DONGENG

Wanto Tirta
Orang biasa pegiat seni / komunitas orang pinggiran
Nulis puisi, guritan, main teater, keroprak
Penerima penghargaan bidang seni Gatra Budaya dari Pemkab Banyumas
(2015)
Nomine Prasidatama Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Daerah Balai Bahasa
Provinsi Jawa Tengah (2017)
Puisi dan guritannya termaktub dalam puluhan buku antologi bersama
Buku Tunggal : antologi puisi Catatan 1000 hujan (1056 hal), Bregkesan
Guritan Nonton Tonggeng; Inyong Rika Indonesia , parikan penginyongan.
KONSEP DONGENG
- KBBI
- PARA AHLI
- SECARA UMUM
1. KBBI

CERITA YANG TIDAK BENAR-BENAR TERJADI

(TERUTAMA TENTANG KEJADIAN ZAMAN
DULU YANG ANEH-ANEH).
2. PARA AHLI

- DANANDJAJA (1994) MENGUNGKAPKAN

DONGENG MERUPAKAN CERITA RAKYAT YANG
DIANGGAP TIDAK BENAR-BENAR TERJADI
OLEH EMPUNYA CERITA, TIDAK TERIKAT OLEH
SUATU TEMPAT ATAUPUN WAKTU, KARENA
DONGENG BERFUNGSI MENGHIBUR.
- RUKIYAH, R. (2018) MENYEBUT DONGENG
SEBAGAI CERITA YANG DIMILIKI OLEH BANGSA
INDONESIA YANG PERLU DILESTARIKAN
KARENA BANYAK MANFAATNYA, BISA
DIJADIKAN HIBURAN JUGA PEMBELAJARAN
KARENA MENGGAMBARKAN KEBENARAN,
BERISI AJARAN MORAL, SINDIRAN. CERITA
DONGENG MEMUAT HARAPAN-HARAPAN,
KEINGINAN-KEINGINAN, DAN NASIHAT BAIK
TERSIRAT MAUPUN TERSURAT.
- PROMEDYA ANANTA TOER MENYEBUT
DONGENG SEBAGAI MEDIUM TERINDAH
DALAM TRADISI LISAN NUSANTARA
- MENURUT DUDUNG (2015), DONGENG
MERUPAKAN BENTUK SASTRA LAMA YANG
BERCERITA TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA
YANG PENUH KHAYALAN (FIKSI) DAN TIDAK
BENAR-BENAR TERJADI.

- SELAIN ITU, KAMISA (DALAM ROSIDAH DAN

RUSMINATI, 2017) MENYEBUT DONGENG
SEBAGAI CERITA YANG DITUTURKAN ATAU
DITULISKAN, BERSIFAT HIBURAN DAN
BIASANYA TIDAK BENAR-BENAR TERJADI
DALAM KEHIDUPAN.
3. SECARA UMUM

SECARA UMUM PENGERTIAN DONGENG YAKNI

KARYA SASTRA LAMA BERUPA TRADISI LISAN
YANG SECARA TURUN TEMURUN
MENCERITAKAN SUATU KEJADIAN LUAR
BIASA DAN BANYAK KHAYALAN, BIASANYA
DIJADIKAN SEBAGAI CERITA PENGANTAR
TIDUR.
BENTUK DAN JENIS DONGENG

Bentuk atau jenis dongeng bisa dikenali berdasar

ciri khas isi cerita masing-masing. Beberapa jenis
dongeng yang ada, antara lain: myth atau mitos,
legenda, fabel, sage, jenaka, cerita pelipur lara,
cerita perumpamaan (Safitri, I., & Suwartini, I.,
2022).
A. MYTH (MITOS):

MENGANDUNG CERITA TENTANG ALAM GAIB

ATAU BENDA-BENDA MAGIS DARI SUATU
WILAYAH YANG UMUMNYA BERUPA MITOS
TERTENTU.

CONTOH: NAWANG WULAN-JAKA TARUB (JAWA

TENGAH), NYI RORO KIDUL (JAWA TENGAH),
BATU MENANGIS (PULAU KALIMANTAN), DAN
LAINNYA.
B. LEGENDA:

MENCERITAKAN TENTANG RIWAYAT ATAU

ASAL-USUL TERJADINYA SUATU DAERAH.

CONTOH: LEGENDA RAWA PENING (JAWA

TENGAH), LEGENDA TANGKUBAN PERAHU
(JAWA BARAT), LEGENDA MALIN KUNDANG
(SUMATRA BARAT), DAN SEBAGAINYA.
C. FABEL:

DONGENG MENGENAI SUATU KISAH DENGAN

TOKOH UTAMA BINATANG, BIASANYA SERING
DIPAKAI SEBAGAI MEDIA UNTUK MENDIDIK
ANAK-ANAK.

CONTOHNYA: CRITA SI KANCIL, CRITA KEBO,

CRITA SEMUT, DAN LAINNYA.
D. SAGE:

DONGENG YANG MENCERITAKAN KISAH-

KISAH KEPAHLAWANAN, PERJUANGAN,
KEBERANIAN, ATAU KESAKTIAN SESEORANG.

CONTOH: JAKA TINGKIR (JAWA TENGAH),

CIUNG WANARA (JAWA BARAT), PATIH GADJAH
MADA (JAWA TIMUR), DAN SEBAGAINYA.
E. JENAKA:

CERITA LUCU YANG BISA MEMBUAT ORANG

TERTAWA KARENA ISINYA MENYENANGKAN
DAN MENGHIBUR.

CONTOH: CRITA KABAYAN, DAN LAINNYA.

F. PELIPUR LARA:
CERITA PELIPUR LARA MERUPAKAN CERITA YANG DISAMPAIKAN
AGAR MENGHIBUR HATI SESEORANG, UMUM NYA ISI CERITANYA
SANGAT INDAH, PENUH DENGAN FANTASI DAN IMPIAN YANG
MENGGAMBARKAN KEINDAHAN SERTA KEBAHAGIAAN.

UMUMNYA BERBENTUK NARASI, BERTUJUAN MENGHIBUR TAMU DI

PESTA DAN KISAH DICERITAKAN OLEH SEORANG AHLI.

G. CERITA PERUMPAMAAN:
DONGENG YANG MENGANDUNG KIASAN.
H. PENDAPAT LAIN MENYEBUTKAN BAHWA
DONGENG DIBAGI MENJADI LIMA, YAKNI

FABEL, LEGENDA, MITE, SAGE DAN PARABEL

(DAMARISWARA, 2018; SAIDAH, K., &
DAMARISWARA, R., 2019).

PENJELASAN FABEL SAMPAI SAGE SUDAH

DIJELASKAN DI ATAS, SEMENTARA PARABEL
MERUPAKAN CERITA YANG BERISI AJARAN
AGAMA.
STRUKTUR DONGENG

DONGENG MEMPUNYAI STRUKTUR BAKU YANG

TERDIRI DARI TIGA BAGIAN YAKNI:

PENDAHULUAN, ISI, DAN PENUTUP (SANTOSO, T.,

HARPAWATI, T., & PRIHARTANTI, N., 2009; MASRI, A.
S., NURYATIN, A., SUBYANTORO, S., & DOYIN, M.,
2022).

BERIKUT PENJELASANNYA SECARA LEBIH RINCI :

A. PENDAHULUAN:
BAGIAN PENGANTAR DALAM CERITA DONGENG. BAGIAN
INI UMUMNYA MENDESKRIPSIKAN DENGAN RINGKAS ISI
CERITA DONGENG.

B. ISI :
MERUPAKAN BAGIAN UTAMA YANG TERPENTING DARI
SEBUAH DONGENG DAN MENCERITAKAN KEJADIAN
SECARA BERURUTAN.

C. PENUTUP:
BAGIAN AKHIR CERITA DONGENG, UMUMNYA
MENGANDUNG PESAN MORAL DAN KATA PENUTUP.
UNSUR-UNSUR DONGENG

UNSUR-UNSUR YANG HARUS ADA PADA

SEBUAH DONGENG DIANTARANYA:

TEMA, LATAR, ALUR, TOKOH, PENOKOHAN,

SUDUT PANDANG, MAJAS, DAN AMANAT
(NURANI, R. Z., NUGRAHA, F., & ARGA, H. S. P.,
2021).
A. TEMA MERUPAKAN GAGASAN ATAU IDE UTAMA YANG
MENDASARI SEBUAH DONGENG. JENIS TEMA YANG ADA DALAM
SEBUAH CERITA, ADA DUA YAITU TEMA TERSURAT DAN TEMA TERSIRAT.

B. LATAR YAITU KETERANGAN MENGENAI RUANG, WAKTU, DAN

SUASANA PADA SAAT TERJADINYA PERISTIWA DALAM SEBUAH KARYA
SASTRA.

C. ALUR ADALAH URUTAN PERISTIWA PADA SUATU DONGENG YANG

SALING BERKAITAN BERDASAR HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT.

D. TOKOH YAITU PARA PELAKU YANG TERLIBAT DAN MENGALAMI

BERBAGAI PERISTIWA PADA CERITA DONGENG.
E. PENOKOHAN ADALAH CARA PENGARANG MENAMPILKAN
TOKOH-TOKOH DAN WATAK-WATAKNYA DALAM DONGENG,
BAIK ITU KARAKTER, SIFAT, MAUPUN KONDISI FISIK.

F. SUDUT PANDANG YAKNI CARA PENGARANG MENEMPATKAN

DIRINYA DALAM CERITA DONGENG.

G. MAJAS: GAYA BAHASA YANG DIPAKAI DALAM DONGENG

GUNA MEMUNCULKAN EFEK-EFEK TERTENTU SEHINGGA CERITA
LEBIH HIDUP.

H. AMANAT MERUPAKAN PESAN MORAL YANG DISAMPAIKAN

OLEH PENULIS / PENCERITA DONGENG KEPADA
PEMBACA/PENDENGAR.
SELAMAT MEDONGENG