Anda di halaman 1dari 13

- History –

KELOMPOK :
Aluna gita prasojo 1

Dani ramadhan 4

Elena kirania syakira 6

Firman nugraha 10

Nassya aura arfiliza 18

Naufal mohammad adhi 19

Rahma hutami azzahra 24

Reyhan rizquloh 27

Viviana rismayani 34
___

-Pemberontakan Aceh-
Tengku Abdul Jalil atau Tengku Cot Plieng adalah seorang ulama
dan pemimpin pondok pesantren di daerah Lhokseumawe, Aceh.
Ia terkenal karena menjadi tokoh perlawanan terhadap
penjajahan Jepang di Aceh.
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri
ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan Nopember 1944. Menghadapi kondisi
tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak
mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya
dapat ditumpas.
Didaerah aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat, seperti di kabupaten Barenaih yang
dipimpin oleh kepala kampong dan dibantu oleh satu regu Giyugun (Perwira Tentara Sukarela), Namun
semua berakhir dengan kondisi yang sama, yaitu berhasil ditumpas oleh militer Jepang dengan sangat
kejam.
Pemberontakan Aceh yang terjadi antara tahun 1942-1944 dikenal sebagai
Pemberontakan Aceh Besar. Pemberontakan ini terjadi di wilayah Aceh Besar,
provinsi Aceh, Indonesia. Pemberontakan ini dipimpin oleh Tengku Daud
Beureueh, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Pemberontakan Aceh Besar dimulai pada tanggal 10 Februari 1942, ketika Tengku
Daud Beureueh dan para pengikutnya melakukan serangan terhadap pasukan
Belanda yang bermarkas di Banda Aceh.
Pemberontakan di Aceh memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya pemberontakan Aceh antara lain:

1. Sejarah dan identitas Aceh: yang kaya mempengaruhi perjuangan mereka untuk
otonomi dan keistimewaan daerah.
2. Konflik politik dan ekonomi: terutama terkait pembagian sumber daya alam, menjadi
pemicu utama pemberontakan.
3. Diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia: pemerintah pusat juga memperkuat
perlawanan di Aceh.
4. Agama dan identitas Islam: Pemberlakuan hukum syariah di Aceh memunculkan
ketegangan terkait interpretasi Islam yang lebih ketat.
5. Peran kelompok separatis: seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menggunakan
kekerasan untuk mencapai tujuan kemerdekaan, meningkatkan ketegangan di Aceh.
Perlawanan dari rakyat Aceh telah terjadi sejak awal pendudukan Jepang di Indonesia, terutama
di Cot Plieng, Lhokseumawe. Hal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat Aceh terhadap
Jepang pada tanggal 10 November 1942 adalah tindakan sewenang-wenang dan tidak bermoral
tentara Jepang. Selain memaksakan kehendak terhadap rakyat, tentara Jepang tidak menghormati
kehidupan umat Muslim Aceh dan dengan bebas mabuk-mabukan serta bermain perempuan.
Salah satu hal yang dipaksakan adalah melakukan seikerei atau penghormatan ke arah timur yang
ditujukan kepada dewa yang disembah oleh orang Jepang, yaitu Dewa Matahari. Oleh Teuku
Abdul Jalil, Jepang disebut telah mengubah kiblat umat Muslim, sehingga terjadilah perlawanan
yang didukung oleh rakyat.
Akhir pemberontakan aceh
Pada tahun 1942-1944, Aceh tidak mengalami pemberontakan yang signifikan. Namun,
periode ini merupakan masa yang penting dalam sejarah - Aceh karena terjadi perubahan
kekuasaan dan pengaruh yang signifikan di wilayah tersebut.Pada tahun 1942, Jepang
menduduki Indonesia, termasuk Aceh, selama Perang Dunia II. Pemerintahan kolonial Belanda
digantikan oleh pemerintahan Jepang yang dikenal sebagai "Pemerintahan Militer Jepang" atau
"Dai Nippon Teikoku Gunsei". Selama masa pendudukan Jepang, Aceh mengalami perubahan
sosial, politik, dan ekonomi yang signifikan.Pemerintahan Jepang di Aceh berusaha
memobilisasi sumber daya dan tenaga kerja untuk mendukung upaya perang mereka. Mereka
menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengatur produksi dan distribusi sumber daya alam,
-
termasuk minyak dan gas yang melimpah di Aceh. Selain itu, Jepang juga mempengaruhi
sistem pendidikan, administrasi, dan kehidupan sosial di Aceh.
Namun, tidak ada pemberontakan yang signifikan terjadi di Aceh selama periode
ini. Meskipun ada beberapa kelompok yang tidak setuju dengan pendudukan Jepang
dan mungkin melakukan tindakan perlawanan terisolasi, tidak ada pemberontakan
yang berhasil menggulingkan pemerintahan Jepang di Aceh pada periode
tersebut.Pemberontakan Aceh yang lebih terkenal terjadi pada periode setelah
kemerdekaan Indonesia, terutama pada tahun 1970-an hingga 2005, ketika Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) berjuang untuk kemerdekaan Aceh dari Indonesia.
Pemberontakan Aceh memiliki dampak yang signifikan bagi Jepang dan Indonesia, baik secara
politik, ekonomi, maupun sosial. Berikut adalah beberapa dampaknya:

Dampak bagi Jepang:


1. Kerugian ekonomi: Pemberontakan Aceh telah mengganggu stabilitas politik dan keamanan di
wilayah tersebut. Hal ini dapat menghambat investasi dan perdagangan Jepang di Aceh, sehingga
berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi bagi perusahaan Jepang yang beroperasi di sana.

2. Dampak diplomasi: Pemberontakan Aceh dapat mempengaruhi hubungan diplomatik antara


Jepang dan Indonesia. Jepang, sebagai negara mitra ekonomi Indonesia, mungkin terlibat dalam
upaya mediasi atau diplomasi untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut.
Dampak bagi Indonesia:

1. Kerugian ekonomi: Pemberontakan Aceh dapat mengganggu stabilitas ekonomi di wilayah tersebut. Konflik
bersenjata dan ketidakstabilan politik dapat menghambat pembangunan ekonomi dan investasi di Aceh, serta
mengganggu produksi dan distribusi sumber daya alam seperti minyak dan gas.

2. Korban jiwa dan penderitaan manusia: Pemberontakan Aceh telah menyebabkan korban jiwa dan penderitaan
manusia yang signifikan. Konflik bersenjata dan tindakan represif dari kedua belah pihak telah mengakibatkan
hilangnya nyawa, pengungsi, dan trauma bagi penduduk Aceh.

3. Perubahan politik dan otonomi: Pemberontakan Aceh telah mempengaruhi dinamika politik di Indonesia. Konflik
ini telah mendorong pemerintah Indonesia untuk mencari solusi politik, yang pada akhirnya menghasilkan
kesepakatan damai antara pemerintah dan GAM pada tahun 2005. Kesepakatan tersebut memberikan otonomi khusus
kepada Aceh dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Pembangunan dan rekonsiliasi: Setelah kesepakatan damai, pemerintah Indonesia dan Aceh telah berupaya
memulihkan dan membangun kembali wilayah yang terdampak konflik. Program pembangunan dan rekonsiliasi telah
dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur, memulihkan ekonomi, dan mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi
antara masyarakat Aceh.
Pertanyaan:
1.Apa yang melatarbelakangi perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang pada tanggal 10 November
1942?

2.Siapa yang memimpin pemberontakan Aceh?

3.Apa yang menjadi pemicu pemberontakan Aceh terhadap Jepang selama masa pendudukan Jepang
di Indonesia?

4.Bagaimana karakteristik pemberontakan Aceh terhadap Jepang dan bagaimana dampaknya terhadap
Aceh dan hubungan antara Aceh dengan pemerintah Jepang?

5.Apa saja strategi yang digunakan oleh pemberontak Aceh untuk melawan pendudukan Jepang?

Anda mungkin juga menyukai