Anda di halaman 1dari 25

ASSALAMU ALAIKUM Wr.

Wb
SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA

SELAMAT MENGIKUTI PELATIHAN


PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT
Dilaksanakan

Dewan Pengacara Nasional Indonesia


(DPN Indonesia)

JAKARTA, 2023

DR. Drs. H. Sirajuddin Sailellah, S.H., M.H


(Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat)
Nama : DR Drs.H.Sirajuddin Sailellah,SH.MH
Tempat/Tgl lahir : Sungguminasa(Sul-sel) 13 Januari 1968
Pekerjaan : Hakim /Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat Kls IA
BIODATA Email/ Hp : sirajuddin_sailellah@yahoo.com / 082211188555
PENGAJAR Pengalaman jabatan :
Hakim Pengadilan Agama Watansoppeng. 1997 s/d 2000
Hakim Pengadilan Agama Masamba. 2001 s/d 2004
Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat. 2004 s/d 2006
Panitera Pengganti Mahkamah Agung RI. 2006 s/d 2013
Wakil Ketua Pengadilan Agama Bekasi 2013 s/d 2015
Ketua Pengadilan Agama Bogor 2015 s/d 2019
Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2019 s/d sekarang

Pengalaman Mengajar:
Tenaga pengajar
1. Pendidikan Profesi Khusus Advokat Penyelenggara Yan Apul
2. Pendidikan Profesi Khusus Advokat Penyelenggara FHP Menara Karya Lt.20
3. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Mabes Polri
4. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Kemenkes RI
5. Pendidikan Profesi Khusus Advokat dengan Kemenkumham RI
6. Dosen Pascasarjana Universitas Jayabaya Jakarta
7. Dosen Program Doktor Universitas Islam Asy Syafiiyah Jakarta
8. Dosen Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta

Pendidikan
Pesantren Modern IMMIM Tamalanrea Makassar
Sarjana syariah Universitas Islam Negeri Makassar 1992
Sarjana Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sengkang 2000
Magister Hukum Universitas Islam Negeri Makassar 2002
Doktor UGM Yogyakarta 2012
KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA
Dalam Struktur Kekuasaanm Kehakiman

UU No.48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN


Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan;

• a. Peradilan Umum;
• b. Peradilan Agama;
• c. Peradilan Militer;
• d. Peradilan Tata Usaha Negara.
KEWENANGAN PERADILAN AGAMA PASCA REVISI UU.NO.7 THN
1989
MENJADI UU.NO.3 THN 2006 REVISI KEDUA DENGAN UU No.50
TAHUN 2009 TENTANG PERADILAN AGAMA

PRA REVISI UU PA
Pasal 2
Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam undang-undang ini.
PASCA REVISI UU PA
Pasal 2
Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.

Pasal 3A
Dilingkungan Peradilan Agama dapat diadakan pengkhususan
pengadilan yang diatur dengan undang-undang
Perma 3 Tahun 2018
Administrasi Perkara di
Pengadilan secara elektronik
E- E-
E-Filing Summon
Payment
s

Perma 1 Tahun 2019


Administrasi Perkara dan E-
E- E-
persidangan di Pengadilan E-Filing Summon
Payment
secara elektronik
s Litigasi
P e r m a 3 Ta h u n P e r m a 1 Ta h u n
2018 2019
e-
Payment
Administrasi Perkara Administrasi Perkara
secara elektronik dan Persidangan
• Pengguna Terdaftar
secara elektronik
• Perkara yang diterima • Pengguna Terdaftar
hanya Gugatan • Pengguna Lainnya e-
e-Filing (Perorangan, KL/BUMN, Summons
Kejaksaan )
• Perkara yang diterima :
Gugatan Online, Gugatan
Sederhana, Permohonan

e-Litigasi
Tahapan Pendaftaran e-Litigasi
• Dilakukan oleh Pengguna
Terdaftar, Pengguna
Lainnya ( Perorangan, e-Litigation
Jaksa Pengacara Negara,
Biro Hukum
Pemerintah/TNI/Kejaksaan
RI, Direksi/Pengurus atau
Karyawan yang ditunjuk
e-Payment
• dalam mendukung
program e-Court
• Jadwal Persidangan yang sudah
terintegrasi dengan Jadwal Sidang
nadan hukum, Kuasa Mahkamah Agung RI yang aa di SIPP
Insidentil yang ditentukan bekerja sama dengan • Setelah Hari Sidang yang
Undang-Undang) Bank Pemerintah ditentukan, maka Majelis Hakim
• Jenis Perkara yang dalam hal manajemen menyidangkan perkara tersebut
diterima : Gugatan Online, Pembayaran Biaya kaitannya dengan persidangan
Gugatan Sederhana dan Panjar Perkara . • Setelah ditentukan Hari online yang perlu diperhatikan pada
Permohonan Online Dalam Hal ini Bank Sidang, maka saat sidang pertama adalah : Asli
• Gugatan Online yang telah ditunjuk Jurusita/Jurusita Surat Gugatan/Permohonan, Asli
merupakan perkara menyediakan Virtual Pengganti melakukan Surat Kuasa, Asli Surat Persetujuan
contensius yang terdiri dari Account (Nomor Prinsipal dalam menggunakan e-
Pembayaran) sebagai pemanggilan secara court
: Perkara Gugat Cerai,
sarana pembayaran elektronik ke alamat • Pembuatan Court Calender dan
Permohonan Cerai Talak,
Kewarisan, dll kepada Pengadilan domisili elektronik yang melakukan penetapan sesuai
• Permohonan Online tempat mendaftar sudah terdaftar dengan kesepakatan
merupakan perkara perkara • Penyampaian Dokumen oleh para
Voluntair antara lain • Dibayarkan sesuai pihak (jawaban, replik, dupik,
Penetapan Ahli Waris,
Istbat Nikah, dll
dengan panjar biaya
yang telah tercetak di
e-SKUM melalui 7
e-Summons kesimpulan , bukti surat) ---
(dokumen dikirim setelah terdapat
• Untuk Verifikasi Dokumen Tundaan Sidang dan ditutup sesuai
Pendaftaran dan bank yang telah jadwal sidang)
mengunduhnya dilakukan bekerja sama • Mekanisme kontrol (menerima,
oleh Panitera Muda sesuai dengan Mahkamah memeriksa, meneruskan) oleh
dengan jenis perkaranya Agung RI Majelis Hakim/Hakim terhadap
dokumen yang di upload para pihak
• Kedua belah pihak dapat
e-Filing mengirimkan Dokumen dan selama
belum diverifikasi oleh
Majelis/Hakim kedua belah pihak
tidak dapat melihat atau
mendownload dokumen yang
dikirim oleh pihak lawan
Syarat formal gugatan:
Penggugat harus memiliki hubungan dan kepentingan hukum dengan pokok gugatan;
Gugatan memuat identitas penggugat dan tergugat minimal meliputi nama, umur,tempat
kediaman;
Gugatan harus diajukan kepada pengadilan agama yang berwenang memeriksa,mengadili
dan memutus perkara yang bersangkutan;
Gugatan harus memuat fakta kejadian;
Gugatan harus mempunyai dasar hukum;
Gugatan harus memuat tuntutan yang diminta secara rinci;
Fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita harus sejalan dengan tuntutan yangdiminta,
atau sebaliknya tuntutan yang diminta harus sejalan dengan fakta kejadiandan dasar hukum
dalam posita;
Surat gugatan harus dibuat dan ditandatangani sendiri oleh penggugat/atau
kuasahukumnya yang sah;
Penggugat yang tidak bisa baca-tulis gugatan diajukan secara lisan dihadapan ketua atau
hakim yang ditujuk oleh ketua pengadilan, yang selanjutnya akan dicatat danditanda tangani
oleh ketua atau hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan ataudibubuhi cap jempol yang
bersangkutan yang disahkan oleh ketua pengadilan/hakim yang ditunjuk oleh ketua setelah
isinya dibacakan kepada penggugat;
RUANG LINGKUP KEWENANGAN PERADILAN AGAMA
PASCA REVISI

 PRA REVISI
a. Perkawinan;
b. kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
c.Wakaf dan shadaqah

 PASCA REVISI
a.perkawinan+ Pengangkatan Anak berdasarkan Hk.Islam
b.waris;
c.wasiat;
d.hibah;
e.wakaf;
f.Zakat
g.Infaq
h.Shadaqah
i.Ekonomi syari’ah.
Sengketa Pra Perkawinan
 (1) Pencegahan perkawinan ,diajukan ke PA oleh garis keturunan lurus
ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu dari
salahseorang calon mempelai, dan pihak-pihak yang bersangkutan (Tidak
sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah perkawinan, kecuali
tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilaaf ad-din.
 (2) Dispensasi Kawin :(1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (enam belas) tahun.(2) Dalam hal penyimpangan
terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan
atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun
pihak wanita.
 (3) Wali Adhol: Wali nikah yang berhak menolak menikahkan mempelai
wanita dengan pria pilihan tanpa alasan yang sah
 (4) Penolakan Perkawinan oleh PPN/Catatan Sipil
Sengketa Pasca Perkawinan
 Istbat Nikah
 Pembatalan Nikah
 Cerai gugat
 Cerai Thalak
 Izin Poligami
 Kuasa Asuh anak
 Harta bersama Gono-gini
 Nafkah lampau istri
 Penentuan status sah tidaknya anak (180 hari setelah
lahir)
 Nafkah Anak yg akan datang
 Pengangkatan anak
 Pencabutan kekuasaan wali
RUANG LINGKUP SENGKETA PERKAWINAN

 Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal-hal yang diatur dalam


 atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku
 yang dilakukan menurut syari'ah, antara lain:
 1. izin beristri lebih dari seorang;
 2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21
 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam
 garis lurus ada perbedaan pendapat;
 3. dispensasi kawin;
 4. pencegahan perkawinan;
 5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
 6. pembatalan perkawinan;
 7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
 8. perceraian karena talak;
 9. gugatan perceraian;
 10. penyelesaian harta bersama;
 11. penguasaan anak-anak;
LANJUTAN RUANG LINGKUP SENGKETA PERKAWINAN

 12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
 bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
 13. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada
 bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
 14. putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
 15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
 16. pencabutan kekuasaan wali;
 17. penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal
 kekuasaan seorang wall dicabut;
 18. penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup
 umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
 19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang
 ada di bawah kekuasaannya;
 20. penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
 berdasarkan hukum Islam;
 21. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
 melakukan perkawinan campuran;
 22. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
 Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006

• Penyelesaian sengketa tidak hanya dibatasi di bidang perbankan


syari’ah melainkan juga di bidang ekonomi syari’ah lainnya. Yang
dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam ”
adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan
sendirinya Islam menundukkan diri dengan sukarela kepada
hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan
Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan pasal ini.
• Huruf a.Yang dimaksud dengan “perkawinan “ adalah hal-hal
yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku dan dilakukan menurut syari’ah;
• Huruf b yang dimaksud dengan “waris”adalah penentuan siapa
yang menjadi ahli waris , penentuan mengenai harta peninggalan
tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan
seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan bagi masing-masing ahli waris.
• Huruf c yang dimaksud dengan”wasiat”adalah perbuatan
seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada orang
lain atau lembaga/badan hukum yang berlaku setelah yang
memberi tersebut meninggal dunia.
• Huruf d yang dimaksud dengan”hibah” adalah pemberian suatu
benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau
badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006

Huruf e Yang dimaksud dengan” wakaf” adalah perbuatan seseorang


atau sekelompok orang(wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya unutk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.
Huruf f Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh
orang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya
Huruf g yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang
memberikan sesuatukepada orang lain guna menutupi kebutuhan,baik
berupa makanan, minuman ,mendermakan, memberi rizki (karunia), atau
menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas , dan
karena allah SWT.
 huruf h Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatan seseorang
memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga /badan hukum
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu dengan mengharap ridho Allah SWT.dan pahala semata.
PENJELASAN PASAL 49 UU.NO.3 TAHUN 2006

Huruf i Yang dimaksud “Ekonomi syari,ah” adalah


perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut
Prinsip syari,ah ,antara lain meliputi:

a.Bank syari’ah;
b.Lembaga keuangan mikro syari’ah
c.Asuransi syar’iah;
d.Reksa dana syari’ah
e.Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka
menengah syari’ah;
f.Sekuritas syari’ah
g.Pembiayaan syari’ah
h.Penggadaian syari’ah
i.Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan
j.Bisnis syari’ah
Ketentuan Pasal 55 UU No.21 /2008 Tentang Perbankan
Syariah Dalam Kaitan Kewenangan Peradilan Agama
Pasal 55

 (1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan olehpengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
 (2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.
 (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.
 Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:
 a. musyawarah;
 b. mediasi perbankan;
 c. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; dan/atau
 d. melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
 (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.

 Mencermati ketentuan pasal tersebut, dapat ditafsirkan sebagai berikut :


 Menurut Prof.Dr.H.A.Gani Abdullah,SH” Bahwa ayat (1) bermakna telah menjadi prinsip hukum bahwa
penyelesaian sengketa perbankan syariah menjadi kompetensi mutlak dalam proses litigasi pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama.
 Ayat (2) bermakna a. Ayat (1) harus berhadapan dengan ayat(2) yang non litigasi( musyawarah, mediasi
perbankan, Basyarnas, arbitrase lain dan melalui Peradilan Umum.
 Dalam penjelasan Pasal ini kedudukan Peradilan Umum diposisikan dalam struktur non litigasi, karena itu
penempatan tersebut merupakan penempatan norma yang salah, sehingga pada ayat(1) dan ayat (2) dalam
penjelasannya terjadi Contradictio Interminis. Dengan demikian menurut analisis teoritik ini, maka Frasa
“Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum” yang diposisikan dalam kelompok Non Litigasi dapat
dikesampingkan oleh Hakim, karena penyelesaian cara itu berada diluar litigasi atau diluar Pengadilan.
 Karena itu dalam kasus dua sumber hukum tidak dapat diterapkan Prinsip Lex Pesteriori derogate legi priori ,
karena terjadi contradictio interminis yang berakibat harus didahulukan berlakunya aturan yang datang duluan
dalam hal ini Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 menjadi pedoman penyelesaian sengketa ekonomi syariah. [1]
 Tafsir yuridis inilah yang mendorong Mahkamah Agung mengambil jalan yuridis untuk memperlancar dalam
penyelenggaraan peradilan bahwa sengketa Perbankan Syariah untuk berlitigasi pada Pengadilan Lingkungan
Peradilan Agama.
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
SUMBER HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
 HIR/Rbg
 Buku IV KUH Perdata
 UU.No.4 Thn 2004 revisi kedua UU No.48 Tahun 2009
ttg Kekuasaan Kehakiman
 UU.No.5 Thn 2004 ttg Mahkamah Agung
 UU.No.7 Thn 1989 jo UU.No.3 Tahun 2006 Revisi
kedua UU No.50 Tahun 2009 ttg Peradilan Agama
 UU.No.1 Thn 1974 jo PP.No.9 Thn 1975 ttg perkawinan
 Kompilasi Hukum Islam
 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
 Yurisprudensi
AZAZ-AZAZ HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

• Hakim bersifat menunggu


• Hakim Pasif
• Mendengar Kedua belah pihak;
• Tidak ada keharusan mewakilkan
• Mendamaikan kedua belah pihak
• Biaya perkara berlaku ketentuan sbb:
a. Sengketa bidang Perkawinan dibebankan kepada Penggugat/Pemohon(Ps.89
UU.7/1989)
b. Sengketa diluar bidang perkawinan dibebankan kepada yang kalah (181 HIR)
c. Prodeo (berdasarkan putusan sela)
• Persidangan terbuka untuk umum
• Putusan harus disertai alasan-alasan
• Personal keislaman
PRODUK HUKUM PENGADILAN AGAMA
DALAM KAITAN KEWENANGAN RELATIF

 PUTUSAN( Produk hukum bersifat contentiosa(ada 2 pihak atau lebih yang


bersengketa) diantaranya:
1. Cerai Gugat :Gugatan cerai yang diajukan oleh istri terhadap suami di Pengadilan
Agama(Penggugat/Tergugat); diajukan di PA sbb:
 yang mewilayahi tempat domisili istri kecuali dlm hal istri meninggalkan kediaman
bersama tanpa alasan yang sah
 Tempat perkawinan dilangsungkan dlm hal kedua belah berdomisili di Luar negeri;
 Tempat domisili suami dlm hal istri berdomisili diluar negeri
1. Cerai Thalak: Permohonan cerai thalak yang diajukan oleh suami terhadap istri di
Pengadilan Agama (Pemohon/Termohon)
 yang mewilayahi tempat domisili istri, kecuali dalam hal istri meninggalkan
kediaman bersama tanpa alasan yang sah
 Tempat perkawinan dilangsungkan dlam hal kedua belah pihak berdomisili di LN
 Tempat domisili suami dlm hal istri berdomisili di LN
1. Waris,hibah,wasiat,gono-gini dsb
 PENETAPAN ( Produk hukum yang bersifat voluntair ( pihaknya tunggal
yang memohon pengakuan hukum) diantaranya:
1. Pengesahan nikah;
2. Dispensasi kawin
3. Pengangkatan anak menurut hukum Islam dsb.
PROSEDUR PERKARA
PADA PENGADILAN AGAMA
 Pengajuan Gugatan/Permohonan( Tunggal/Kumulasi obyektif/subyektif)
 Membayar Panjar biaya Perkara (kecuali perkara prodeo hrs dengan pts
sela)besarnya sesuai radius tempat tinggal kedua belah pihak;
 Pemanggilan Pihak(patut dan sah)
1. Min 3 hari sblm sidang
2. Langsung Ybs
3. Ke Lurah/Desa bagi yang tdk berada di tempat.
4. Melalui Bupati/Walikota bagi yg gaib dan diumumkan di media
massa/ditempel pada papan Pengumuman di kantor PA.
 Pemeriksaan Perkara Paling lama 30 hari setelah didaftar kecuali perkara
Ghaib (perkara perceraian) 4 bulan setelah didaftar ( Pgl I 1 bln + Pgl II
3 bln)
TAHAPAN PERSIDANGAN
 Pembacaan Gugatan/Permohonan
 Jawaban( Eksepsi,Pokok Perkara, Rekonpensi) bila ada
 Reflik(Jwbn Eksepsi.tanggapan trhdp jawaban,jwbn
rekonpensi) bila ada
 Duplik(Tggpn jwbn Eksepsi, tggpn jwbn pokok perkara, tggpn
jwbn rekonpensi
 Pembuktian(sistem positif/negatif tergantung posita)
 Kesimpulan
 Putusan
Catatan : upaya perdamaian bagi kedua belah pihak setiap sidang
dpt dilakukan( atau melalui mediasi jika dianggap efektif)
PUTUSAN/PENETAPAN
 Kepala Putusan
 Identitas Para Pihak(Penggugat/Tergugat/Turut Tergugat,
Pemohon/Termohon/Turut Termohon)
 Posita Gugatan/permohonan
 Petitum
 Fakta situasi persidangan ( kedua belah pihak hadir/pihak T tidak hadir;
 Uraian jawaban dll (bila ada)
 Uraian alat-alat bukti yang diajukan dipersidangan
 Kesimpulan (bila ada).
 Tentang Hukumnya meliputi: pertimbangan MH tentang alat bukti serta
fakta-fakta di persidangan
 Konklusi MH terhadap kasus tersebut
 Amar Putusan ( Kabul, Tolak, N.O, Gugur, Cabut)
TERIMA KASIH ATAS SEGALA PERHATIAN DAN
PARTISIFASI SDR/SDR DALAM MENGIKUTI MATERI INI

Semoga Diskusi Ini Bermanfaat.


Sampai Jumpa Pada Kesempatan
Lain.

WASSALAMU ALAIKUM WR.WB


H. Sirajuddin Sailellah

Anda mungkin juga menyukai