Anda di halaman 1dari 230

Akuntansi Biaya

Pengarang :

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com

Pemesanan buku :
Asep Hilman (082218576277)
Konsep Dasar
Akuntansi Biaya

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Konsep Dasar Akuntansi Keuangan
Beban dan Biaya
“Setiap beban (expense) adalah biaya (cost),
namun tidak setiap biaya (cost) adalah beban (expense).”

Biaya (cost) merupakan pengeluaran sumber-sumber ekonomi dalam bentuk


keuangan yang telah terjadi, sedang terjadi dan mungkin akan terjadi yang bertujuan
untuk memperoleh pengembalian (return) yang lebih menguntungkan.

Biaya (cost) merupakan pengeluaran sumber ekonomis untuk memperoleh


barang dan jasa, yang terkait dengan diperolehnya penghasilan.

Beban (expense) merupakan pengeluaran sumber-sumber ekonomis (biaya) yang


manfaatnya habis digunakan untuk memperoleh penghasilan pada periode saat
terjadinya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Manfaat
Akuntansi Penentuan harga pokok Pengendalian biaya Analisa biaya,
produk guna penyusunan yang membandingkan antara terkait dengan pengambilan
Biaya laporan keuangan data biaya yang sesungguhnya keputusan dari berbagai
akhir periode terjadi dengan anggaran yang alternatif yang akan dipilih
telah ditetapkan
Sistem Informasi Akuntansi Biaya

Input Proses Output


Merupakan Merupakan Merupakan
data transaksi biaya. penentuan biaya, informasi biaya (harga
pencatatan dan pokok produk, biaya
penggolongan biaya, administrasi dll)
analisa biaya dan pelaporan
biaya
Manfaat Sistem Akuntansi Biaya
Evaluasi keberhasilan dan
kegagalan
Mengevaluasi efektivitas rencana
.

Menentukan
target departemen dan operasi
Melakukan
Penyesuaian & perbaikan.

Menetapkan sasaran laba


perusahaan sebagai
perusahaan yang profit
oriented;
Pengelompokkan Biaya
Berdasarkan
Fungsi operasi ke luar (fungsi pemasaran)

Fungsinya Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk


atau jasa.

Fungsi produksi

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengelola bahan


baku menjadi produk jadi.

Fungsi operasi ke dalam (fungsi adm & umum)

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengarahkan,


mengendalikan dan untuk mengoperasikan
perusahaan.
Pengelompokkan Biaya
Berdasarkan
Hubunganya dengan
departemen Biaya langsung

Yaitu biaya yang bisa dihubungkan langsung dengan


objek yang mengeluarkan biaya tersebut

Biaya tak langsung

Yaitu biaya yang tidak bisa dihubungkan langsung


dengan objek dimana biaya tersebut dikeluarkan.
Pengelompokkan Biaya
Berdasarkan
Hubungan dengan
penanggungjawab Biaya terkendali
Biaya Yaitu biaya yang bisa dihubungkan dengan
penanggungjawab biaya.

Biaya tak terkendali

Yaitu biaya yang tidak berhubungan langsung dengan


penanggungjawab biaya .
Pengelompokkan Biaya
Berdasarkan
Biaya variabel
Hubungan dengan
Yaitu biaya yang berubah-ubah secara proporsional
tingkah laku biaya
dengan perubahan volume (kapasitas).

Biaya tetap

Yaitu biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume


kapasitas.

Biaya semi variabel

Yaitu biaya yang berubah dengan adanya perubahan


volume/kapasitas tetapi tidak proporsional dengan
perubahan volume.
Pengelompokkan Biaya
Berdasarkan
Hubungan dengan
periode akuntansi Pengeluaran modal (capital expenditure)
dimana biaya akan Pengeluaran biaya untuk mendapatkan aktiva yang
dibebankan akan bermanfaat beberapa periode mendatang.

Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure)

Pengeluaran biaya yang akan memberikan manfaat


hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran
tersebut terjadi.
Biaya Produk VS Biaya Periode
Biaya dalam Laporan Keuangan
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7

Biaya Produk Harga Pokok Penjualan (HPP)


87% Mencakup sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk 75% Biaya yang ditetapkan pada produk yang dijual selama
memperoleh barang dagangan tersebut termasuk suatu periode.
biaya mengangkut barang.
Contoh
Perusahaan BERDIKARI mempunyai persediaan awal pada 1 Januari 2013 sebesar Rp. 1.250.000,00. Pembelian sebesar Rp.
1.687.000,00. Biaya transportasi setahun Rp. 260.000,00. Pendapatan Penjualan Rp. 3.000.000,00, biaya pemasaran dan
administrasi sebesar Rp. 300.000,00 dan Persediaan akhir 31 Desember 2013 Rp. 1.450.000,00.
Lanjutan ....
Pada operasi pabrikasi biaya membuat produk mencakup semua biaya
pembuatannya. Biaya membuat produk meliputi:

Biaya Bahan Baku (BBB)

Bahan-bahan yang dapat secara nyata diidentifikasikan secara


langsung dengan produk.

Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)

Biaya pekerja yang benar-benar mengubah bahan baku


menjadi barang jadi selama proses produksi.

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Semua biaya produksi kecuali bahan langsung dan tenaga kerja


langsung.
Tahapan Proses Produksi
Bahan mungkin berada dalam perusahaan pabrikasi
01 setiap saat dan belum masuk proses produksi
(persediaan bahan baku)

Bahan baku sudah masuk dalam proses dikerjakan


02 tapi belum selesai, biasanya sudah mengkonsumsi
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik (persediaan barang dalam proses)

03 Barang jadi telah selesai dan siap untuk dijual


(persediaan barang jadi)
Ilustrasi Proses Produksi
Contoh Soal
PT MAJU TERUS pada tanggal 1 Januari 2013 memiliki
persediaan bahan baku Rp. 2.000.000,00, pembelian
bahan baku Rp. 8.000.000,00, persediaan akhir 31
Akuntansi Biaya, Your Picture Here Desember Rp. 1.500.000,00. Persediaan barang dalam
Akuntansi untuk
perusahaan proses saldo awal sebesar Rp. 3.500.000,00, biaya tenaga
manufaktur.
kerja langsung Rp. 7.000.000,00 dan biaya overhead
pabrik Rp. 8.500.000,00, persediaan barang dalam proses
akhir Rp. 4.000.000,00. Persediaan barang jadi awal dan
akhir berturut-turut adalah Rp. 9.200.000,00 dan Rp.
10.000.000,00.
Jawaban
Jawaban
Jika PT MAJU TERUS memperoleh penghasilan dari penjualan Rp. 45.000.000,00, biaya pemasaran Rp. 3.200.000,00
dan biaya administrasi-umum Rp. 2.200.000,00. Maka Laporan Laba/Ruginya adalah sbb.
Goresan Makna

Erha

“Angka hanya tampilan yang terbaca


mata, tetapi makna angka akan
memuat cara bagaimana anda
mengambil keputusan.”
Biaya
Bahan Baku

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku
yang dipakai atau dikorbankan dalam proses produksi.
Untuk memperoleh produk jadi, biaya bahan baku
merupakan komponen biaya yang terbesar dalam
pembuatan produk jadi.
Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli

Dalam sistem pembelian diperlukan


Formulir Permintaan Pembelian
dokumen-dokumen dalam bentuk formulir-
(Purchase Requesition) bagian
formulir yang berhubungan dengan perolehan
produksi .
bahan baku.

Formulir Pesanan Pembelian


(Purchase Order) bagian bagian
pembelian

Formulir Penerimaan Barang


(Receiving Report) bagian gudang
Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Harga pokok bahan baku yang dibeli terdiri dari :

Harga Faktur Biaya Angkut

Biaya-biaya lain yang berhubungan


dengan usaha untuk
mendapatkannya.
Pencatatan
Akuntansi Bahan Baku

Sistem Periodik Sistem Perfektual

Dalam sistem ini untuk Dalam sistem ini mutasi


mengetahui harga pokok persediaan dicatat dalam
persediaan bahan baku pada perkiraan persediaan. Setiap
akhir periode, maka harus terjadi transaksi yang terkait
dihitung kuantitas bahan baku dengan penerimaan dan
yang masih ada di akhir pengeluaran bahan baku, saat
periode dan selanjutnya itu pula harus diketahui harga
menentukan nilai persediaan pokoknya. Dan untuk
bahan baku. . selanjutnya akuntansi bahan
baku menggunakan sistem
perpetual.
Metode Penentuan
Harga Pokok Bahan Baku
Metode FIFO
01 Menurut metode ini bahan yang lebih dahulu dibeli / masuk
adalah yang dipakai terlebih dahulu dalam proses produksi.

Metode LIFO
02 Menurut metode ini bahan yang terakhir dibeli / masuk, terlebih
dahulu dipakai dalam proses produksi.

Metode Rata-rata Tertimbang


03 Menurut metode ini harus dihitung harga pokok rata-rata
per satuan persediaan bahan baku yang ada di gudang, yaitu
dengan cara membagi total harga pokok persediaan dengan
jumlah satuannya.
Metode FIFO
Data mutasi bahan baku A di PT RIDO
2.000 kg @ Rp500,- = Rp1.000.000,-
adalah sebagai berikut:
2.000 kg @ Rp550,- = Rp1.100.000,-
1/10/13, saldo 2.000 kg @ Rp500,00
Rp2.100.000,-
6/10/13, pembelian 3.000kg @
Rp550,00
Metode LIFO
10/10/13, pemakaian 4.000 kg.
3.000 kg @ Rp550,- = Rp1.650.000,-
1.000 kg @ Rp500,- = Rp 500.000,-

Jurnal : Rp2.150.000,-

BDP – BBB XXX


Persediaan Bahan Baku XXX
Metode Rata-rata Tertimbang

Saldo 1 Oktober 2013 : 2.000 kg @ Rp500,- = Rp1.000.000,-


Pembelian 6 Oktober 2013 : 3.000 kg @ Rp550,- = Rp1.650.000,-
5.000 kg Rp2.650.000,-
Harga pokok rata-ratanya adalah: Rp2.650.000,- : 5.000 = Rp530,-
Maka harga pokok bahan yang dipakai tanggal 10 Oktober 2013 sebanyak
4.000 kg yaitu 4.000 kg x Rp530,- = Rp2.120.000,-
Masalah Bahan Baku
Diperlukan sebagai pengurang biaya bahan
baku yang dipakai dalam pesanan
Jurnalnya:
Kas/Piutang Dagang XXX
BDP – Biaya Bahan Baku XXX
Sisa Bahan (Scrap)
Adalah bahan yang mengalami Diperlukan sebagai pengurang terhadap biaya
kerusakan di dalam proses produksi. overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Perlakuan terhadap sisa bahan Contents Jurnalnya:
Here Kas/Piutang Dagang XXX
tergantung dari harga jual sisa bahan
BOP – Biaya Sesungguhnya XXX
itu sendiri.

Diperlukan sebagai pendapatan di luar usaha


Jurnalnya:
Kas/Piutang Dagang XXX
Hasil Penjualan Sisa Bahan XXX
Masalah Bahan Baku
Produk Rusak (Spoiled Goods)
Adalah produk yang mengalami kerusakan ketika proses produksi berlangsung/sedang berlangsungnya proses
pembuatan produk.
Perlakuan terhadap produk rusak tegantung dari sifat dan sebab terjadinya:

• Jika produk rusak terjadinya dikarenakan pengerjaan yang sulit, maka harga yang tidak memenuhi standar
mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak bisa diperbaiki menjadi produk jadi.pokok produk
rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan bersangkutan.
Produk Rusak
PT PINTAR dalam bulan September 2013 menerima pesanan 1.000 satuan produk A. karena pengerjaan yang sulit,
maka perusahaan membuat 1.100 unit dengan biaya:
• Biaya Bahan Baku Rp. 750.000,00
• Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 1.750.000,00
• Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.620.500,00
Dalam pengerjaanya terdapat produk rusak 100 unit dan laku dijual Rp. 3.500,00.
Maka:
Jurnal untuk pembebanan biaya produksi 1.100 satuan:
BDP – BBB Rp. 750.000,00
BDP – BTKL Rp. 1.750.000,00
BDP – BOP Rp. 2.620.500,00
Persediaan Bahan Baku Rp. 750.000,00
Gaji dan Upah Rp. 1.750.000,00
BOP dibebankan Rp. 2.620.500,00
Produk Rusak
Masalah Bahan Baku
Produk Cacat (Defective Goods)
Adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, produk cacat secara ekonomis dapat
diperbaiki menjadi produk baik dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali.
Perlakuan biaya pengerjaan tergantung penyebab terjadinya produk cacat.

1. Penyebabnya bersifat tidak normal (sulitnya proses produksi), maka biaya pengerjaan kembali produk
cacat akan dibebankan pada pesanan terkait;
2. Penyebabnya bersifat normal, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat akan dibebankan ke seluruh
biaya produksi dan dimasukkan sebagai komponen biaya tarif biaya overhead pabrik.
Produk Cacat
Contoh:
PT CERDAS menerima pesanan untuk pembuatan 600 unit. Biaya produksi yang dikeluarkan terdiri dari biaya
bahan baku Rp. 600.000,00. Biaya tenaga kerja langsung Rp. 300.000,00 dan biaya overhead pabrik 125% dari
biaya tenaga kerja langsung. Saat menjadi produk jadi ternyata terdapat 60 unit produk cacat. Jika dikerjakan
kembali diperlukan biaya konversi (untuk menyelesaikan) yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung Rp.
60.000,00 dan biaya overhead pabrik sesuai tarif 125 % dari biaya tenaga kerja langsung.
Produk Cacat
Manajemen
Persediaan
Pengelolaan persediaan merupakan kegiatan fundamental untuk membangun keunggulan kompetitif jangka
Insert Your Image
panjang. Kualitas, teknik produksi, jam kerja lembur, kapasitas yang berlebih, kemampuan untuk menghadapi
pelanggan dan profitabilitas total, semua dipengaruhi oleh kegiatan dalam pengelolaan persediaan.
Manajemen persediaan sangat terkait dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat
dan baik, di masa kini dan masa yang akan datang.
Metode
Manajemen Persediaan

Alasan Risiko


Metode Tradisional
Independensi dan kontinuitas • Kehilangan persediaan
operasi perusahaan (Traditional Inventory Management) misalnya karena
• Ketidakpastian permintaan ~ pencurian, kebakaran dan
• Antisipasi kegagalan Dalam metode ini, industri manufaktur dan lainnya.
berproduksi perdagangan sering kali menyimpan dan • Barang jadi kadaluarsa
• Antisipasi suku cadang dan (obselete)
menumpuk persediaan baik dalam bentuk
bahan baku • Biaya kesempatan, karena
bahan baku maupun produk jadi, terkadang
• Adanya potongan harga tumpukan persediaan
juga barang dalam proses.
(diskon) pembelian bahan baku memerlukan tempat
dalam partai besar (gudang), harus
• Antisipasi kenaikan harga dikeluarkan biaya sewa,
• Pemuasan terhadap pelanggan jasa keamanan, asuransi.
(costumer)
Biaya Persediaan

Biaya Biaya Biaya


Penyimpanan Pemesanan Cadangan Pengaman/
(Carriying Cost) (Ordering Cost) persediaan besi
(Safety Cost)
Biaya Pemesanan
TC = PD/Q + CQ/2
= Biaya Pesanan + Biaya Penyimpanan

Keterangan:
TC = Total Biaya Pemesanan (atau perencanaan) dan Biaya
Penyimpanan
P = Biaya Penempatan dan penerimaan Pesanan (biaya
mempersiapkan produksi)
Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan
(jumlah unit yang diproduksi)
D = Permintaan Tahunan yang Diproduksi
C = Biaya Penyimpanan per unit Bahan Baku untuk Satu Tahun
Contoh

Perusahaan CERDAS bergerak di bidang jasa pengurusan garansi


bagi produser rekaman. Untuk memperbaiki alat perekam video,
diketahui data sebagai berikut:
D = 25.000 unit
Q = 500 unit
P = Rp. 400.000,00 / pesanan
C = Rp. 20.000,00 / unit
Biaya Pemesanan
untuk mencari biaya yang minimal dan pesanan maka
digunakan kuantitas pesanan yang ekonomis/Economic
Order Quantity (EOQ).
Re-order Point
Titik pemesanan ulang (Rop) adalah titik waktu dimana dilakukan pemesanan baru
(produksi baru) harus dilakukan.Titik waktu merupakan fungsi EOQ, waktu tunggu dan
tingkat dimana persediaan sudah habis.

Waktu tunggu (lead time) merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas
pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan/proses produksi dimulai.

Rumus:
Rop = Tingkat Pemakaian x Waktu Tunggu

Misalnya kegiatan memperbaiki menggunakan 100 suku cadang per hari dan waktu
tunggunya 4 hari, maka titik pemesanan kembali:
Rop = 100 x 4
= 400 unit
Artinya jika persediaan sebesar 400 unit maka harus dilakukan pemesanan kembali.
Persediaan pengaman (safety stock) merupakan
persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan
dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi.
Rumus:
SS = Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata x Waktu Tunggu

Your Picture Here Contoh:


Safety Stock
jika diketahui pemakaian suku cadang 120 unit/hari,
pemakaian rata-rata 100 unit/hari dan waktu tunggu 4
hari, maka persediaan pengaman adalah:
SS = (120 – 100) x 4
= 80
Dengan adanya persediaan pengaman, maka titik
penesanan ulang dihitung:
Rop = (100 x 4) + 80 = 480
Metode
Manajemen Persediaan

Risiko

Metode Kontemporer
Just In Time adalah filosofi yang Aspek yang paling menonjol
dipusatkan pada pengurangan ~ dalam Just In Time adalah
biaya melalui eleminasi Teknologi telah menghasilkan siklus umur usaha untuk mengurangi
persediaan. produk yang lebih pendek, produk dengan biaya persediaan barang dalam
Semua bahan baku dan komponen rendah dan bentuk-bentuk yang khusus.Akibat proses (Work In Proccess –
sebaiknya tiba di lokasi kerja pada WIP) dan bahan baku ini
teknologi ini menyebabkan tekanan yang besar
saat dibutuhkan tepat waktu. dikenal dengan istilah produksi
terhadap perusahaan dan mulai meninggalkan
Produk sebaiknya diselesaikan dan tanpa persediaan (stockless
EOQ untuk berpindah ke pendekatan
tersedia bagi pelanggan di saat production), produksi ramping
pelanggan menginginkan tepat Just In Time (JIT). (lean production) atau produksi
waktu. dengan persediaan nihil (zero
inventory production – ZIP).
Ilustrasi JIT
PT PINTAR memproduksi suku cadang “X”sebanyak 50 unit/batch. Setiap unit
harus melalui prores produksi yang terdiri dari 3 tahapan sebagai berikut:
- Proses awal, membutuhkan waktu 7 menit
- Perakitan, membutuhkan waktu 15 menit
- Pengujian produk, membutuhkan waktu 8 menit.

Dibutuhkan waktu 10 menit untuk memindahkan produk dari proses awal ke


perakitan dan 10 menit dari perakitan ke pengujian. Diperkirakan 95% dari waktu
tunggu (lead time) diperuntukkan untuk kegiatan yang tidak member nilai tambah
(non value added activities) termasuk perpindahan barang. Manajemen ingin
meningkatkan kinerja dalam lead time.
Operasi secara Tradisional

Solusi :
1. Atur ulang lay out pabrik agar proses saling berdekatan satu dengan yang lainnya. (Menghilangkan waktu tunggu)
2. Kurangi set up, bla memungkinkan ukuran batch diperkecil menjadi satu ukuran yang memungkinkan one-piece-flow.
Operasi secara JIT
Perubahan yang Terjadi?
1. Diterapkan sistem kanban
Kanban adalah kartu.Setiap aktivitas hanya dilakukan
setelah terbit “Surat Perintah Kerja (SPK)” dalam bentuk
kartu/kanban. SPK paling lambat harus diterbitkan 4 jam
90% sebelum kegiatan/aktivitas dimulai
80%
2. Proses produksi yang asalnya menganut konsep push
60%
(dorong) berubah menjadi konsep pull (tarik).
50%
3. Semua departemen berubah jadi sel-sel kegiatan yang
dikenal dengan istilah SHOP.
Jika menghasilkan > dari 2 produk yang sama
Metode Tradisonal VS JIT
Goresan Makna

Voltaire

“Pendidikan mengembangkan
kemampuan, tetapi tidak
menciptakannya.”
Biaya
Tenaga Kerja Langsung

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Biaya Tenaga Kerja

BTK Bag. Produksi


Tenaga kerja pada fungsi produksi adalah tenaga kerja yang berhubungan
dengan usaha untuk mengubah bahan baku melalui barang dalam proses
dan menjadi barang jadi.

BTK bag. Pemasaran


Tenaga kerja pada fungsi ini adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan
usaha memperoleh dan melayani pesanan.Upah atau gaji yang dibayarkan
kepada pekerja bagian pemasaran merupakan biaya non produksi, tetapi
dibebankan kepada periode saat terjadinya biaya tenaga kerja yang
bersangkutan.

BTK bag. Administrasi dan Umum


Biaya tenaga kerja bagian administrasi umum merupakan biaya non
produksi dan dibebankan pada periode saat terjadinya biaya yang
bersangkutan.
Produktivitas
dan Biaya Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja (Labour Productivity) dapat didefinisikan
sebagai suatu ukuran kinerja produksi yang menggunakan pengeluaran atas
usaha manusia sebagai tolak ukurnya.
Produktivitas tenaga kerja merupakan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi oleh seorang pekerja. Produktivitas sebaiknya diukur, dianalisis,
diinterpretasikan dan dipahami. Tujuan dari pengukuran produktivitas adalah
untuk memberikan indeks padat dan akurat guna membandingkan hasil aktual
dengan suatu target atau standar kinerja. Pengukuran standar produktivitas
tenaga kerja sebaiknya mempertimbangkan penggunaan modal, bahan baku,
energi dan tenaga kerja serta membandingkannya terhadap output.
Pengukuran produktivitas yang luas digunakan adalah:Output fisik per jam
tenaga kerja.
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
1. Pencatatan dan Penghitungan Waktu Kerja
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
2. Penghitungan Jumlah Gaji dan Upah
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
3. Pembebanan BiayaTenaga Kerja

Pembebanan biaya tenaga kerja jika yang sifatnya biaya tenaga kerja langsung akan dibebankan ke rekening
“Barang Dalam Proses-BTKL” sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dibebankan ke rekening “Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya” dan untuk biaya tenaga kerja di bagian pemasaran dibebankan ke
rekening “Biaya Pemasaran” sedangkan biaya administrasi dan umum dibebankan ke rekening “Biaya
Administrasi dan Umum”.
Contoh
Jurnal ...
• Untuk mencatat jumlah gaji dan upah dalam daftar: Jika besarnya upah kotor Rp. 964.000,00 terdiri dari:

Gaji dan Upah Rp964.000,00 Upah langsung : Rp. 800.000,00 btkl

Hutang Gaji dan Upah Rp790.800,00 Upah tidak langsung : Rp. 164.000,00 bop

PPh yang harus Disetor Rp48.200,00 : Rp. 964.000,00

Piutang pada Karyawan Rp125.000,00 Maka jurnalnya :


BDP – BTKL Rp800.000,00
• Pada saat gaji dan upah dibayarkan:
BOP sesungguhnya Rp164.000,00
Hutang gaji dan upah Rp790.800,00
Gaji dan Upah Rp964.000,00
Kas Rp790.800,00
• Saat pajak dibayarkan:

PPh Karyawan yang harus disetor Rp48.200,00


Kas Rp48.200,00
Perlakuan PPh karyawan Jika Dibayar Pemberi Kerja

9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7

50% PPh pekerja baik tenaga kerja langsung 50% PPh pekerja dari pegawai pemasaran serta
ataupun tenaga kerja tidak langsung administrasi dan umum, diperlakukan sebagai
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik biaya pemasaran serta administrasi dan
umum pada bagiannya masing-masing.
Jurnal untuk pencatatan daftar gaji dan upah :
Gaji dan upah Rp. xxx
Utang PPh pekerja Rp. xxx
Piutang karyawan Rp. xxx
Utang gaji dan upah Rp. xxx
Your Picture Here
Jurnal
Pencatatan Gaji
dan Upah
Jurnal untuk mencatat pembayaran PPh:
Utang PPh pekerja Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Goresan Makna

NN

“Waktu diciptakan untuk menjadi batas,


kita tidak bisa menahan sesuatu
yang memang waktunya
untuk dilepas.”
Departementalisasi
Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Biaya overhead pabrik merupakan komponen biaya
produksi, tetapi berbeda dengan biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya ini
tidak terlihat jejaknya secara langsung pada produk
yang dihasikan.
Pengelompokkan
BOP Biaya bahan
baku tidak langsung
(misalnya: bahan
Biaya tenaga
kerja tidak langsung
(misalnya: mandor,
Biaya pabrikasi lain-lain
(misalnya: penyusutan,
pajak, listrik, biaya
penolong/bahan inspektur dan pemeliharaan dan
pembantu); sebagainya); sebagainya).
Pengelompokkan BOP
Berdasarkan perilaku terhadap biaya produksi, BOP digolongkan menjadi:

BOP Tetap
01 Biaya yang jumlahnya tetap pada batas tertentu dan tidak akan
terpengaruh oleh kapasitas produksi, secara totap BOP tetap tidak
akan berubah, tetapi secara unit berubah berbanding terbalik
dengan kapasitas produksi.Contoh: biaya penyusutan aktiva tetap;

BOP Variabel
02 Biaya yang jumlahnya mengalami perubahan sebanding dengan
kapasitas produksi,BOP per unit jumlahnya selalu tetap.Contoh:
biaya bahan penolong;

BOP semi Variabel


03 Biaya yang berubah tidak menentu dan secara tidak proposional
dengan kapasitas produksi, mengandung unsur tetap dan
variabel,contoh: biaya lisrik,biaya gaji mandor dan sebagainya.
Elemen
BOP Langsung Departemen
BOP BOP tdk Langsung Departemen

Elemen BOP yang terjadinya Elemen BOP yang terjadinya tidak


dapat langsung ditelusuri ke dapat langsung ditelusuri ke
departemen terkait, baik departemen terkait,baik departemen
departemen produksi ataupun produksi ataupun departemen jasa/
departemen jasa/pembantu. pembantu. Sifat dari BOP ini,
Biaya overhead jenis ini tidak manfaatnya dirasakan bersama-
menimbulkan masalah, karena sama oleh semua departemen,
bisa langsung dibudgetkan sehingga harus dilakukan alokasi
pada departemen terkait. sesuai dengan beban masing
Contoh : masing departemen.
biaya bahan langsung, biaya Contoh:
suplies pabrik, biaya bahan biaya gaji bagian pabrik, biaya
bakar dsb. jaminan kesehatan, biaya jaminan
makan dsb.
Contoh Alokasi Biaya Tidak Langsung
Tarif
Biaya Overhead Pabrik
Penentuan besarnya BOP pada produk berdasarkan tarif BOP yang ditentukan dimuka,
tidak berdasarkan BOP sesungguhnya. Tarif BOP yang dibebankan dan dierhitungkan pada harga pokok
produksi, yaitu sebelum biaya sesungguhnya dikeluarkan karena overhead pabrik
memiliki elemen yang banyak dan tidak bisa dikaitkan langsung dengan produk, untuk menghitung BOP
Insert Your Image
yang dibebankan, unsur yang harus dihitung
yaitu dasar pembebanan dan tarif per dasar pembebanan.
Tarif BOP
 Biaya bahan baku
Tarif BOP = (Taksiran (budget) BOP/Taksiran biaya bahan baku) x 100%

 Satuan produk
Tarif BOP = Taksiran (budget) BOP/Taksiran satuan produk

 Jam mesin
Tarif BOP = Taksiran(budget) BOP/Taksiran jam mesin

 Jam kerja langsung


Tarif BOP = Taksiran (budget) BOP/Taksiran jam kerja langsung

 Biaya tenaga kerja langsung


Tarif BOP = (Taksiran(budget) BOP/Taksiran biaya tenaga kerja langsung) x 100%
Contoh
Perusahaan CAHAYA pada tahun 2013 memiliki budget BOP sebesar Rp. 45.000.000,00, untuk tarif BOP ditentukan di
muka, dengan data yang ditaksir sebagai berikut:
• Jumlah biaya bahan baku Rp. 75.000.000,00
• Jumlah satuan produk 100.000 unit
• Jumlah jam mesin 120.000 jam mesin
• Jumlah jam kerja langsung 70.000 jam
• Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp. 80.000.000,00
Selisih Biaya
Overhead Jika BOP tidak ada selisih

Pabrik BOP dibebankan XXX


BOP sesungguhnya XXX
Pada akhir periode
perusahaan menghitung
besarnya BOP yang Jika BOP sesungguhnya > BOP dibebankan
dikeluarkan sesungguhnya, BOP dibebankan XXX
karena ada kemungkinan Selisih rugi XXX
antara BOP yang dibebankan BOP sesungguhnya XXX
(berdasarkan tarif) dengan
BOP sesungguhnya ada Jika BOP sesungguhnya > BOP dibebankan
perbedaan, maka harus
BOP dibebankan XXX
dilakukan analisis selisih. BOP sesungguhnya XXX
Selisih laba XXX
Departementalisasi BOP

Langkah-langkah 1

Tentukan penyusunan
3 anggaran biaya
overhead pabrik tiap
Tentukan alokasi biaya
4 departemen baik
overhead pabrik
departemen produksi
Tentukan tarif BOP departemen pembantu
maupun departemen
perdepartemen ke departemen produksi
pembantu
Hitung analisis selisih
BOP.
Departementalissi BOP merupakan pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian
yang disebut departemen atau pusat-pusat biaya,tempat overhead pabrik akan dibebankan.
Departementalisasi BOP sangat penting dilaksanakan pada perusahaan
yang mengolah produk pada proses yang berbeda, atau pada perusahaan yang bisa menjual produk sebelum
Insert Your Image
diolah pada tahapan selanjutnya.

Tujuan
Membebankan BOP secara Merupakan bentuk Membantu pengambilan
Departementalisasi akurat dan adil pada setiap
departemen yang
pengendalian BOP atas
tanggung jawab masing
keputusan manajemen.

BOP
mengkonsumsinya, karena masing departemen,
departemen produksi akan terutama kalau ada selisih
menyerap BOP dari BOP, maka harus jelas
departemen jasa; merupakan tanggung jawab
departemen terkait;
Contoh
Perusahaan SEGAR mempunyai dua departemen produksi: departemen produksi I dan departemen produksi II, serta
mempunyai dua departemen pembantu: departemen pembantu R dan departemen pembantu S. Pada tahun 2013 data
yang terkait dengan penyusunan anggaran BOP adalah sebagai berikut:

Data BOP tak langsung departemen :


• Biaya gaji pegawai (dasar alokasi: jumlah
karyawan) Rp600.000.000,00
• Biaya depresiasi gedung (dasar alokasi: luas
lantai) Rp350.000.000,00
• Biaya pemakaian listrik (dasar alokasi: KWH/jam
tenaga listrik) Rp300.000.000,00
Jawab !!!
Maka pendistribusian BOP tak langsung departemen pada departemen lain:

• BOP tak langsung biaya gaji pegawai: Rp. 600.000.000,00


Departemen I : 40/111 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 216.216.216
Departemen II : 45/111 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 243.243.243
Departemen R : 16/111 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 86.486.486
Departemen S : 10/111 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 54.054.054
• BOP tak langsung biaya deptesiasi gedung : Rp. 350.000.000,00
Departemen I : 7.500/19.500 x Rp. 350.000.000,00 = Rp. 134.610.000,00
Departemen II : 8.000/19.500 x Rp. 350.000.000,00 = Rp. 143.589.743,00
Departemen R : 2.000/19.500 x Rp. 350.000.000,00 = Rp 35.875.000,00
Departemen S : 2.000/19.500 x Rp. 350.000.000,00 = Rp. 35.875.000,00
• BOP tak langsung biaya listrik: Rp. 300.000.000,00
Departemen 1 : 500.000/1.350.000 x Rp. 300.000.000,00 = Rp. 111.111.111
Departemen 2 : 550.000/1.350.000 x Rp. 300.000.000,00 = Rp. 122.222.222
Departemen R : 200.000/1.350.000 x Rp. 300.000.000,00 = Rp. 44.444.444
Departemen S : 100.000/1.350.000 x Rp. 300.000.000,00 = Rp. 44.444.444
Alokasi BOP
Metode Alokasi Langsung

Metoda alokasi bertahap tidak timbal balik/urutan alokasi diatur


Here
cture
Yo ur P i
Metoda alokasi bertahap timbal balik

% Metode Alokasi bertahap timbal balik terdiri dari metode arus


biaya/alokasi kontinyu dan metode aljabar.
Contoh
PT BERHIKMAH memiliki tiga departemen produksi dan dua departemen jasa, berturut-turut: Departemen produksi I, II dan III
serta departemen jasa A dan B. Untuk departemen jasa A dasar alokasi; jumlah jam tenaga listrik (KWH) dan departemen B:
jam kerja mesin. Data berikut adalah terkait dengan anggaran BOP tiap departemen dan rincian jumlah alokasi BOP tidak
langsung.
Metode Langsung
BOP dari departemen pembantu langsung dialokasikan ke departemen produksi tanpa melalui departemen pembantu lainnya.

Departemen A : Rp600.000,00 (dasar alokasi; KWH) Departemen B : Rp500.000 (dasar alokasi: jam tenaga mesin)
Dialokasikan ke : Dept. I : 37 % x Rp600.000,00 = Rp. 222.000,00 Dialokasikan ke : Dept. I : 43 % x Rp500.000,00 = Rp215.000,00
Dept. II : 30 % x Rp600.000,00 = Rp. 180.000,00 Dept. II : 30 % x Rp500.000,00 = Rp150.000,00
Dept. III : 33 % x Rp600.000,00 = Rp. 198.000,00 Dept. III : 27 % x Rp500.000,00 = Rp135,000,00

Tabel setelah alokasi:


Metoda Alokasi Bertahap Tidak Timbal Balik/Alokasi Yang Diatur

BOP diurutkan berdasarkan urutan jumlah BOP terbesar dari departemen pembantu, akan dialokasikan ke departemen produksi dan
departemen jasa/pembantudan pada urutan berikutnya departemen jasa yang telah dialokasikan BOPnya tidak mendapatkan alokasi dari
departemen jasa lainnya.
Dari soal, alokasi diatur sebagai berikut:
Pertama : Departemen A dialokasikan dengan dasar alokasi KWH
Kedua : Departemen B dialokasikan dengan dasar jam tenaga mesin

Dari soal PT BERHIKMAH, maka perhitungan alokasi adalah sebagai berikut:


BOP Departemen A : Rp. 600.000,00
Dasar alokasi jam tenaga listrik (KWH) : 15.500
Alokasi per jam tenaga listrik (KWH) : Rp. 600.000,00/15.500 KWH = Rp. 38,71
Maka dialokasikan sebagai berikut :
Dept. I : 5.000 kwh x Rp. 38,71 = Rp193.550,00
Dept. II : 4.000 kwh x Rp. 38,71 = Rp154.840,00
Dept. III : 4.500 kwh x Rp. 38,71 = Rp174.195,00
Dept. B : 2.000 kwh x Rp. 38,71 = Rp77.420,00
15.500 kwh Rp. 600.000,00 (pembulatan)
Metoda Alokasi Bertahap Tidak Timbal Balik/Alokasi Yang Diatur

Tabel setelah alokasi:

BOP Departemen B : Rp500.000,00


Dasar alokasi jam tenaga mesin : 7.500
Alokasi per jam tenaga mesin : Rp500.000,00 + Rp77.420,00 = Rp577.420,00/ 7.500 = Rp76,99

Maka dialokasikan sebagai berikut :


Dept. I : 3.200 x Rp. 76,99 = Rp. 246.365,00
Dept. II : 2.300 x Rp. 76,99 = Rp. 177.075,00
Dept. III : 2.000 x Rp. 76,99 = Rp. 153.980,00
Rp. 577.240,00
Metoda Alokasi Bertahap Tidak Timbal Balik/Alokasi Yang Diatur

Tabel setelah alokasi:


Metoda Alokasi Bertahap Tidak Timbal Balik/Alokasi Yang Diatur

KELEBIHAN KELEMAHAN

 Sangat cermat dalam perhitungan alokasi antara  Kesulitan menentukan departemen pembantu

departemen pembantu; mana yang memberi jasa terbesar, pertimbangan

 Mudah dihitung dan sederhana untuk digunakan dari sisi biaya terbesar di departemen pembantu
kurang tepat, karena tidak menunjukkan manfaat
atau tidak dimanfaatkan oleh departemen yang
lain.
 Tidak mempertimbangkan jasa timbal baik,
padahal mungkin saja departemen pembantu
yang tidak mendapatkan alokasi menikmati jasa
departemen pembantu yang lain.
Metoda Alokasi Bertahap Timbal Balik
Metoda arus biaya/alokasi kontinyu
BOP dialokasikan terus menerus dengan cara buka-tutup BOP departemen pembantu sampai jumlahnya habis atau ke angka 0 (nol),
atau ke angka yang relatif kecil. Untuk tujuan tersebut maka harus ditentukan urutan alokasi dari departemen pembantu yang dapat
didasarkan atas besarnya jasa yang dihasilkan.

Dari soal PT BERHIKMAH, maka perhitungan alokasi adalah sebagai berikut:


Data tambahan untuk persentase penggunaan jasa departemen jasa/pembantu:
Metoda Alokasi Bertahap Timbal Balik
Alokasi biaya overhead, dihitung dengan cara sebagai berikut :
Metode
Arus Biaya
KELEBIHAN KELEMAHAN

1. Menggambarkan Perhitungan lebih rumit,


alokasi jasa secara apalagi kalau perusahaan
penuh dan timbal balik memiliki lebih dari tiga
2. Hemat waktu dan departemen pembantu,
biaya, karena lebih metoda ini sulit diterapkan
cepat perhitunganya karena memakan waktu
3. Lebih teliti dan merata cukup lama.
ke semua departemen.
Content Here
Metoda Alokasi Bertahap Timbal Balik
Metoda Aljabar
Alokasi Biaya overhead Pabrik :
Alokasi Biaya overhead antara departemen pembantu:
A = Rp. 600.000,00 + 0,1 B
B =Rp. 500.000,00 +0,15A
A =Rp. 600.000,00 + 0,1 (Rp. 500.000,00 +0,15A)
A =Rp. 600.000,00 + Rp.50.000,00 + 0,0150 A
A – 0,0150A = Rp. 650.000,00
0,9850A = Rp. 650.000,00
A = Rp. 650.000,00/0,9850 = Rp. 659.898,47
B = Rp. 500.000,00 + 0,15 A
B = Rp. 500.000,00 + 0,15 ( Rp. 659.898,47)
B = Rp. 598.984,77
Metoda Alokasi Bertahap Timbal Balik
Tabel setelah alokasi :

Kekuatan metoda ini:


a. Menggambarkan alokasi jasa secara penuh dan timbal alik,
b. Hemat waktu dan biaya, karena lebih cepat perhitunganya.
c. Lebih teliti dan merata ke semua departemen

Kelemahan metoda ini :


jika perusahaan memiliki departemen pembantu banyak (lebih dar tiga) makaperhitungan aljabar akan jadi tersamar, dan sulit membuat
alokasi secara merata dan teliti.
Goresan Makna

Erha

“Ilmu manusia berkembang sangat


pesat, siapa yang menciptakan?
Hanya Alloh yang mampu melakukan
itu, bukan manusia yang membuat ilmu
itu berkembang.”
Metode
Harga Pokok Proses

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Sistem harga pokok proses
adalah sistem pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi, yang diterapkan pada perusahaan
yang berproses secara massal dan sejenis (homogen).
Pembebanan biaya pada semua unit produk sama besarnya, karena
total biaya produksi dalam satu periode akan dibagi dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan.
Proses produksi bersifat terus Tujuan produksi untuk mengisi
menerus/berkelanjutan/massal persediaan di gudang
dan bersifat standar

Biaya produksi dikumpulkan Produk jadi di departemen


dalam periode tertentu (bulan, sebelumnya, biasanya
tahun dan sebagainya) merupakan bahan baku pada
departemen selanjutya

Karakteristik Produksi sifatnya


homogen/satu jenis produk
Produk yang belum jadi
disimpan pada persediaan
produk dalam proses.
Unit Ekuivalensi (UE)

Ketika proses berakhir dan masih menyimpan merupakan jumlah pekerjaan yang benar-benar

produk dalam proses (karena belum selesai) maka dilaksanakan pada produk dengan berbagai

merupakan persediaan barang dalam proses pada tingkat penyelesaian. Didefinisikan juga sebagai

awal atau akhir periode. jumlah unit jadi yang dihasilkan selama satu

Untuk tujuan perhitungan biaya yang telah periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit

terkonsumsi (menyerap biaya bahan baku, biaya tersebut.

tenaga kerja langsung dan biaya overhead


Jumlah ekuivalen
pabrik)langsung, maka perlu dilakukan perhitungan
adalah perkalian antara persentase
unit ekuivalen (UE), untuk produk jadi.
penyelesaian dengan unit dalam proses
ditambah unit selesai/jadi di periode tersebut.
Jika perhitungan untuk proses sudah selesai (walau masih ada barang dalam
proses), maka perusahaan harus membuat laporan harga pokok produksi, yang
terdiri atas 3 bagian:

Bagian pertama
Berisi tentang data produksi/skedul kuantitas, yang merupakan arus
fisik,termasuk unit ekuivalensi.

Bagian kedua
Berisi tentang biaya secara keseluruhan/pembebanan biaya.

Bagian ketiga
Berisi tentang pembagian biaya total terhadap nilai produk jadi dan
barang dalam proses.
Jurnal yang Dipakai dalam Sistem Harga Pokok Proses

• Biaya Bahan Baku


Jika terjadi selisih, maka jurnalnya:
BDP-Biaya Bahan Baku Rp. xxx • Selisih Rugi (BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP-
Persediaan bahan baku Rp. xxx
dibebankan)
• Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP-dibebankan Rp. xxx
BDP-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx Selisih Bop Rp. xxx
Gaji dan Upah Rp. xxx BOP sesungguhnya Rp. Xxx
• Selisih Laba (BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP
• Biaya Overhead Pabrik
dibebankan)
BDP-Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx
BOP-dibebankan Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp. Xxx
Selisih BOP Rp. xxx
• Jika BOP sesungguhnya dibayarkan BOP Sesungguhnya Rp. xxx
BOP-Sesungguhnya Rp. xxx
Macam-macam Rek. Dikredit Rp. xxx
Contoh 1
Perusahaan CEMERLANG pada bulan Mei 2013 memiliki data dari departemen produksi sebagai berikut (tidak ada
produk dalam proses awal).
• Biaya Bahan Baku Rp. 800.000,00
• Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 1.300.000,00
• Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp. 900.000,00
• Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 850.000,00
Unit masuk proses 25.000 unit dan selesai 65% dengan tingkat penyelesaian (TP) BBB 100%% dan biaya konversi 75%.
Harga jual per unit Rp. 155,00, produk jadi terjual semua.
Jawaban
Lanjutan ...

Jurnal-jurnal:
• Jurnal untuk pemakaian bahan baku langsung • Jurnal untuk BOP yang dibebankan
BDP – BBB Rp800.000,00 BDP-BOP Rp900.000,00
BDP – BTKL Rp1.300.000,00 BOP dibebankan Rp900.000,00
Persediaan Bahan baku Rp800.000,00
Biaya gaji dan upah Rp1.300.000,00
Lanjutan ...
Jurnal-jurnal:

• Jurnal untuk BOP sesungguhnya • Jurnal untuk mencatat Produk Dalam Proses
BOP Sesungguhnya Rp850.000,00 Persediaan Produk Dalam Proses Rp912.756,25
Macam-macam rek dikredit Rp850.000,00 BDP-Biaya Bahan Baku Rp280.000,00
• Jurnal untuk mencatat selisih BOP BDP-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp373.931,25
BOP dibebankan Rp900.000,00 BDP-Biya Overhead Pabrik Rp258.825,00
Selisih BOP (laba) Rp50.000,00
• Jurnal untuk penjualan produk jadi sebanyak 16.250 unit @ Rp.
BOP sesungguhnya Rp850.000,00
155:
• Jurnal untuk mencatat produk jadi dan produk dalam proses
Kas/Piutang dagang Rp2.518.750,00
Persediaan Produk jadi Rp2.087.312,50
Penjualan Rp2.518.750,00
Persediaan BDP Rp912.756,25
• Jurnal untuk mencatat Harga Pokok Penjualan
BDP-Biaya Bahan Baku Rp800.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp2.087.312,50
BDP-Biaya Tenaga kerja langsung Rp1.300.000,00
Persediaan Produk jadi Rp2.087.312,50
BDP-Biya overhead pabrik Rp900.000,00
Contoh 2
PT MERDEKA memiliki satu departemen produksi dalam mengolah produknya, selam bulan Juni 2013 melakukan
operasional sebagai berikut: (terdapat produk dalam proses awal )
• Produk Dalam Proses awal periode 500 unit dengan komposisi biaya produksi yang telah dikonsumsi sebagai berikut:
Biaya bahan baku langsung Rp. 800.000,00, Biaya tenaga kerja langsung Rp. 950.000,00, biaya overhead pabrik Rp.
350.000,00, tingkat penyelesaian, BB 100%, BK 70%.
• Produksi yang dimasukkan dalam bulan Juni 2013 sebanyak 1.200 unit, produk jadi yang ditransfer ke gudang 1.400
unit, produk dalam proses sebanyak 300 unit, tingkat penyelesaian BB 100% dan BK 60%.
• Biaya produksi yang dikeluarkan bulan Juni 2013: biaya bahan baku langsung Rp. 2.800.000,00, biaya tenaga kerja
langsung Rp. 3.300.000,00, biaya overhead pabrik Rp. 2.950.000,00.
• Menggunakan metoda harga pokok rata-rata, dimana unit ekuivalensi dihitung dengan rumus:

Jumlah unit produk selesai + Unit ekuivalensi produk dalam proses akhir periode
Jawaban
Maka, perhitungan harga pokok produk:
Laporan Harga Pokok Produksi yang dibuat:
Lanjutan
Perhitungan Biaya:

Produk jadi yg ditransfer 1.400 unit X Rp. 6.896,13 Rp. 9.654.582,00


Produk dalam proses (300 unit)
• BBB = 300 unit x 100% x Rp 2.117,65 = Rp. 635.295,00
• BTKL= 300 unit x 60% x Rp.2.689,87 = Rp. 484.176,00
• BOP = 300 unit x 60% xRp.2.088,61 = Rp. 375.949,80 Rp. 1.495.420,00
Rp.11.150.000,00(dibulatkan)
Pengaruh Adanya
Produk Hilang
Dalam akuntansi biaya kehilangan unit yang diproduksi
dianggap hilang pada awal proses atau akhir proses produksi. Kehilangan ini
Insert Your Image
bisa disebabkan karena terjadinya penyusutan, atau kesalahan produk tidak
memenuhi standar/spesifikasi produk.
Contoh
Kehilangan diawal proses produksi
Perusahaan BAIK pada bulan Maret 2013 memiliki data produksi sebagai berikut:
• Masuk dalam proses 1.200 unit, produk jadi 800 unit,produk dalam proses akhir 350 unit (TP: BBB 90%, BK:
65%),anggap hilang diawal 50 unit
• Selama proses produksi biaya bahan baku langsung Rp. 2.500.000,00, Biaya tenaga kerja langsung Rp.
1.950.000,00 dan BOP Rp. 1.100.000,00.

Perhitungan:
Karena terjadi hilang produk diawal, maka dianggap belum mengkonsumsi biaya produksi
• Unit Ekuivalensi : Produk jadi + (PDP x TP)
• BBB : 800 unit + (350 unit x 90%) = 1.115 unit
• BTKL dan BOP : 800 unit + (350 unit x 65%) = 1.027,5 unit
Lanjutan
Contoh
Kehilangan diakhir proses produksi
Perusahaan BENAR pada bulan April 2013, memiliki data produksi sebagai berikut:
• Masuk dalam proses 1.600 unit, produk jadi 1.200 unit, produk dalam proses akhir 300 unit (TP: BBB 80%,BK
75%),anggap hilang diakhir 100 unit
• Selama proses produksi biaya bahan baku langsung Rp. 4.500.000,00,biaya tenaga kerja langsung Rp. 1.750.000,00
dan BOP Rp. 1.500.000,00

Perhitungan: Karena terjadi hilang produk diakhir, maka dianggap TELAH mengkonsumsi biaya produksi.
• Unit Ekuivalensi : Produk jadi + (PDP x TP) + Produk hilang akhir
• BBB : 1.200 + (300 unit x 80%) + 100 unit = 1.540 unit
• BTKL : 1.200 + (300 unit x 75%) + 100 unit = 1.525 unit
• BOP : 1.200 + (300 unit x 75%) + 100 unit = 1.525 unit
Jawaban
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Sistem
Harga Pokok Pesanan

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Poduk pesanan merupakan produk yang dibuat
berdasarkan keinginan pelanggan dan merupakan ciri
dari perusahaan tersebut, karena jika tidak ada
pesanan maka perusahaan berhenti berproses dan
akan mengalami kerugian.
Sistem biaya pesanan adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menelusuri biaya pada
kondisi banyak produk, pekerjaan atau
tumpukan produksi yang berbeda dan
diproduksi setiap periode.
Pada proses pembuatan produk berdasarkan
Your Picture Here

Pengertian pesanan, proses dimulai sebagai berikut:

1 2
Pesanan dari pelanggan Penentuan tugas kerja
diterima untuk pekerjaan yang
spesifikasinya sudah ada
sesuai pesanan

3 4
Pemesanan bahan baku Produksi dilakukan
Ciri Sistem Harga Pokok Pesanan
Perhitungan biaya per unit/pekerjaan/tumpukan produk dihitung berdasarkan jumlah
biaya yang terkumpul dibagi dengan pesanan terkait, dilakukan setelah pesanan selesai.

Biaya produksi dihitung dan dicatat dalam kartu harga pokok pesanan
(job order cost sheet)
u re Here
P ict
Your Pekerjaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan
spesifikasi yang jelas
Ciri-ciri pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan:

Perhitungan harga
pokok per unit
Biaya produksi tidak
dilakukan saat
langsung adalah
Biaya produksi pesanan selesai
biaya overhead
langsung terdiri selesai diprodusi
Biaya produksi pabrik (BOP) yang
atas: biaya bahan dengan cara
dipisahkan menjadi dibebankan
Dipakai jika baku langsung dan membagi jumlah
biaya produksi berdasarkan tarif
perusahaan biaya tenaga kerja biaya produksi yang
langsung dan biaya yang ditentukan di
memproduksi langsung dihitung dikeluarkan dengan
produksi tidak muka
pekerjaan berdasarkan berdasarkan biaya jumlah unit yang
langsung. yang sesungguhnya dihasilkan.
pesanan dan dihitung
harga pokoknya secara terjadi
individual
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Akuntansi bahan baku dan bahan pembantu:
• Jurnal untuk pembelian bahan baku:
Persediaan bahan baku Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx

• Jurnal Pemakaian Bahan Baku :


Barang Dalam Proses–Biaya Bahan Baku Rp. xxx
Persediaan Bahan Baku Rp. xxx

• Jurnal pemakaian Bahan Penolong:


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp. xxx
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Langsung:
• Jurnal Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Gaji dan Upah Rp. xxx
Utang Gaji dan Upah Rp. xxx

• Jurnal ketika Gaji dan Upah dibayar


Utang Gaji dan Upah Rp. xxx
Kas Rp. xxx

• Jurnal alokasi Gaji dan Upah :


Barang Dalam Proses–Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
BOP Sesungguhnya Rp. xxx
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Administrasi dan Umum Rp. xxx
Gaji dan upah Rp. xxx
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik

• Jurnal untuk pembebanan BOP berdasarkan tarif :


Barang Dalam Proses – Biaya overhead pabrik Rp. xxx
BOP dibebankan Rp. xxx
• Jurnal untuk mencatat BOP Sesungguhnya :
BOP Sesungguhnya Rp. xxx
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp. xxx
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Jurnal untuk menutup BOP
a. Jika BOP dibebankan = BOP sesungguhnya
BOP dibebankan Rp. xxx
BOP sesungguhnya Rp. xxx
b. Jika BOP dibebankan lebih kecil dari BOP sesungguhnya (selisih rugi)
BOP dibebankan Rp. xxx
Selisih BOP Rp. xxx
BOP sesungghnya Rp. xxx
c. Jika BOP dibebankan lebih besar dari BOP sesungguhnya (selisih laba)
BOP dibebankan Rp. xxx
Selisih BOP Rp. xxx
BOP sesungguhnya Rp. Xxx
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Jurnal untuk menutup selisih BOP :

• Jika selisih rugi


Rugi-laba/harga pokok penjualan Rp. xxx
Selisih BOP Rp. xxx

• Jika selisih laba


Selisih BOP Rp. xxx
Rugi-laba/harga pokok penjualan Rp. xxx
Akuntansi Harga Pokok Pesanan
• Akuntansi untuk produk jadi (finished good)
Persediaan Produk Jadi Rp. xxx
BDP –BBB Rp. xxx
BDP –BTKL Rp. xxx
BDP – BOP Rp. xxx
• Akuntansi untuk Barang Dalam Proses (work in procces)/produk yang belum selesai diproduksi
Persediaan Barang Dalam Proses Rp. xxx
BDP – BBB Rp. xxx
BDP – BTKL Rp. xxx
BDP – BOP Rp. Xxx
• Akuntansi penjualan atas pesanan yang diserahkan kepada pelanggan
Kas/piutang dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
Harga pokokpenjualan Rp. xxx
Persediaan produk jadi Rp. xxx
Contoh
Perusahaan ENERGIC pada tahun 2013 memproduksi sandal spesifikasi dengan kode SDT, BGSdan SPR, masing masing
sebanyak 150 unit, 50 unit dan 100 unit. Produk pesanan telah mengkonsumsi biaya produksi yang tercata dalam kartu
harga pokok pesanan sebagai berikut:

Setelah produksi selesai, semua pesanan sempurna dan diserahkan kepada pelanggan dengan harga masing-masing:
Rp. 240.000,00,Rp. 145.000,00 dan Rp. 162.000,00.

Buat jurnal dan hitung laba kotor masing masing produk!


Jawaban
• Jurnal pemakaian bahan baku langsung
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 10.000.000,00
BDP-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 25.500.000,00
BDP-Biaya Overhead Pabrik Rp. 13.000.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp. 10.000.000,00
Gaji da upah Rp. 25.500.000,00
BOP dibebankan Rp. 13.000.000,00

• Jurnal persediaan produk jadi


Persediaan Produk Selesai Rp. 485.000.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp. 10.000.000,00
Gaji da Upah Rp. 25.500.000,00
BOP Dibebankan Rp. 13.000.000,00
Lanjutan
• Jurnal untuk penjualan produk pesanan
Kas/piutang dagang Rp. 59.450.000,00
Penjualan Rp. 59.450.000,00
Perhitungan :
Penjualan produk SDT : 150 unit x Rp. 240.000,00 = Rp. 36.000.000,00
Penjualan produk BGS : 50 unit x Rp. 145.000,00 = Rp. 7.250.000,00
Penjualan produk SPR : 100 unit x Rp 162.000,00 = Rp. 16.200.000,00
Rp.59.450.000,00
• Jurnal untuk harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan Rp. 48.500.000,00
Persediaaan produk jadi Rp. 48.500.000,00
Perhitungan:
Produk SDT : 29.000.000/ 150 unit = Rp. 193.400,00
Produk BGS : 5.500.000/ 50 unit = Rp.110.000,00
Produk SPR : 14.000.000/ 100 unit = Rp. 140.000,00
Perhitungan Laba Kotor
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Produk Bersama
dan Produk Sampingan

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Pada produk jadinya terkadang dihasilkan dua produk atau lebih dengan nilai produk yang
berbeda,produk yang dihasilkan bersama disebut produk bersama (joint product)
atau sebagai produk sampingan (by product).
Pengertian

Biaya Bersama Produk Bersama

Biaya bersama (joint cost) Produk bersama adalah dua


adalah biaya langsung produk produk atau lebih yang
dan biaya tidak langsung diprodusir bersama/secara
produk yang harus serentak dengan
dibebankan ke berbagai menggunakan satu jenis
produk yang mengkonsumsi bahan (satu kelompok biaya)
biaya tersebut dan tidak dapat tetapi hasilnya beberapa jenis.
diikuti jejak arusnya Hasil dari produk bersama ini
keberbagai macam produk biasanya memiliki nilai jual
yang dihasilkan,biaya ini yang relatif sama,sehingga
dikeluarkan sejak awal proses diantara produk yang
produksi sampai produk jadi dihasilkan tersebut tidak ada
dihasilkan dan dapat yang disebut sebagai produk
teridentifikasi jenisnya masing utama ataupun produk
masing. sampingan.
Pengertian

Produk Sampingan Produk Sekutu

Produk sampingan adalah dua Produk sekutu adalah dua


produk atau lebih yang produk atau lebih yang
diproduksi secara serentak diproduksi pada waktu yang
dengan produk bersama,yang bersamaan dan serentak
nilai jualnya relatif lebih bahan bakunya berbeda,
rendah dibanding produk lain biaya bersamanya muncul
yang dihasilkan. pada saat proses Produk
sekutu memilik ciri ciri sama
dengan produk bersama.
Akuntansi Produk Bersama
Metoda Harga Jual Relatif
Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan cerminan dari biaya yang dikonsumsi
selama proses produksi. Metoda ini biasanya dikenakan dalam mengalokasikan untuk jenis produk bersama dan produk
sekutu,Pada metoda ini ada dua kemungkinan yang terjadi, yairu bahwa harga jual bisa langsung diketahui pada saat titik
pisah (split off point) dan tidak langsung diketahui nilai jualnya.

1. Nilai jual diketahui saat titik pisah


Contoh:
PT ARDIANSYAH selama tahun 2012 mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp. 90.000.000, dengan produk
bersama yang dihasilkan dan harga jualsetelah titik pisah adalah :
Produk AR : 10.000 unit, harga jual Rp. 10.000/unit
Produk DIAN : 9.000 unit, harga jual Rp. 8.500/unit
Produk SYAH : 8.500 unit, harga jual Rp. 9.500/unit
Hitung alokasi bersama dan hitung laba kotor yang diperoleh jika semua produk terjual !
Akuntansi Produk Bersama
Akuntansi Produk Bersama
2. Harga jual tidak diketahui saat titik pisah
Pada kondisi ini harga jual belum diketahui karena ada produk yang harus diolah lebih lanjut sehingga diperoleh
harga jualnya. Pada saat produk akan diolah lebih lanjut, maka harus dikeluarkan biaya tambahan pengolahan
lebih lanjut yang disebut separable cost. Bila terjadi hal demikian, maka biaya bersama dialokasikan berdasarkan
pada harga jual hipotetis, dimana ini merupakan harga jual produk setelah diproses lebih lanjut sampai produk siap
dijual dikurangi dengan biaya pengolahan lebih lanjut.

Contoh :
PT AZZAMSYAH memiliki biaya bersama sebesar Rp. 60.000.000,00 untuk produk AZZAM dan produk SYAH
yang setelah terpisah memerlukan pengolahan lebih lanjut. Produk AZZAM sebanyak 7.000 unit dengan harga jual
Rp.6.000,00 dan produk SYAH sebanyak 5.000 unit, memerlukan biaya tambahan per unit Rp. 1.000,00, dan
harga jual Rp. 4.000,00.
Hitung alokasi biaya bersama dan harga pokok per unit masing masing produk !
Akuntansi Produk Bersama
Aloasi Biaya Bersama dan Harga Pokok

Harga pokok per unit dari produk diatas adalah:


• Produk AZZAM = Rp. 43.800.000,00/7.000 = Rp.
6.257,00
• Produk SYAH = Rp.16.200.000,00/5.000 = Rp.
3.240,00
Akuntansi Produk Bersama
Metode Unit Fisik
Dalam metode ini, biaya bersama dialokasikan berdasarkan unit fisik dari produk yang dihasilkan. Untuk
menggunakan metode ini,maka kuantitas harus memiliki ukuran satuan produk harus sama (kg, liter,unit),jika tidak
sama,maka harus disamakan terlebih dahulu.

Contoh:
PT DWIANI pada tahun 2013 mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp55.000.000,00,untuk produk sabun mandi
cair, dengan data sebagai berikut:

Hitung alokasi biaya bersama dan harga pokok per liter produk!
Akuntansi Produk Bersama
Penyelesaian:
Alokasi biaya bersama dan harga pokok tiap liter produk adalah sebagai berikut:
Akuntansi Produk Bersama
Metode Biaya Rata-rata Per Unit
Metode ini hanya bisa digunakan pada produk bersama yang ukuran satuannya sama walaupu berbeda
kualitas.Pada umumnya metode ini digunakan pada perusahaan yang memproses beberapa produk yang sama
dalam satu proses produksi tetapi kualitas berlainan.

Contoh :
PT TRIANI memproduksi produk bersama berupa kain tenun dalam tahun 2013 sejumlah 4.000 yard, yang terdiri
dari:
• Kain tenun kw 1 : 1.200 yard
• Kain tenun kw 2 : 1.100 yard
• Kain tenun kw 3 : 1.000 yard
• Kain tenun kw 4 : 700 yard
• Biaya bersama yang dikeluarkan dalam produk tersebut adalah Rp. 23.800.000,00.
Hitung biaya alokasi biaya bersama dan harga pokok masing masing kain tenun!
Akuntansi Produk Bersama
Alokasi biaya bersama :
Jumlah seluruh biaya bersama = Rp. 23.800.000,00
Jumlah seluruh kain tenun yang dihasilkan = 4.000 yard
Harga pokok persatuan RP. 23.800.000,00/4.000 yard = Rp. 5.950,00
Akuntansi Produk Bersama
Metode Biaya Rata-rata Tertimbang

Metode ini dipakai untuk menyempurnakan metode unit produksi. Dalam metode ini unit yang diproduksi arus memiliki nilai
bobot/angka penimbang, yang dipakai sebagai dasar alokasi biaya bersama. Penentuan nilai bobot/angka penimbang
sangat tergantung pada tingkat kesulitan pembuatan produk, jumlah tenaga kerja ahli yag dipakai, waktu
pengerjaan,jumlah bahan yang dipakai dan pertimbangan lainnya yang sekiranya perlu dipakai dalam penentuan bobot
suatu produk. Nilai bobot/angka penimbang dipakai sebagai dasar peringkat produk.

Contoh :
PT 4 A dalam periode tahun 2013 memproduksi biaya bersama berupa produk BA,produk HA dan produk GIA,yang masing
masing sebanyak: 45.000 unit, 40.000 unit dan 55.000 unit, produk tersebut memiliki tingkat kesulitan dalam
pembuatannya, dengan peringkat angka penibang berturut-turut: 3,5 dan 1. Jumlah biaya bersama sebesar Rp.
22.200.000,00. Buat alokasi biaya bersama dan jika masing-masing terjual 50% dari hasil produksi dengan tingkat laba
yang diinginkan adalah 50 % dari harga pokok,hitung laba kotor masing masing produk!
Akuntansi Produk Bersama
Alokasi Biaya Bersama
Akuntansi Produk Bersama
Perhitungan Laba Kotor Setiap Produk
Akuntansi Produk Sampingan
Perusahaan yang memiliki produk bersama
berupa produk sampingan (by product) maka ini harus dicatat
4
secara akuntansi, jika produk tersebut memiliki nilai jual
dan dapat diual.
3

Diperlakukan
2
sebagai tambahan

Diperlakukan pendapatan terhadap


1
sebagai pengurang penjualan produk utama
Diperlakukan dari harga pokok produksi
Sebagai pengurang

Diperlakukan sebagai dari harga pokok

pendapatan di luar usaha penjualan


Akuntansi Produk Sampingan
Contoh :
Perusahaan AMANAH memproduksi kecap manis dengan kapasitas per tahun 125.000 liter,harga per liternya
Rp.4.500,00 dengan biaya produksi Rp.500.000.000,00, disamping kecap dihasilkan ampas kecap sebanyak 10.000 kg
yang dapat dijual dengan harga Rp. 800,00. Biaya administrasi dan pemasaran yang dikeluarkan tahun tersebut Rp.
15.000.000,00. Kecap yang terjual 100.000 liter.
Buat laporan rugi laba dengan 4 metode perlakuan produk sampingan!
Akuntansi Produk Sampingan
Diperlakukan sebagai pendapatan diluar usaha :
Akuntansi Produk Sampingan
Diperlakukan sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan :
Akuntansi Produk Sampingan
Diperlakukan sebagai Pengurang Harga Pokok Produksi :
Akuntansi Produk Sampingan
Diperlakukan sebagai Tambahan Pendapatan dari Penjualan Produk Utama :
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Biaya Standar
Suatu Alat Pengendalian Manajerial

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Pengendalian biaya memerlukan patokan atau standar
sebagai dasar yang dipakai sebagaitolok ukur
pengendalian,ini disebut dengan biaya standar
Pengertian
Biaya yang ditentukan dimuka,yang merupakan jumlah biaya yang

01 seharusnya dikeluarkan untuk satu satuan produk atau


untukmembiayai kegiatan tertentu,dibawah asumsikondisi
ekonomi,efisien,dan faktor-faktor lain tertentu

Biaya yang ditentukan terlebih dahulu(diperkirakan akan

02 terjadi)da apabila penyimpangan terhadapnya,maka biaya


standarini dianggap benar

Sistem biaya standar sama dengan sistem biaya aktual kecuali


03 ditambahkan perkiraan varian(selisih).Biaya standar biasanya
berbeda dengan biaya yang benar benar dikeluarkan ,dan
perkiraan varian merupakan tempat penampungan untuk
perbedaan ini.
Jenis Biaya Standar
Standar Teoritis Standar Rata-rata
Yaitu biaya standar yang penyusunannya Yaitu standar yang penyusunanya sudah
dalamkondisi yang ideal,sehingga jenis ini memperhitungkan kondisi normal perusahaan secara
merupakan standar merupakan tingkat yang paling internal, misalnya: kemampuan operasional
efisien yang dapat dicapai perusahaan. Standar ini mesin,tingkat absensi karyawan, ketersediaan ahli
tidak mungkin dilaksanakan pada kondisi normal. maintenance.

Standar Normal Standar atas Pelaksaan Terbaik yang Pernah dicapai


Yaitu standar yang penyusunannya sudah
Yaitu standar yang penyusunannya didasarkan pada
memperhitungkan faktor intern dan ektern perusahaan
tingkat pelaksanaan terbaik yang perng dicapai
di bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang
dengan memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan
normal,standar ini sangat berguna untuk keperluan
yang tidak dapat dihindari terjadinya.
jangka panjang.
Alasan Penerapan Biaya Standar

Perencanaan dan Pengendalian Perhitungan Biaya Produksi

Standar unit adalah syarat fundamental Dalam perhitungan biaya standar,


bagi sistem anggaran fleksibel, yang biaya-baya dibebankan pada produk
merupakan kunci bagi sistem dengan menggunakan standar
perencanaan dan pengendalian yang kuantitas dan harga untuk ketiga harga
baik. Sistem pengendalian bisa pokok produksi: bahan baku langsung,
dilakukan dengan cara membandingkan tenaga kerjalangsung dan overhead.
antara anggaran yang distandarkan Dengan sistem perhitungan biaya
dengan pengeluaran yang sebenarnya, standar per unit, pengambilan
yang akan termuat dalam varian keputusan penentuan harga bisa
(selisih). diperhitungkan lebih mudah.
Jenis Kapasitas
Kapasitas Teoritis (Ideal)
Adalah Kapasitas produksi suatu departemen dalam perusahaan/pabrik pada
kecepatan penuh tanpa berhenti selama periode tertentu.

Kapasitas Praktis
Adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan-hambatan/pemberhentian
kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari dan datangnya dari faktor
internal perusahaan. Misalnya karena hilangnya waktu untuk reparasi, waktu
tunggu, buruknya kualitas bahan baku dsb.

Kapasitas Normal
Kapasitas teoritis dikurangi hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak
dapat dihindari baik yang disebabkan faktor internal maupun ekternal,
Hambatan ekternal dapat berupa penurunan tingkat penjualan dalam jangka
panjang disebabkan faktor musiman, siklus dan trend.
Kapasitas normal = kapasitas praktis dikurangi hambatan ekternal
Penyusunan Biaya Standar
Contoh
Untuk membuat 1 produk jadi, distandarkan menggunakan 10 satuan bahan dengan harga per satuan yang distandarkan
Rp.10.000,00. Biaya tenaga kerja langsung tarifnya Rp.30.000,00/jam dan dibutuhkan waktu 3 jam untuk satu unit produk.
Tarif overhead pabrik per jam mesin Rp. 25.000,00, dengan jam standar perunit produk 4 jam.

Perhitungan:
Bahan Baku Langsung Standar = Rp. 10.000,00 x 10 = Rp. 100.000,00
Tenaga Kerja Langsung Standar = Rp. 30.000,00 x 3 = Rp. 90.000,00
Overhead pabrik Standar = Rp. 25.000,00 x 4 = Rp. 100.000,00 +
= Rp. 290.000,00

Maka untuk membuat satu unit produk jadi memerlukan biaya standar Rp. 290.000,00.
Pada kenyataanya jarang sekali pengeluaran biaya produksi sesungguhnya sama dengan standar,dan hal
itu menyebabkan adanya perbedaan yang disebut selisih atau varian.
Standar itu sendiri merupakan patokan, sehingga jika biaya yang sesungguhnya dikeluarkan lebih besar dari
biaya standar,maka terdapat selisih “tidak menguntungkan/unvafavorable variance”.
Dan sebaliknya jika biaya yang sesungguhnya dkeluarkan lebih kecil dari biaya standar, maka terdapat selisih
Insert Your Image

“menguntungkan /vaforable variance”

Selisih yang terjadi dalam unsur biaya produksi :

Penyimpangan
Biaya Standar Selisih terhadap biaya Selisih terhadap biaya Selisih terhadap biaya
bahan baku langsung tenaga kerja langsung overhead pabrik yang
yang disebut selisih biaya yang disebut selisih disebut selisih biaya
bahan baku biaya tenaga kerja overhead pabrik.
langsung
Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung

Selisih biaya bahan baku langsung adalah selisih yang terjadi oleh adanya perbedaan biaya bahan baku langsung
sesungguhnya dengan biaya bahan baku langsung standar.
Ada 3 model analisis selisih biaya bahan baku, yaitu:
a. Model analisis satu selisih (the one way model)
• Selisih total biaya bahan baku langsung

b. Model analisis dua selisih (the two way model)


• Selisih harga bahan baku
• Selisih kuantitas bahan baku
c. Model analisis tiga selisih (the three way model)
• Selisih harga bahan baku
• selisih kuantitas bahan baku
• Selisih harga kuantitas bahan baku atau selisih gabungan
Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung
1. Model Analisis satu selisih (the one way model)

Dalam model ini,selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah ke dalam selisih
harga dan selisih kuantitas.

Rumus yang digunakan:

Dimana:
STbbbl = Selisih total biaya bahan baku langsung
Hst = Harga standar
Kst = Kuantitas standar
Hs = Harga sesungguhnya
Ks = kuantitas
Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung
2. Model Analisis dua selisih (the two way model)

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhya dengan biaya standar dipecah menjadi ke dalam selisih
harga dan selisih kuantitas.

Keterangan :
SH = Selisih harga
SK = Selisih kuantitas
Hst = Harga standar
Hs = Harga sesungguhnya
Ks = Kuantitas sesungguhnya
Kst = Kuantitas standar
Analisis Selisih Biaya Bahan Baku Langsung
3. Model analisis tiga selisih (the three way model)

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhya dengan biaya standar dipecah ke dalam selisih harga,
selisih kuantitas, selisih harga/kuantitas.
Rumus yang digunakan :
Keterangan :
SH = Selisih Harga
SK = Selisih Kuantitas
Hst = Harga standar
Hs = Harga sesungguhnya
Ks = Kuantitas sesungguhnya
Kst = Kuantitas standar
SHK = Selisih Harga Kuantitas
Contoh

PT INDUK SEMANG pada tahun 2013 memproduksi produk jadi A sebanyak 100.000 unit. Bahan baku yang dibeli
sebanyak 600.000 kg, yang digunakan dlam proses produksi 500.000 kg. Untuk 1 unit produk A standar kuantitas
bahan baku 6 kg dengan harga standar per kg Rp. 2.000, dan pada saat membeli harga bahan baku sesungguhnya
Rp. 1.900,00/kg.

Maka analisis selisih bahan baku yang bisa diperhitungkan adalah sebagai berikut:
1. Selisih Total Bahan Baku

STbbbl = (Rp. 2.000,00 x (100.000 x 6 kg) - (Rp. 1.900,00 x 500.000)


= Rp. 1.200.000.000,00 - Rp. 950.000.000,00
= Rp. 250.000.000,00 (selisih menguntungkan/favorable variance)
Lanjutan
2. Selisih Harga Bahan Baku

SH = (Rp.2.000,00 - Rp. 1.900,00) x 500.000 kg


= Rp. 50.000.000,00 (selisih laba/favorable variance)

3. Selisih Kuantitas

SK = { (100.000 x 6 kg) - 500.000} X Rp. 2.000,00


= Rp. 200.000.000,00 (selisih laba/favorable variance)
4. Selisih Harga/Selisih Kuantitas

SHK = (Rp.2.000,00 - Rp.1.900,00) X (600.000 – 500.000)


= Rp.10.000.000,00 (selisih laba/favorable variance)
Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
1. Model Analisis satu selisih (the one way model)

Dalam model ini selisih biaya tenaga kerja langsung secara total dihitung.
Rumus yang digunakan:

Dimana:
STbtkl = Selisih biaya tenaga kerja langsung
Ts = Tarif upah sesungguhnya
Tst = tarif upah standar
JKs = jam kerja sesungguhnya
JKst = Jam kerja standar
Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
2. Model Analisis dua selisih (the two way model)

Dalam model ini selisih biaya tenaga kerja langsung dipecah efisiensi upah menjadi selisih tarif upah
langsung dan selisih efisiensi upah langsung.
Rumus yang digunakan:

Keterangan :
STul = Selisih Total upah langsung
Ts = Tarif upah langsung per jam sesungguhnya
Tst = Tarif upah langsung per jam standar
JKs = Jam kerja sesungguhnya
JKst = Jam Kerja standar
Seul = Selisih Efisiensi upah langsung
Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Model analisis tiga selisih (the three way model)

Model ini merupakan perluasan dari model analisis dua selisih.


Rumus yang digunakan:
Contoh

Dalam memproduksi produk jadi perunit, ditentukan standar adalah 2 jam kerja, dan biaya upah per jam standar Rp.
30.000,00. Pengeluaran upah sesungguhnya adalah Rp. 32.500,00 per jam. Jam yang dikonsumsi sesungguhnya
1.800 jam dan produksi yang dihasilkan 1.000 unit. Maka perhitungan analisis selisihnya adalah sebagai berikut:

1. Selisih Total Upah Langsung

STbtkl = (32.500 X 1.800) - ( 30.000 X (1.000 X 2)


= 58.500.000 - 60.000.000
= Rp. 1.500.000,00 (selisih rugi/unfavorable vaiance)
Lanjutan
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik
Dalam analisis ini selisih yang terjadi dikarenakan perbedaan antara BOP yang sesungguhnya terjadi dengan BOP
standar. Adapun selisih itu adalah sebagai berikut:
a. Model analisis satu selisih
Dalam model ini selisih total biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik

c. Model analisis tiga selisih


Dalam model ini, selisih dipecah menjadi tiga: selisih budget, selisih kapasitas dan selisih efisiensi. Selisih
budget adalah selisih yang disebabkan adanya perbedaan antara overhead pabrik sesungguhnya dengan
overhead pabrik menurut budget pada jam sesungguhnya.
Rumus yang digunakan :
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik
Contoh

PT NUGRAHA SAKTI memiliki informasi tentang BOP standar dan yang sesungguhnya sebagai berikut:
• Kapasitas normal BOP (dinyatakan dalam jam) 6.000 jam mesin
• Budget BOP variabel Rp. 900.000,00, budget BOP tetap Rp. 750.000,00
• BOP sesungguhnya yang dibayarkan Rp.1.800.000,00, jam sesungguhnya 5.500 jam,unit yang diproduksi 1.000 unit,
dengan standar untukmembuat satu unit 3 jam.

Maka analisis selisih sebagai berikut:


• Tarif Overhead pabrik variabel : Rp.900.000,00/6000 jam = Rp.150,00
• Tarif Overhead pabrik tetap : Rp.750.000,00/6000 jam = Rp.125,00
Tarif total = Rp. 275,00
Jawaban
Lanjutan
Lanjutan
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Perhitungan
Biaya Produk Berdasakan ABC Sistem

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Dengan mempertimbangkan efisiensi, seorang manajer
yang berhubungan langsung dengan proses
pengambilan keputusan (yang terkait penentuan biaya)
sudah mulai mengaitkan biaya dengan suatu aktivitas
atas dasar sebab akibat (causal).
Secara umum perhitungan biaya produk
yang berdasarkan kegiatan (selanjutnya
digunakan istilah ABC) adalah metode
perhitungan biaya yang membebankan
biaya pertama-tama pada kegiatan, lalu

Your Picture Here


pada produk berdasarkan penggunaan

Pengertian kegiatan oleh setiap produk, ini


mendasarkan pada konsep: Produk
mengkonsumsi kegiatan: kegiatan
mengkonsumsi sumber daya.
ABC akan membebani biaya terhadap produk
berdasarkan jumlah aktivitas produk yang diperlukan untuk mengembangkan biaya per aktivitas.

Insert Your Image

Rumus kalkulasi biaya per aktivitas adalah sebagai berikut:


Ilustrasi basis alokasi untuk sistem tradisional dan ABC

Insert Your Image


Istilah dalam ABC Sistem

Biaya Objek Biaya


Pengorbanan sumber ekonomis untuk Sebagai alasan mengapa biaya
menghasilkan produk tertentu baik yang dikeluarkan,.
telah,sedang dan akan dikeluarkan dan
dinyatakan dalam ukuran uang.

Aktivitas Pemicu Aktivitas


Kegiatan yang dilakukan/ Ukuran frekuensi dan intensitas
Efisien Efektif
transaksi yang terjadi yang memicu permintaan terhadap suatu aktivitas obyek
adanya biaya (cost driver). biaya, digunakan untuk membebankan
biaya dari cost pool ke objek biaya.

Sumber Daya Pemicu Biaya


Pengeluaran yang dibayarkan sebuah Faktor-faktor yang menyebabkan
organisasi,misalnya:gaji,penyusutan,biaya perubahan biaya aktivitas, yang bisa
bahan dan sebagainya. diukur yang digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari
aktivitas ke aktivitas lainnya, baik produk
ataupun jasa.
Tahapan Penggunaan ABC
Karena konsep ABC intinya adalah melakukan perhitungan biaya produk dengan cara yang akurat dengan cara melakukan
identifikasi atas berbagai aktivitas (activity driver) yang akan menyebabkan munculnya pemicu biaya (cost driver).

Maka dalam pelaksanaanya dibagi menjadi Tiga tahapan sebagai berikut :


1. Tentukan kelompok aktivitas (cost pools)

a. Unit level activities adalah aktivitas-aktivitas tingkat unit.


b. Batch level activities adalah aktivitas-aktivitas tingkat gugus produk.
c. Product level (sustaining) activities adalah aktivitas-aktivitas tingkat produk.
d. Facility level (sustaining) activities adalah aktivitas-aktivitas tingkat fasilitas

2. Lakukan pembebanan biaya berdasarkan aktivitas (activity cost)


3. Lakukan perhitungan tarif aktivitas
Manfaat ABC
Membantu dalam pengambilan
keputusan bisnis

Menyajian penelusuran biaya kegiatan


ke tujuan biaya.

Mendorong perusahaan untuk membuat Membantu dalam


perencanaan spesifik dari aktivitas-aktivitas penilaian efektivitas dan
sumber daya. efisiensi kegiatan

Melakukan
perhitungan biaya
produk lebih
akurat/cermat dan
informatif
Kelemahan
ABC Sistem
Ada beberapa biaya yang Karena ada kesulitan dalam Memerlukan biaya
diabaikan dalam analisis, menentukan aktivitas biaya, yang mahal dan waktu
contoh: biaya iklan dan maka pengalokasi biaya cukup lama dalam
riset, biaya penelitian dan terkait dihitung dengan penerapanya
pengembangan sembarang.
contoh: pemeliharaan pabrik
dan pengelolaan proses
produksi
Contoh
PT SELAMAT mempunyai dua buah produk yang memiliki spesifikasi berbeda, produk tersebut dikategorikan sebagai “
Produk Super” dan “Produk Hebat”. Pada tahun 2013 data yang berhubungan dengan kedua produk tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Contoh
Aktivitas cost pool yang dianggarkan dan cost driver yang terjadi adalah sebagai berikut:

Dari data diatas buat perhitungan biaya produksi dan analisis profitabilitas untuk masing masing produk baik
secara konvensional ataupun ABC! (tarif BOP berdasarkan jam kerja langsung)
Cara Konvensional
Jawab :
Diketahui :
Anggaran Biaya Overhead pabrik adalah = Rp. 3.250.000
Jam kerja langsung : 50.000 jkl + 80.000 jkl = 130.000 jkl

Tari Overhead pabrik


• Rp. 3.250.000,00/130.000 jkl = Rp. 25,00/ jam kerja langsung
Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke tiap produk adalah:
• Produk Super : Rp. 25,00 x 50.000 jkl = Rp. 1.250.000,00
• Produk Hebat : Rp. 25,00 x 80.000 jkl = Rp. 2.000.000,00
Biaya overhead pabrik yang dibebankan per unit adalah :
• Produk Super : Rp. 1.250.000,00/ 10.000 = Rp 125,00
• Produk Hebat : Rp. 2.000.000,00/ 15.000 = Rp.133,00
Cara ABC
Tarif aktivitas :
• Aktivitas Persiapan : Rp. 400.000,00/8.000 = Rp. 50,00
• Aktivitas Set up : Rp. 600.000,00/ 600 = Rp. 1.000,00
Aktivitas penggunaan
• Mesin : Rp. 2.000.000,00/2.000 = Rp. 1.000,00
• Aktivitas pengepakan : Rp. 250.000,00/12.500 = Rp. 20,00

Perhitungan biaya overhead pabrik untuk tiap unit adalah :


Produk Super: Volume Produksi : 10.000 unit
Cara ABC
Produk Hebat: Volume Produksi : 15.000 unit
Analisis Profitabilitas
Konvensional ABC Sistem
Kesimpulan
Dalam Sistem ABC perhitungan dan informasi biaya produk lebih cermat/akurat dibanding dengan sistem konvensional,
karena pembebanan biaya berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi:

1. Di sistem tradisional produk super yang harga pokoknya lebih rendah dijual dengan harga yang terlalu tinggi, sementara produk
hebat yang harga pokoknya lebih tinggi di jual dengan harga terlalu rendah. Ini bisa dilihat bahwa persentase dari masing-masing
produk atas laba penjualan adalah sebagai berikut:
• Produk Super : Rp. 225,00 / Rp. 800,00 = 28,125%
• Produk Hebat : Rp. 267,00 / Rp. 1.000,00 = 26,70%

Padahal produk hebat memiliki komposisi biaya yang lebih besar, dengan perhitungan komposisi biaya terhadap penjualan
sebagai berikut:

2. Dalam sistem activity based costing perhitungan harga pokok dan harga jual terlihat proporsional, karena pembebanan berdasarkan
aktivitas lebih akurat.
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Falsafah Persediaan
Just In Time (JIT)

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Manajemen persediaan akan sangat terkait dengan tingkat persediaan yang ideal,
bahwa jumlah persediaan itu sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebih (over inventory) ataupun
kekurangan (under inventory). Kelebihan persediaan akan menyebakan penambahan biaya, demikian
pula kekurangan akan menghambat proses produksi.
Insert Your Image
Tujuan inti dari JIT adalah memperoleh bahan tepat pada
waktunya untuk diproduksi dan menyediakan barang jadi tepat
waktunya untuk dijual dan unsur unsur persediaan lainya tepat
pada saat dibutuhkan.
Dalam JIT pengaruh terbesar dalam proses pengelolaan
persediaan adalah mengurangi persediaan sampai pada tingkat
yang sangat rendah, dan jika mungkin ke tingkat nol (zero
inventory).
Falsafah JIT
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7

Just In Time (JIT) selain bisa diterapkan pada perusaah besar, perusahaan kecilpun
dapat menerapkan sistem ini. Karena sebenarnya perusahaan kecil lebih mudah dalam hal redefine job
function (mendefinisikan fungsi pekerjaan/tugas), sehingga koordinasi atara fungsi lebih mudah.
Pengertian
Suatu sistem persediaan yang dirancang guna
01 mendapatkan barang secara tepat waktu untuk produksi
(pabrikasi) atau dalam penjualan (dalam perdagangan)

Suatu sistem yang komprehensif berkenaan dengan


02 persediaan pengendalian manufaktur dalam hal mana
pembelian persediaan (bahan baku) dan pembuatan produk
(proses produksi) dilakukan sampai tepat waktu .

Sistem JIT memusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi


03 persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di
lokasi kerja pada saat dibutuhkan. Produk sebaiknya diselesaikan
dan tersedia bagi pelanggan, pada saat pelanggan menginginannya
(tepat waktu).
Kondisi Menggunakan JIT ?? Ketika ....
Beban kerja antara bagian tugas
seimbang dan merata
Waktu tunggu hampir tidak ada
(seketika)
Ukuran lot sama
dengan satu Tidak ada alasan
interupsi karena
bahan baku tidak
sesuai dengan
spesifikasi yang
dimaksud.
Biaya dan waktu
yang rendah
Konsep JIT
Perusahaan tidak pernah menyimpan barang apapun di dalam
gudang baik persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses maupun persediaan jadi.
Aspek Fundamental JIT
Menghilangkan aktivitas yang tidk memberikan
Sistem yang berkelanjutan dan terus
nilai tambah pada proses produk atau
menerus dalam penyelesaian
penyerahan jasa, misalnya aktivitas tunggu,
masalahproduksi dan jasa.
aktivitas pemeriksaan sekilas, waktu pindah dan
sebagainya.

Komitmen awal terhadap kualitas Visibilitas aktivitas di perusahaan, haruS diberikan


produk/jasa. Harus ditentukan sejak awal, tekanan hanya untuk aktivitas penambah nilai
maka koordinasi di semua bagian tugas (value added activity). Untuk aktivitas yang tidak
dan koordinasi dengan supplier serta menambah nilai (on value added activity) harus
pelanggan merupakan keharusan. diidentifikasi, dieliminasi bahkan dihilangkan.
Manfaat JIT
1 2 3 4 5 6 7

Waktu Set Up Pekerja dengan berbagai Komitmen dengan supllier Kulaitas barang
bisa dikurangi keahlian digunakan secara dan pelanggan merupakan orientasi
efisien (tidak harus butuh menjadikan hubungan hasil produk dengan
banyak pekerja) patnership biaya yang efisien.

Aliran barang dari gudang ke


Penjadwalan produk dan Persedian dijaga hanya
bagian produksi meningkat
tugas pekerjaan lebih sesuai dengan
karena pekerja fokus pada
konsisten permintaan proses
cara bekerja cepat
produksi
Tradisional VS JIT
Pada sistem Tradisional yang dilakukan perusahaan mengenai masalah penanganan pengelolaan persedian
memang tidak diperhatikan dalam hal efisiensi dan efektifitasnya, karena sistem tradisional sangat berpijak
dengan sifat “antisipasi“, sehingga perhitungan untuk persediaan seringkali menjadi boros.

Perbandingan antara Sistem JIT dan Sistem Tradisional :


Tradisional VS JIT
Ilustrasi JIT & Tradisional
Perusahaan “TEGAR” memproduksi 100 unit produk G per batch. Proses produksi yang melalui tahapan
sebagai berikut:

Diperlukan waktu 15 menit untuk mengalihkan produk dari tahap Machine ke tahap Assembly, dan 17 menit dari
tahap Assembly ke tahap Testing. Aktivitas pemindahan bahan (handling) dan aktivitas tidak menambah nilai
lainnya, mengkonsumsi waktu 95 % dari waktu tunggu (led time).
Proses Produksi Sistem Tradisional
Proses Produksi Sistem Tradisional
Pada operasisecara tradisional setiap proses didorong (push) untuk melalui setiap departemen yang mengkhususkan
diri untuk 1 proses tertentu. Sehingga dibutuhkan waktu tunggu karena proses itu sifatnya harus berurutan.

Masalah :
• Terdapat waktu tunggu, karena proses berjauhan
• Waktu persiapan lama, kaena adanya tumpukkan (batch) yang akan diproduksi

Upaya Perbaikan :
• Hilangkan waktu tunggu (lead time), maka lay out proses harus berdekatan satu sama lain.
• Kurangi waktu persiapan (set up) dengan memungkinkan memperkecil ukuran bacth sehingga menjadi 1 ukuran
(one piece flow)
Proses Produksi Sistem JIT

Pada sistem JIT, proses produksi menganut sistem Pull (tarik) kemudian setiap departemen produksi (machining,
assembly dan testing) berubah menjadi sel-sel kegiatan yang disebut SHOP.
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Target Costing

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Pendahuluan

Menentukan harga jual yang bisa menghasilkan jumlah penjualan sesuai


dengan harapan perusahaan merupakah hal yang harus dikaji secara
mendalam, dengan harga jual yang pantas dan proporsional maka perusahaan
akan mendapatkan dan tercapainya marjin laba yang diinginkan. Pencapaian
laba marjin yang diinginkan perusahaan, sangat terkait dengan pencapaian
pangsa pasar (market share). Salah satu cara untuk mendapatkan market
share yang sesuai harapan dengan harga jual yang bisa bersaing, maka
diperlukan adanya perhitungan atas target biaya yang harus dilaksanakan,
sistem ini disebut target costing.
Pengertian
Target costing (targetkan biaya) merupakan sistem yang dimulai dengan melakukan market research untuk menentukan harga jual
produk (produk baru) di pasaran, kegiatan ini mengharuskan manajemen melakukan perhitungan biaya (cost analysis) produksi yang
memungkinkan tercapainya marjin laba per satuan produk (per unit).

Berdasaran perhitungan biaya tersebut, manajemen merancang suatu produk yang mungkin diproduksi pada
tingkat biaya yang telah diperhitungkan (target costing).
Contoh
Perusahaan MULIA memiliki pangsa pasar (market share) 15%, dengan harga jual produk telah terbentuk di pasar Rp.
250.000,00/unit. Setelah dianalisis oleh cost analysts di perusahaan, maka harga jual bisa diturunkan sampai batas Rp.
225.000,00 dan pangsa pasar akan naik menjadi 25%, jika laba yag diharapkan perusahaan adalah Rp. 35.000,00.

Maka target cost yang dapat dihitung adalah sebagai berikut:


• Harga jual per unit yang diperkirakan Rp. 225.000,00
• Laba per unit yang ditargetkan Rp. 35.000,00
• Target cost Rp. 190.000,00

Jika biaya produk per unit yang dilakukan selama ini adalah Rp. 205.000,00, maka pengurangan biaya yang harus
dilakukan supaya target cost tercapai adalah Rp. 205.000,00 – Rp. 190.000,00 = Rp.15.000,00
Sasaran Target Costing

Harga pokok Target laba


Penetapan harga
produk (target margin)

Sasaran tesebut juga dilakukan dalam sistem Tradisional, tetapi sistem tradisional lebih
sederahana, sementara target costing lebih komplek.
Sistem Tradisional VS Target Costing

Solusi untuk menekan biaya adalah melaksanakan sistem target costing, bahwa biaya
bukan ditekan tetapi ditargetkan supaya harga pokok produk, harga jual dan margin/laba
yang diinginkan dapat tercapai.
Contoh
Perusahaan SEHAT menghasilkan produk “S” yang merupakan produk standar dan dijual dipasaran dengan harga
Rp.10.000,00/unit. Jika perusahaan menjual dengan harga diatas Rp. 10.000,00 tentu tidak akan laku. Maka perusahaan
dituntut untuk menjual dengan harga pasar dan mendapatkan keuntungan yang cukup. Supaya keuntungan itu
cukup/memadai maka perusahaan harus menerapkan target costing.

Dari uraian tentang target costing di atas, maka pada dasarnya target costing merupakan ;

1. Penentuan harga pokok produk sesuai target dengan target cost


2. Penentuan harga jual sesuai dengan laba yang diinginkan/target margin
3. Penentuan harga pokok produk sesuai denga harga jual kompetitip yang pelanggan bisa membayarnya
Langkah
Menerapkan Target Costing
Lakukan riset pasar (market research) dilakukan oleh
01 bagian research and development.

Tentukan cost dan margin yang paling memugkinkan

02 (margin and cost feasibility) dilakukan oleh cost


accountant.

Tentukan capaian target margin dan target cost,


03 dilakukan oleh cost accountant dan engineers.

04 Implementasi perbaikan yang berkesinabungan.


Hambatan Penerapan Target Costing

Diperlukan waktu yang lama untuk bisa mencapai target costing, karena memerlukan riset.

Dimungkinkan terjadi perselisihan paham, karena membutuhkan skill yang cukup,


keseriusan, komitmen yang tinggi dan sumber daya yang relatif besar.
u re Here
P ict
Your
Karyawan bekerja dibawahtekanan, karena target yang harus tercapai.

Terdapat kesulitan dalam mengatur faktor faktor penentuan


keberhasilan target costing.

Akuntansi Biaya
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Theory of Constrain (TOC)

Euis Rosidah
Universitas Siliwangi - Tasikmalaya
euisrosidah66@yahoo.com
Pendahuluan

Dalam teori kendala, perusahaan mengakui kinerjanya tidak mulus,


tetapi berhadapan dengan kendala-kendala tertentu.
Untuk mendapatkan kinerja yang meningkat, maka perusahaan harus bisa
mengelola kendala-kendala yang ada, yaitu: melakukan identifikasi kendala,
mendayagunakan kendala dan mengatasi kendala.
Dengan TOC diharapkan perusahaan mempertahankan dan meningkatkan
penjualan dengan cara meningatkan kualitas, mempersingkat waktu produksi
dan menurunkan biaya operasi.
TOC merupakan suatu “systems management
philosophy” yang secara fundamental menyata
kan bahwa kendala mengakibatkan
keterbatasan kinerja di semua sistem.
TOC adalah sistem yang membantu
Your Picture Here
manajemen untuk mengelola operasional
Pengertian perusahaan sejak penggunaan bahan baku
sampai produk jadi, yang memfokuskan
kepada kinerja perusahaan.
Ukuran Kinerja yang Menjadi Fokus TOC

1. Throughput (lintas cepat), merupakan ukuran pada saat perusahaan mendapatkan uang dari hasil penjualan

(sales) bukan berasal dari produksi, sehingga harus fokus pada barang yang diproduksi untuk dijual bukan untuk

disimpan. Menghitung throughput accounting adalah penjualan dikurangi biaya bahan baku.

2. Inventory (persediaan) adalah seluruh uang yang dikeluarkan perusahaan dalam mengubah bahan baku

melalui throughput. Inventory mencakup: bahan baku, bahan pembungkus, barang dalam proses, barang jadi,

mesin, bangunan dan sebagainya.

3. Operating expense (beban operasi) adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah

persediaan menjadi throughput.


Langkah-Langkah TOC

5
4
Mengulang proses,
3
Meningkatkan
2
Menomor duakan kendala-kendala yang
1 Mendayagunakan mengikat, yaitu
segala sesuatu
kendala yang melakukan program
Mengidentifikasi dihadapan keputusan
mengikat, (memastikan perbaikan yang
kendala yang diambil pada
bauran produk optimal berkelanjutan.
perusahaan. nomor 2.
yang dihasilkan,
(Kendala Internal
kendala mengikat yang
dan kendala
utama disebut
eksternal)
drummer)
Contoh
Perusahaan AMANAH tahun 2013 memiliki data keuangan sebagai berikut :
• Penjualan Rp. 100.000.000,00
• Pembelian bahan baku Rp. 60.000.000,00
• Komisi penjualan 10% dari penjualan
• Biaya transportasi Rp. 8.000.000,00/1 kali pembelian

Throughput dihitung :
• Penjualan Rp. 100.000.000,00
• Komisi penjualan (Rp. 10.000.000,00) 10% dari penjualan
• Biaya transportasi (Rp. 8.000.000,00)
• Penjualan Rp. 82.000.000,00
• Pembelian bahan baku Rp. 60.000.000,00
• Throughput Rp. 22.000.000,00
Contoh
Perusahaan PINTAR pada tahun 2013 memiliki data keuangan sebagai berikut: bahan baku langsung Rp.
25.000.000,00. Barang dalam proses Rp. 7.000.000,00, barang jadi Rp. 27.000.000,00, peralatan Rp.
3.000.000,00, bangunan Rp. 60.000.000,00, biaya tenaga kerja langsung Rp. 6.000.000,00 dan biaya overhead
pabrik Rp. 6.500.000,00.

Nilai persediaan berdasarkan Throughput adalah:


• bahan baku langsung Rp. 25.000.000,00
• barang dalam proses Rp. 7.000.000,00
• barang jadi Rp. 27.000.000,00
• Peralatan Rp 3.000.000,00
• Bangunan Rp. 60.000.000,00
• Inventory Rp.122.000.000,00
Contoh
Perusahan CERDAS pada tahun 2013 memiliki data keuangan sebagai berikut: biaya tenaga kerja langsung Rp.
24.000.000,00, biaya tenaga kerja tidak langsung Rp. 12.000.000,00, perlengkapan Rp. 2.000.000,00, bunga
bank Rp. 3.000.000,00, biaya penyusutan Rp. 4.000.000,00, biaya kontrak Rp. 9.000.000,00.

Besarnya operating expense menurut throughput adalah :


• biaya tenaga kerja langsung Rp. 24.000.000,00
• biaya tenaga kerja tidak langsung Rp. 12.000.000,00
• Perlengkapan Rp. 2.000.000,00
• bunga bank Rp. 3.000.000,00
• biaya penyusutan Rp. 4.000.000,00
• biaya kontrak Rp. 9.000.000,00
• Operating expense Rp. 54.000.000,00
Terimakasih
Akuntansi Biaya – Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Anda mungkin juga menyukai