi Setyawan (2018), mengatakan bahwa komunikasi pada anak
disabilitas akan terganggu sehingga tidak ada interaksi komunikasi yang timbal balik. Anak
disabilitas susah untuk merespon, gerak tubuh, dan ekspresi wajah sehingga sering memilih untuk
menyendiri dari kermaaian.
Pada sekolah luar biasa peran guru sangatlah penting, untuk melatih mental siswa, daya ingat,
dan motorik siswa. Sehingga guru harus memiliki hubungan komunikasi yang baik dan harmonis
kepada siswa. Guru dapat menggunakan pendekatan secara intruksional sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan akan dimengerti oleh siswa, walaupun dengan keterbatasan yang
dimiliki olah siswa tunagrahita metode yang baik dan benar akan membantu siswa tunagrahita untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik.
MENTAL TUNA GRAHITA

Anak tuna grahita biasanya dikenal pada lingkungan pendidikan yakni lemah mental, lemah
ingatan, cacat mental dan keterbelakangan mental. Fungsi mental (kecerdasan) bagi semua manusia
adalah pelengkap pada hidup manusia dan kecerdasan merupakan salah satu pembeda antara manusia
dengan makhluk yang lainnya. Menurut Mangunsong (2014) tuna grahita merupakan reterdasi mental
yang berarti keterbelakangan mental, antara lain yakni cacat mental, deficit mental, lemah pikiran dan
lain sebagainnya.
Pada anak tuna grahita biasanya sering disamakan dengan istilah lemah pikiran karena anak tuna
grahita memiliki mental dimana dia tidak menyukai keramaian dan ingin selalu menyendiri, sehingga
tidak menjalin interaksi yang akan mengasah pemahamanya. Tuna grahita juga sering disebut dengan
istilah idiot, ketergantungan penuh, mental subnormal. Anak tuna grahita sangat rental pada mental
nya karena daya ingat yang lemah jadi akan menganggu pada kecerdasannya, Sehingga anak tuna
grahita harus selalu dibimbing dengan intraksi yang baik supaya dipahami oleh anak tuna grahita.
PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF
Pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktifitas gerak demi
terciptanya perubahan kualitas peserta didik, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Taufan
dkk, 2018). Pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan secara keseluruhan,
yang memiliki tujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, keterampilan berfikir kritis, tindakan moral,
aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan proses pembelajaran dari aktifitas fisik bertujuan
berkembangnya fisik ataupun psikis untuk mengoptimalkan kemampuan fisik, keterampilan fisik dan
meminimalisir hambatan seperti kederdasan siswa, kebugaran jasmani, social dan emosional, dan rasa
keindahan pada diri sendiri yang akan membentuk menjadi manusia seutuhnya dengan tujuan
pendidikan (Taufan dkk, 2018). Pendidikan jasmani adaptif proses belajar pendidikan jasmani secara
menyeluruh dan dimodifikasi dengan tujuan memecahkan masalah psikomotor pada anak
berkebutuhan khusus dengan optimal (Jauhari dkk, 2020). Menurut Wredyantoro (2019), pendidikan
jasmani adaptif adalah system yang dirancang untuk menyelesaikan masalah siswa yang
berkebutuhan khusus yang memiliki trauma dengan psikomotornya.
HASIL
PENELITIAN
02
DAN
PEMBAHASAN
DESKRIPSI LOKASI, SUBJEK DAN DATA PENELITIAN

Lokasi penelitian ini SLB BC Kepanjen dan


dilakukan dihalaman sekolah. Subjek penelitian ini
adalah siswa yang berjumlah 28 siswa, yang terdiri
dari 19 siswa putra dan 9 siswa putri. Waktu
penelitian tanggal 12 Desember 2023. Teknik
pengumpulan data menggunakan analisis data
lembar observasi dan tes perlakuan siswa. Data yang
diambil adalah Teknik passing bawah bolavoli yang
benar dengan metode eksperimen di SLB BC
Kepanjen
HASIL PENELITIAN
Dengan hasil observasi pada penilaian post test dihasilkan kemampuan siswa 75% yakni 4 siswa, pada
kemampuan siswa 77% yakni 6 siswa, pada kemampuan siswa 79% yaitu 3 siswa, pada kemampuan siswa 80%
yakni 3 siswa, kemampuan siswa 81% yakni 3 siswa, 82% yakni 1 siswa, 84% yakni 1 siswa, 85% yakni 1 siswa,
86% yakni 1 siswa , 87% yakni 1 siswa, 89% yakni 1 siswa, kemampuan siswa 91% yakni 1 siswa dan
kemampuan siswa 92% yakni 2 siswa. Sehingga siswa SLB memiliki kenaikan pemahaman tentang Teknik dasar
passing bawah yang benar. Dari total siswa 28 yang memiliki kemampuan pemahaman Teknik dasar passing
bawah bolavoli setelah diberikan pembelajaran sebanyak 15 siswa yang memiliki pemahaman diatas 80%.
Sehingga pembelajaran passing bawah bolavoli pada siswa SLB BC Kepanjen mengalami peningkatan dari
pemahaman awal hanya 8 siswa yang memiliki kemampuan diatas 80% dan setelah treatment atau pembelajaran
meningkat menjadi 15 siswa yang memiliki kemampuan diatas 80%.
Pembelajaran passing bawah bolavoli pada siswa SLB mengalami peningkatan tetapi masih banyak siswa
yang malas dan kurang memperhatikan penjelasan, serta baru 15 siswa dari 28 siswa yang mencapai kriteria
kemampuan passing bawah diatas 80%. Pendekatan pembelajaran pada siswa SLB harus lebih banyak, sehingga
siswa akan lebih tau Teknik dasar passing bawah bolavoli dengan baik dan benar. Pambudi (2017) mengatakan
bahwa modifikasi pembelajaran pada penjas adaptif untuk memudahkan siswa dalam melakukan materi olahraga
dan mendapatkan pengalaman gerakan tersebut. Memodifikasi pembelajaran merupakan program yang penting
bagi guru penjas adaptif agar pembelajaran berjalan dengan baik.
DIAGRAM PRE TEST & POST TEST
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Hakki Yusril Yahya Ahmad Ferdi

Pre Test Post Test


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan Anak berkebutuhan khusus
merupakan anak yang proses pertumbuhannya mengalami kelainan atau penyimpangan fisik,
mental, intelektual social dan emosional dibandngkan dengan anak yang normal sehingga anak
berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan yang khusus juga.
Pendekatan pembelajaran pada siswa SLB harus lebih banyak,
sehingga siswa akan lebih tau Teknik dasar passing bawah bolavoli
dengan baik dan benar. Memodifikasi pembelajaran merupakan program
yang penting bagi guru penjas adaptif agar pembelajaran berjalan dengan
baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai