Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALIATIF

“Asuhan Keperawatan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan”


Definisi Perilaku
kekerasan
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap
stressor yang dihadapi oleh seseorang yang dihadapi
oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku
kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal.
Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk,
bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik
fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa,
2020).
Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan :
Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:

 Faktor Pedisposisi

• Psikoanalisis : Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari dorongan insting
• Psikologis : Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan
frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat menyebabkan frustasi berekepanjangan.
• Biologis : Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
• Sistem Limbik : Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku
seperti makan, agresif dan respons seksual.Selain itu, mengatur, mengatur system
informasi dan memori.
• Lobus Temporal: Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
• Lobus Frontal : Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis,serta pengelolaan emosi
dan alasan berpikir.
Lanjutann

• Neurotransmiter : Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin,


dopamin, Neropineprin, dan Acetylcholine

• Perilaku : 1. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespon positif terhadap frustasi.
2. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang tua
memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak atau
mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengarduhi penggunaan kekerasan
sebagai koping.
• Sosio Kultural : 1. Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan menimbulkan
sanksi.
2. Budaya asertif di masyartakat membantu individu yang berespon terhadap marah
yang sehat.
Lanjutann

 Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi perilaku kekerasan.Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
Tanda & gejala
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :

1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman,rasa terganggu, marah (dendam),


dan jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan
meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan zat,tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan humor.
Mekanisme
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk
Koping
mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan
kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi.

Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:


a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin
yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat,
peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek
yang cepat.
Lanjutann

b. Menyatakan secara asertif


Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif
dan perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian
Orang lain
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan keperawatan


1. Nozinan,yaitu sebagai pengontrol perilaku
psikososial 1. Psikoteraupetik
2. Halloperidol,yaitu mengontrol psikosis dan 2. Lingkungan teraupetik
perilaku merusak diri 3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
3. Thrihexiphenidil,yaitu untuk 4. Pendidikan kesehatan
mengontrolperilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas
Tinjauan Kasus
A. Identitas klien

Nama Tn.S

Jenis kelamin Laki-laki

Umur 27 tahun

Agama Kristen

Status Lajang
Tanggal pengkajian 25 Februari 2021
Diagnosa Medis Skizofrenia
 Riwayat saat pengkajian

Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan


 Alasan masuk rumah sakit pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD :
110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5oC ; P : 20x/i.
Alasan klien masuk yayasan pemenangan jiwa Klien memiliki tinggi badan 165 cm dan berat badan 65
adalah klien mengatakan klien sering marah- Kg.
marah, melempar barang yang ada dirumah
 Riwayat kesehatan dahulu
nya, klien mengatakan pernah memukul orang
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 1
sekitarnya seperti adik dan kakaknya.
tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2020 dan pulang
kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak rutin
minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul
gejala-gejala seperti diatas. Keluarga klien tidak ada yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
Analisa Data
No Data Masalah keperawatan

1 DO :
- Klien tampak menendang orang lain dengan tatapan
bermusuhan dan tampak gelisah Risiko perillaku kekerasan
DS :
- Klien mengatakan pernah melempar barang- barang
yang ada dirumahnya ,pernah memukul keluarganya
dan marah-marah kepada adiknya

2 DO :
- Klien tampak tidak dapat mempertahankan kontak
mata dengan perawat Isolasi sosial
DS :
- Klien mengatakan tidak mau bergaul dan lebih suka
menyendiri karena penyakit

3 DO :
- Klien tampak malu,gelisah,dan tampak sedih saat dikaji
DS : Gangguan konsep diri : Harga
- Klien mengatakan dibuang oleh keluarga nya dan merasa diri rendah
minder dengan orang lain karena dirawat di yayasan
penenang jiwa
Masalah
keperawatan
Resiko perilaku Isolasi sosial Gangguan konsep
kekerasan diri : Harga diri
rendah
Intervensi keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
keperawatan

Risiko perilaku Ketika di evaluasi Klien mau  Membina hubungan saling


kekerasan membalas salam, berjabat Percaya dengan cara (menjelaskan maksud
tangan, menyebutkan nama, dan tujuan interaksi, jelaskan
tersenyum, ada kontak mata,serta tentang kontrak yang
menyediakan waktu akan dibuat, beri rasa aman dan
untuk kunjungan berikutnya sikapempati)
 Diskusikan
Bersama klien tentang
perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang
muncul dan akibat dariperilaku
tersebut).

Klien mampu menyebutkan dan  Latih klien melakukan


menredemonstrasikan cara mengontrol Kemarahan:
caramengontrol perilaku  Ajarkan tehnik relaksasi
kekerasandengan cara relaksasi nafas dalam
nafas dalam dan pukul bantal  Pukul bantal

Klien mampu mengendalikan Bantu klien mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan minum
perilaku kekerasan dengan minum obat secara teratur
obat
Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

Kamis / 26  Mengidentifikasi penyebab risiko perilaku kekerasan yaitu jika S:


Februari 2021 kemauan klien tidak dituruti.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yaitu O:
klien marah, mengamuk tanpa • Klien mampu melakukan latihan fisik
 jelas, merusak barang-barang, dan cenderung melukai orang lain. tarik nafas dalam dengan mandiri.
 Menyebutkan cara mengontrol risiko perilaku kekerasan adalah • Klien mampu pukul kasur bantal dengan
dengan latihan fisik.: Mandiri.
1 : tarik napas dalam latihan fisik A : Risiko perilaku kekerasan
2 : pukul kasur bantal P : Lanjutkan Intervensi
-Membantu klien latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal. -Tarik napas dalam

Jumat / 27  Mengevaluasi kemampuan klien untuk tarik nafas dalam dan pukul S:
Februari 2021 kasur bantal. O:
 Minum obat - Klien mampu melakukan komunikasi
 Komunikasi secara verbal : asertif/bicara baik-baik secara verbal : asrtif /bicara baik-baik
dengan motivasi
A : Resiko perilaku kekerasan
P : Latihan Tarik napas dalam 1x sehari
Implementasi Keperawatan

Sabtu /28  Mengevaluasi kemampuan klien dalam tarik S :


Februari 2021 nafas dalam dan pukul kasur bantal, minum O :
obat secara teratur dan bicara baikbaik.  Klien mampu melaksanakan
 Melatih klien untuk melaksanakan kegiatan kegiatan ibadah dengan baik
spiritual yang sudah diatur. misalnya solat .

A : Perilaku kekerasan
P:
 Latihantarik nafas dalam dan
pukul kasur bantal 2x/hari.
 Berobat
 Latihan melakukan
komunikasi secara verbal :
asertif/bicara baik-baik.
 Latihan klien untuk
melaksanakan kegiatan
spiritual yang sudah diatur.
Kesimpulan SAran
Diharapkan pada keluarga sering
Setelah menguraikan tentang proses
mengunjungi pasien selama waktu
keperawatan pada Tn.S dan disimpulkan bahwa
perawatan karena dengan seringnya
pasien dapat mengontrol risiko perilaku
keluarga berkunjung, maka pasien
kekerasan dengan terapi yang di ajarkan.
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga
Dimana pasien dapat melakukan tarik nafas
setelah pulang keluarga harus
dalam, memukulbantal secara mandiri untuk
memperhatikan obat dikonsumsi seta
mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat
membawa pasien kontrol secara
secara teratur dan berbicara secara baik-baik
teratur kepelayana kesehatan jiwa.
jika ingin meminta sesuatu atau melakukan
penolakan, hingga pasien dapat melakukan
spritual sesuai ajaran agama yang dianut.
Terima
kasih!

Anda mungkin juga menyukai