Anda di halaman 1dari 33

KARAKTERISTIK TULI SENSORINEURAL

PADA KLINIK THT-KL DI RS ROEMANI

DISUSUN OLEH:
ANIKA INTAN NUR ALIYAH
H2A017049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang

Sensorineural hearing loss (SNHL) adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan
pada koklea atau retrokoklea. Gangguan pendengaran ini bisa mengenai segala usia dengan berbagai
etiologi yang berbeda. Data dari WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat 466 juta
penduduk dunia yang menderita gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran ini meningkat dari
data tahun 2013 yaitu terdapat 360 juta orang menderita gangguan pendengaran dengan 75 - 140 juta
diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Berdasarkan data tersebut, 328 juta (91%) penderita
merupakan orang dewasa (145 juta wanita dan 183 juta pria) sedangkan 32 juta (9%) penderita
lainnya adalah anak-anak. , “WHO Multi Center Study” menyatakan Indonesia sebagai negara di Asia
Tenggara dengan prevalensi ketulian tertinggi keempat yaitu sebesar 4,6%. Ketiga Negara lainnya
adalah Nepal (16,6%), Thailand (13,3%) dan Sri Lanka (9%).
3
Rumusan Masalah

Bagaimana Karakteristik Penderita Tuli Sensorineural di Klinik THT-


KL RS Roemani ?

4
Tujuan Penelitian

• Mengetahui karakteristik Penderita Tuli Sensorineural di Klinik THT-


KL RS Roemani berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sisi
telinga yang terkena, riwayat mengkonsumsi obat ototoksik, riwayat
trauma, derajat gangguan pendengaran, dan riwayat komorbid.

5
Manfaat Penelitian Bagi Peneliti
Bagi Peneliti Lain
Mengembangkan pengetahuan dan wawasan
Dapat menjadi referensi dan bahan informasi peneliti mengenai karakteristik penderita tuli
untuk menambah wawasan penelitian terkait sensorineural di klinik RS Roemani.
topik serupa maupun topik lain yang terkait.

Bagi Tempat Penelitian


Diharapkan melalui hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi mengenai karakteristik
penderita tuli sensorineural di klinik RS Roemani

6
Keaslian Penelitian
Nama dan Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Yussy Afriani Karakteristik Gangguan 43,3% anak dengan pendengaran normal dan 56,7% anak mengalami Berfokus mengenai gangguan Perbedaan lokasi dan waktu.
Dewi, Ratna Dengar Sensorineural gangguan pendengaran. Sebanyak 286 (45,8%) anak mengalami dengar Sensorineural. Metode Menggunakan sampel anak
Anggraeni Kongenital pada Anak gangguan dengar kongenital bilateral. Laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu penelitian yang digunakan sama anak. Selain itu pada
Agustian, 2011 yang Dideteksi dengan 52,1% sedangkan perempuan 47,9%. dengan penelitian yang akan saya penelitian ini meneliti
Brainstem Evoked lakukan yaitu menggunakan gangguan pendengaran
Response Audiometry metode deskriptif-retrospektif. kongenital yang dideteksi
dengan BERA.

Nyilo Purnami, Characteristics of infants Terdeteksi 377 pasien (68,3%) dengan gangguan pendengaran Berfokus mengenai gangguan Perbedaan lokasi dan waktu.
Cintya Dipta, and young children with sensorineural, terdiri dari rentang usia bayi di bawah 6 bulan hingga 60 dengar Sensorineural. Metode Pada penelitian ini hanya
Mahrus Ahmad sensorineural hearing loss bulan. Pasien yang terdeteksi dengan gangguan pendengaran penelitian yang digunakan sama mengambil sampel pada
Rahman, 2018 in Dr. Soetomo Hospital sensorineural (SNHL) terdiri dari 199 laki-laki (52,79%), dan 178 dengan penelitian yang akan saya anak.
perempuan (47,21%). Sementara pada pemeriksaan BERA ditemukan lakukan yaitu menggunakan
366 pasien (66,33%). metode deskriptif-retrospektif.

Ade Yasinta Hubungan hipertensi Tidak terdapat perbandingan signifikan antara jenis kelamin laki-laki Berfokus mengenai gangguan Perbedaan lokasi dan waktu.
Dewi, M. dengan gangguan maupun wanita, yang menunjukan bahwa ketulian jenis sensorineural dengar Sensorineural. Pada penelitian yang
Nurman pendengaran sensorineural dapat menyerang siapa saja. Setelah dilakukan uji statistik dilakukan ade yasinta
Hikmallah, pada pasien rawat jalan di menggunakan uji koefisien contingency menunjukkan bahwa p-value meneliti hubungan antara
Sukandriani poliklinik telinga hidung < 0,05 sehingga H0 ditolak yang berarti didapatkan hasil bahwa hipertensi dengan gangguan
Utami , 2019 tenggorokan di rsud hipertensi mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian tuli pendengaran.
provinsi ntb tahun 2014- sensorineural pada pasien rawat jalan Poli THT RSUD Provinsi NTB.
2017 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

8
Kerangka Teori

9
Kerangka Konsep

10
Hipotesis

Kerusakan pada telinga dalam dapat menyebabkan tuli sensorineural.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

12
Ruang Lingkup Penelitian

DISIPLIN ILMU WAKTU


Bidang Ilmu Kedokteran khususnya THT Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari 2021

TEMPAT
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di RS Roemani
Retrospektif deskriptif dengan
pendekatan cross sectional

13
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita Tuli
Sensorineural yang berobat dan melakukan pemeriksaan di Klinik THT-KL RS
Roemani.

14
Sampel
Kriteria inklusi:
1. Seluruh penderita tuli sensorineural yang menjalani pemeriksaan di Klinik THT-KL RS
Roemani mulai periode Januari 2015 sampai Desember 2020.

Kriteria ekslusi:
2. Penderita dengan catatan medis yang tidak lengkap dan catatan medis yang lebih dari 5 tahun
terakhir.
3. Pasien yang berusia 0-17 tahun.
4. Tuli sensorineural kongenital.
5. Pasien yang mengalami labirinitis

15
Besar Sampel

Keterangan:
P = nilai proporsi sebesar 0,5
N = besarnya populasi pekerja penggilingan padi
n = besarnya sampel
d = derajat keputusan
= confident coefficient 95% (z=1,96)
16
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Usia Lama hidup yang dihitung sejak lahir sampai dengan saat Rekam Medis 1. >50 tahun Nominal
dilakukannya penelitian 2. 41-50 tahun
3. 31-40 tahun
4. 21-30 tahun
5. 17-20 tahun

2. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara anatomis dan Rekam Medis 1. Laki-laki Nominal
biologis yang dikatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan perempuan 2. Perempuan

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan seseorang dan mendapat penghasilan atas


3. Rekam Medis 1. Bekerja Nominal
kegiatan tersebut.
2. Tidak berkerja

4. Sisi telinga Sisi telinga yang mengalami gangguan pendengaran Rekam Medis 1. Bilateral Nominal
yang terkena 2. Unilateral
17
No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

5. Derajat gangguan Keparahan gangguan pendengaran Rekam Medis 1. Sangat berat Nominal
pendengaran 2. Berat
3. Sedang
4. Ringan

6. Penyakit komorbid Penyakit penyerta yang ada pada pasien yang tertera pada Rekam Medis 1. Hipertensi Ordinal
rekam medis 2. DM
3. Penyakit lainnya
4. Tidak ada

7. Mengkonsumsi obat Obat yang berpotensi menyebabkan reaksi toksisitas pada Rekam Medis 1. Ada Nominal
ototoksik struktur telinga dalam, termasuk kokhlea, vestibular, kanalis 2. Tidak Ada
sirkularis.

8. Trauma Luka pada telinga atau kepala Rekam Medis 1. Ada Nominal
2. Tidak ada

18
Alat dan Bahan

Rekam Medis

19
Alur Penelitian
Perizinan Pengambilan Data
Memperoleh
Ethical
Clearance
Pengambilan Data
Hasil Penelitian

Pengolahan Data Penulisan Hasil


Penelitian

20
Jadwal Penelitian

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Pengurusan izin penelitian dan


ethical clearance

Pengumpulan Data

Penyusunan Hasil Penelitian

Penyelesaian Skripsi

Ujian
21
Ethical Clearance

Penelitian ini menggunakan subjek manusia sehingga dalam


pelaksanaannya diperlukan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang yang diproses
sebelum dilakukan penelitian. Keterangan layak etik dikeluarkan pada
tanggal 04 Desember 2020 dengan nomor surat No.072/EC/FK/2020.
selain itu, penelitian ini dinyatakan layak etik dari RS Roemani pada
tanggal 09 Februari 2021 dengan nomor surat A-4.1/757/RSR/II/2021.

22
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN

23
24
25
Pembahasan
1. Berdasarkan Umur
Terbanyak : Usia >50 tahun

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alexander dan Harris (2013), Klemm dkk (2009) yang
menyatakan bahwa insiden tuli sensorineural meningkat seiring bertambahnya usia dan sering terjadi pada usia lebih dari
50 tahun.

2. Berdasarkan Jenis Kelamin


Terbanyak : Laki-Laki

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Alexander dan Harris (2013), Byl dkk (2009)
yang menyatakan bahwa laki-laki sedikit lebih sering mengalami tuli sensorineural dibandingkan perempuan
dengan rasio 1,07:1 dan 1,5:1. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan secara statistik pada penderita tuli sensorineural berdasarkan jenis kelamin. 26
3. Berdasarkan Pekerjaan
Terbanyak : Tidak Bekerja

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Naek Silitonga dkk (2014) mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara kebisingan dengan pendengaran pekerja. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penderita yang datang ke
RS Roemani Sebagian besar berusia lanjut sehingga sudah tidak bekerja.

4. Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena


Terbanyak : Kedua telinga atau bilateral

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Junetta Airene Priskila Taba (2018)

27
5. Berdasarkan Derajat Gangguan Pendengaran
Terbanyak : Berat

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sara dkk (2014)

6. Berdasarkan Riwayat Penyakit Komorbid


Terbanyak : Tidak memiliki riwayat penyakit komorbid

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jankar (2013) dan Gupta (2014)

28
8. Berdasarkan Riwayat Mengkonsumsi Obat ototoksik

Terbanyak : Tidak memiliki riwayat mengkonsumsi obat ototoksik

Data ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah RK dkk (2011) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara mengkonsumsi obat ototoksik dengan gangguan pendengaran. Hal ini dikarenakan paparan obat ototoksik dapat
mempengaruhi daerah basal koklea. Perbedaan data ini dapat disebabkan karena kurang lengkapnya pencatatan pada rekam
medik.

9. Distribusi Penderita Tuli Sensorineural Berdasarkan Riwayat Trauma


Terbanyak : Tidak memiliki riwayat trauma

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah RK dkk (2011) yang mengatakan bahwa fraktur pada tulang
temporal dapat mengakibatkan tuli konduksi dan tuli sensorineural unilateral. Tuli sensorineural terjadi apabila fraktur
tersebut melibatkan labirin. Perbedaan ini dapat disebabkan karena kurang lengkapnya pencatatan pada rekam medik.

29
Keterbatasan Penelitian

1. Terdapatnya beberapa data rekam medis yang tidak lengkap sehingga tidak
dimasukkan sebagai sampel penelitian, diperlukan waktu penelitian yang
lebih lama untuk mencari faktor risiko dari tuli sensorineural.

2. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode


deskriptif retrospektif sehingga hasil yang diperoleh hanya berupa gambaran
kondisi pasien berdasarkan rekam medis dan tidak membandingkan atau
menghubungkan mengenai variabel-variabel yang terkait.

30
Kesimpulan

Distribusi Tuli Sensorineural di Rumah Sakit Roemani yang paling banyak adalah pada

kelompok umur >50 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tidak bekerja, lebih banyak diderita pada

kedua telinga atau bilateral, dengan derajat gangguan pendengaran lebih banyak pada derajat

berat, tidak memiliki riwayat penyakit komorbid, tidak memiliki riwayat mengkonsumsi obat

ototoksik, tidak memiliki Riwayat trauma

31
Saran

Dengan adanya data mengenai karakteristik tuli sensorineural pada klinik THT-KL
di RS Roemani, diharapkan akan mendukung optimalnya penanganan yang
diberikan. Untuk penelitian berikutnya hendaknya menggunakan metode penelitian
lain sehingga dapat menghubungkan atau membandingkan variabel-variabel yang
terkait, selain itu dibuatkan daftar pasien dengan tuli sensorineural yang menjalani
audiometri dan ditelusuri faktor risiko yang menyebabkan tuli sensorineural
tersebut.

32
Terima Kasih

33

Anda mungkin juga menyukai