Anda di halaman 1dari 13

Teknologi Informasi dan

Komunikasi
Aturan dan
Undang-Undang IT
Aturan dan
Undang-Undang IT

Salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif penggunaan


teknologi informasi dan komunikasi adalah dengan membuat aturan
dan undang-undang. Tidak hanya sekadar membuat aturan, namun
juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu saja yang berhak mengeluarkan aturan dan memberikan sanksi
terhadap pelanggaran adalah pemerintah dan aparat penegak hukum.
Ada beberapa peraturan yang terkait dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, seperti:

Undang-undang Hak Cipta (HAKI)


nomor 28 tahun 2014
nomor 19 tahun 2002

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)


nomor 11 tahun 2008

Undang-undang Pornografi (UP)


nomor 44 tahun 2008
UU HAKI

Pemerintah telah mengeluarkan UU HAKI dimaksudkan untuk


Undang-undang Nomor 19 Tahun melindungi karya tulis, film, foto,
2002 yang biasa disebut sebagai musik, program komputer, peta, dan
Undang-undang Hak Cipta atau HAKI kekayaan intelektual lainnya dari
(Hak Atas Kekayaan Intelektual). segala macam bentuk pembajakan.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang
terkait secara langsung dengan hak cipta program komputer adalah sebagai berikut:

1. Pasal 1 angka 9 UU Hak Cipta, tentang definisi dari program komputer;


2. Pasal 11 ayat (2) UU Hak Cipta, tentang pengecualian keberlakuan hak ekonomi
untuk menyewakan ciptaan atau salinannya terhadap program komputer dalam
hal program komputer tersebut bukan merupakan objek esensial dari penyewaan;
3. Pasal 40 ayat (1) huruf s UU Hak Cipta, tentang program komputer sebagai ciptaan
yang dilindungi;
4. Pasal 45 UU Hak Cipta, tentang kebolehan untuk melakukan penggandaan
sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi program komputer tanpa izin pencipta
atau pemegang hak cipta dengan beberapa syarat penggunaan;
5. Pasal 46 ayat (2) huruf d UU Hak Cipta, tentang larangan melakukan penggandaan
untuk kepentingan pribadi atas program komputer;
6. Pasal 59 ayat (1) huruf e UU Hak Cipta, tentang jangka waktu keberlakuan
pelindungan hak cipta atas program komputer selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertama kali dilakukan pengumuman.
Saat ini banyak dijumpai peredaran program komputer atau software
bajakan. Setiap software dibuat dengan fungsi dan tujuan tertentu.
Berdasarkan fungsinya, software dapat dikategorikan sebagai berikut.
• Application software atau software aplikasi. Contoh dari software
ini adalah office suites.
• System software atau software yang berkaitan dengan sistem
komputer. Contoh dari software ini adalah operating system (OS),
device drivers, desktop environments, dan software yang berkaitan
untuk pemprograman komputer (seperti, assemblers, interpreter,
compilers, linkers), dan utilitas.
Pada saat menggunakan suatu software, sebaiknya
memerhatikan lisensi software tersebut. Ada dua
kategori lisensi software yang harus diketahui, yaitu
Free software dan Proprietary.
Jenis Lisensi Keterangan Contoh

Software yang dapat di–copy, dimodifikasi, dibagikan


secara gratis, atau dijual kembali. Kode-kode software
Free software disertakan juga sehingga dapat dipelajari dan dimodifikasi.

Software yang boleh digunakan dan di-copy secara gratis,


namun tidak boleh dijual atau dimodifikasi tanpa izin
Freeware pembuatnya.

Software jenis ini boleh digunakan dan di-copy secara


gratis dalam periode tertentu (biasanya 30 hari)
Shareware

Software boleh digunakan, di-copy, dan dijual kembali


selama mengikuti ketentuan yang berlaku. Kode-kode
Open source programnya disertakan dan boleh dimodifikasi.

Software yang tidak gratis. Kamu harus membeli secara


resmi dan hanya boleh menggunakannya sesuai dengan
Proprietary ketentuan yang berlaku.
UU ITE

Undang-Undang ITE telah mengalami satu kali revisi pada Agustus 2016. Dari 54
pasal ada 7 ketentuan yang direvisi, diantaranya penegasan soal delik
pencemaran nama baik adalah delik aduan, dimana pada ketentuan sebelumnya
merupakan delik umum.

*Delik: suatu tindakan melanggar hukum


Maraknya konten negatif yang beredar di internet, menjadi salah
satu alasan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE terkait IT :

Pasal 31
1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer
dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
UU Pornografi

Undang-Undang Pornografi (UP) disahkan pada tanggal 30 Oktober 2008 dalam


Rapat Paripurna DPR. UP tidak muncul begitu saja. Banyak pihak yang setuju dan
tidak setuju dengan UP. Dengan adanya UP maka ada kejelasan tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi pelanggaran. Dengan demikian, undang-undang ini
dapat membatasi mereka yang dengan sengaja menyebarkan materi pornografi,
baik di Internet, televisi, telepon genggam, dan media lainnya.
Sejak UP disahkan, telah banyak situs-situs pornografi yang diblokir
pemerintah. Hal ini sebagai akibat dari penerapan UP. Penyebaran
materi pornografi jelas akan sangat meresahkan dan merusak moral
generasi muda. Oleh karena itu, wajar jika pemerintah mengambil
tindakan tegas demi masa depan bangsa dan negara.

Pasal Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi


terkait IT :

Pasal 25
1) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang membuka
akses, memeriksa, dan membuat salinan data elektronik yang
tersimpan dalam fail komputer, jaringan internet, media optik,
serta bentuk penyimpanan data elektronik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai