Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Infeksi Saluran Kemih


Disusun oleh :
Ulfa Tunisak
Pembimbing :
dr. Siti Riska Fitriani

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


PUSKESMAS TELUK LINGGA
KUTAI TIMUR
PERIODE V NOVEMBER 2023
Identitas Pasien

Nama : Nn. R
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL/Usia : 17 tahun
Alamat : Jl. Poros Kabo RT.14
Pekerjaan : Pelajar
Keluhan Utama

Nyeri saat BAK

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan nyeri saat BAK sejak ± 7 hari. Saat BAK pasien mengatakan urine yang keluar
tampak berwarna kuning seperti biasa, menurut pasien tidak ada bau yang tidak biasa pada urine pasien,
pasien merasa leboh sering BAK dan setelah kencing pasien merasa tidak puas. Pasien mengatakan perut
bagian kanan terasa sakit dan panas. Keluhan disertai demam 2 hari naik turun, sakit pinggang dan terkadang
mual. Keluhan lain disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien belum pernah mengalami Keluhan serupa pada keluarga (-)


keluhan serupa.

Riwayat Pengobatan Riwayat sosial kebiasaan

Belum pernah berobat. Pasien merupakan seorang pelajar


SMA, tinggal bersama orangtua.
Pasien mengatakan sering menahan
BAK dan jarang minum air putih.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Awal

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : CM
TD : 110/87 mmHg
HR : 69 x/m
RR : 20x/m
Suhu : 36,5 0 C
Berat badan : 49 kg
Urin Lengkap

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja Tatalaksana
Infeksi Saluran Kemih
1. Selalu membersihkan area kemaluan terlebih dahulu
anus setelah buang air besar atau berkemih terutama
pada wanita.
2. Hindari menahan buang air kecil.
Diagnosis Banding 3. Perbanyak minum air putih agar buang air kecil bisa
teratur.
1.Kandung kemih hiperaktif 4. Hindari memakai produk pembersih kewanitaan yang
2.Uretritis noninnfeksius berpotensi menyebabkan iritasi misalnya yang
3.Vaginitis mengandung parfum.

Medikamentosa
Prognosis
Ad vitam : bonam
Paracetamol 500 mg tab 3x1
Ad sanationam : dubia ad bonam Ciprofloxacin 500 mg tab 2x1
Ad fungsionam : dubia ad bonam Domperidone 10 mg tab 2x1
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI ETIOLOGI
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah
umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme dalam urin. ISK ini
menggambarkan semua infeksi yang melibatkan
bagian dari saluran kemih, baik ginjal, ureter,
vesika urinaria, dan uretra. ISK adalah reaksi
inflamasi sel-sel urotelium yang melapisi saluran
kemih.

Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. [Updated 2021 Jun 23; cited 202 3 Aug 1]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
EPIDEMIOLOGI

● Wanita terkena ISK 50% dan berulang 5%


● Wanita yang aktif seksual
● Wanta usia tua
● Wanita > Pria (berhubungan dengan
anatomi )

 Indonesia diperkirakan 222 juta kasus


ISK
 Wanita > 65 tahun : 20%
 Wanita dewasa 50-60%
 Wanita premenopasue 10%

Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and burden of urinary tract infections. Ther Adv Urol.
2019; 11:1-10.
PATOFISIOLOGI

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran


kemih melalui cara ascending. Patogen penyebab ISK Mekanisme wash out urin yang terganggu. Pertahanan
pada umumnya adalah mikroorganisme yang berasal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu
dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, membersihkan bakteri yang ada pada urin. Gangguan dari
dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran mekanisme ini menyebabkan bakteri mudah melakukan
kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis replikasi dan menempel pada urotelium.
(pada pria) – buli-buli – ureter – ginjal.

Sarkar S. Investigating the Virulence Potential of the Multidrug Resistant Uropathogenic Escherichia coli
ST131 clone. University of Queensland; 2014.
KLASIFIKASI

EAU Guidelines. Edn. presented at the EAU Annual Congress Milan, Italy 2023. ISBN 978-94-92671-19-6
KLASIFIKASI

EAU Guidelines. Edn. presented at the EAU Annual Congress Milan, Italy 2023. ISBN 978-94-92671-19-6
MANIFESTASI KLINIS

Disuria Panas saat berkemih, memburuk menjelang akhir atau segera saat berkemih

Poliuria Peningkatan frekuensi berkemih

Urgensi Sensasi keinginan yang kuat untuk berkemih, walaupun baru saja melakukannya

Urin Berbau enyengat

Malaise Penyebab tidak jelas , nyeri seluruh tubuh, meual, klelahan,, keringat dingin

Inkontinesia Kebocoran urin, berhubungan dengan keinginan untuk berkemih

Nyeri perut bagian bawah Konstan, pada area punggung, panggul dan perut bagian bawah

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
DIAGNOSIS
Melakukan pengambilan sampel urin untuk diagnosis ISK. Bahan untuk pemeriksaan urin harus segar
dan sebaiknya diambil di pagi hari. Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah.
Beberapa cara pengambilan sampel antara lain:

Urine Porsi Tengah Kateterisasi Aspirasi Suprapubik


Pasien diminta berkemih Penggunaan kateter hanya Tindakan ini direkomendasikan
terlebih dahulu (±10 cc), diindikasikan pada pasien untuk pengambilan sampel urin
selanjutnya ditampung dan pada pasien dengan usia > 2
retensi, inkontinensia urin,
tahun. Sebelum dilakukan
dalam wadah bermulut atau tidak memungkinkan tindakan ini, pasien diminta
lebar dan steril. untuk dilakukan untuk minum banyak sehingga
pengambilan urin porsi vesika urinaria dalam keadaan
tengah. penuh. Pada aspirasi
suprapubik, urin didapatkan
langsung dari vesika urinaria
tanpa melewati uretra

Saputra KP, Tarmono, Noegroho BS, Mochtar CA, Wahyudi I, Renaldo J. Panduan Tata Laksana Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2020. Edisi Ke-3. Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2020.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter
penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya sepertik deskripsi warna, berat jenis
dan pH, konsentrasi glukosa, protein, nitrit, keton, darah, dan bilirubin tetap dilakukan.

Pemeriksaan dengan dipstick merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin
dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituria, dipstick akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu
enzim yang terdapat dalam granul primer neutrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstick akan
bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzim nitrate reductase pada
bakteri).

Kumar P, Clark M. Kumar&Clark’s Clinical Medicine. Eight Edition. Spain: Elsevier Saunders; 2012.
DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis untuk bakteriuria antara lain:

ISK terkait kateter ISK


ISK inkomplikata Bakteriuria asimtomatik terkait kateter
 Spesimen pungsi Penggunaan kateter hanya ISK terkait kateter/ CAUTI didiagnosis apabila
aspirasi suprapubik, diindikasikan pada pasien ditemukan ≥ 103 cfu/ml pertumbuhan bekteri
hitungan bakteri retensi, inkontinensia urin, pada 1 sampel speimen pada kateter urin atau
berapapun hasilnya, atau tidak memungkinkan urin porsi tengah pada pasien yang telah
dilakukan pencabutan kaeter (baik transuretra,
dikatakan bermakna. untuk dilakukan suprapubik, maupun kondom kateter) dalam
pengambilan urin porsi waktu 48 jam
tengah.

Saputra KP, Tarmono, Noegroho BS, Mochtar CA, Wahyudi I, Renaldo J. Panduan Tata Laksana Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2020. Edisi Ke-3. Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2020.
TATALAKSANA

ISK Bawah

Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan ● Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba
kalau perlu lakukan terapi simtomatik untuk yang intensif diikuti korelasi faktor risiko
● Tanpa faktor predisposisi ( Asupan cairan banyak,
alkalisasi urin:
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi
● Hampir 80% pasien akan memberikan respons antimikroba dosis tunggal (misalnya trimethoprim
setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal, seperti 200 mg)
ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg ● Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
● Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis
(leukosuria), diperlukan terapi konvensional
selama 5-10 hari.
● Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin
tidak diperlukan bila semua gejala menghilang dan
tanpa leukosuria.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
TATALAKSANA

ISK Atas

Pada pielonefritis akut, umumnya pasien memerlukan Perlunya pemberian salah satu dari tiga alternatif
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam
antibiotic parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat sebelum diketahui mikroorganisme penyebab:
inap pielonefritis akut antara lain: ● Fluorokuinolon
● Aminoglikosida dengan atau tanpa
● Hampir 80% pasien akan memberikan respons
ampisilin
setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal, seperti
● Sefalosporin dengan spectrum luas dengan
ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg
atau tanpa aminoglikosida.
● Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau
toleransi terhadap antibiotik oral
● Pasien sakit berat atau debilitasi
● Terapi antibiotik oral selama rawat jalan
mengalami kegagalan
● Diperlukan investigasi lanjutan
● Faktor predisposisi untuk ISK complicated
● Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus,
usia lanjut

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
TATALAKSANA

ISK Atas

Pada pielonefritis akut, umumnya pasien memerlukan Perlunya pemberian salah satu dari tiga alternatif
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam
antibiotic parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat sebelum diketahui mikroorganisme penyebab:
inap pielonefritis akut antara lain: ● Fluorokuinolon
● Aminoglikosida dengan atau tanpa
● Hampir 80% pasien akan memberikan respons
ampisilin
setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal, seperti
● Sefalosporin dengan spectrum luas dengan
ampisilin 3 gram, trimethoprim 200 mg
atau tanpa aminoglikosida.
● Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau
toleransi terhadap antibiotik oral
● Pasien sakit berat atau debilitasi
● Terapi antibiotik oral selama rawat jalan
mengalami kegagalan
● Diperlukan investigasi lanjutan
● Faktor predisposisi untuk ISK complicated
● Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus,
usia lanjut

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
KOMPLIKASI
ISK Sederhana

ISK Kompikasi

Gagal Ginjal Akut

Nekrosis papilla ginjal dan nefritis interstitialis

Batu saluran kemih

Supurasi

Urosepsis

Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto; 2015.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam.
Jakarta: InternaPublishing; 2014.
PROGNOSIS

Sistitis adalah faktor risiko untuk sistitis rekuren dan pielonefritis.


Asymptomatic bacteriuria (ASB/BSA) umum pada pasien lansia dan pasien
yang terpasang kateter, namun tidak menyebabkan risiko kematian. Tanpa
adanya abnormalitas anatomi, infeksi rekuren pada anak dan dewasa tidak
menyebabkan pielonefritis kronik atau gagal ginjal. Infeksi tidak memainkan
peran penting dalam nefritis interstitial kronik, dimana etiologi utama adalah
penggunaan analgesik yang salah, obstruksi, refluks, dan paparan toksin. Jika
terdapat abnormalitas ginjal yang mendasarinya (misalnya batu yang
menyumbat saluran kemih), infeksi merupakan faktor sekunder yang
mempercepat kerusakan parenkim ginjal. Pada pasien dengan cedera
medulla spinalis, penggunaan kateter urin yang berkepanjangan dapat menjadi
faktor risiko kanker vesika urinaria, oleh bakteriuria kronik yang menyebabkan
inflamasi kronik.

Purnamasari L. Faktor risiko, klasifikasi dan terapi sindrom dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran. 2017 Dec 1;44(12):870-3.
KESIMPULAN

Pada tanggal 22 Januari 2024, telah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada seorang wanita,
usia 17 tahun yang datang dengan keluhan utama nyeri BAK dan perut terasa nyeri dan panas sejak 7 hari
yang lalu.
Pada anamnesis diketahui Pasien mengeluhkan nyeri saat BAK sejak ± 7 hari. Saat BAK pasien mengatakan
urine yang keluar tampak berwarna kuning seperti biasa, menurut pasien tidak ada bau yang tidak biasa
pada urine pasien, pasien merasa leboh sering BAK dan setelah kencing pasien merasa tidak puas. Pasien
mengatakan perut bagian kanan terasa sakit dan panas. Keluhan disertai demam 2 hari naik turun, sakit
pinggang dan terkadang mual. Keluhan lain disangkal. Pasien merupakan seorang pelajar SMA. Pasien
sehari-harinya tinggal bersama orangtua. Pasien mengatakan sering menahan BAK dan jarang minum air
putih.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum baik. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan
suprapubis. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan positif bakteri pada urine.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien diberikan terapi medikamentosa berupa
paracetamol 3x500 mg selama 5 hari jika demam dan nyeri, ciprofloxacin 2x500 mg selama 5 hari dan
domperidon 2x500mg jika mual . Pasien juga diedukasi meminum obat secara teratur,perbanyak minum
air putih, tidak menahan BAK, dan menjaga kebersihan vagina terutama setelah BAK, hindari
penggunaan bahan pembersih vagina.
Pada tanggal 22 Januari 2024, telah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
seorang wanita, usia 17 tahun yang datang dengan keluhan utama nyeri BAK dan perut
terasa nyeri dan panas sejak 7 hari yang lalu.
Pada anamnesis diketahui Pasien mengeluhkan nyeri saat BAK sejak ± 7 hari. Saat BAK
pasien mengatakan urine yang keluar tampak berwarna kuning seperti biasa, menurut pasien
tidak ada bau yang tidak biasa pada urine pasien, pasien merasa leboh sering BAK dan
setelah kencing pasien merasa tidak puas. Pasien mengatakan perut bagian kanan terasa sakit
dan panas. Keluhan disertai demam 2 hari naik turun, sakit pinggang dan terkadang mual.
Keluhan lain disangkal. Pasien merupakan seorang pelajar SMA. Pasien sehari-harinya
tinggal bersama orangtua. Pasien mengatakan sering menahan BAK dan jarang minum air
putih.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum baik. Pada pemeriksaan abdomen
ditemukan nyeri tekan suprapubis. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan
positif bakteri pada urine.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien diberikan terapi
medikamentosa berupa paracetamol 3x500 mg selama 5 hari jika demam dan nyeri,
ciprofloxacin 2x500 mg selama 5 hari dan domperidon 2x500mg jika mual . Pasien juga
diedukasi meminum obat secara teratur,perbanyak minum air putih, tidak menahan BAK,
dan menjaga kebersihan vagina terutama setelah BAK, hindari penggunaan bahan pembersih
vagina.
Terimakasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai