DALAM PELAYANAN
KEHAMILAN
Obat dan Vaksin
■ Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan
merupakan tindakan preventif untuk meningkatkan
kekebalan tubuh ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan
virus.
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Human papillomavirus (HPV)
4. Measles, mumps and rubella (MMR) : Campak,
gondok dan rubella
5. Meningococcal
6. Pneumococcal
7. Varicella (chickenpox)
Hepatitis A
■ Kategori A
■ Kategori B
■ Kategori C
■ Kategori D
■ Kategori X
■ Doktrin atau kepercayaan yang umum dipakai adalah bahwa: “Tidak
ada obat yang aman untuk ibu hamil“.
■ Efikasi, kemanjuran (benefit) VS. risiko (risk) adalah pertimbangan
utama menggunakan obat khususnya untuk kategori A dan B.
■ Dan untuk obat yang masuk kategori C dan D dianjurkan untuk benar-
benar melalui pertimbangan dokter dengan mempertimbangkan
manfaat, keselamatan jiwa yang lebih besar dibandingkan resikonya.
■ Untuk obat dengan kategori X TIDAK BOLEH DIGUNAKAN pada
masa kehamilan.
KATEGORI OBAT IBU
HAMIL :
Kategori A
☺ Aman untuk janin. Studi kontrol tidak
memperlihatkan adanya resiko pada wanita
terhadap janin pada kehamilan trimester I dan
trimester selanjutnya.
Ultrasonografi digunakan untuk memastikan tonggak kehamilan Anda dan untuk memeriksa
tulang belakang janin dan bagian tubuh lainnya apakah ada cacat. Amniosentesis mungkin
Karena skrining multiple marker bukan diagnostik, itu tidak 100 persen akurat. Ini membantu
menentukan siapa dalam populasi yang harus ditawari tes tambahan selama kehamilan. Hasil
positif palsu dapat mengindikasikan masalah ketika janin benar-benar sehat. Di sisi lain, hasil
negatif palsu menunjukkan hasil normal ketika janin benar-benar memiliki masalah kesehatan.
Ketika Anda melakukan tes skrining trimester pertama dan kedua, kemampuan tes untuk
mendeteksi kelainan lebih besar daripada hanya menggunakan satu skrining secara independen.
Sebagian besar kasus sindrom Down dapat dideteksi ketika skrining trimester pertama dan kedua
digunakan.
Ultrasound / USG
Trimester Pertama
■ Untuk menetapkan tanggal jatuh tempo (ini adalah
cara paling akurat untuk menentukan tanggal jatuh
tempo)
■ Untuk menentukan jumlah janin dan mengidentifikasi
struktur plasenta
■ Untuk mendiagnosis kehamilan ektopik atau
keguguran
■ Untuk memeriksa rahim dan anatomi panggul lainnya
■ Untuk mendeteksi kelainan janin (dalam beberapa
kasus)
Ultrasound / USG
Midtrimester (juga disebut pemindaian 18 hingga 20 minggu)
1. Untuk mengkonfirmasi tanggal jatuh tempo (tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan pada trimester pertama jarang berubah)
2. Untuk menentukan jumlah janin dan memeriksa struktur
plasenta
3. Untuk membantu dalam pemeriksaan pranatal, seperti
amniosentesis
4. Untuk memeriksa kelainan anatomi janin
5. Untuk memeriksa jumlah cairan ketuban
6. Untuk memeriksa pola aliran darah
7. Untuk mengamati perilaku dan aktivitas janin
8. Untuk mengukur panjang serviks
9. Untuk memantau pertumbuhan janin
Ultrasound / USG
Trimester Ketiga
1. Untuk memantau pertumbuhan janin
2. Untuk memeriksa jumlah cairan
ketuban
3. Untuk melakukan tes profil biofisik
4. Untuk menentukan posisi janin
5. Untuk menilai plasenta
Bagaimana cara Kerja ultrasound ?
gambar.
yang lebih kecil dimasukkan ke dalam vagina Anda dan diposisikan pada
■ Ada beberapa jenis teknik pencitraan ultrasound. Sebagai jenis yang paling umum,
USG 2-D memberikan gambaran datar satu aspek bayi.
■ Jika diperlukan lebih banyak informasi, ujian USG 3-D dapat dilakukan. Teknik ini,
yang memberikan gambar 3-D, membutuhkan mesin khusus dan pelatihan khusus.
Gambar 3-D memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk melihat lebar, tinggi
dan kedalaman gambar, yang dapat membantu selama diagnosis. Gambar 3-D juga
dapat ditangkap dan disimpan untuk ditinjau kemudian.
■ Teknologi terbaru adalah USG 4-D, yang memungkinkan penyedia layanan kesehatan
untuk memvisualisasikan bayi yang belum lahir bergerak secara real time. Dengan
pencitraan 4-D, gambar tiga dimensi terus diperbarui, memberikan tampilan "aksi
langsung". Gambar-gambar ini sering memiliki warna emas, yang membantu
menunjukkan bayangan dan highlight.
■ Gambar USG dapat ditangkap dalam foto diam atau di video untuk
mendokumentasikan temuan.
Apa risiko dan manfaat pencitraan ultrasonografi?
■ Ultrasonografi janin tidak memiliki risiko yang diketahui selain ketidaknyamanan ringan
karena tekanan dari transduser pada perut Anda atau di vagina Anda. Tidak ada radiasi yang
digunakan selama prosedur.
■ Ultrasonografi transvaginal membutuhkan penutup transduser ultrasonik dalam selubung
plastik atau lateks, yang dapat menyebabkan reaksi pada wanita dengan alergi lateks.
■ Pencitraan USG terus ditingkatkan dan disempurnakan. Seperti halnya tes apa pun, hasilnya
mungkin tidak sepenuhnya akurat. Namun, USG dapat memberikan informasi berharga
kepada orang tua dan penyedia layanan kesehatan, membantu mereka mengelola dan
merawat kehamilan dan bayi. Selain itu, pencitraan ultrasonografi memberi orang tua
kesempatan unik untuk melihat bayi mereka sebelum lahir, membantu mereka untuk
mengikat dan membangun hubungan awal.
■ Ultrasonografi janin kadang-kadang ditawarkan dalam pengaturan nonmedis untuk
memberikan gambar atau video kenang-kenangan bagi orang tua. Sementara prosedur USG
itu sendiri dianggap aman, ada kemungkinan bahwa personel yang tidak terlatih mungkin
kekeliruan atau memberikan jaminan palsu kepada orang tua tentang kesejahteraan bayi
mereka. Yang terbaik adalah melakukan ultrasound oleh tenaga medis terlatih yang dapat
menginterpretasikan hasil dengan benar.
Amniosentesis
■ Amniosentesis melibatkan pengambilan sampel kecil
cairan ketuban yang mengelilingi janin.
■ Ini digunakan untuk mendiagnosis gangguan
kromosom dan cacat tabung saraf terbuka, seperti
spina bifida.
■ Pengujian tersedia untuk cacat dan kelainan genetik
lainnya tergantung pada riwayat keluarga Anda dan
ketersediaan pengujian lab pada saat prosedur.
Amniosentesis
Who is an ideal candidate for
amniocentesis?
■ Amniosentesis umumnya
ditawarkan kepada wanita antara
15 dan 20 minggu kehamilan
yang memiliki peningkatan
risiko kelainan kromosom.
■ Calon ibu yang berusia di atas
35 pada saat pengiriman atau
mereka yang memiliki tes
skrining serum ibu yang tidak
normal.
How is an amniocentesis performed?
• Amniosentesis melibatkan memasukkan jarum panjang dan tipis melalui perut ke
dalam kantung ketuban untuk menarik sampel kecil cairan ketuban. Cairan ketuban
mengandung sel-sel yang dicurahkan oleh janin, yang mengandung informasi genetik.
Meskipun detail spesifik dari setiap prosedur dapat bervariasi, amniosentesis tipikal
mengikuti proses ini:
– Perut akan dibersihkan dengan antiseptik.
– Dokter mungkin atau mungkin tidak memberikan anestesi lokal untuk mematikan kulit.
– Dokter akan menggunakan teknologi ultrasound untuk membantu mengarahkan jarum berlubang ke dalam kantung ketuban. Ia akan
menarik sampel kecil cairan untuk analisis laboratorium.
– Ibu mungkin merasakan kram selama atau setelah amniosentesis. Kegiatan berat harus dihindari selama 24 jam setelah prosedur.
• Wanita yang hamil dengan kembar atau kelipatan orde tinggi lainnya perlu
pengambilan sampel dari setiap kantung ketuban untuk mempelajari setiap bayi.
Bergantung pada posisi bayi dan plasenta, jumlah cairan, dan anatomi wanita,
kadang-kadang amniosentesis tidak dapat dilakukan.
• Cairan tersebut kemudian dikirim ke laboratorium genetika sehingga sel-sel dapat
tumbuh dan dianalisis. AFP juga diukur untuk menyingkirkan cacat tabung saraf
terbuka.
• Hasil biasanya tersedia dalam waktu sekitar 10 hari hingga dua minggu, tergantung
pada lab.
Chorionic Villus Sampling (CVS)?
• Wanita dengan kembar atau kelipatan orde tinggi lainnya biasanya perlu
pengambilan sampel dari setiap plasenta. Namun, karena kerumitan
prosedur dan posisi plasenta, CVS tidak selalu layak atau berhasil dengan
kelipatan.
• Wanita yang bukan kandidat untuk CVS atau yang tidak mendapatkan hasil
yang akurat dari prosedur mungkin memerlukan amniosentesis tindak
lanjut.
• Infeksi vagina aktif, seperti herpes atau gonore, akan dilarang melakukan
prosedur ini.
• Dalam kasus lain, dokter dapat mengambil sampel yang tidak memiliki
cukup jaringan untuk tumbuh di laboratorium, menghasilkan hasil yang
tidak lengkap atau tidak meyakinkan.
Fetal Monitoring
1. Hematologi Lengkap
• Pemeriksaan hematologi lengkap atau sering pula disebut
pemeriksaan darah perifer lengkap adalah tes yang digunakan
untuk mendeteksi adanya kelainan pada darah dan komponennya
yang dapat menggambarkan kondisi tubuh secara umum.
Hematologi lengkap dapat dilakukan pada trimester pertama,
trimester kedua dan saat persalinan.
• Kelainan yang dapat dideteksi antara lain anemia (hemoglobin
rendah) yang umum terjadi pada ibu hamil, kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat dan bahkan thalassemia yang merupakan
kelainan produksi hemoglobin yang bersifat genetik.
Test LAB selama kehamilan
1. Hematologi Lengkap
• Berikut tes dan manfaatnya:
1) Hemoglobin (Hb) bertujuan untuk mendeteksi anemia - Hb kurang dari 11 g/dl.
2) Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dapat menggambarkan ukuran dan warna sel darah merah
sehingga dapat diketahui penyebab anemia apakah karena defisiensi besi atau defisiensi asam
folat.
3) Leukosit dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyebabnya yang disebabkan oleh bakteri atau
virus, dan dapat melihat kekebalan tubuh serta potensi alergi. Kadar abnormal leukosit jika lebih
dari 15.000/ul.
4) Retikulosit dapat memberi informasi lebih dini sebagai prediksi anemia dan respons sumsum
tulang terhadap suplementasi besi.
5) Golongan darah A-B-O diperlukan untuk dibandingkan dengan golongan darah bayi saat lahir
apakah ada kemungkinan inkompatibilitas gol darah A-B-O yang memerlukan tindakan pada bayi.
Golongan darah juga perlu diketahui bila diperlukan transfusi pada ibu. Dilakukan pada trimester
pertama.
6) Faktor rhesus (positif atau negatif ). Perlu perhatian khusus bila rhesus istri negatif sedangkan
rhesus suami positif. Terdapat kemungkinan rhesus janin positif, sehingga dapat terjadi sensitisasi
pada darah ibu yang akan menimbulkan antibodi terhadap rhesus positif. Hal ini dapat
membahayakan janin pada kehamilan berikutnya. Untuk itu ibu hamil dengan rhesus negatif
harus diberi suntikan pada kehamilan 28 minggu untuk mengikat antibodi terhadap rhesus positif,
serta dalam 72 jam setelah melahirkan apabila bayinya rhesus positif.
7) Tes penunjang hematologi lengkap lainnya adalah ferritin yang dapat menggambarkan cadangan
zat besi sebagai salah satu penyebab anemia. Ferritin dilakukan pada trimester pertama.
Test LAB selama kehamilan
2. Glukosa
• Untuk mengetahui kadar glukosa (gula) dalam darah:
– Glukosa puasa (glukosa dalam keadaan puasa 10-12 jam).
– Tes Toleransi Glukosa Oral (glukosa 2 jam setelah minum glukosa 75
gram). HbA1c (Glycosylated hemoglobin) untuk mengetahui kadar
glukosa darah rata-rata selama 3 bulan terakhir.
• Tujuannya untuk mengetahui apakah terjadi DMG
(diabetes mellitus gestasional)/kencing manis dalam
kehamilan.
• Glukosa puasa dan tes toleransi glukosa oral dilakukan
bila terdapat risiko DMG pada trimester pertama atau
saat pertama terdiagnosis hamil, atau pada usia 24-28
minggu bila tidak ada risiko DMG.
Test LAB selama kehamilan
3. Virus Hepatitis
– Virus hepatitis sangat potensial untuk ditularkan
kepada janin di dalam kandungan.
1. HBsAg (antigen hepatitis B), untuk mendeteksi
adanya virus Hepatitis B.
2. Anti HBs (antibodi hepatitis B), untuk mendeteksi
apakah sudah memiliki antibodi terhadap hepatitis
B.
3. Anti HCV Total (antigen hepatitis C), untuk
mendeteksi adanya virus Hepatitis C.
Test LAB selama kehamilan
4. Serologi
• Pemeriksaan marker infeksi VDRL dan TPHA
untuk mendeteksi adanya sifilis.
• jika terinfeksi dapat menyebabkan cacat pada
janin. Jika terdeteksi maka segera dilakukan
terapi.
1. VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) yaitu
skrining untuk penyakit sifilis.
2. TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination
Assay), pemeriksaan lanjutan untuk konfirmasi
penyakit sifilis.
Test LAB selama kehamilan
5. Anti HIV
Anti HIV (Antigen Human Immunodeficiency
Virus) bertujuan mendeteksi adanya infeksi virus
HIV yang berpotensi menular pada janin.
Jika ibu hamil terinfeksi HIV harus segera diterapi
dengan antivirus dan persalinannya dilakukan
secara bedah sesar untuk mencegah bayi
tertular virus HIV.
Tes HBsAg, Anti HCV, TORCH, VDRL, TPHA, anti
HIV dilakukan pada trimester pertama
kehamilan.
Test LAB selama kehamilan
6. Urine (Urinalisa)
• Tujuannya untuk mendeteksi infeksi saluran
kemih dan kelainan lain di saluran kemih serta
kelainan sistemik yang bermanifestasi di urine.
• Jika infeksi di saluran kemih tidak diobati, dapat
menyebabkan kontraksi dan kelahiran prematur
atau ketuban pecah dini.
• Tes ini dilakukan pada trimester pertama atau
kedua.
Test LAB selama kehamilan
7. Hormon Kehamilan
– Tes ini dilakukan pada trimester pertama.
– Hormon bHCG darah, yaitu hormon kehamilan dalam
darah untuk mendeteksi kehamilan di trimester awal
yang meragukan karena belum tampak pada USG.
– Hormon Progesteron: Hormon yang
mensupport kehamilan, untuk mendeteksi apakah
hormon ini cukup kadarnya atau perlu suplemen
progesteron dari luar.
– Hormon Estradiol: hormon yang mensupport kehamilan,
untuk mendeteksi apakah kadarnya normal atau tidak.
Test LAB selama kehamilan
8. Virus TORCH
• TORCH adalah penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kelainan
bawaan/cacat pada janin bila BuMil mengidap penyakit tersebut.
• Pemeriksaan TORCH terdiri dari toksoplasma, rubella, CMV dan
herpes.
• Yang diperiksa adalah imunoglobulin G dan M, artinya adalah jika IgM
positif dan IgG negatif artinya kemungkinan saat ini terjadi infeksi
namun pemeriksaan ini harus diulang serial selang 3 minggu untuk
melihat serokonversinya.
• Jika IgM menjadi negatif dan IgG positif maka sebaiknya diterapi.
• Namun jika IgG positif dan IgM negatif maka kemungkinan infeksi
tersebut sudah terjadi pada masa lalu sebelum 3 bulan.
• Infeksi TORCH dapat terdeteksi dari adanya antibodi yang muncul
sebagai reaksi terhadap infeksi.
Test LAB selama kehamilan
8. Virus TORCH
• Terdiri dari:
Toxoplasma IgG dan IgM: antibodi terhadap parasit toxoplasma gondii
yaitu untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi Toxoplasma.
Rubella IgG dan IgM: antibodi terhadap virus campak Jerman, untuk
mendeteksi apakah terinfeksi virus tersebut atau tidak.
Citomegalovirus (CMV) IgG dan IgM: antibodi terhadap virus Citomegalo,
untuk mendeteksi apakah terinfeksi virus CMV atau tidak.
Herpes Simplex Virus 1 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 1, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV1.
Herpes Simplex Virus 2 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 2, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV2.
SISTEM
Kelas Ibu Hamil
■ Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal
10 orang.
■ Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar
pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.