Anda di halaman 1dari 14

Pencegahan

Stunting

TABEL PORSI MAKAN


BAYI USIA 6 – 23
BULAN
Usia 0-6 Bulan
Pada usia 0-6 bulan, Si Kecil hanya mengonsumsi ASI saja. Berdasarkan tabel porsi makan bayi yang ada, di usia ini, seluruh
kebutuhan energi dan nutrisi Si Kecil dapat terpenuhi seluruhnya dengan konsumsi ASI saja. Ingat, ASI punya kandungan nutrisi yang luar
biasa.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ASI merupakan larutan kompleks yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein.
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase.
Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak, atau kurang lebih terdapat 40 gram lemak dalam 1 liter ASI (40 g/L).
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak.
Oleh karena itu, penting sekali untuk membiarkan bayi menyusu pada satu payudara sampai habis dan baru dipindahkan ke payudara satunya
apabila bayi masih menginginkannya. Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan mengurangi lemak yang didapatkan, dengan demikian
bayi tidak mendapat cukup energi.
Kandungan protein dalam ASI terdiri dari whey 70% dan kasein 30%. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah diserap
sehingga akan mempercepat pengosongan lambung.
Kandungan zat aktif lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan tubuh adalah komponen protein yang memberikan
kekebalan terhadap berbagai penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan juga mengurangi risiko alergi.
• Berikut porsi ASI bayi pada usia 1 sampai 6 bulan:

Bayi berusia 1-2 bulan: 120-150 ml per menyusu (setiap 3-4 jam)
Bayi berusia 3-4 bulan: 150-180 ml per menyusu (setiap 3-4 jam)
Bayi berusia 5-6 bulan: maksimal 240 ml per menyusu (setiap 4-5 jam)
Usia 6-9 Bulan
Di usia 6 bulan, bayi akan mulai makan makanan padat. Di usia 6-9 bulan, kemampuan motoric bayi sudah
semakin berkembang, Ia sudah dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya. Di rentang usia ini
juga, gigi Si Kecil sudah mulai tumbuh, dan usia ini, ibu harus terus memperhatikan tekstur MPASI bayi. Di saat
bayi sudah terbiasa dengan satu tekstur, ibu bisa mulai mengenalkannya dengan tekstur baru. Ini juga menjadi
stimulasi untuk perkembangan bayi.
Berdasarkan tabel porsi makan bayi di atas, di usia 6-9 bulan, bayi akan mengonsumsi MPASI dengan
tekstur puree (disaring) hingga tekstur mashed (dilumatkan). Ia akan makan 2-3 kali sehari (makan besar), dan 1-2
kali sehari makan selingan (snack). Di usia ini, kebutuhan energi bayi dari MPASI adalah 200 kkal/hari. Untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut, ibu bisa mulai memberikan 3 sendok makan di awal MPASI dan terus
meningkat hingga setengah porsi mangkuk ukuran 250 ml.
Usia 9-12 Bulan
Di usia 9-12 bulan, tabel porsi makan bayi pun berbeda dari bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena
kebutuhan kalori dan perkembangan Si Kecil juga sudah meningkat. Di usia ini, ia membutuhkan energi setidaknya
300 kkal/hari dari MPASI. Ini perlu dipenuhi dengan porsi makan bayi yang tepat. Jika tidak, ia akan berisiko
mengalami malnutrisi yang berakibat pada terhambatnya tumbuh kembang.
Di usia 9-12 bulan, bayi sudah bisa merapatkan bibir ketika disuapi untuk membersihkan sisa makanan di sendok.
Ia juga sudah dapat menggigit makanan dengan tekstur yang lebih keras, sejalan dengan semakin banyak gigi yang
tumbuh.
Pada fase ini, ibu harus mulai memberikan tekstur MPASI yang berbeda, yakni minced (cincang
halus), chopped (cincang kasar), dan finger foods. Makin beragam tekstur yang sudah ia coba, ia juga akan makin
terbiasa dan nantinya siap makan makanan keluarga. Dari tabel porsi makan bayi di atas, diketahui bahwa di usia
ini, bayi akan makan 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. Porsi sekali makan Si Kecil pun sudah
semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan 300 kkal dari MPASI. Di usia 9-12 bulan, ia akan makan sebanyak
setengah mangkuk berukuran 250 ml.
Usia 12-23 Bulan
Di usia 12-23 bulan, ibu sudah bisa mengenalkan Si Kecil ke makanan keluarga. Di usia ini, ia sudah bisa
beradaptasi dengan segala tekstur makanan meski belum bisa mengunyah dengan sempurna. Ia juga sudah mulai
beradaptasi dengan segala menu makanan yang diberikan, termasuk makanan keluarga. Berdasarkan tabel porsi
makan bayi, di usia ini, bayi butuh energi kurang lebih 550 kkal/hari dari MPASI. Ibu bisa memenuhi kebutuhan
kalorinya dengan memberikan 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan dengan porsi 3/4-1 mangkuk
penuh ukuran 250 ml.
“Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh,
serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”
• Pola Makan

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta
seringkali tidak beragam. Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap
membiasakan mengonsumsi buah dan sayur. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah,
setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada
karbohidrat
• Pola Asuh

Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian
makan bagi bayi dan Balita.
• Akses sanitasi dan air bersih

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dapat mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi.
Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
Sekilas tentang stunting
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Tambahan
Kapan sebaiknya memasukkan garam dalam makanan?
Paul Breslin, profesor dari Departemen Ilmu Gizi Rutgers University, mengatakan bahwa sebaiknya bubuhkan garam sedikit
pada awal memasak, kemudian masukkan lagi nanti pada akhir proses memasak. Ketika dimasukan dari awal proses
pemasakan, garam akan langsung berikatan dengan protein yang ada pada makanan. Selanjutnya, akan terbentuk ikatan
molekul yang besar. Namun, ikatan molekul besar ini hanya sekadar menambahkan kadar natrium yang meresap ke dalam
makanan saja, sedangkan rasa asinnya tidak begitu terasa.
Selain dari waktunya, Anda juga bisa mengolah makanan berdasarkan jenis makanan apa yang akan
Anda masak. Simak contoh di bawah ini.
• Saat memasak daging, sebaiknya tambahkan garam pada bagian awal. Ketika daging dimasak, sel-selnya cenderung akan
menutup dan mengerut sehingga daging akan lebih sulit untuk menyerap rasa. Oleh karena itu, sebaiknya tambahkan garam
ke daging mentah bersama bumbu lainnya sehingga semua rasa bisa diserap dengan baik pada masakan.
• Saat memasak sayuran, jangan lupa tambahkan garam pada akhir proses memasak, untuk mendapatkan tekstur sayuran
yang masih renyah dan tidak lembek. Garam cenderung menarik kelembapan dari sayuran. Maka itu, jika
menambahkannya di awal, maka sayuran akan lebih cepat layu dan basah.
Anjuran Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan panduan konsumsi gula, garam, dan lemak yang tepat agar tubuh
selalu sehat dan terhindar dari penyakit kronis. Berikut ini adalah penjelasannya:
• Gula
Gula merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Meski memiliki peran yang penting, gula tidak boleh dikonsumsi
secara berlebihan. Untuk mencapai kesehatan tubuh yang maksimal, asupan gula yang diperbolehkan hanyalah 5% dari kebutuhan kalori
harian. Hal ini berlaku untuk orang dewasa maupun anak-anak.

Berikut adalah acuan konsumsi gula berdasarkan usia :


• Dewasa: tidak lebih dari 30 gram (7 sendok teh) per hari
• Anak-anak 7–10 tahun: tidak lebih dari 24 gram (6 sendok teh) per hari
• Anak-anak 2–6 tahun: tidak lebih dari 19 gram (4 sendok teh) per hari

Dampak Gula Berlebih pada Anak


1. Kerusakan gigi
2. Penurunan daya ingat dan konsentrasi
3. Obesitas
4. Penyakit diabetes
• Garam
Garam merupakah salah satu bumbu wajib pada masakan untuk memberikan rasa gurih dan sedap.
Namun mengonsumsi garam melebihi batas yang dianjurkan tentu bisa membahayakan kesehatan.
Berikut ini adalah rekomendasi batas maksimal asupan garam berdasarkan usia:
• Kurang dari 1 tahun: 1 gram per hari
• 1–3 tahun: 2 gram per hari
• 4–6 tahun: 3 gram (1/2 sendok teh) per hari
• 7–10 tahun: 5 gram per hari
• 11 tahun ke atas: 6 gram (1 sendok teh) per hari
Kelebihan garam dapat menimbulkan rasa gampang lapar dan haus pada anak yang dapat meningkatkan
risiko obesitas. Selain itu, mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi juga dinilai tidak baik bagi kesehatan,
terutama ginjal. Hal ini berlaku baik bagi anak-anak maupun orang dewasa secara keseluruhan.
• Lemak

Lemak berfungsi untuk menyediakan energi dalam jangka panjang. Selain itu, lemak juga membantu penyerapan vitamin A, vitamin D, dan
vitamin E di dalam tubuh. Akan tetapi, lemak bukan lagi hal yang baik jika terlalu banyak tersimpan di dalam tubuh.
• Ada 3 jenis lemak, yaitu lemak tak jenuh, lemak jenuh, dan lemak trans. Lemak tak jenuh adalah salah satu jenis asam lemak yang baik untuk tubuh.
Contohnya adalah lemak dari ikan dan tumbuh-tumbuhan. Sementara itu, lemak jenuh dan lemak trans cenderung bisa mengendap di pembuluh darah
dan menyebabkan penyakit. Batas maksimal asupan lemak jenuh bagi pria adalah 30 gram per hari, dan bagi wanita adalah 20 gram per hari. Sedangkan
untuk lemak trans, batas maksimalnya adalah 5 gram per hari. Pada anak-anak, dianjurkan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, takaran lemak per hari yang sesuai kebutuhan balita:
•Balita usia 1-3 tahun: 44 gram
•Balita usia 4-6 tahun: 62 gram

American Heart Association merekomendasikan anak usia 2-3 tahun mengonsumsi lemak total sekitar 30 sampai 35 persen dari kalorinya.
Sementara itu untuk anak usia 4-18 tahun, kadar lemak yang dikonsumsi per hari sekitar 25-35 persen dari total kalori.
Berikut sejumlah bahaya lemak jenuh apabila dikonsumsi secara berlebihan.
• Kolesterol tinggi
• Penyempitan pembuluh darah
• Peradangan
• Memengaruhi kondisi psikologis
Sekian Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai