Anda di halaman 1dari 16

FACE, FACEWORK, AND FACE-

THREATENING ACTS
(Berdasarkan Buku The Cambridge Handbook of
socialpragmatik by Michael Haugh, Daniel Z
Kadar, and Maria Terourah, 2021: Cambridge
University Press)
Yuniasih
Outline
• Pendahuluan
• Teori/konsep “face”
• Konsep “facework”
• Konsep “face-Threatening act”
(FTA)
• Perkembangan konsep “face”
Pendahuluan

“Wajah”merupakan isu yang menjadi perhatian berbagai disiplin ilmu, termasuk


menjadi bahan kajian ilmu sosiolinguistik dan pragmatik. Dalam bidang pragmatik
sekitar empat puluh tahun terakhir ini dipengaruhi oleh teori kesopanan Goffman.

Pembahasan O’Driscoll (2011a: 21) yang membicarakan “wajah” dan kesopanan


mengakibatkan persepsi bahwa “wajah” bergantung pada kesopanan.

Mills, 2003 dan Watts 2003 memulai minat kajian tentang “wajah”. Perubahan tersebut
disebut “perubahan diskursif”. Pendekatan ini dengan penafsiran yang lebih
kontekstual, terlokasisasi, dan lebih fokus secara sosial, berpusat pada penilaian dan
intepretasi.
A. FACE

Wajah terdiri dari dua aspek, yaitu;


Wajah (citra diri) Positif: Ini menunjukkan keinginan seseorang untuk diterima,
disukai, atau disetujui oleh orang lain. Orang biasanya ingin dihormati, disukai,
dan dianggap kompeten di lingkungan sosial. Menjaga wajah positif berarti
menjaga reputasi positif dan mendapatkan rasa hormat dari orang lain.
Wajah (citra diri) Negatif: Ini menunjukkan keinginan seseorang untuk dibiarkan
Konsep Face (wajah) disini berkaitan dengan bagaimana seseorang memilih perilaku
sendiri, tidak diundang untuk berpartisipasi, dan bebas dari gangguan apa pun
dan sifat yang sesuai dengan norma sosial yang diharapkan untuk mempertahankan
yang akan mengganggu kebebasan mereka.
kehormatan atau citra diri yang baik di mata orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang biasanya mencoba untuk menemukan


Face juga mencerminkan bagaimana seseorang ingin dilihat oleh orang lain dalam
keseimbangan antara (citra diri) gambaran tentang diri mereka sendiri yang
berbagai situasi dan menjadi cara untuk membangun dan mempertahankan identitas
positif—yang berarti mereka disukai orang lain—dan (citra diri) gambaran
sosial.
negatif—yang berarti mereka bebas dan mandiri
Tindakan yang mengancam kualitas citra diri seseorang ini dapat
menimbulkan perasaan malu, atau bersalah.

Agar komunikasi (interaksi) dapat berjalan dengan baik diperlukan


rasa hormat terhadap diri sendiri dan pertimbngan terhadap pihal lain
(lawan bicara).

Ada 2 cara penafsiran citra diri


1. Cara Eksternal, dengan cara menafsirkan prastise, harga diri, dan
reputasi sosial
2. Cara Internal, dengan cara menafsirkan ”instrinsik seseorang”,
misalnya nilai moral yang ada pada diri seseorang.
B. FACEWORK

1. Penghindaran (tindakan negatif): adalah tindakan yang diambil untuk


menghindari perasaan orang lain yang mengganggu atau mengancam persepsi
mereka tentang diri mereka sendiri.
2. Presentasi (tindakan Positif): adalah tindakan yang menunjukkan rasa hormat,
Facework adalah serangkaian tindakan yang dilakukan seseorang untuk menjaga terima kasih, atau bantuan kepada orang lain.
agar perilakunya sesuai dengan nilai atau citra yang dirasakan seseorang. Sapaan dan pujian serta menahan diri dari tindakan yang dapat mengancam
kehormatan atau status sosial seseorang merupakan bentuk tindakan dari strategi
Facework bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pertemuan atau situasi facework.
yang dapat mengancam status sosial seseorang. Dengan terlibat dalam pekerjaan
tatap muka, seseorang berusaha untuk menjaga keharmonisan dan integritas dalam Dalam pertemuan sosial, seseorang mencoba untuk mencapai keseimbangan antara
interaksi sosial serta dengan persona publik yang diinginkan. mengekspresikan rasa terima kasih dan dukungan kepada orang lain sambil
menghindari konflik atau kejadian yang mengganggu.
Tindakan penghindaran dilakukan, seperti mengganti topik pada saat yang tepat,
menunjukkan kebijaksanaan, rasa hormat dan kesopanan, menggunakan ambiguitas
dan kesopanan, serta mengabaikan insiden tersebut.

Seseorang akan memiliki orientasi defensif dan protektif, orientasi defensif


ditujukan untuk menyelamatkan mukanya (citra diri) sendiri dan orientasi defensif
ditujukan untuk menyelamatkan muka (citra diri) orang lain, dan secara
umum, kedua perspektif tersebut akan diambil secara bersamaan.
Face-Threatening Acts merupakan tindakan dalam percakapan yang secara alami

C. FACE-THREATENING
membuat orang merasa tidak nyaman atau terancam terhadap diri mereka sendiri

Seriusnya ancaman yang ditimbulkan oleh FTA dilihat dari tiga aspek sosial berikut:

ACTS 1. Jarak Sosial (D): Tingkat keakraban atau kedekatan sosial antara pengirim dan
penerima pesan. Apabila hubungan sosialnya semakin dekat, maka semakin sensitif
terhadap FTA.
2. Kekuatan Relatif (P): Kedudukan sosial pembicara dalam hubungannya dengan
penerima pesan. Pembicara dengan status sosial yang lebih tinggi memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap manajemen FTA.
3. Peringkat Mutlak Imposisi (R): Sejauh mana perilaku tertentu dalam budaya tertentu
mengancam rasa harga diri seseorang. Tindakan yang dipandang lebih merugikan harga
diri seseorang biasanya lebih serius.

Untuk mengurangi atau menghindari FTAs, strategi politeness yang dilakukan secara
langsung diperlukan. Politeness ini digunakan untuk mengurangi ancaman terhadap
harga diri dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan konteks percakapan.

Kita dapat mencegah konflik yang tidak perlu dan mempertahankan hubungan sosial
yang positif dengan mengelola FTA dengan baik.
Developments in the
Conceptualization of ‘Face’
Dalam perspektif terbaru, konsep wajah (face) tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang statis atau tetap, melainkan sebagai
sesuatu yang muncul atau berkembang dalam interaksi. Dalam konteks ini, berbagai argumentasi terkait telah muncul. Hal ini
mencakup;

saran untuk kebutuhan kebutuhan untuk kebutuhan


perbedaan dan untuk kembali membedakan untuk
alternatif yang ke konsep antara wajah memisahkan
lebih baik Goffmanian tingkat pertama wajah (citra
yang lebih luas dan tingkat diri) dari
kedua
kesopanan
Pembedaan dan Alternatif yang Lebih
Baik

Dimensi “wajah positif” dibedakan menjadi dua aspek ;


Keinginan untuk dimasukkan atau dilihat sebagai bagian dari suatu kelompok
(Fellowship face) dan keinginan agar di hormati karena Kemampuan atau Pernyataan ini menjelaskan pandangan Bogdanowska-Jakubowska mengenai
kompetensi (competence face). “wajah” sebagai wadah kosong berisi muatan budaya tertentu, seperti aspek
sosial yang meliputi wajah moral, wajah prestise, dan wajah relasional.
Pandangan O'Driscoll tentang konsep 'wajah positif', yang terbatas pada hubungan
dan kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain, dan konsep 'wajah negatif',
yang mengacu pada kebutuhan untuk berpisah dan memiliki identitas diri.
Pembedaan dan Alternatif yang Lebih
Baik

Hal ini memperlihatkan saran Spencer Auty untuk mengembangkan konsep Pernyataan ini menekankan bahwa Allandale menolak konsep "wajah"
'wajah' dengan memasukkan komponen-komponen seperti mencakup 'wajah Goffman, Brown, dan Levinson dan mengusulkan pendekatan alternatif
kualitas', 'wajah identitas sosial', 'wajah hubungan', dan hak-hak sosial lainnya berdasarkan teori konstruksi wajah (Face Constituting Theory).
seperti 'hak atas kesetaraan' dan 'hak asosiasi'.
Kembali ke Konsep Goffmanian tentang WAJAH

Untuk memahami dimensi sosial dan interpersonal dari "wajah", Konsep yang lebih baik harus dipikirkan dan dipertimbangkan
konsep Goffman tentang "wajah" harus ditinjau kembali. Kembali untuk memahami praktik sosial dalam interaksi interpersonal.
ke konsep Goffman dianggap lebih baik dibandingkan dengan Seperti menyarankan untuk menggunakan konsep "hati" sebagai
konsep yang mungkin terlalu dipengaruhi oleh Amerika Utara. alternatif yang lebih dalam dan bermakna.
Perbedaan antara Wajah 1 dan Wajah 2

Masalah yang timbul dalam mempertimbangkan konsep "wajah" (face) Pemahaman umum tentang "wajah" tampaknya lebih luas daripada
dalam konteks lintas budaya mendorong para peneliti untuk mengusulkan konseptualisasi yang diberikan oleh Brown dan Levinson. Akibatnya
perbedaan antara Face1 dan Face2. Face1 mengacu pada pemahaman umum beberapa peneliti mengusulkan peninjauan kembali konsep Goffman,
atau konsep awam tentang "wajah", sementara Face2 merujuk pada sementara yang lain mengusulkan modifikasi atau alternatif untuk konsep
konstruksi teoritis tentangnya. "wajah" yang lebih luas dari Goffman.

Analogi ini mirip dengan perbedaan antara kesantunan tingkat pertama Ini menunjukkan kompleksitas dalam memahami dan menganalisis "wajah"
(first-order politeness) yang mengacu pada pemahaman umum tentang dalam konteks antarbudaya, serta pentingnya membedakan antara konsepsi
kesantunan, dan kesantunan tingkat kedua (second-order politeness) yang umum (lay conceptualizations) dan konstruksi teoritis (theoretical
mencakup konstruksi teoritis tentang kesantunan. constructs) terkait "wajah".
Menguraikan Wajah dari Kesopanan

Kalimat ini menunjukkan pendapat bahwa fenomena kesantunan lebih terkait dengan perilaku yang tepat daripada dengan
kekhawatiran untuk menjaga "wajah" . Hal ini menunjukkan ada usaha untuk memisahkan konsep "wajah" dengan
"kesantunan" sebagai objek kajian yang berbeda dalam penelitian im/politeness. Jadi bisa dikatakan bahwa Kesantunan tidak
selalu berkaitan dengan bagaimana seseorang menjaga citra atau "wajah" mereka, tetapi lebih tentang bagaimana tindakan
seseorang dianggap pantas atau sesuai dalam suatu konteks sosial atau budaya tertentu.
PENUTUP
Pembahasan tentang konsep "Face", "Facework", dan "Face-Threatening Acts",
menunjukkan betapa pentingnya memiliki perbedaan yang jelas dan pemahaman yang lebih
luas tentang masalah ini. Dalam sosiologi, "Face" dikaitkan dengan identitas, sementara
"Face-Threatening Acts" berasal dari pragmatik, khususnya teori tindak tutur. Konsep-konsep
ini dihubungkan melalui "Facework", yang melihat bagaimana orang berinteraksi satu sama
lain. Jadi ditarik kesimpulan, bahwa "face" merupakan identitas sosial , seperti bagaimana
orang lain melihat diri kita. Tindakan yang dapat merusak citra sosial ini disebut "Face-
threatening acts", dan "Facework" adalah hal-hal yang kita lakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki identitas sosial kita.
THANK YOU :)

Anda mungkin juga menyukai