Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri


2.1.1 Definisi
Konsep diri merupakan gabungan persepsi diri atau identitas diri
sebagai bentuk kepribadian yang khas pada seseorang. Konsep diri
merupakan suatu cara pandang terhadap diri sendiri secara holistik,
misalnya: sosial, spritual, fisik, emosi, dan pendirian seseorang (Muhith,
2015). Sejalan dengan pendapat Ardiyanti (2018) bahwa konsep diri
adalah gambaran adalah gambaran individu secara menyeluruh dalam
mempersiapkan dirinya sendiri meliputi aspek emosi, kemampuan,
kepuasan kerja yang di representasikan dalam persepsi fisik, sosial, mental
secara komprehensif dan menyeluruh.
Gangguan konsep diri adalah orang-orang yang memiliki konsep
diri tidak sehat menyatakan perasaan tidak berharga, perasaan dibenci, dan
selalu merasa kesedihan yang mendalam dan juga putus asa (Keliat, 2011)
2.1.2 Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Gambar 2.1 Rentang respon (Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015)


Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015), rentang respon
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri yang positif yang didapat
dari pengalaman nyata dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah pandangan seseorang yang meliputi
citra diri atau gambaran diri, ideal diri, peran diri, harga diri,
dan identitas diri secara positif.
c. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, selalu merasa dirinya gagal, dan merasa tidak berguna.
d. Keracunan identitas adalah kegagalan individu untuk
mengitegrasikan identifikasi masa kanak-kanak ke dalam
kepribadian yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah mempunyai kepribadian yang kurang
sehat, tidak mampu membina hubungan dengan orang lain,
tidak percaya diri, dan tidak mampu berhubungan dengan orang
lain secara intim

2.1.3 Jenis-Jenis Konsep Diri


Konsep diri menurut Rakhmat dalam Widiarti (2017) terbagi
menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Keduanya
terbentuk tergantung dengan respon masing-masing individu.
a. Konsep diri positif
Konsep diri yang positif menurut Riyadi (2017) terbentuk
karena adanya penamaan nilai-nilai agama yang kuat, selain itu
rasa percaya diri dan penerimaan terhadap diri sendiri juga
berperan penting dalam terbentuknya konsep diri yang positif.
Selanjutnya menurut Ardiyanti (2018), konsep diri positif
menjadi bekal individu untuk membentuk pribadi yang kreatif,
produktif, dan mandiri. Seseorang dengan konsep diri yang
positif memiliki kepercayaan diri dan peluang yang besar dalam
menghadapi pengalaman-pengalaman yang baru dalam
hidupnya. Termasuk dalam menghadapi resiko dari
perilakunya, seseorang dengan konsep diri yang positif
menganggap bahwa hal tersebut adalah konsekuensi yang harus
dihadapi.
Konsep diri yang positif saja tidak akan cukup jika tidak
diimbangi dengan ketekunan dan keberanian dalam
menghadapi sebuah masalah sehingga dalam mengambil
keputusan individu tidak akan berani dalam menghadapi resiko
yang ada. Menurut Rakhmat dalam Widiarti (2017) ada 5
petunjuk seseorang yang memiliki konsep diri yang positif
sebagai berikut:
1. Dalam menyelesaikan suatu masalah, individu dengan
konsep diri yang positif memiliki keyakinan untuk
menyelesaikan masalah tersebut
2. Menganggap orang lain setara dengan dirinya, tidak
merasa tinggi ataupun rendah dihadapan orang lain.
3. Ketika menerima pujian dari orang lain, menerima tanpa
rasa malu
4. Sadar bahwa setiap orang lain memiliki berbagai
perasaan
5. Mampu memperbaiki dirinya sendiri dan mampu
menggungkapan aspek-aspek negatif dalam dirinya

Selain petunjuk diatas menurut Ardiyanti (2018), untuk


melihat individu dengan konsep diri positif dapat
menggunakan jendela johari, jendela johari adalah suatu
metode yang diciptakan oleh Joseph Luth dan Harrington
Ingham untuk memahami efektifitas interaksi individu dengan
orang lain. Berikut adalah gambaran jendela johari pada
individu yang memiliki konsep diri yang positif:
Gambar 2.1 Jendela Johari

Individu yang memiliki konsep diri yang positif memiliki


persepsi terhadap dirinya sendiri pada cluster pada nomor 1
(Open), artinya baik individu dengan orang lain memiliki
persepsi yang sama terhadap dirinya, sehingga dalam johari
window pada nomor 1 memiliki ruang yang sangat luas.
Individu dengan gambaran blind self lebih lebar pada cluster
no 2, hal ini menunjukan bahwa dirinya peka dan tidak
menyadari persepsi orang lain terhadap dirinya seperti apa,
selain itu individu dengan blind self ini biasanya tidak
menyadari tentang kelebihan pada dirinya. Hidden self pada
cluster ke 3, jika pada jendela johari pada cluster ini lebih luas
dari cluster yang lain berarti dalam proses adaptasi individu di
lingkungan merasa was-was atau cemas. Pada cluster no 4
(Unknown Self) yaitu individu berada pada posisi baik dirinya
dan orang lain tidakn mengetahui tentang apa yang menjadi
potensi dan prestasi yang dia capai.

Remaja dengan konsep diri yang baik dan positif menurut


Ardiyanti (2018), memiliki karakter yang kuat akan
menampilkan perilaku-perilaku sebagai berikut:
1. Bertindak berdasarkan kualitas intelektual yang berbasis
integritas
2. Dalam setiap kondisi dan keadaan dapat tampil dengan
baik
3. Dapat menghadapi situasi kritis dan tenang
4. Dapat menampilkan sikap pribadi dan perilaku sesuai
dengan aturan yang ada di lingkungannya
5. Dapat mengendalikan dirinya sendiri dan terhadap
kualitas yang sedang diamati.
b. Konsep diri negatif
Konsep diri negatif menurut Riyadi (2017) terbentuk karena
kurangnya nilai-nilai agama yang ditanamkan, kurangnya
kasih sayang, kurangnya rasa percaya diri, dan tidak menerima
dirinya secara utuh dan apa adanya. Ketika individu
memandang dirinya negatif maka didalam dirinya sendiria
akan muncul konsep-konsep yang negatif
Adapun tanda-tanda konsep diri negatif menurut Rakhmat
dalam widiarti (2017) sebagai berikut:
1. Individu dengan konsep diri negatif biasanya memiliki
kepekaan terhadap kritikan yang diberikan kepadanya
2. Saat menerima pujian cenderung sangat responsif
3. Merasa bahwa dirinya tidak diperhatikan dan tidak
disenangi oleh orang lain dan sekitarnya
4. Enggan bersaing dengan orang lain dalam sisi prestasi
karena merasa pesimis pada dirinya sendiri

