Anda di halaman 1dari 69

Journal Reading

Advances and Perspectives in the


Management of Varicella-Zoster Virus
Infections
Preceptor: dr. Yulisna, Sp. KK, FINSDV

KELOMPOK A (Periode 51)

Michael Adamfati Junior Zega (2218012105)


Maulida Puteri Fonna (2218012103)
Kurnia Hadi Saputra (2218012098)
Ni Made Ida Damma (2218012076)
Intan Fitriyana (2218012093)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN


KELAMIN
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
ABSTRA
KVaricella-zoster virus (VZV) bersifat patogen bagi manusia yang menyebabkan infeksi
primer (varicella atau cacar air). Virus ini dapat aktif kembali yang menyebabkan
penyakit herpes zoster (HZ) serta morbiditas yang signifikan tetapi jarang kematian,
meskipun pada manusia yang mengalami penurunan sistem imun. Pencegahan Varicella dan
HZ diberikan vaksin dan beberapa obat pilihan acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir,
untuk negara Eropa brivudine, untuk di Jepang amenamevir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran agen antivirus dalam pengobatan penyakit
terkait VZV, karena sebagian besar populasi berisiko tidak diimunisasi, dan keterbatasan
obat anti-VZV.

Peran agen antivirus dalam pengobatan penyakit VZV didapatkan sebagian besar populasi
berisiko tidak diimunisasi, dan keterbatasan obat anti-VZV serta peran agen antivirus dalam
pengobatan penyakit VZV masih diteliti.
01
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Varicella-zoster virus (VZV) sebagai human herpesvirus 3 (HHV-3) memiliki genom


DNA beruntai ganda 125 kb, mengkode sekitar 71 open reading frames (ORFs).
Herpesvirus mencakup tiga subfamili, α, β, dan γ-herpesvirinae.

VZV bersama dengan virus herpes simpleks 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2) termasuk
dalam α-herpesvirinae, ditandai dengan pembentukan latensi pada neuron.
PENDAHULUAN
VZV penyebab cacar air (varicella) umumnya terjadi pada anak-anak. Seperti semua
virus herpes lainnya, VZV mengalami keadaan laten seumur hidup setelah infeksi
primer.

VZV sangat menular dan masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan dengan
penyebaran cepat dari jaringan limfoid faring ke limfosit T yang bersirkulasi. Setelah
10-21 hari, virus akan berada di kulit, menghasilkan ciri khas ruam vesikular varicella.
Faktor Risiko HZ :
Disfungsi
Usia tua Diabetes
CMI

Perempuan Genetik

Trauma Stress Ras Kulit


Fisik Psikologis Putih
02
Karakteristik Klinis Infeksi VZV
Karakteristik Klinis Infeksi VZV

Infeksi VZV primer terjadi pada anak-anak dan biasanya ringan tetapi komplikasi
dapat terjadi pada orang dewasa serta pada pasien dengan gangguan sistem imun.

Reaktivasi VZV yang mengarah ke HZ dapat terjadi pada usia berapapun,


insiden tertinggi terlihat pada orang tua dan gangguan kekebalan (HIV/AIDS,
keganasan, penerima transplantasi organ).
Karakteristik Klinis Infeksi VZV

HZ jarang mengancam jiwa tetapi dikaitkan dengan sejumlah sindrom akut,


termasuk ruam dan nyeri vesikular. Dapat menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan
yaitu post-herpetic neuralgia (PHN).

PHN berhubungan dengan hilangnya fungsi fisik, meliputi kelelahan,


anoreksia, penurunan berat badan, mobilitas berkurang, aktivitas fisik, gangguan tidur.
Karakteristik Klinis Infeksi VZV
• 10-15% kasus HZ subtipe sebagai HZ ophthalmicus (HZO) terjadi
ketika virus diaktifkan kembali.

• 50% individu dengan HZO mengalami komplikasi mata.


Peradangan mata kronis dan kehilangan penglihatan.

• Infeksi VZV pada pasien immunocompromised dapat menjadi


lebih parah di bandingkan dengan pasien imunokompeten.
03
Strategi Vaksinasi dan
Profilaksis Pasca Pajanan
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan

• Varivax® dan Varilix® merupakan vaskin hidup yang dilemahkan untuk


varicella yang berasal dari strain Oka (vOka).
• Vaksin terbukti menurunkan insidensi kejadian varicella.
• Hanya <5% penerima vaksin yang dapat berkembang menjadi ruam berupa
papul dan vesikel di tempat infeksi dalam waktu 6 minggu setelah vaksinasi.
• Selain itu, risiko penularan minimal, dan sangat jarang menyebabkan herpes
zoster meskipun kemungkinannya masih tetap ada.
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan

• Zostavax® (vaksin hidup yang dilemahkan) dan Shingrix® terbukti aman dan
imunogenik serta dapat mengurangi kejadian HZ dan PHN.
• Kemanjuran Zostavax® menurun seiring bertambahnya usia, sedangkan
Shingrix® menurun lebih lambat di semua kelompok usia.
• Zostavax® tidak dapat diberikan pada orang yang mengalami imunosupresi
karena memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi herpes zoster.
Sebaliknya, Shingrix® dapat diberikan pada pasien immunocompromised.
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan

• VariZIG® adalah sediaan immunoglobulin VZV sebagai profilaksis pasca


pajanan varicella pada orang yang memiliki risiko tinggi seperti
immunocompromised, bayi baru lahir dari ibu yang memiliki varicella sesaat
sebelum atau segera setelah melahirkan, bayi premature, anak di bawah satu
tahun, wanita hamil, dan untuk orang yang tidak memenuhi syarat vaksin
varicella.
• Pasien dapat menerima VariZIG® setelah 10 hari terpajan VZV.
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan
Vaksin Varicella Vaksin Herpes Zoster
Nama Varivax® dan Varilrix® Zostavax® Shingrix®
Tahun lisensi FDA 1995 2006 2018

Merck (Varivax)
Pabrik Produksi Merck GSK
GSK (Varilrix)

Vaksin hidup yang Vaksin hidup yang Vaksin tidak aktif;


Tipe
dilemahkan dilemahkan subunit rekombinan

Komponen Oka strain (1350 PFU) Oka strain (19.400 PFU) VZV glikoprotein E (gE)
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan
Vaksin Varicella Vaksin Herpes Zoster
Nama Varivax® dan Varilrix® Zostavax® Shingrix®
- Dosis pertama pada usia
12-15 bulan, dosis kedua
usia 4-6 tahun
- Catch-up >3 bulan
2 dosis (jarak pemberian
setelah dosis pertama 1 dosis
Dosis 2-6 bulan)
untuk anak usia <13
tahun
- Remaja dan dewasa 2
dosis dengan jarak
pemberian 4-8 minggu

Penyimpanan Freezer Freezer Lemari pendingin


Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan
Vaksin Varicella Vaksin Herpes Zoster
Nama Varivax® dan Varilrix® Zostavax® Shingrix®
Pelarut Air steril Air steril Adjuvant

0,65 mL vial untuk 0,5 mL vial untuk injeksi


Sediaan 0,5 mL vial untuk injeksi IM
injeksi subkutan IM

- Anak-anak >12 bulan - Rekomendasi FDA: - Rekomendasi FDA:


Usia yang - Dewasa (tanpa bukti >50 tahun >50 tahun
direkomendasikan kekebalan terhadap - Rekomendasi CDC: - Rekomendasi CDC:
varicella) >60 tahun >60 tahun
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan
Vaksin Varicella Vaksin Herpes Zoster
Nama Varivax® dan Varilrix® Zostavax® Shingrix®
- Pencegahan Shingles  - Pencegahan Shingles 
usia 50-59: 69%, usia
usia 50-59: 97,2%, usia
60-69: 64%, usia 70-79:
Memberikan perlindungan 60-69: 96,6%, usia 70-
41%, usia >80: 18%
sekitar 98% untuk anak- - 79: 91,3%, usia >80:
Efikasi Pencegahan PHN  usia
anak dan 75% pada remaja 91,4%
60-69: 51%, usia 70- -
dan dewasa Pencegahan PHN  usia
79%: 64%, usia >80:
>50: 91,2%, usia >70:
41%, secara keseluruhan:
88,8%
51%
Tidak diketahui; studi
Durasi menjelaskan efeknya
Bergantung usia Bergantung usia
kekebalan bertahan hingga 10 tahun
pasca vaksinasi
Strategi Vaksinasi dan Profilaksis Pasca Pajanan
Vaksin Varicella Vaksin Herpes Zoster
Nama Varivax® dan Varilrix® Zostavax® Shingrix®
- Riwayat reaksi alergi
- Pasien dengan
berat terhadap komponen - Individu dengan reaksi
immunocompromised
- vaksin alergi berat terhadap
Riwayat keluarga; - Pasien komponen vaksin atau
gangguan imunitas
immunocompromised setelah vaksin
Kontraindikasi kongenital -
- Individu dengan riwayat Shingrix sebelumnya
Individu dengan -
keluarga gangguan Wanita hamil dan
reaksi anafilaksis
imunitas kongenital menyusui
terhadap komponen - -
Wanita hamil dan Penderita Shingles
vaksin
menyusui
Nyeri, kemerahan, bengkak
Demam, nyeri,
pada tempat injeksi, nyeri Nyeri, kemerahan,
kemerahan, bengkak pada
Efek samping otot, kelelahan, sakit kepala, bengkak pada tempat
tempat injeksi, varicella-
menggigil, demam, nyeri injeksi, sakit kepala
like rash
perut
04
Penanganan Penyakit VZV
Penanganan Penyakit Terkait VZV
• Acyclovir memiliki keterbatasan bioavailabilitas oral (15-30%) dan kelarutan terbatas dalam air
(~0,2, 25 C), sehingga membutuhkan dosis yang relatif besar dan pemberian yang sering untuk
mencapai inhibisi virus.
• Studi menunjukkan bahwa valacyclovir menjadi pilihan lebih baik dalam pengobatan infeksi VZV
(bioavailabilitas oral 54%, cepat diserap) karena frekuensi sedikit dibandingkan acyclovir yang dapat
meningkatkan kepatuhan pasien.
Penanganan Penyakit Terkait VZV
• Penciclovir tidak diserap dengan baik jika diberikan secara oral, sehingga dikembangkan
Famciclovir sebagai prodrug dengan bioavailabilitas oral 77%.
• Famciclovir dapat ditoleransi dengan baik pada pasien dan efektif untuk penanganan HSV-1 dan
HSV-2 (untuk terapi supresi jangka panjang dan infeksi berulang) dan untuk penanganan HZ.
Penanganan Penyakit Terkait VZV
• Cidofovir digunakan sebagai pengobatan intravena ataupun topikal untuk infeksi yang disebabkan DNA virus
termasuk berbagai virus herpes selain HCMV, polyoma-, adeno-, pox (molluscum contagiosum virus dan orf
virus) dan HPV.
• Dalam kasus VZV, obat ini digunakan untuk terapi pada pasien yang resisten acyclovir dan foscarnet.
• Kelemahannya ialah karena bioavailabilitas oralnya rendah (<5%) maka pemberiannya secara intravena (1 kali
seminggu), selain itu memiliki efek nefrotoksik sehingga harus dilakukan pra-hidrasi dengan setidaknya 1 L saline
0.9% sebelum diberikan obat ini.
Penanganan Penyakit Terkait VZV
• Brivudine digunakan untuk terapi HZ di Eropa dan merupakan agen antiviral untuk HSV-1 dan VZV.
• Brivudine dapat diserap 90% melalui pemberian oral dan 70% dosis oral ditranformasi secara cepat menjadi
bromovinyluracil (BVU) di hepar.
• Brivudine efektif untuk terapi HZ baik untuk jangka pendek (mencegah terbentuknya lesi baru) maupun
jangka panjang (pencegahan PHN).
• Studi retrospektif terbaru membandingkan valacyclovir, famciclovir, dan acyclovir dalam hal mengatasi nyeri
pada pasien HZ. Ketiga obat tersebut efektif dalam mengobati nyeri pada HZ akut dan tidak ada perbedaan
signifikan pada pasien HZ ringan dan sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa brivudine dapat
dianggap sebagai pilihan pertama untuk mengobati kasus HZ yang berat mengingat obat ini diberikan sekali
sehari dan dapat mengontrol nyeri lebih dini.
• Kontraindikasi jika dikombinasikan dengan 5-fluorouracil atau capecitabine.
Penanganan Penyakit Terkait VZV
• Amenamevir (helicase-primase inhibitor) merupakan terapi untuk HZ di Jepang.
• Helicase-primase inhibitor merupakan virus-specific, memiliki toksisitas in vitro rendah, dan menghambat
strain virus secara klinis. HPI memiliki mekanisme aksi yang berbeda karena bekerja melalui inhibisi
langsung pada kompleks helicase-primase dan tidak memerlukan aktivasi virus TK (thymidine kinase)
dibandingkan dengan agen anti-herpes virus klasik yaitu dengan menargetkan DNA polymerase.Kombinasi
HPI dengan analog nukelosida memiliki potensi untuk mengobati kondisi ensefalitis atau infeksi pada
pasien dengan imunosupresi.

Studi di Jepang menunjukkan bahwa amenamevir 400 mg efektif dan dapat ditoleransi dengan baik untuk
pengobatan HZ pada pasien yang imunokompeten yang mengarah ke persetujuan amenamevir untuk indikasi HZ di
Jepang.
05
Medical Need for New Antiviral Agents
to Manage VZV-Associated Disease

5. Kebutuhan Medis akan Agen Antiviral Baru untuk


Mengelola Penyakit Terkait VZV
5.1 Manajemen Neuralgia Post-Herpetik dan
Komplikasi lainnya

2 3
1 (iii) nyeri terkait zoster (ZAP)
(ii) PHN (post-herpetic neuralgia),
Nyeri yang terkait dengan HZ dapat diukur didefinisikan sebagai  nyeri yang tidak
dengan tiga cara: (i) nyeri saat datang (nyeri ZAP  nyeri yang muncul sejak periode
membaik setelah 30 hari / nyeri yang
Nyeri akut, terhitung selama
akut) zoster akut hingga resolusi sempurna
persisten setelah penyembuhan herpes /
30 hari pertama nyeri setelah 90 hari sejak munculnya
ruam kemerahan

Farmakoterapi yang disetujui diseluruh dunia untuk pengobtan HZ : asiklovir, valasiklovir,


famsiklovir (imunokompeten & imunokompromais), brivudin (hanya di Eropa), Amenamevir (hanya di
Jepang)
5.1 Manajemen Neuralgia Post-Herpetik dan
Komplikasi lainnya
Agen anitivirus yang memiliki
potensi lebih tinggi dalam
mencapai penurunan yang lebih
cepat dalam replikasi virus
terapi antivirus tidak ada
Untuk Uji klinis obat antivirus HZ telah dapat mengurangi kerusakan
mendaftarkan pasien dalam waktu 72 jam sejak yang sepenuhnya efektif
saraf dan gejala akut dan kronis
onset ruam; namun, tidak ada uji klinis dalam menghindari NPH
terkontrol yang membandingkan terapi onset HZ.
dini dengan terapi lanjut (>72 jam) yang telah
dilakukan. Oleh karena itu, agen antivirus
dengan potensi yang lebih tinggi dapat mencapai Tidak ada uji klinis yang
Diperlukan antivirus dengan
penurunan replikasi virus yang lebih cepat membandingkan terapi
sehingga mengurangi kerusakan saraf dan gejala anti-VZV yang unggul.
onset dini (<72 jam) atau
HZ akut dan kronis. Memiliki kemampuan untuk
>72 jam lebih baik
mencegah NPH, mampu
meredakan nyeri lebih baik
namun dengan rejimen dosis
yang lebih sederhana.
5.2 Pengelolaan Efek Samping yang Jarang Terjadi
namun Signifikan terkait Vaksin VZV

● Vaksin varicella pada bayi  mengurangi risiko cacar air


● Vaksin zoster pada dewasa  melindungi orang dewasa
yang imunokompeten dari HZ dan mencegah keparahan
HZ
● Beberapa kasus ditemukan vaksin VZV yang direaktivasi
pada anak dan dewasa yang sehat dapat menimbulkan
HZ. Selain itu, pada anak sehat yang dilakukan reaktivasi
vaksin VZV ditemui kasus meningitis, HZ oftalmikus, dan
ensefalitis.
● Namun, hal tersebut sangat jarang terjadi dimana vaksin
VZV dapat menyebabkan penyakit invasive.
5.3 Timbulnya Resistensi Virus terhadap Obat
Pemberian terapi antiviral pada pasien Resistensi virus VZV terhadap obat 
sehat  tidak menimbulkan adanya adanya mutasi gen DNA Polimerasi, yang
peningkatan resiko resistensi virus paling sering VZV TK  Mutasi tersebut
terhadap obat berhubungan dengan PFA-R yang
ditemukan pada pasien
imunokompromais.
Infeksi VZV pada pasien dengan
imunokompromais  gejala yang timbul
menjadi lebih parah dan persisten  Asam amino yang seharusnya berikatan
membutuhkan terapi antiviral yang lebih dengan VZV DNA polymerase menjadi
lama  meningkatkan risiko resistensi berkatan dengan PFA-R  Resistensi
virus terhadap obat acyclovir

Oleh karena itu, agen antiherpesvirus yang kuat dengan


target selain DNA Polimerasi virus akan sangat berguna
dalam mengelola resistensi obat terhadap agen antivirus
yang tersedia saat ini
06
Pengembangan Lanjutan anti-VZV Baru
• Gold standard terapi VZV yakni asiklovir dan valasiklovir. Analog
nukleosida seperti pensiklovir, famsiklovir dan brivudin juga dapat
digunakan.

• Antivirus ini memiliki target DNA polimerasi virus. Mutan VZV


dapat diatasi dengan foscarnet yang merupakan penghambat langsung
DNA Polimerase virus namun memiliki efek samping toksisitas ginjal.

• Foscarnet tidak dapat digunakan juga pada mutan DNA yang muncul
dibawah asiklovir karea mayoritas menunjukan resistensi silang terhadap
foskarnet sehingga terapi lainnya diberikan cidofovir namun efek
sampingnya juga didapatkan toksisitas ginjal. Selain itu, terapi lainnya
yaitu amenamevir (disetujui di Jepang namun dihentikan di Amerik
karena ditemukan adanya toksisitas).

• Saat ini, dibutuhkan obat yang mampu menghambat replikasi virus


dengan menargetkan langkah yang berbeda dari siklus replikasi VZV
untuk mengelola resistensi obat di klinik serta untuk membatasi
kemungkinan munculnya resistensi obat antivirus dan juga dapat
membentuk dasar untuk terapi kombinasi.
6.1 Bycyclic Nucleoside Analogues (BCNAs)
Struktur kimia anti-VZV dalam pengembangan lanjutan
6.1 Bycyclic Nucleoside Analogues (BCNAs)
Aktivasi, mekanisme aksi dan katabolisme analog
nukleosida bisiklik (BCNA).

BCNA terbentuk mono dan difosfat meskipun ada


konversi terbentuk trifosfat dan dimana yang
merupakan metabolit aktif dan mekanisme
kerjanya masih belum jelas sampai saat ini.
Perbedaan mencolok antara BCNA dan BVDU
ada terkait jalur kataboliknya. Berbeda dengan
BVDU, TPases manusia tidak mengenali BCNA
sebagai substrat dan basa bebas BCNA tidak
menghambat DPD manusia (dihydropyrimidine
dehydrogenases) dan terdapat adanya
metabolisme normal 5-florocyl. Panah abu-abu
putus-putus menunjukkan kurangnya aktivasi.
6.2 Carbocyclic Nucleoside Analogues : H2G (Omaciclovir)
and Its Prodrug (Valomaciclovir)

• H2G : memiliki potensi yang kuat dalam melawan virus herpes terutama VZV, HSV dan EBV
namun lemah terha HCMV. EC50 pada omacyvlovir lebih superior dibandingkan dengan
asiklovir.

• Omaciclovir memiliki kerja yang mirip dengn asiklovir tetapi dengan selektivitas yang lebih
sedikit sebagai usbtstrat untuk TK dan ketahanan terhadap peta omacilovir ke TK. Omaciclovir
TP memiliki waktu paruh yang lebih lama dari ACV-TP dan merupakan penghambat kuat DNA
polymerase VZV meskipun kurang aktif daripada ACV-TP.

• Omaciclovir menghasilkan penurunan yang signifikan dalam beban EBV


6.3 Brincidofovir
• Merupakan lipid acyclic nucleoside phosphonate (ANP)
yang tersedia secara oral dengan aktivitas spectrum luas
yang sama terhadap virus DNA seperti cidofovir.

• Dalam prodrug ester alkoksialkil digunakan sebagai


pembawa untuk memfasilitasi penyerapan obat di
salurnan pencernaan.

• Brincidofovir tidak nefrotoksik karena bukan substrat


enzim transporter 1 anion organic manusia yang ada
dalam sel tubular namun obat ini dapa mengembangkan
graft-versus-host-disease (GvHD) dan gejala pencernaan.
07
Kandidat Obat anti-VZV
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
1. Phenoxazine Derivatives
Phenoxazine [1,3-diaza-2-oxophenoxazine] berikatan kuat dengan guanin
dalam dupleks dan meningkatkan interaksi susun TT-TT dengan dasar yang
berdekatan.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
2. 2’-Deoxyribose Emimycin Nucleosides
Emimycin (1,2-dihydro-2-oxopyrazine 4-oxide) adalah analog pirazina
yang secara struktural menyerupai urasil dengan sifat antibakteri yang
dikenal.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
3. C5-substituted-(1,3-diyne)-2-deoxyuridines
C5-substituted-(1,3-diyne)-2-deoxyuridines merupakan kelas senyawa yang unik,
memainkan peran penting sebagai komponen turunan nukleotida untuk genetika
molekuler dan sebagai antivirus dan antikanker agen.
.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
4. Carbocyclic Nucleosides
Carbocyclic Nucleosides mampu menghambat replikasi virus hepatitis B
(HBV) dan virus vaccinia tetapi aktivitas melawan HSV tidak dilaporkan.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
5. Xanthine-Based Acyclic Nucleoside Phosphonates (ANPs)
Serangkaian ANP yang mengandung nukleobase xanthine disintesis dan
dievaluasi untuk aktivitas mereka melawan berbagai virus DNA dan RNA .
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
6. Cyclopentyl Nucleoside Phosphonates
2’-hydroxy-3’-deoxy- dan 2’-deoxy-3’-hydroxycyclopentyl nucleoside
phosphonate dengan nukleobase alami adenin, timin, sitosin dan guanin
disintesis dan dievaluasi aktivitasnya melawan beberapa virus herpes .
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
7. (E)-but-2-enyl Nucleoside Phosphonoamidates
Sintesis dan evaluasi antivirus dari Nucleoside Phosphonoamidates sampai sekarang
masih belum diketahui secara spesifik.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
8. Prodrugs of C5-Substituted Pyrimidine Acyclic Nucleosides
for Antiviral Therapy
Bis(POM) prodrug of (E)-TbutP mempresentasikan aktivitas antivirus yang
kuat.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
9. Prodrugs of the Pyrimidine Acyclic Nucleoside Phosphonates
PMEO-DAPy and PME-5-azaC
Prodrugs of the Pyrimidine Acyclic Nucleoside Phosphonates PMEO-DAPy
and PME-5-azaC memiliki aktivitas melawan retrovirus, HBV serta virus
herpes.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
10.Diamyl Aspartate Amidate Prodrugs of 3-Fluoro-2-
(phosphonomethoxy)propyl Acyclic Nucleoside Phosphonates
Acyclic nucleosides dengan 3-fluoro-2-(phosphonomethoxy)propyl
(FPMP)rantai memiliki kemanjuran anti-HIV sedang tetapi tidak memiliki
aktivitas terhadap virus DNA
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
11.Amidate Prodrugs of Cyclic 9-(S)-[3-Hydroxy-2-
(phosphonomethoxy) propyl]adenine, cHPMPA
Semua cHMPPA phosphonamidates prodrugs menampilkan aktivitas
spektrum luas terhadap virus herpes
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
1. Pyrazolo[1,5-c]1,3,5-triazin-4-one Derivative
Turunan Pyrazolo[1,5-c]1,3,5-triazin-4-one sebagai senyawa anti-VZV baru
disaring dengan menggunakan sel reporter garis yang menghasilkan
luciferase setelah infeksi dengan VZV.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
2. 5-Chlorobenzo[b]thiophen Derivative
5-Chlorobenzo[b]thiophen Derivative diidentifikasi juga sebagai agen anti-
VZV baru
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
3. Thienylcarboxamide Derivative
Turununan Thienylcarboxamide merupakan senyawa yang efektif tidak
hanya terhadap VZV) tetapi juga terhadap HCMV.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
4. Indole-Based Derivatives
Turunan berbasis indole dirancang, disintesis, dan dievaluasi aktivitas
antivirus terhadap spektrum yang luas dari virus.
Kandidat Obat anti-VZV
Nucleoside/Nucleotide Analogues Non-nucleoside Analogues
5. Cephalotaxine Esters
Ester alkaloid diisolasi dari genus Cephalotaxus, harringtonine (HT) dan
homoharringtonine (HHT), menunjukkan aktivitas antitumor.
Kandidat Obat anti-VZV
Hybrid Molecules
Dihydropyrimidinone/1,2,3-triazole Hybrid Molecules
Strategi yang layak untuk memproduksi molekul obat dengan aktivitas yang
kuat adalah dengan menggabungkan dua molekul bioaktif dengan kategori
terapi yang berbeda. Misalnya, 1,2,3-heterosiklik berbasis triazol telah
digunakan untuk pembuatan banyak perancah obat dengan sifat
penghambatan terhadap beberapa virus, termasuk VZV. Oleh karena itu,
sintesis hibrida molekul dapat dianggap sebagai cara untuk meningkatkan
aktivitas dan/atau menurunkan toksisitas molekul.
08
Kesimpulan dan Perspektif
Kesimpulan dan Perspektif
Ketersediaan vaksin untuk pencegahan varicella pada anak-anak dan pencegahan HZ pada
orang dewasa, tetap dibutuhkan obat antivirus.

Infeksi VZV merupakan penyebab serius morbiditas dan mortalitas di antara pasien
imunosupresi dan pada lansia karena PHN (komplikasi utama HZ) karena sulit ditangani. Antivirus
dapat mempersingkat durasi HZ dan mempercepat penyembuhan ruam.

Pasien imunokompeten dengan terapi antivirus direkomendasikan untuk remaja yang


menderita varicella dan terutama usia lebih dari 50 tahun dengan HZ.
PICO
Critical Appraisal
Problem
Varisella-zoster virus menyebabkan infeksi
yang dapat berkembang menjadi latensi
ganglion sensoris, herpes zoster, dan angka
morbiditas yang signifikan. Penderita dalam
keadaan immunocompromised yang terinfeksi
VZV dapat menimbulkan penyakit serius. Intervention
Terdapat keterbatasan pada anti-VZV yang saat
ini disetujui oleh FDA sehingga diperlukan
pengembangan obat anti-VZV baru yang lebih
P I Tidak dilakukan intervensi pada artikel ini.

efektif.
Outcome
Comparison C O Anti-VZV yang saat ini disetujui FDA (acyclovir,
valacyclovir, dan famcivlovir mempunyai efikasi rendah
Artikel ini membahas obat anti-VZV seperti dalam mengontrol nyeri pada HZ dan 20-40% penderita
acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir, dapat mengalami PHN, Antivirus ini membutuhkan
brivudine, amenamevir. regimen dosis multipel harian yang dimodifikasi untuk
penderita dengan gagal ginjal. Antiviral
chemotherapeutics dengan mode of action yang berbeda
dengan antiviral saat ini dibutuhkan untuk menangani
ACV-resistant strain pada penderita yang
immunocompromised.
Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Informasi dalam artikel ini secara jelas dan menyeluruh memaparkan


karakteristik klinis infeksi VZV, vaksinasi untuk VZV, penanganan
untuk penyakit yang berhubungan dengan VZV hingga membahas
mengenai kepentingan agen antiviral baru untuk menangani VZV.
Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Artikel ini secara umum membahas mengenai obat-obat anti VZV yang
saat ini digunakan hingga berbagai molekul potensial untuk menjadi
anti-VZV baru, namun tidak ada kalimat konkret yang menunjukkan
rumusan atau formulasi masalah dituliskan dalam artikel ini.
.
Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Artikel ini tidak menyebutkan metode pencarian literaturnya.


Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Hampir setiap kalimat dalam artikel ini relevan (disertai


dengan referensi).
Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Beberapa kalimat dalam artikel ini menyebutkan desain studi yang


dilakukan untuk memperkuat argumen penelitian namun tidak
ditampilkan secara menyeluruh.
Critical Appraisal
Tools: SANRA (Scale for the Assesment of Narrative Review Articles)

Artikel ini sudah menyajikan informasi data dengan baik


3. Jepang vs usa

Si jepang ini udah lulus uji pada manusia yg pengobatannya efektif pada herpes genital, sementara di
amerika baru phase 1 aja udah dihentikan karna masalah keamanan. Jepang ini pertamanya udh
ngelakuin uji di tikus dulu, nah ternyataa efektif baru lanjut lah ke phase selanjutnya yg make
manusia dibandingin sama valacyclovir. Ternyata di populasi jepang ini semuanya bisa dikasih, yg
kena efek samping cuman 10% dari total 751 pasien. Dosis yg efektif amenamevir ini 400 mg dan
bisa diberikan sm HZ pada pasien imunocompromised. Tapi cuman berlaku pada pasien di jepang
aja karna pas mereka lakuin penelitian tu malah efektif beda dengan amerika tadi yg baru phase 1
aja udh ga aman.

2. Apa vaksin yang lebih direkomendasikan untuk mencegah herpes zoster ?

Vaksin yang lebih direkomendasikan dari dua pilihan antara zostavax dan shingrix yaitu SHINGRIX,
karena lebih lambat menurun kemanjurannya drpd ZOSTAVAX dan vaksin ini dapat diberikan
pada pasien imunocompromised tidak dengan zostavax. Selain itu dari efektivitasnya sendiri
untuk pencegahan herpes dan post herpetuc neuralgianya lebih dari rata rata 90% untuk usia lebih
dari 50 tahun. Dan vaksin ini memiliki efek samping yang lebih minimal.

Anda mungkin juga menyukai