Anda di halaman 1dari 38

2022

ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA LANSIA
DENGAN KATARAK
MATA KULIAH
KEPERAWATAN
GERONTIK
KELOMPOK
3
Anggota Kelompok :
1. Adhe Ira Wahyuning Putri 10219001
2. Anggita Restiana Dewi 10219005
3. Bagus Budi Satria 10219009
4. Binti Nuriana 10219011
5. Danisa Wahyuning Asri 10219015
6. Dwi Wahyu Handayani 10219021
7. Femilia Nofitarina 10219026
8. Fredy Ricamahendra 10219028
9. Joan Nita Mukti Soleha 10219031
10. Lulu Habiba Nailarifda 10219035
11. Neti Yulia Agustin 10219040
12. Prischa Septi Diana 10219045
13. Rizki Adinda Putri 10219050
14. Sinta Purnama Sari 10219055
15. Tiara Rosa Prameswari Irawan 10219059
16. Widi Nofia Denizha 10219063
17. Tata Melati Meliyazis 70421001
DEFINISI
 Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Hal ini
disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjun didepan matanya (Ilyas, 2006).
 Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan
( Nurarif & Kusuma, 2015).
ETIOLOGI
 Katarak bisa disebabkan karena keielakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim
mengenai orang- orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan
terkena dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
 Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.
 Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak diperiepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beraiun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh iedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa,
misalnya dapat menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
JENIS – JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

 Katarak terkait usia (katarak  Katarak Scnil


senilis)

 Katarak anak- anak


JENIS – JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

 Katarak traumatik  Katarak komplikata

 Katarak akibat penyakit


sistemik
JENIS – JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

 Katarak toksik  Katarak ikutan

 Katarak juvenil
JENIS – JENIS KATARAK
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

 Katarak intumcscn  Katarak kortikal


MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya.
PENATALAKSANAAN
 Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat
dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya
yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya.
Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
 Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak
memerlukan tindakan operasi.
INDIKASI KATARAK

Indikasi Sosial Indikasi Medis

Indikasi Optik
PENCEGAHAN
 Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari factor yang
mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.
 Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan atau
mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat
memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan
operasi.
 Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
a) Stop merokok jika anda merokok.
b) Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata
matahari.
c) Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
d) Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran
segar.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit
dan oftalmoskopi, seperti berikut ini :
1. Scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
2. Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
3. Lapang penglihatan, penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
4. Pengukira tonograpi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
5. Pengukuran gonoskopi, membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma
6. Pemeriksaan oftalmologis
7. Mengkaji struktur internal okuler,pupil oedema,perdarahan retina,dilatasi & pemeriksaan.belahan
lampu memastikan Dx Katarak
KOMPLIKASI
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau
traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular
sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.

2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001).
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
(katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak),
Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba
–tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman/respon individu,
keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan/ risiko masalah kesehatan atau pada proses
kehidupan. Diganosa keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI,
2017).
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia adalah :
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasif.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Tujuan : pasien dapat memahami penyakitnya.
Intervensi:
a. kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
c. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
d. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
e. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
f. Hindari harapan yang kosong
g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
h. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit.
i. Diskusikan pilihan teapi dan penanganan
j. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan dengan cara yang tepat atau di indikasikan.
k. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat.
l. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara
yang tepat
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: mobilitas fisik tidak terganggun selama masa perawatan
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan mengenai bantuan pelayanan kesehatan dirumah.
b. Ajarkan pasien dan pantau penggunaan alat bantu.
c. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah.
d. Berikan penguatan positif selama beraktivitas.
e. Mengobservasi tanda dan gejala penurunan mobilitas sendi dan ketahanan.
f. Mengobservasi status penglihatan dan jantung pasien
g. Mengajarkan tentang tujuan dan pentingnya latihan berjalan tanpa bantuan
h. Membantu mengajarkkan penggunaan alat bantu yang tepat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: tidak terjadi kecemasan
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan. Rasional untuk mengetahui kecemasan pasien
b. Memberikan kesempatan untuk pasien untuk bertanya untuk memperjelas pemahaman terhadap pasien.

4. Resiko Infeksi berhubungan dengan proses invasif.


Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.
b. Berikan perawatan kulit pada area edema.
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
IMPLEMENTASI
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Implementasi Keperawatan :
a. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
d. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
e. Menggambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
f. Menghindari harapan yang kosong.
g. Menyediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
IMPLEMENTASI
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Implementasi Keperawatan :
a. Kaji kebutuhan mengenai bantuan pelayanan kesehatan dirumah.
b. Ajarkan pasien dan pantau penggunaan alat bantu.
c. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah.
d. Berikan penguatan positif selama beraktivitas.

e. mengobservasi tanda dan gejala penurunan mobilitas sendi dan ketahanan.


IMPLEMENTASI
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional.

Implementasi Keperawatan :

a. Mengkaji tingkat kecemasan. Rasional untuk mengetahui kecemasan


pasien.
b. Memberikan kesempatan untuk pasien untuk bertanya untuk memperjelas
pemahaman terhadap pasien.
IMPLEMENTASI
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan proses

Implementasi Keperawatan :

a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.

b. Berikan perawatan kulit pada area edema.

c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.

d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.

e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.

f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.