2.1.4 Faktor-Faktor Pembentukan Konsep Diri


Burs dalam Ardiyanti (2018) menyatakan konsep diri sebagai
dinamikan individu dalam mempersepsikan dirinya sendiri, ada faktor-
faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri individu, faktor-
faktor tersebut dipengaruhi oleh:
a. Kemampuan yang dimiliki
Konsep diri individu juga dipengaruhi oleh kemampuan
atau keahlian yang dimiliki oleh individu. Kemampuan disini
merupakan kapasitas individu dalam menyelesaikan tugas-
tugas atau masalah yang dihadapi dengan baik.
b. Akademik
Proses belajar individu dalam sistem akademik dapat
mempengaruhi konsep dirinya. Individu banyak berinteraksi
dengan teman-teman dan menyerap pengetahuan yang
diberikan oleh guru
c. Afektif
Afektif berkaitan dengan sikap dan nilai yang mencangkup
watak individu, seperti: perasaan, emosi, sikap, minat, dan nilai.
d. Keluarga
Individu cenderung ingin memiliki konsep diri yang sama
dengan anggota keluarga yang memiliki hubungan yang erat
dengannya.
e. Fisik
Faktor fisik berkaitan dengan unsur-unsur penampilan fisik
seperti warna kulit, berat badan, tinggi badan, bentuk badan,
dan raut wajah.
f. Sosial
Konsep diri dapat dianggap positif apabila individu
memiliki sikap yang hangat, empati, ramah, hangat, dan peduli
pada orang disekitarnya. Konsep diri negatif biasanya individu
tidak berminat dengan keberadaan orang lain sehingga bersikap
acuh tak acuh, tidak peduli, tidak memiliki rasa empati, dan lain
sebagainya.
2.1.5 Komponen Konsep Diri
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015), komponen konsep
diri terdiri sebagai berikut:
a. Gambaran diri
Gambaran diri merupakan suatu persepsi terhadap dirinya
sendiri, semakin menerima suatu keadaan, dan menyukai
tubuhnya maka harga dirinya akan semakin meningkat. Hal
yang fokus dalam gambaran diri adalah sebagai berikut :
1. Pada masa remaja individu fokus terhadap fisiknya
2. Selain bentuk fisik, gambaran diri juga termasuk berat
badan, tinggi badan, bentuk tubuh, serta pertumbuhan
kelamin sekunder (payudara, perubahan suara, menstruasi)
3. Individu dalam melihat dirinya berdampak terhadap aspek
psikologis
4. Individu yang menerima dan menyukai bagian tubuhnya
secara realistik akan menciptakan rasa aman sehingga
meningkatkan harga diri dan menghindari kecemasan

b. Ideal diri
Ideal diri merupakan suatu cara individu mempersepsikan
dirinya dalam bentuk perilaku sesuai dengan standar, tujuan
atau nilai-nilai yang dipengaruhi oleh keluarga, keinginan,
kebudayaan, dan kemampuan individu sesuai dengan norma
yang berlaku dimasyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ideal diri menurut Sunaryo (2013) sebagai berikut :
1. Faktor budaya yang dibandingkan dengan standar orang
lain
2. Perasaan cemas dan rendah diri
3. Keinginan untuk melebihi orang lain
4. Penentun standar ideal diri yang didasarkan pada batas
kemampuan
c. Harga diri
Harga diri merupakan suatu penilaian individu terhadap dirinya
sendiri mengenai hasil dan pencapaian untuk memenuhi standar
ideal dirinya. Seseorang akan merasa harga dirinya naik saat
mencapai suatu keberhasilan tetapi jika seseorang mengalami
suatu kegagalan makan harga dirinya akan mengalami
penurunan. Menurut Suhron (2016) harga diri seseorang
memiliki dua kondisi sebagai berikut :
1. Harga diri lemah
Individu memiliki harga diri lemah apabila memiliki citra
diri yang negatif dalam dirinya sehingga konsep dirinya
buruk dan menjadi penghalang dalam membentuk suatu
hubungan antar individu. Disisi lain orang dengan harga diri
lemah seringkali menghukum dirinya sendiri karena
ketidakmampuan dalam berinteraksi dan larut dalam
penyesalan.
2. Harga diri kuat
Individu yang memiliki harga diri kuat biasanya akan
mampu membina relasasi dengan baik dan sehat dengan
orang lain. Hal tersebut terjadi karena individu tersebut
merasa dicintai dan dihargai oleh orang lain.

d. Peran diri
Peran diri merupakan serangkaian perilaku, pola sikap, tujuan,
dan nilai yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan
norma budaya yang berlaku.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap
peran :
1. Kejelasan pengetahuan dan perilaku yang sesuai dengan
peran
2. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti
terhadap perannya
3. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang
diembannya
4. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap
perilaku
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan
peran yang tidak sesuai

e. Identitas diri
Identitas diri merupakan kesadaran diri yang didapatkan dari
pengakuan individu yang utuh serta berbeda dengan orang lain
dan mengakui jenis kelamin sendiri. Adapun ciri-ciri identitas
diri menurut Sunaryo (2013) sebagai berikut:
1. Memahami dan mengerti tentang dirinya sendiri sebagai
individu yang utuh dan berbeda dari orang lain
2. Menilai dirinya sendiri sesuai dengan penilaian orang lain
3. Menyadari dan mengakui jenis kelamin
4. Menyadari hubungan-hubungan yang terjadi dimasa lalu,
sekarang, dan yang akan datang
5. Mencapai aspek dalam dirinya dipandang sebagai suatu
keselarasan dan keserasian
6. Memiliki tujuan hidup yang dapat direalisasikan

2.1.6 Terbentuknya Konsep Diri


Menurut Muhith (2016) konsep diri terbentuk dari sebuah proses
pembelajaran seiring dengan berjalannya pertumbuhan individu. Konsep
diri ini terbentuk karena beberapa tahapan, tahapan yang paling dasar
disebut konsep diri primer. Konsep diri primer terbentuk berdasarkan
pengalaman-pengalaman individu di lingkungan rumahnya, konsep
tentang dirinya banyak dipengaruhi oleh perbandingan dirinya dengan
saudara-saudaranya dan pola asuh orang tua.
Tahapan yang kedua disebut dengan konsep diri sekunder, konsep
diri ini berasal dari luar lingkungan rumah individu. Pada tahapan ini
terjadi interaksi individu dengan lingkungan luar, hal ini dapat
menimbulkan konsep diri yang baru dan berbeda dengan konsep yang
terbentuk karena lingkungan rumahnya.

2.1.7 Harga Diri

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak


berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, dan kemampuan diri. Perasaan yang hilang percaya
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Afnuhuzi, 2015).

Karakteristik gangguan harga diri meliputi : mengekspresikan rasa


malu atau bersalah, menilai diri sendiri sebagai individu yang tidak
memiliki kesempatan, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu/ situasi yang baru,
mengingkari masalah yang nyata pada orang lain, melemparkan tanggung
jawab terhadap orang lain, sangat sensitive terhadap kritikan, merasa
hebat.

2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri Rendah


a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor biologis terjadinya harga diri rendah biasanya terjadi karena
adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum. Hal ini juga berdampak pada keseimbangan
neurotransmiter di otak, misalnya menurunnya kadar serotonim
yang dapat mengakibatkan responden mengalami kecemasan. Pada
responden yang mengalami kecemasan yang berlebih akan
membuat harga dirinya menjadi rendah, hal ini dikarenakan oleh
pikiran-pikiran yang negatif. Struktur otak yang mengalami pada
kasus harga diri rendah adalah sistem limbik (pusat emosi),
hipotalamus yang mengatur motivasi dan mood, thalamus sebagai
sistem pengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan, dan amigdala yang berhubungan dengan emosi.
2) Faktor Psikologis
Hal yang dapat mempengaruhi harga diri rendah dari psikologisnya
adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik,
orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya,
peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin, serta peran dalam
pekerjaan.
3) Faktor Sosial
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi harga diri rendah adalah
status ekonomi, lingkungan, kultur sosial dan budaya yang
berbeda. Faktor kultural dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai
kebudayaan yang sering menjadi pemicu terjadinya harga diri
rendah.

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor Biologis
Faktor biologis terjadinya harga diri rendah adalah pasien yang
memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya (75%), sebagian
kecil memiliki riwayat genetik (25%). Faktor genetik berperan
dalam mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.
Menurut Sadock dan Sadock (2007), seseorang yang beresiko
10% jika salah satu orang tua menderita gangguan dan jika kedua
orang tua memiliki gangguan jiwa maka resiko akan lebih besar
menjadi 40%.
2) Faktor Psikologis
Pasien yang diberikan terapi kognitif memiliki riwayat psikologis
kurang percaya diri. Menurut Stuart (2016) bahwa faktor
psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian,
moralitas, pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan
komunikasi secara verbal mempengaruhi perilaku seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain.
3) Faktor Sosial
Pasien yang diberikan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga
memiliki masalah sosial yang sangat berpengaruh yaitu tidak
memiliki teman (85%), konflik keluarga (80%), dan status
ekonomi rendah (70%). Menurut Towsend (2007) menyatakan
bahwa status sosio ekonomi yang rendah lebih banyak mengalami
gangguan jiwa dibandingkan tingkat sosio ekonomi tinggi.

2.1.9 Tanda dan Gejala


1) Fisik
Tanda dan gejala seseorang dapat dilihat dari kondisi fisiknya antara
lain rambut botak/ tidak terawat dan kurangnya memperdulikan
perawatan diri, selain itu akibat dari harga diri yang rendah dan disertai
harapan yang suram, mungkin pasien akan mengakhiri kehidupannya.
Hal ini dikarenakan perasaan malu terhadap dirinya sendiri akibat dari
penyakit atau tindakan terhadap penyakitnya
2) Psikologis
Tanda dan gejala yang dapat mempengaruhi dari kondisi psikologisnya
adalah mengkritik atau menyalahkan diri sendiri dan tidak menerima
pujian, percaya diri kurang atau sukar mengambil keputusan, dan
menarik diri atau sulit bergaul dengan yang lainnya.
2.1.10 Klasifikasi Harga Diri Rendah
Klasifikasi harga diri rendah menurut Muhith, 2015 antara lain:
a. Harga Diri Rendah Situasional
Harga diri rendah situasional merupakan persepsi negatif terhadap
dirinya sendiri karena adanya situasi yang terjadi seperti adanya
trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya kecelakaan,
pemerkosaan, dirawat rumah sakit yang menyebabkan harga diri
menjadi rendah. Tanda dan gejala adalah merasa tidak mampu
menghadapi suatu peristiwa, bicara lambat, merasa bimbang, dan
merasa tidak berguna.
b. Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah kronis adalah harga diri rendah akibat dari perasaan
negatif yang terlalu lama, yaitu sebelum sakit atau mempunyai cara
pemikiran yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap diri. kondisi ini dapat ditemukan pada
responden dengan gangguan fisik yang kronis atau pada responden
dengan gangguan jiwa. Faktor pendukung penyebab harga diri
rendah kronis yaitu tidak dapat beradaptasi terhadap lingkungan,
kurang kasih sayang, tidak dianggap dalam lingkungan, gangguan
psikiatrik, berpikir negatif yang berlebihan, mengkritik diri sendiri,
dan menolak hal positif yang ada pada dirinya (menolak diri sendiri).
2.1.11 Pohon Masalah

Effect Resiko perilaku kekerarasan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Core problem Gangguan konsep diri: harga diri


rendah

Causa Koping individu tidak efektif

Gambar 2.2 (Yudhantara dan Istiqomah, 2018)

2.1.12 Penatalaksanaan
a. Psikofarmako
Berbagai obat psikofarmako dibagi dalam dua golongan yaitu
golongan pertam (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan pertama misalnya Chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Halloperidol. Sedangkan obat yang termasuk
golongan kedua misalnya Risperidone, Olazapine, Quantiapine,
Glanzapine, dan Aripriprazole (Prabowo, 2014)
b. Psikoterapi
1) Terapi okupasi
Terapi terarah bagi pasien dengan menggunakan aktivitas dan
media sebagai perantaranya. Aktivitas tersebut berupa kegiatan
yang sudah direncanakan sesuai dengan tujuan.
2) Terapi psikososial
Rencana pengobatan harus ditujukan sesuai dengan kemampuan
dan kekurangan pasien, selain itu sebagai strategi penurunan stres,
mengenal masalah, dan keterlibatan kembali pasien dalam
aktivitas.
3) Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita misalnya psikoterapi
suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang
praktis.
Penatalaksanan pada pasien dengan masalah harga diri rendah
diberikan terapi generalis dan spesialis untuk melatif pasien dalam
mengidentifikasi kemampuan positif pasien tersebut. Terapi spesialis yang
diberikan pada kelompok adalah terapi supportif (supportive therapy) dan
kelompok swabantu (self-help grup). Sedangkan untuk terapi pada
keluarga adalah triangle therapy dan pada terapi individu adalah
logotherapy dan terapi kognitif (cognitive behavior therapy)
a. Terapi kelompok: supportive therapy dan self-help grup
Terapi ini memberikan individu kesempatan untuk melakukan
sharing terhadap masalah yang sama dan bagaimana mekanisme
penyelesaiannya.
b. Terapi keluarga: triangle therapy dan psikoedukasi
Dengan sistem support dan pengetahuan baru pada perawatan
pasien dengan masalah harga diri rendah dapat membantu
pemulihan pasien dengan gangguan harga diri rendah, selain itu
terapi keluarga memiliki tujuan untuk mengoptimalkan proses
kesembuhan dan membantu kemampuan adaptif pasien.
c. Terapi individu: logotheraphy dan cognitive behavior therapy
Dalam terapi ini difokuskan untuk mempertahankan kehidupan
pasien untuk mendapatkan kekuatan pendorong positif dan
menemukan arti makna hidup dalam dirinya.
2.2 Writing Exploring
2.2.1 Definisi
Menulis ekspresif merupakan suatu teknik menulis tentang
pengalaman yang mengganggu pikiran dalam waktu 15-30 menit sehari
selama tiga atau empat hari. Kegiatan sederhana ini bermanfaat untuk
memperbaiki kesehatan fisik dan mental seseorang selama berminggu-
minggu, berbulan-bulan, bahkan bisa saja bertahun-tahun. Terapi ini
merupakan teknik penulisan singkat yang membantu seseorang memahami
dan mengatasi gejolak emosional dalam kehidupan mereka (Pennebeker &
Smyth, 2016). Writing exploring merupakan terapi untuk menuliskan atau
mencurahkan segala pikiran yang ada berhubungan dengan kejadian
traumatis yang dialami maupun impian yang ingin dicapai dimasa yang
akan datang (Purnamarini, Setiwan, & Hidayat, 2016). Writing exploring
adalah suatu teknik menulis yang mendalam dan bermakna tentang sebuah
topik pribadi yang signifikan dapat berupa peristiwa traumatis atau
peristiwa yang mengganggu perasaan seseorang (Shen, Yang, Zhang, &
Zhang, 2018).
Kegiatan writing exploring dapat membantu individu untuk
menghadapi peristiwa maupun perasaan yang menjengkelkan. Menuliskan
perasaan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang membuat individu
belajar untuk menemukan cara dalam mengatasi masalah yang dhadapi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan kegiatan pada
remaja yang mengalami harga diri rendah adalah dengan mengeksplorasi
aspek positif yang dimiliki oleh remaja dengan cara terapi menulis. Terapi
menulis dapat membantu remaja untuk mengembangkan rasa percaya diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, dan
mengungkapan permasalahan yang ada pada remaja secara verbal. Karena
terapi ini memfasilitasi individu untuk merubah kognitifnya, meregulasi
emosi menjadi lebih baik, meredakan tekanan emosional, serta memberi
kesempatan untuk fokus tujuan dan perilakunya (Kaufman & Kaufman,
2009)
2.2.2 Tujuan
1) Eksplorasi
Tujuan writing exploring antara lain :
a. Membantu untuk menyalurkan ide, perasaan, dan harapan subyek
ke dalam suatu media yang bertahan lama dan akan membuat
subjek tersebut aman
b. Membuat mengurangi tekanan yang ada pada dirinya sehingga
membantunya untuk mereduksi stres yang selama ini
mengganggunya
c. Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain
d. Meningkatkan kreatifitas dan harga diri
e. Menurunkan ketegangan
f. Membantu individu untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih
baik dan menghadapi depresi, kecemasan, dan distrees yang
berlebihan

2.2.3 Manfaat
Manfaat writing exploring antara lain :
1) Merubah sikap dan perilaku
2) Meningkatkan kreativitas
3) Membantu mengurangi obat-obatan
4) Mengurangi intensitas untuk terapi ke dokter
5) Mengurangi tekanan atau kecemasan yang dihadapi
6) Meningkatkan psikologis dan meningkatkan perasaan bahagia

Manfaat writing exploring dalam jangka panjang antara lain :


1) menurunkan stres atau depresi
2) Meningkatkan sistem imun terutama pada pengidap HIV
3) Menurunkan tekanan darah, hubungan sosial semakin baik, dan
meningkatkan mood positif hingga peningkatkan psychological well
being.
2.2.3.1 Komponen Dalam Intervensi
Beberapa aspek penting dari teknik writing exploring menurut
Godsay 2017, antara lain:
a. Psikologis
Mekanisme psikologis yang ditimbulkan dari terapi ini adalah
seseorang akan merasa lega atau seolah-olah beban yang ada
dalam pikirannya sedikit terlepas. Hal ini disebabkan oleh sifat
bahasa dan bagaimana individu tersebut membentuk sebuah
pengalaman menjadi sebuah cerita sehingga luapan emosi dapat
dia curahkan lewat tulisan.
b. Fisik
Mendengarkan dan mengikuti kemana emosi akan membawa
seseorang untuk memulai dan menuangkan kedalam tulisannya.
c. Waktu
Waktu yang tepat untuk melakukan writing exploring adalah
jika individu merasakan hal-hal yang ingin dia utarakan agar
tidak menjadi beban dalam pikirannya.
d. Tempat
Beberapa studi kreatif yang mengeksplorasi berbagai jenis
lingkungan untuk melakukan writing exploring menyimpulkan
bahwa seseorang dapat melakukan kegiatan ini ditempat yang
dia rasa nyaman dan tidak ada gangguan selama menulis .

2.2.4 Tahapan
a. Recognition atau Initial Write
Recognition atau initial write adalah tahap pertama dalam sesi
menulis yang bertujuan untuk mengevaluasi perasaan
responden, membuka imajinasi responden, dan memfokuskan
pikiran respondeb untuk relaksasi. Pada fase ini responden
menuliskan kata-kata, frase secara bebas tanpa memperhatikan
tata bahasa.

b. Examination atau Writing Exercise


Examination atau writing exercise memberikan kesempatan
responden untuk menuliskan bagaimana perasaan terhadap
situasi tertentu ataukan trauma yang dirasakan responden.
Setelah menuliskan responden diberikan kesempatan untuk
membaca kembali apa yang ditulis selanjutnya menambahkan
atau mengurangi kata yang diberi waktu 10 sampai 30 menit
lamanya.

c. Juxtaposition atau Feedback


Pada tahap ini bertujuan untuk merefleksikan pola pikir
responden dan menemukan sisi positif dari apa yang
dituliskannya. Selanjutnya tulisan tersebut dibaca kembali,
direfleksikan, disempurnakan, dan didiskusikan dengan orang
yang bisa dipercayai responden.

d. Aplication to the self


Tahap ini merupakan tahap akhir yang mendorong responden
untuk mengaplikasikan pengetahuan baru, nilai-nilai baru yang
didapatkan responden dari kegiatan sebelumnya. Selain itu pada
tahap ini juga mengarahkan responden untuk mengoreksi mana
nilai-nilai yang harus dipertahankan atau diterapkan dan diganti
atau ditinggalkan. Konselor juga menanyai responden apakah
ada hambatan atau masalah yang muncul pada saat menulis dan
membantu untuk menyelesaikan bersama.
2.3 Metode Karya Ilmiah
2.3.1 Metode
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitative
study case dengan memberikan perlakuan berupa writing exploring
therapy yang digunakan untuk mengurangi rasa cemas dan mencari
kemampuan positif yang dimilikinya.
Jurnal yang digunakan sebagai dasar penerapan EBNP (Evidance
Based Nursing Practice) yang didapatkan dari beberapa akses pencarian,
diantaranya adalah google schoolar dan pubmed. Kata kunci yang
digunakan dalam melakukan penelusuran jurnal ilmiah adalah Expresivve
Writting Therapy, harga diri rendah, dan skizofrenia. Pada pencarian
tersebut mendapatkan 5 jurnal penelitian yang digunakan sebagai dasar
penerapan EBNP (Evidance Based Nursing Practice).

Tabel 2.1 Hasil Penelusuran artikel

No Judul Penulis Metode Hasil


1 Writing Galih Desain penelitian : Metode Hasil penelitian
Therapy Mahendra penelitian ini menggunakan menunjukan writing
Terhadap Wekoadi, Quasi Experimental Design therapy efektif
Penurunan Moh. dengan metode Equivalent dalam menurunkan
Cemas Pada Ridwan, Control Grup Design cemas
Remaja Angga Pretest-Posttest responden.
p = 0.000 (p < 0.05).
Korban Sugiarto
Sampel : sampel dalam
Bullying
penelitian ini sebanyak 40
(2018) responden yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

2 Pengaruh D. Metode penelitian : Hasil penelitian


TAK Hermawan, Penelitian ini menggunakan menunjukkan ada
Stimulasi Titik Suemi, desain penelitian quasi pengaruh yang
Persepsi: Sawab eksperimen, rancangan signifikan antara
bercerita penelitian menggunakan one terapi aktifitas
tentang group pre test dan post test kelompok stimulasi
pengalaman design. persepsi; bercerita
positif yang Sampel : sampel dalam tentang
dimiliki penelitian ini sebanyak 36 pengalaman positif
terhadap responden dengan harga diri yang dimiliki
harga diri rendah. terhadap
pada pasien peningkatan tingkat
Harga Diri harga diri pada
Rendah Di pasien harga diri
RSJD Dr. rendah, dengan
Amino nilai p value 0,000
Gondohuto (α < 0,05)
mo
(2016)
3 Pengaruh Nevy Metode penelitian : true Terdapat pengaruh
expressive Kusuma D, expement-test post test expressive writing
writing Angga withcontrol group design. therapy terhadap
therapy Sugiarto penurunan depresi
Sampel : 50 sampel dengan
terhadap dengan nilai
25 orang kelompok
penurunan p=0,001, terdapat
intervensi dan 25 kelompok
depresi, pengaruh writing
kontrol.
cemas, dan therapy terhadap
stres pada penurunan stres
remaja dengan nilai
(2019) p=0,001,
4 Benefits of Lujun Shen, Metode penelitian : Terdapat perbedaan
expressive Lei Yang, Randomized controlled trial yang signifikan
writing in Jing Zhang, dalam hasil post test
Sampel : 200 responden
reducing test Meng Zhang (P<0,0001, dengan
anxiety skor kelompok
eksperimen jelas
(2018)
lebih rendah dari
kelompok kontrol
5 A Debra Metode penelitian : Terdapat perbedaan
randomized Urken, Craig Randomized controlled trial yang signifikan
controlled Winston (P<0,0001) antara
Sampel : 150 responden
trial of a self LeCroy kelompok kontrol
– dan eksperimen
compassion
writing
intervention
for addults
with mentall
illness
(2020)
2.4 Kerangka Konsep

Responden yang
1. memiliki masalah
Responden Pemberian intervensi:
2. pada :
dengan masalah Expressive Writting
 Gambaran diri
harga diri Therapy
 Peran diri
 Identitas diri

Ket :

: variabel yang diteliti

: intervensi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai