Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME

Di Klinik Urologi RSU Kanjuruhan, Kepanjen, Kab.Malang


Keperawatan Medikal Bedah

Oleh
Fanda Eka Desyati
2034004

PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
July, 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME
Di Klinik Urologi RSU Kanjuruhan, Kepanjen, Kab.Malang

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal

Pembimbing Lahan, Pembimbing Akademik,


LAPORAN PENDAHULUAN
BENIGTH PROSTAT HYPERPLASIA

A. Benigth Prostat Hyperplasia

1. Definisi

Menurut Taufan (2011) Pembesaran jinak kelenjar prostat yang

disebabkan karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat.

Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate

hyperplasia-BPH) merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada

laki-laki. Insidennya terkait pertambahan usia, prevelensi yang meningkat

dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada

laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.

2. Klasifikasi

Derajat berat BPH menurut Tanto (2014) adalah sebagai berikut :

1. Stadium I

Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine

sampai habis.

2. Stadium II

Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine

walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa

tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia.


3. Stadium III

Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc

4. Stadium IV

Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan. Urine

menetes secara periodik.

3. Etiologi

Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa

BPH bersifat multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu

ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan peningkatan kadar

estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat

sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada BPH

terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel. Pemeriksaan

micropis menunjukan bahwa bPH tersusun atas stroma dan epitel dengan

rasio yang bervariasi.

4. Patofisiologi

Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung

kemih dan tembus oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona

perifer, sentral, stoma fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang

disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul

terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala

obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala


iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon meningkatkan

resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna menyebakan

ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh.

5. WOC

Menurut Tanto (2014) perjalanan penyakit BPH

Faktor pencetus BPH :Riwayat Kongenital, faktor umur,


jenis kelamin

Pembesaran Kelenjar Prostat Stoma dan Epitel

BPH Rencana Operasi

Obstruksi Saluran Kemih Pengetahuan

Retensi Urine Informasi

Tindakan Sistotomi Produksi Urine


ANSIETAS
Vesika urinaria tak mampu
Menampung
Luka Sayatan
Vesika Urinaria Penuh

Distensi Kandung Kemih Frekuensi Miksi

Kuman Masuk Terbangun untuk miksi


NYERI AKUT

Menggangu pola
Resiko Infeksi istirahat dan tidur

GANGGUAN
POLA TIDUR
6. Manifestasi Klinis

Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan

gejala-gejala truktus urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS)

yang terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi.

Gejala obtruksi :

a. Miksi terputus

b. Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar

c. Harus mengedang saat mulai miksi

d. Kurangannya kekuatan dan pancaran urine

e. Sensasi tidak selesai berkemih

f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah

miksi sebelumnya )

g. Menetes pada akhir miksi

Gejala Iritasi

a. Frekuensi sering miksi

b. Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksi

c. Nokuria : terbangun dimalam hari untuk miksi

d. Inkotenensia: urine keluar di luar kehendak

7. Pemeriksaan Penunjang

a. BNO IVP

b. Transrekral ultrasonografi – prostat

c. Lab : rutin persiapan operasi, PSA.

d. Biopsi jarum bila ada kecurigaan pada colok dubur atau PSA 10
8. Terapi

a. Terafi konservatif : keluhan iritatif dan obstruksi ada, sisa urine kurang

dari 50 cc.

b. Pertolongan pertama :

o Pemasangarn kateter pada retensi urine kecil

o Memasang sistomi perkutan / terbuka bila pemasangan kateter

gagal

c. Operasi depenitif :

o Sisa urine > 50 cc : Transuretral Resection Of The prostat / TURP

oleh spesialis urologi

o Prostatektomi terbuka oleh dokter spesialis bedah

o Transuretral incision of the prostate / TUIP oleh spesialis urologii

o Visual laser ablation of prostate / VILAP oleh dokter spesialis

urologi terlatih
B. Konsep Dasar Pengkajian Keperawatan

1. Identitas , Riwayat penyakit sekarang, riwayat keluarga, riwayyat penyakit dahulu


2. Pengkajian Primer (Primary Survey)
a. Airway (Jalan napas) dengan control cervical
- Kaji ada tidaknya sumbatan jalan napas
Sumbatan jalan napas total :
 Pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis
 Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara napas, mendengkur
Sumbatan jalan napas parsial :
 Tampak kesulitan bernapas
 Retraksi supra sterna
 Masih terdengar suara sursling, snoring, atau stridor
- Distress pernapasan
- Kemungkinan fraktur cervical
b. Breathing ( Pernapasan)
- Kaji frekuensi napas
- Suara napas
- Adanya udara keluar dari jalan napas
Cara pengkajian : look (lihat pergerakan dada, kedalaman, simetris atau
tidak), listen (suara napas dengan atau tanpa stetoskop), feel (rasakan
hembusan napas, atau dengan perkusi dan palpasi)
c. Circulation (Sirkulasi)
- ada tidaknya denyut nadi karotis
- Ada tidaknya tanda-tanda syok
- Ada tidaknya perdarahan eksternal
d. Disability (Tingkat Kesadaran)
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
e. Exposure ( control pada kasus trauma, dengan membuka pakaian pasien tetapi
cegah hipotermi)
3. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to
toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi
pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah
mulai membaik.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalanI
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat.
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernahdiderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapajam
sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yangmenyebabkan adanya keluhan utama)

4. Diagnosa
1. a.Pre Operasi
1) Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
2) Nyeri Akut b/d agen pencendera fisik (D.0077)
3) Retensi Urin b.d peningkatan teknan uretra (D.0050)
b.Post Operasi
1) Nyeri Akut b/d agen pencendera fisik (D.0077)
2) Gangguan pola tidur b.d nyeri (D.0055)
3) Resiko infeksi b.d luka post operasi (D.0142)
Diagnosa Tujuan (SLKI) Interpretasi (SIKI)
(SDKI)
Nyeri Akut b/d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
agen (L.08066)
pencendera Setelah dilakukan 1. Observasi
fisik (D.0077) tindakan o lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
keperawatan nyeri
selama 2-3 jam o Identifikasi skala nyeri
diharapkan tingkat o Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri menurun o Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
dengan kriteria nyeri
hasil : o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Keluhan nyeri o Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
menurun dari o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
skala 4 o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
menjadi 2 diberikan
sampai 0 o Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Meringis
2. Terapeutik
menurun o Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
- Sulit tidur
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
menurun
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
- Gelisah
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
menurun
o Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
- Frekuensi
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
nadi membaik
o Fasilitasi istirahat dan tidur
- Tekanan
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
darah
strategi meredakan nyeri
membaik
3. Edukasi
- Kemampuan
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
menuntaskan
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
aktivitas
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
membaik
o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Resiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)


b.d luka post (L.14137) Observasi
Setelah dilakukan a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistematik
operasi
tindakan
(D.0142) keperawtan tingkat Terapeutik
infeksi dapat b. Batasi jumlah pengunjung
menurun dengan c. Berikan perawatan kulit pada area edema
kriteria hasil : d. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Demam dan lingkungan pasien
menurun e. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
- Kemerahan
Edukasi
menurun
f. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Nyeri menurun
g. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Bengkak
h. Ajarkan etika batuk
menurun
i. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Kadar sel darh
putih membaik
j. Anjrkan meningkatkan asupan nutrisi
- Vesikel k. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
membaik Kolaborasi
- Cairan berbau Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu .
busuk membaik
Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur (I.05174)
(L.05045)
pola tidur b.d
Setelah dilakukan Observasi:
nyeri (D.0055) tindakan Identifikasi pola aktivitas dan tidur
keperawatan Identifikasi faktor pengganggu tidur
diharapkan pola Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur membaik tidur
dengan kriteria Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
hasil: Terapeutik:
- Keluhan sulit Modifikasi lingkunganBatasi waktu tidur siang
tidur menurun Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Keluhan sering
Tetapkan jadwal tidur rutin
terjaga
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
menurun
- Keluhan tidak Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk
puas tidur menunjang siklus tidur terjaga
menurun Edukasi:
- Keluhan pola Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
tidur berubah Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Keluhan Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
istirahat tidak mengganggu tidur
cuup .Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
- Kemampuan mengandung supresor terhadap tidur REM
braktivitas Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
meningkat gangguan pola tidur
Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
kurang (L.09093) Observasi
Setelah dilakukan
terpapar tindakan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
informasi keperawatan - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
(D.0080)
diharapkan tingkat - Monitor tanda-tanda ansietas
ansietas menurun
dengan kriteria Terapeutik
hasil: - Ciptakansuasanaterapeutikuntukmenumbuhkankepercayaan
- Verbalisasi
kebingungan - Temani pasien untuk mengurangii kecemasan
menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
- Perilaku gelisah - Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun
- Perilaku tegang - Gunakanpendekatan yang tenang dan menyakinkan
menurun - Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Keluhan pusing
menurun - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikanperencanaanrealististentangperistiwa yang
akandatang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkanmelakukankegiatan yang tidakkompetitif
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
Retensi Urin Eliminasi Urine Katerisasi Urine (I.04148)
b.d (L.04034) Observasi:
peningkatan Setelah dilakukan
teknan uretra - Periksa kondisi pasien (kesadaran, ttv, distensi kandung
tindakan kemih, refleki berkemih, inotenensia urine)
(D.0050) keperawatan
Terapeutik :
diharapkan
- Siapkan alat, bahan, dan ruangan
eliminasi urin
- Pakai sarung tangan
membaik dengan
kriteria hasil: - Bersihkan perineal
- Sensasi kemih - Posisikan pasien (Supine)
meningkat - Lakukan insersi kateter urine dan sambungkan kateter ke
- Distensi urine bag
kandung kemih - Isi balon dengan Nacl 0,9% lalu fiksasi diatas simpisis
menurun paha
- Berkemih tidak - Pastikan urine bag ditempatkan lebih rendah dari kandung
tuntas menurun kemih
- Urin menetes Edukasi
menurun - Jelaskan tujuan pemasangan kateter
- - Anjurkan tarik nafas saat insersi selang cateter

Anda mungkin juga menyukai