EVALUASI
 Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

 Evaluasi keperawatan pasien bisa melakukan mobilisasi dengan baik di panti, tidak ada
keluhan yang dirasakan oleh pasien. Tingkat kecemasan pasien bisa berkurang dengan
observasi wajah pasien tidak kebingungan.
PENGKAJIAN LANSIA
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 65 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Tinggi badan/berat badan : 158/60
Penampilan umum : Rapi dan bersih
Ciri-ciri tubuh : Kulit coklat, badan berisi, rambut panjang
Alamat : Dsn. Parang, Kec. Banyakan Kab. Kediri
Orang yang mudah dihubungi : Tn. P
Hubungan dengan klien : Suami
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Ny. A mengatakan tidak pandangan mulai kabur Defisit Pengetahuan


tahu tentang pengertian,
penyebab, dari penyakit
yang dialami saat ini.
tidak tau tentang penyakit yang
DO : Ny. A tampak cemas saat diderita
ditanya, kurang percaya
diri, ekspresi bingung,
sering bertanya tentang
penyakit yang dialami. Kurang terpapar informasi
TD: 140/70 mmHg
RR: 20x/menit
Nadi : 98x/menit
Suhu : 36 Co
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

2. DS : Ny. A mengatakan tidak Benda asing masuk ke mata Risiko Infeksi


tahu tentang penanganan penyakitnya.
.
DO : kondisi klien lemah, kemerahan pada
mata Tidak mengetahui
TD: 140/70 mmHg penanganannya
RR: 20x/menit
Nadi : 98x/menit
Suhu : 36 Co

Resiko infeksi
NO DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (1.12383) : Edukasi Kesehatan (1.12383) :
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 1x24 jam
Observasi : Observasi :
terpapar informasi ditandai tingkat pengetahuan membaik
dengan menunjukkan persepsi dengan kriteria hasil (L.12111) : 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Klien mampu menerima
yang keliru terhadap masalah kemampuan menerima informasi yang diberikan
1. Kemampuan menjelaskan
(D.0111) informasi 2. Mengetahui faktor yang
pengetahuan tentang suatu
2. Identifikasi faktor-faktor dapat meningkatkan dan
topik meningkat
yang dapat meningkatkan menurunkan motivasi
2. Perilaku sesuai dengan
dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat
perilaku hidup bersih dan sehat
3. Persepsi yang keliru
sehat
terhadap masalah menurun
4. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun.
NO DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Defisit pengetahuan Edukasi Kesehatan (1.12383) : Edukasi Kesehatan (1.12383) :
berhubungan dengan kurang
Terapeutik : Terapeutik :
terpapar informasi ditandai
dengan menunjukkan persepsi 1. Sediakan materi dan 1. Berguna untuk
yang keliru terhadap masalah media pendidikan memberikan pendidikan
(D.0111) kesehatan kepada klien
2. Jadwalkan pendidikan 2. Klien faham dengan
kesehatan sesuai pendidikan kesehatan
kesepakatan yang sudah disepakati
Edukasi : Edukasi :
3. Ajarkan perilaku hidup 3. Berguna untuk klien
bersih dan sehat. mengerti bagaimana
perilaku hidup bersih dan
sehat.
NO DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (1.14539) : Pencegahan infeksi (1.14539) :
dengan peningkatan paparan keperawatan selama 2x24 jam
Observasi : Observasi :
organisme patogen tingkat infeksi menurun dengan
lingkungan ditandai dengan kriteria hasil (L.14137): 1. Monitor tanda dan gejala 1. Berguna untuk
benda asing masuk kemata infeksi lokal dan sistemik mengetahui tanda dan
1. Kebersihan tangan
(D.0142) gejala infeksi lokal dan
meningkat Terapeutik :
sistemik pada klien
2. Kebersihan badan
meningkat 2. Pertahankan teknik
Terapeutik :
3. Kemerahan menurun aseptik pada pasien
berisiko tinggi 2. Berguna untuk klien
3. Cuci tangan sebelum dan supaya tidak terjadi
sesudah kontak dnegan infeksi yang
pasien dan lingkungan berkelanjutan atau makin
pasien parah.
3. Menjaga agar klien tetap
bersih dan tidak
memperparah infeksi
NO DX KEP TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2. Risiko infeksi berhubungan Pencegahan infeksi (1.14539) : Pencegahan infeksi (1.14539) :
dengan peningkatan paparan
Edukasi : Edukasi :
organisme patogen
lingkungan ditandai dengan 1. Jelaskan tanda dan gejala 1. Klien mengetahui tanda
benda asing masuk kemata infeksi dan gejala infeksi
(D.0142) 2. Ajarkan cara mencuci 2. Klien melakukan cuci
tangan dengan benar tangan dengan benar
Kolaborasi : Kolaborasi :
3. Kolaborasi pemberian 3. Berguna untuk tidak
imunisasi terjadi infeksi yang
berkelanjutan.
NO DX TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
1 1 April 2022 08.00 - Mengidentifikasi kesiapan dan S:
kemampuan menerima informasi - px mengatakan sedikit
mengetahui pengertian dan penyebab
- Mengidentifikasi factor – factor
09.00 dari penyakit yang dialami
yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
O:
hidup bersih dan sehat
- px sudah tidak cemas
- Menyediakan materi dan media - px mulai percaya
10.30 pendidikan kesehatan diri
- px sudah tidak bingung
- Menjadwalkan pendidikan
11.30 kesehatan sesuai kesepakatan A : masalah sudah teratasi
- Mengajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
12.00 P : Intervensi dihentikan
NO DX TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)

2. 2 April 2022 09.00 - Memonitor tanda dan gejala S:


infeksi local dan sistematik
- px mengatakan sedikit mengetahui
- Mempertahankan teknik aseptic penanganan penyakitnya
10.00
pada pasien berisiko tinggi
- Mencuci tangan sebelum dan O:
sesudah kontak dengan pasien dan
- px sudah tidak lemah
lingkungan pasien
11.00 - kemerahan pada mata berkurang
- Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi A : masalah sudah teratasi
- Mengajarkan cara mencuci P : intervensi dihentikan
tangan

12.30 - Mengolaborasi pemberian


imunisasi

13.00

14.00
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai