THREATENING ACTS
(Berdasarkan Buku The Cambridge Handbook of
socialpragmatik by Michael Haugh, Daniel Z
Kadar, and Maria Terourah, 2021: Cambridge
University Press)
Yuniasih
Outline
• Pendahuluan
• Teori/konsep “face”
• Konsep “facework”
• Konsep “face-Threatening act”
(FTA)
• Perkembangan konsep “face”
Pendahuluan
Mills, 2003 dan Watts 2003 memulai minat kajian tentang “wajah”. Perubahan tersebut
disebut “perubahan diskursif”. Pendekatan ini dengan penafsiran yang lebih
kontekstual, terlokasisasi, dan lebih fokus secara sosial, berpusat pada penilaian dan
intepretasi.
A. FACE
C. FACE-THREATENING
membuat orang merasa tidak nyaman atau terancam terhadap diri mereka sendiri
Seriusnya ancaman yang ditimbulkan oleh FTA dilihat dari tiga aspek sosial berikut:
ACTS 1. Jarak Sosial (D): Tingkat keakraban atau kedekatan sosial antara pengirim dan
penerima pesan. Apabila hubungan sosialnya semakin dekat, maka semakin sensitif
terhadap FTA.
2. Kekuatan Relatif (P): Kedudukan sosial pembicara dalam hubungannya dengan
penerima pesan. Pembicara dengan status sosial yang lebih tinggi memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap manajemen FTA.
3. Peringkat Mutlak Imposisi (R): Sejauh mana perilaku tertentu dalam budaya tertentu
mengancam rasa harga diri seseorang. Tindakan yang dipandang lebih merugikan harga
diri seseorang biasanya lebih serius.
Untuk mengurangi atau menghindari FTAs, strategi politeness yang dilakukan secara
langsung diperlukan. Politeness ini digunakan untuk mengurangi ancaman terhadap
harga diri dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan konteks percakapan.
Kita dapat mencegah konflik yang tidak perlu dan mempertahankan hubungan sosial
yang positif dengan mengelola FTA dengan baik.
Developments in the
Conceptualization of ‘Face’
Dalam perspektif terbaru, konsep wajah (face) tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang statis atau tetap, melainkan sebagai
sesuatu yang muncul atau berkembang dalam interaksi. Dalam konteks ini, berbagai argumentasi terkait telah muncul. Hal ini
mencakup;
Hal ini memperlihatkan saran Spencer Auty untuk mengembangkan konsep Pernyataan ini menekankan bahwa Allandale menolak konsep "wajah"
'wajah' dengan memasukkan komponen-komponen seperti mencakup 'wajah Goffman, Brown, dan Levinson dan mengusulkan pendekatan alternatif
kualitas', 'wajah identitas sosial', 'wajah hubungan', dan hak-hak sosial lainnya berdasarkan teori konstruksi wajah (Face Constituting Theory).
seperti 'hak atas kesetaraan' dan 'hak asosiasi'.
Kembali ke Konsep Goffmanian tentang WAJAH
Untuk memahami dimensi sosial dan interpersonal dari "wajah", Konsep yang lebih baik harus dipikirkan dan dipertimbangkan
konsep Goffman tentang "wajah" harus ditinjau kembali. Kembali untuk memahami praktik sosial dalam interaksi interpersonal.
ke konsep Goffman dianggap lebih baik dibandingkan dengan Seperti menyarankan untuk menggunakan konsep "hati" sebagai
konsep yang mungkin terlalu dipengaruhi oleh Amerika Utara. alternatif yang lebih dalam dan bermakna.
Perbedaan antara Wajah 1 dan Wajah 2
Masalah yang timbul dalam mempertimbangkan konsep "wajah" (face) Pemahaman umum tentang "wajah" tampaknya lebih luas daripada
dalam konteks lintas budaya mendorong para peneliti untuk mengusulkan konseptualisasi yang diberikan oleh Brown dan Levinson. Akibatnya
perbedaan antara Face1 dan Face2. Face1 mengacu pada pemahaman umum beberapa peneliti mengusulkan peninjauan kembali konsep Goffman,
atau konsep awam tentang "wajah", sementara Face2 merujuk pada sementara yang lain mengusulkan modifikasi atau alternatif untuk konsep
konstruksi teoritis tentangnya. "wajah" yang lebih luas dari Goffman.
Analogi ini mirip dengan perbedaan antara kesantunan tingkat pertama Ini menunjukkan kompleksitas dalam memahami dan menganalisis "wajah"
(first-order politeness) yang mengacu pada pemahaman umum tentang dalam konteks antarbudaya, serta pentingnya membedakan antara konsepsi
kesantunan, dan kesantunan tingkat kedua (second-order politeness) yang umum (lay conceptualizations) dan konstruksi teoritis (theoretical
mencakup konstruksi teoritis tentang kesantunan. constructs) terkait "wajah".
Menguraikan Wajah dari Kesopanan
Kalimat ini menunjukkan pendapat bahwa fenomena kesantunan lebih terkait dengan perilaku yang tepat daripada dengan
kekhawatiran untuk menjaga "wajah" . Hal ini menunjukkan ada usaha untuk memisahkan konsep "wajah" dengan
"kesantunan" sebagai objek kajian yang berbeda dalam penelitian im/politeness. Jadi bisa dikatakan bahwa Kesantunan tidak
selalu berkaitan dengan bagaimana seseorang menjaga citra atau "wajah" mereka, tetapi lebih tentang bagaimana tindakan
seseorang dianggap pantas atau sesuai dalam suatu konteks sosial atau budaya tertentu.
PENUTUP
Pembahasan tentang konsep "Face", "Facework", dan "Face-Threatening Acts",
menunjukkan betapa pentingnya memiliki perbedaan yang jelas dan pemahaman yang lebih
luas tentang masalah ini. Dalam sosiologi, "Face" dikaitkan dengan identitas, sementara
"Face-Threatening Acts" berasal dari pragmatik, khususnya teori tindak tutur. Konsep-konsep
ini dihubungkan melalui "Facework", yang melihat bagaimana orang berinteraksi satu sama
lain. Jadi ditarik kesimpulan, bahwa "face" merupakan identitas sosial , seperti bagaimana
orang lain melihat diri kita. Tindakan yang dapat merusak citra sosial ini disebut "Face-
threatening acts", dan "Facework" adalah hal-hal yang kita lakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki identitas sosial kita.
THANK YOU :)