Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENGENAL KEHIDUPAN ISAAC NEWTON


diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika
dari dosen Drs. Asep Sutiadi, M.Si

Oleh:
Kelompok 14
Desy Amaliasari (0700628)
Dewi Sintia Nurhayati (0700639)
Indah Purwaningsih (0707947)
Nanik Supiati (0706574)
Ryanti Puspitasari (0704200)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia fisika tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari dan sangat erat
hubungannya dengan alam. Dalam hal ini banyak ilmuwan yang menyumbangkan ide-
ide briliannya. Terkait hal tersebut ada seorang ilmuwan yang ahli dalam bidang fisika,
matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat yang lahir di Inggris. Dia adalah Sir Isaac
Newton.
Dalam dunia EXACTA, nama Sir Isaac Newton bukanlah nama yang asing. Dia
dikenal dan diakui sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa. Teori-teorinya di
kemudian hari menjadi tonggak penting dalam ilmu fisika. Semua ilmu yang diwariskan
Newton tadi nantinya terpakai untuk menjawab banyak peristiwa alam, mulai dari
goyangan pendulum sampai gerak-gerik planet dalam orbitnya. Berkat penemuan
Newton pula, para ahli bintang dapat memecahkan teka-teki alam semesta atau
meramalkan gerakan bintang dan posisi planet.
Di samping itu, Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-
bintang di langit seperti yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga
dikenang sebagai astronom besar. Ia juga menciptakan berbagai teori lainnya, seperti
teori penyelidikan tentang panas, teori tentang suara, dan banyak lagi.
Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia
pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuan besar.
Kendati ia telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta pada 20 Maret di Kensington,
London, Inggris di usia 85 tahun, namun berbagai penemuan dan prakarsanya telah
mampu merevolusi pikiran, cara hidup manusia, dan menstimulasi penemuan-penemuan
lainnya hingga sekarang.
Lantas bagaimanakah kisah hidup tokoh yang punya visi dan pemikiran luar
biasa ini? Oleh karena itu penyusun menyusun makalah yang diberi judul “Mengenal
Kehidupan Isaac Newton.”
B. rumusan Masalah

Untuk memberikan pedoman dan arahan bagi langkah – langkah penyusunan


makalah, maka diadakan perumusan masalah secara spesifik sebagai berikut:
1. Bagaimana kisah hidup Newton?
2. Apa saja penemuan-penemuan Newton yang disumbangakan terhadap
perkembangan ilmu fisika?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan informasi kepada pembaca


untuk mengenal kehidupan salah satu tokoh fisika yaitu Isaac Newton beserta
penemuan-penemuannya. Selain itu untuk memberikan motivasi kepada kita semua
untuk terus berkarya dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika.

D. Metode Penyusunan

Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka, yaitu metode dimana
penulis menggunakan buku-buku, atau media lainnya seperti internet sebagai pedoman
penyusunan makalah ini.

E. Sistematika Penyusunan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka


berikut ini penulis membagi pokok pembahasan yang terdiri atas:
BAB I Pendahuluan, berisikan tentang uraian latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan, BAB II
merupakan bagian yang memuat uraian tentang Sumbangan Indonesia terhadap
Perkembangan Fisika, dan BAB III Penutup, berisikan Kesimpulan dan Saran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa-masa Awal Isaac Newton

Isaac Newton lahir pada tanggal 25 Desember 1642 di Woolsthrope, Inggris.


Newton lahir secara prematur, dimana saat itu bayi prematur tidak diharapkan
kehadirannya di dunia. Sepanjang hidupnya Newton tidak mengenal ayahnya, karena
ketika ia lahir sang ayah sudah meninggal. Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan
sebelum Newton lahir dan dua tahun kemudian ibunya, Hannah Ayscough Newton,
menikah dengan seorang pendeta dari desa North Witham dekat tempat tinggal mereka.
Dan setelah menikah ibunya meninggalkan Newton dengan neneknya.
Newton memulai sekolah saat tinggal bersama neneknya di desa dan kemudian
dikirimkan ke sekolah bahasa di daerah Grantham dimana dia akhirnya menjadi anak
terpandai di sekolahnya.
Semenjak kecil Newton sudah menunjukkan bakatnya yang hebat di bidang
mekanika ditambah tangannya yang begitu cekatan. Namun, kendati otaknya cemerlang,
Newton tidak begitu kelihatan tertarik belajar di sekolah, sehingga ia luput dari
perhatian para guru yang selalu mengincar anak pintar. Melihat anaknya yang seperti
malas sekolah, sang ibu sempat terpikir untuk mengeluarkan Newton dari sekolah dan
menyarankan untuk menjadi seorang petani. Untungnya Newton bisa membujuk ibunya
kalau minat dia sebenarnya bukan mencangkul tanah, biarpun dia cekatan.
Sejak usia 12 hingga 17 tahun, Newton mengenyam pendidikan di sekolah The
Kings School yang terletak di Grantham (tanda tangannya masih terdapat di
perpustakaan sekolah). Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di-kost milik apoteker
lokal yang bernama William Clarke. Sebelum meneruskan kuliah di Universitas
Cambridge, Newton sempat menjalin kasih dengan adik angkat William Clarke, Anne
Storer. Saat Newton memfokuskan dirinya pada pelajaran, kisah cintanya dengan
menjadi semakin tidak menentu dan akhirnya Storer menikahi orang lain. Banyak yang
mengatakan bahwa Newton selalu mengenang kisah cintanya walaupun selanjutnya
tidak pernah disebutkan Newton memiliki seorang kekasih dan bahkan pernah menikah.
Perjalanan hidup Newton, khususnya dalam bidang pendidikan tidak semulus
itu. Ketika Newton masih berusia 14 tahun, ayah tirinya meninggal dunia. Hal ini tentu
sangat berat baginya, sebab dalam keluarga Newton anak sulung yang harus
memikirkan dan bertanggungjawab untuk kebutuhan keluarga, yakni ibu dan tiga orang
adik tirinya. Sehubungan dengan kematian ayahnya, sekolahnya di King's College
akhirnya terganggu, dia terpaksa tidak dapat meneruskan sekolah karena tidak punya
biaya karena keluarga Newton hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut keterangan guru dan teman-teman sekolahnya di sekolah itu Newton
terkenal pintar dan baik. Gurunya melihat bahwa di dalam diri Newton tersimpan
potensi yang luar biasa, pemikiran dan pendapat-pendapatnya yang brilian. Lalu apa
mau dikata, memang demikianlah kondisi keluarganya. Mempertimbangkan kondisi
seperti itu, akhirnya King's College memutuskan untuk membebaskannya dari biaya
sekolah. Akhinya Newton kembali lagi ke sekolah dan belajar sebagaimana teman-
temannya yang lain. Pada akhirnya Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18
tahun dengan nilai yang memuaskan.
Pada usianya yang ke delapan belas tahun Newton menjadi seorang mahasiswa
di Universitas Cambridge. Ia banyak belajar di kampus itu dengan cepat. Lebih dari
sekadar membaca, Newton juga kreatif membuat percobaan dan penyelidikan sendiri.
Rasa ingin tahu dan daya pikirnya yang sangat besar mendorongnya melakukan semua
itu. Tak heran, ketika masih berumur dua puluh tahunan, ia sudah menemukan banyak
dasar-dasar teori ilmu pengetahuan, yang nantinya bakal mengguncang dunia.

B. Masa Tumbuh Kembang Newton dengan Penemuan-penemuannya

Saat Newton melanjutkan pendidikannya di Trinity College, di Cambridge


University, dengan cita-cita ingin menjadi pendeta Inggris. Ternyata lagi-lagi
sekolahnya tidak berjalan mulus. Lagi-lagi Newton mengalami kendala masalah biaya
kuliah dan kemiskinan. Akhirnya Newton harus putus kuliah. Dia tidak punya biaya
untuk meneruskan studinya. Masalah-masalah yang di hadapinya ternyata tidak
mengurungkan niat sucinya untuk terus membaca dan mempelajari Alkitab dengan ketat
dan penuh kedisiplinan. Mengenai ujian yang tidak kunjung berhenti dari kehidupannya,
dia berkata: "Ujian atau pencobaan adalah obat yang diberikan oleh Dokter kita yang
Mahamurah dan Arif, karena kita memang memerlukannya; dan Dia sendiri yang
menjatahkan seberapa sering dan seberapa berat pencobaan itu, sesuai kebutuhan kita.
Mari kita mempercayai kepiawaianNya dan berterima kasih untuk resep yang
diberikan".
Newton juga sangat menentang para atheis dan pahamnya yang berkembang
dengan pesat pada saat itu. Paham tersebut berusaha meyakinkan orang untuk
menyangkal eksistensi Allah sebagai Pencipta. Dia berpendapat "Atheisme sangat tidak
masuk akal. Ketika saya mengamati tata surya, saya melihat bumi berada pada jarak
yang ideal dari matahari, sehingga menerima panas dan cahaya dalam jumlah yang ideal
pula. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan".
Bagi Newton para atheis adalah orang-orang bodoh yang sedang mendatangkan
murka atas dirinya sendiri. Kalau kita mengamati Tata surya, cukup menjadi jawaban
bagi kita untuk menghargai Kemahakuasaan Allah. Cukup menjadi alasan bagi kita
untuk memuji keagungan dan kehebatanNya.
Setelah perang saudara di Inggris selesai, Newton kembali melanjutkan
pendidikannya untuk mendapatkan gelar sarjana. Sambil kuliah, Newton terus
melakukan penelitian. Yang menarik adalah ketika Newton sedang menyelidiki gerakan
planet, dengan jelas dia merasakan bimbingan tangan Tuhan.

Penemuan-penemuan Newton dan Kontribusinya terhadap Alam


Penemuan yang pertama adalah tentang cahaya. Dulu orang beranggapan
warna putih merupakan warna tunggal atau warna murni. Tapi, lewat serangkaian
percobaan seksama, Newton menemukan sekaligus membuktikan, warna putih
merupakan campuran dari tujuh warna berbeda yang sama dengan warna-warna pelangi,
yaitu merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu (Mejikuhibiniu). Teori ini kemudian
ngetop dengan istilah Pembiasan Cahaya.
Tak hanya puas dengan penemuan pembiasan cahaya, Newton membuat
percobaan lain yang masih ada hubungannya dengan cahaya. Kali ini ia melakukan
pemantulan cahaya. Dari urusan bias-membias dan pantul-memantulkan cahaya ini,
kemudian Newton berhasil membuat sebuah benda yang bernama teropong refleksi.
Kelak temuannya itu digunakan oleh sebagian besar penyelidik bintang.
Setelah penelitian di bidang cahaya, Newton kemudian mendalami bidang mekanika.
Lagi-lagi teorinya di kemudian hari menjadi tonggak penting ilmu fisika. Mekanika
merupakan bidang kajian yang berhubungan dengan bergeraknya suatu benda. Seputar
hal ini, Newton menemukan beberapa teori sekaligus. Pertama, teori suatu benda yang
bergerak karena pengaruh kekuatan luar. Kedua, yang paling terkenal, teori yang
menyatakan setiap benda melakukan aksi gerak pasti ada gerak tandingannya (reaksi)
dengan besar yang sama tapi arahnya bertentangan. Ketiga, teori gaya berat atau
gravitasi. Semua ilmu yang diwariskan Newton tadi nantinya terpakai untuk menjawab
banyak peristiwa alam, mulai dari goyangan pendulum sampai gerak-gerik planet dalam
orbitnya. Berkat penemuan Newton pula, para ahli bintang dapat memecahkan teka-teki
alam semesta atau meramalkan gerakan bintang dan posisi planet. Di samping itu,
Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti
yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom
besar. Ia juga menciptakan berbagai teori lainnya, seperti teori penyelidikan tentang
panas, teori tentang suara, dan banyak lagi. Dengan segala karya yang telah ia buat
serta teka-teki alam yang sudah dia pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas
menyandang gelar ilmuan besar. Kendati ia telah menghadap kepada Sang Maha
Pencipta pada 20 Maret di Kensington, London, Inggris di usia 85 tahun, namun
berbagai penemuan dan prakarsanya telah mampu merevolusi pikiran, cara hidup
manusia, dan menstimulasi penemuan-penemuan lainnya hingga sekarang. Selain itu
Newton juga melakukan penelitian di bidang Mekanika. “Hukum Alam” dihasilkan oleh
karya Isaac Newton (1642-1727). Kontribusinya pada apa yang sekarang kita kenal
sebagai Alam adalah yang terhebat yang pernah dihasilkan oleh seorang individu,
namun bukan semata-mata karena hal ini saja dia menjadi tokoh utama cerita kita. Tidak
seperti para ahli sains yang hidup sebelum dia, karya Newton menghasilkan pengaruh
yang dramatis pada seluruh kebudayaan. Kejeniusannya tidak disambut dengan hinaan
dan hukuman seperti yang ditimpakan pada Galileo atas kejujuran dan
keterusterangannya; hambatan hanya timbul dari argumen konstan personal -secara
berurutan- mulai dari Hooke dan kemudian Leibniz. Karyanya menciptakan suatu
filsafat alam yang menyeluruh, dan memulai populerisasi sains pada masyarakat umum
yang berbahasa Inggris. Dikungkungi oleh Gereja, Ratu dan Pemerintahan, masa pra-
kejayaan Newton menjadi pusat di mana masyarakat kerajaan mulai menata ulang
keunggulan sains dan intelektualnya.
Newton datang pada saat yang tepat. Para pengikut Copernicus telah
menempatkan sains di atas suatu wacana yang tidak lagi memandang manusia sebagai
pusat dari segalanya. Galileo telah mengembangkan metode matematis pada
perkembangan yang kemudian mengundang masalah di masa selanjutnya. Berbagai
bentuk komunikasi dan lahirnya masyarakat-masyarakat sains telah mempercepat
pertukaran ide dan informasi. Tingginya eksperimen aktif dibandingkan dengan
observasi pasif, telah menarik ahli yang memiliki kemampuan tinggi pada kegiatan
sains. Berbagai instrumen didisain dan diciptakan untuk tujuan tertentu dalam proses
observasi dunia secara lebih luas dan detil. Apa yang diungkap oleh mikroskop dan
teleskop memicu ketidakyakinan pada perhitungan.
Sementara Leonardo da Vinci –seorang praktisi genius di masa Renaissance
menampilkan suatu perbedaan kepentingan yang mencolok dengan membuat katalog
dan gambar untuk segala yang dia lihat, Newton melihat segalanya dengan suatu
pemahaman terpadu yang mendalam. Dia -tanpa terkecuali- menemukan faktor umum
yang esensial di balik fenomena yang pada permukaannya berbeda, dan sebagai
hasilnya, dimulailah suatu penekanan kuat pada keteraturan matematis Alam daripada
eksentrisitasnya. Kepercayaan dirinya memungkinkannya untuk mengisolasi suatu
koleksi “Hukum Alam” yang amat besar yang hingga hari ini bertahan sebagai suatu
taksiran yang tepat untuk pola pergerakan benda yang kecepatannya kurang dari cahaya.
Begitu suksesnya ia sehingga di seluruh dunia teori Newton telah memunculkan
realisme dengan kekuatan baru. Kini banyak yang percaya bahwa Newton telah
menemukan hukum yang tepat atas Pencipta.
Newton melihat dengan jelas bahwa peninggalan Aristoteles yang telah
didukung oleh cerewetnya kaum Skolastik adalah mandul. Ia mengemukakan suatu
argumen tentang sifat bawaan dari berbagai benda yang memberikan alasan untuk
berbagai sifat tersebut dalam daya intrinsik khusus dari benda itu sendiri. Newton
tertarik untuk menemukan aturan-aturan umum yang menentukan bagaimana berbagai
benda dapat tercipta; ia tidak tertarik pada masalah yang tidak mungkin terpecahkan
semacam mengapa benda-benda tercipta, karena dia yakin bahwa sangat memungkinkan
untuk mengatakan ‘bagaimana’ tanpa adanya referensi dari isu ‘bagaimana’. Pada
pengantar untuk Principia, dia menulis bahwa di masa lalu para filsuf bekerja untuk
memberikan nama pada benda, dan bukan mencari tahu sesuatu tentang benda tersebut.
Dia melanjutkan usahanya memunculkan suatu metode saintis yang bertujuan untuk
meluruskan penyimpangan ini. Tentang metode ini, dia berpendapat:
“prinsip yang saya kemukakan ini bukan sebagai kualitas gaib, seperti pada hasil dari
bentuk spesifik benda, namun sebagai ‘Hukum Alam’ umum, di mana benda-benda
tersebut terbentuk.”
Metode Newton tidak sepenuhnya revolusioner, dan kita dapat meyakini bahwa
dia mengkaji aksioma dasarnya jauh setelah dia selesai menyusunnya dengan kegunaan
intuitif dalam memecahkan masalah. Metode tersebut juga tidak cukup untuk memiliki
suatu filsafat sains yang pas guna membuat penemuan yang alami.
Sebagai suatu pendahuluan untuk mengkaji hukum gerak Newton, mari kita lihat
sejumlah hukum yang sama yang dikemukakan oleh Rene Descartes (1596-1650 C.E),
yang meninggal lima tahun setelah Newton lahir. Descartes menyatakan hukum-hukum
ini sebagai ‘aturan alam’ pada 1644, namun setelah 1647 ia ikut mengadaptasi istilah
“hukum alam’. Hukum-hukum itu terlihat matematis. Hukum-hukum itu dihasilkan dari
suatu observasi. Hukum-hukum itu menyangkal setiap sistem dari akibat final. Walau
demikian hukum-hukum itu tidak tepat. Bagaimanapun bagusnya metode ilmiah dari
para ilmuwan, sangat penting sekali bagi seluruh dunia untuk mengkajinya kembali
dengan tepat.
Istilah ‘hukum gerak’ telah menjadi sesuatu yang lazim ditemukan dalam
tulisan-tulisan Descartes, Huygens, Wallis, dan Wren untuk benturan antar objek.
Hukum yang dikemukakan oleh Descartes sangat menarik sebagai suatu contoh
ketidaktepatan hukum gerak yang telah disempurnakan oleh Newton. Hukum Gerak
Descartes terdiri atas dua bagian, dan memprediksi hasil dari benturan antar dua massa:
1. Bila dua benda memiliki massa dan kecepatan yang sama sebelum terjadinya
benturan, maka keduanya akan terpantul karena tumbukkan, dan akan mendapatkan
kecepatan yang sama dengan sebelumnya.
2. Bila dua benda memiliki massa yang sama, maka karena tumbukkan tersebut,
benda yang memiliki massa yang lebih kecil akan terpantul dan menghasilkan
kecepatan yang sama dengan yang memiliki massa yang lebih besar. Sementara,
kecepatan dari benda yang bermassa lebih besar tidak akan berubah.
Descartes telah memunculkan hukum ini berdasarkan pada perhitungan simetris dan
suatu gagasan bahwa sesuatu harus ditinjau dari proses tumbukkan. Sayangnya, gagasan
Descartes memiliki kekurangan yang sama dengan gagasan Aristoteles: masalah
diskontinuitas. Hal ini pertama kali digugat oleh Leibniz. Newton mengamati dunia
secara lebih mendalam dan hati-hati dibandingkan Descartes, dan juga memiliki
keuntungan dari pandangan pribadi Descartes sebelumnya. Hukum gerak yang
dikemukakan Newton dipublikasikan pada tahun 1687, sekalipun telah teruji jauh
sebelumnya. Tidak seperti ilmuwan di masa kini, Newton tidak terburu-buru
mempublikasikan atau dengan kata lain, mengumumkan penemuannya. Bagaimanapun,
ini mungkin hanya suatu konsekuensi dari kawan-kawannya yang sangat mengenali
kinerjanya. Sekali waktu, sebagai seorang yang mungkin saja menghadapi kemungkinan
tentangan publik dan pejabat yang beragam seperti yang dialami Copernicus atau
Galileo, Newton, ‘dengan wajah prisma dan diamnya’, mungkin akan merahasiakan
berbagai penemuannya. Namun dia tidak melakukannya. Tiga hukum gerak Newton
yang terpenting dikemukakannya sebagai berikut:
1. Setiap benda tetap pada kondisi diam, atau membentuk gerak dalam lajur yang
lurus, kecuali bila benda tersebut digerakkan agar berubah oleh kekuatan yang
mendorongnya.
2. Perubahan gerak proporsional dengan motif kekuatan yang mendorongnya; dan
dibuat sesuai dengan arah garis lurus yang dibentuk kekuatan tersebut.
3. untuk setiap aksi akan selalu menghasilkan aksi; atau, aksi mutual dari dua benda
satu sama lain akan selalu sama, dan memiliki arah yang berlawanan.
Yang paling menarik dari pernyataan tersebut adalah hukum pertama. Biasanya, kita
menjumpainya di sekolah dalam bahasa yang lebih familiar (Newton menulis aslinya
dalam bahasa Latin), seperti pada ungkapan ‘benda beraksi dalam keadaan diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan’. Dalam draft terbarunya, Newton menulis hukum
pertama seperti ini: Bila suatu kuantitas bergerak, [atau digerakkan], maka dia tidak
akan berhenti kecuali bila dihentikan oleh sebab eksternal, Dan kemudian: Dengan
kekuatannya sendiri, suatu benda akan selalu membentuk suatu garis lurus asal tidak
ada sesuatu pun yang merintanginya, Sebelum bagian akhir kalimat, diterjemahkan
menjadi: Dengan alasan dayanya sendiri setiap benda mempertahankan posisi diamnya
atau pergerakannya dalam suatu lajur lurus kecuali bila kemudian diubah dengan
kekuatan yang mempengaruhinya. Pada kenyataannya, hukum ini berutang banyak pada
Descartes, sebagai orang pertama yang menyampingkan ide bahwa pergerakan
merupakan beberapa tipe proses dan dapat memaknai sifat dasar di mana sikap diam
dan gerak lambat adalah sama. Pada 1644, dalam kamus Principia Philosophiae-nya
yang terkenal, Newton memasukkan pendahuluan untuk hukum pertamanya: Bila [suatu
benda] dalam keadaan diam kita tidak dapat meyakini bahwa benda tersebut bergerak,
kecuali bila didorong oleh penyebab eksternal. Juga mengapa kita harus berpikir bahwa
benda bergerak atas keinginannya sendiri, tidak jika ada alasan lain bila benda tersebut
bergerak, dan tidak ada benda lain yang merintanginya.
Deduksi Newton dibedakan dengan deduksi Descartes dalam caranya melalui
sejumlah eksperimen dan observasi. Guna mendukung teorinya, Newton melakukan
observasi atas proyektil, dedaunan dan planet. Perbedaan pun makin melebar karena
Newton memandang bahwa saat gerakan tidak sama, suatu kekuatan beraksi. Dia juga
memasukkan elemen universalitas dengan menulis pada paragraf pembuka, “setiap
benda’. Kita dapat melihat adanya sesuatu yang kontras bila dibandingkan dengan
Principia Philosophiae-nya Descartes saat Newton menyebut hasil kerjanya
Philosophiae naturalis principia mathematica.
Hukum Newton yang pertama menyatakan bahwa bila tidak ada kekuatan yang
mendorong maka tidak akan ada akselerasi. Bila anda melihat suatu benda bergerak
dengan kecepatan yang berubah atau sejalan dengan suatu jalur yang bukan suatu garis
lurus, maka ada suatu kekuatan jaringan yang bekerja atasnya. Bila anda mengingat
kembali bagaimana hukum gerak Aristoteles berbeda; Aristoteles menyatakan bahwa
kekuatan membuat gerakan bumi tidak teratur, dan dia juga menyatakan (namun hanya
secara filosofis) bahwa gerakan benda-benda angkasa bersifat sirkular. Sirkular
dibandingkan dengan gerakan pada garis lurus merupakan ungkapan natural dunia
angkasa Aristotelian. Selebihnya, ketetapan alam atas gerakan objek dalam dunia
terestrial. Newton mungkin ingin memberitahu Aristoteles bahwa kekuatan merupakan
‘penyebab efisien’ dari akselerasi. Lantas, apa yang membuat pernyataan Newton yang
mengagumkan menjadi menarik adalah bahwa baik Descartes maupun Newton juga
orang lain tidak ada yang pernah melihat suatu benda bergerak tanpa didorong oleh
suatu kekuatan. Semuanya dapat merasakan bahwa kekuatan gravitasi digerakkan oleh
benda lain di alam semesta, dan dalam situasi tertentu suatu benda biasanya akan
merasakan pemisahan dari kekuatan lain yang tak terhindarkan sebagaimana mestinya.
Tidak diketahui adanya cara lain yang dapat mengisolasi benda dari kekuatan.
Kita tidak dapat memadamkan kekuatan alam begitu saja. Pada kenyataannya, beberapa
dari kekuatan ini menyangga benda-benda solid secara bersamaan. Ini berarti bahwa
Newton mencapai sesuatu yang jauh lebih memuaskan dari para pendahulunya; dia
tidak lantas menulis begitu saja suatu deskripsi empiris dari apa yang terlihat pada alam,
karena hukum pertamanya menggambarkan suatu situasi yang belum pernah terlihat,
ataupun akan terlihat.
Penemuan ini tidak lantas begitu saja menunjukkan secara lugas tentang seperti
apa dunia ini kelihatannya, karena tidak ada objek di dunia ini yang dapat memenuhi
hukum tersebut; sekalipun Newton sendiri meyakini bahwa dia menggambarkan sesuatu
yang berpijak pada realita, bukan ‘sekedar di permukaan saja’. Hal tersebut juga bukan
sekedar pernyataan operasional: tidak mengatakan pada kita bagaimana mengukur
kekuatan kecepatan. Hukum itu terlihat sebagai yang paling mendekati ide platonis.
Newton mempertimbangkan suatu situasi ideal yang digambarkan oleh observasinya
terhadap sejumlah situasi non ideal.
Para ahli fisika modern menyebutnya sebagai sebuah ‘model’. Dia memperhitungkan
sejumlah keadaan pada keadaan di mana ada kekuatan yang beraksi atas suatu benda
namun masing-masing saling tarik menarik, dan tidak menghasilkan suatu kekuatan
jaringan aksi atas benda pada suatu penghitungan dalam derajat tinggi. Hukum
pertamanya merupakan suatu kreasi pikiran dalam kondisi spektakuler. Hukum itu
adalah sebuah abstraksi yang menangkap elemen-elemen esensial nyata. Hukum itu
juga melibatkan suatu intuisi semacam pada macam apa kekuatan beraksi, dan
memberikannya status yang sama.
Di kemudian hari, para ilmuwan mengikuti langkah ini untuk berbagai hal. Seni
dalam memformulasikan ‘hukum alam’ yang baik menyatukan kemampuan untuk
mengenali aspek mana saja dari suatu situasi yang tidak esensial. Tidak ada statement
dari suatu ‘hukum alam’ yang dapat memperhitungkan seluruh faktor observasional
yang terlibat dalam suatu fenomena alam tertentu.
Hal tersebut terlalu kompleks. Lebih jauh lagi, penandaan pada ilmuwan potensial
adalah untuk melihat melalui tampilan dominan yang tidak esensial dan terkonsentrasi.
Namun hukum yang dihasilkan harus dapat dipertahankan bila semua faktor yang tidak
esensial yang menghindari tampilan sekunder dunia digambarkan dalam deskripsi kita.
Salah satunya dengan tidak mengabaikan tampilan ini karena tampilan tersebut
merupakan contoh yang aneh, namun karena tampilan tersebut tidak memperkenalkan
poin prinsip baru. Bila inklusi mereka sekedar menghasilkan hukum yang salah, maka
inklusi tersebut akan menjadi tidak esensial.
Saat ahli fisika Newtonian bermunculan, mereka memunculkan gagasan
permukaan tanpa friksi, gas ideal, konduktor listrik sempurna, tumbukan inelastis,
insulator sempurna, bidang sempurna, dan sebagainya. Tidak ada satu pun dari entitas
ini yang eksis di dunia, namun suatu hukum yang paling berguna diformulasikan dalam
kondisi bagaimana jadinya sifat ‘ideal’ objek bila membatasi keadaan dari suatu
rangkaian paralel pada penghitungan situasi yang semakin mendekati bentuk ideal.
Kemudian, kita menggunakan fungsi prinsip kontinuitas yang disebut bertentangan
dengan hukum gerak Descartes, guna menghadirkan aspek-aspek hukum fisik yang
lebih general. Objek ideal dipandang sebagai batas dari suatu rangkaian yang dapat
teramati, daripada sebagai sebuah cetak biru. Pendekatan ini menjaga ide fisik dan
filosofis yang dibuat Descartes.
Newton tidak pernah terlibat dalam debat tentang ide-ide Platonis. Hukum jenis
ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui sifat benda-benda nyata dengan
memperluas pembiasan dari sifat ideal. Bila situasi yang kita harapkan untuk
menggambarkan dengan jelas dan mendekati bentuk ideal sejalan dengan hukum yang
kita percayai, kita mengharapkan sifat dari situasi nyata untuk semakin mendekati sifat
yang disebutkan dalam hukum.
Pada prakteknya, sangat tidak mungkin bagi penghitungan dan observasi kita untuk
dapat benat-benar akurat dan karenanya tidak ada cara lain bagi kita untuk mengetahui
apakah suatu hukum benar atau tidak. Newton khususnya tertarik pada bagaimana
penciptaan benda-benda di alam, dengan tidak secara filosofis. Mengapa benda-benda
tersebut diciptakan atau untuk tujuan apa mereka hadir bukanlah apa yang ingin dia
ketahui. Walau begitu, dia tidak memandang bahwa berbagai isu semacam itu sebagai
sesuatu yang tidak bermakna atau tidak relevan; bagaimanapun, dia melewatkan
sebagian besar waktunya untuk memenuhi keingintahuan metafisik dan teologisnya1.
Newton memandang berbagai masalah tersebut sebagai pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya tidak diperoleh melalui observasi yang teliti dan interogasi eksperimental
terhadap alam. Berdasarkan berbagai tulisan alkemis dan religius yang dibuatnya, yang
beberapa diantaranya benar-benar mengkaji berbagai hal tersebut secara ilmiah, jelas
sekali bahwa dia percaya bahwa beberapa pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
metode lain. Saat perjalanan kita mengarungi sejarah tiba di masa sekarang, kita akan
menemukan bahwa beragam teori dan ide tentang semesta dan kehidupan di masa
sekarang ini sama kisruhnya dengan masa lalu. Saat kita mulai mempelajari sudah
sejauh mana para pemikir dan ahli di jaman sekarang mengkaji tentang semesta dan
seisinya, saya sangat yakin, bahwa banyak di antara anda yang akan merasa terkejut dan
kagum saat melihat bagaimana kita telah mempelajari rahasianya dan kemudian betapa
sedikitnya hal yang telah kita ketahui. Newton dianggap telah mempersempit tujuan dari
para filusuf alami, tetapi dia melakukannya untuk sesuatu yang berarti, dimana ia untuk
pertama kalinya dapat membatasi perhatian mereka ke dunia masalah yang dapat
terpecahkan. Dengan mempersempit tujuannya, dia dapat membuat pengakuan luar
biasa dimana yang ia istilahkan spekulasi yang tak pasti yang sangat dicintai oleh
pendahulunya “hipotesis”, tidak diperlukan dalam kegiatannya. Ada bukti yang
menggelikan mengenai cara mendapatkan ‘Hukum Alam’, atau teori ilmiah, yaitu
dengan mengalaminya sendiri: penyelidikan percobaan. Metode ilmiah ini masih kita
gunakan sampai saat ini. Terlihat jelas suatu cara yang dilakukan dimana sulit
membayangkan orang lain dapat memikirkannya secara berbeda – tetapi kita bisa.
Tradisi Aristotelian telah mendorong untuk melakukan observasi tetapi bukan
percobaan. Ketika lawan Galileo dihadapkan pada bukti observasi yang dibuat dengan
teleskopnya, pada pertamanya mereka mempertahankan bahwa itu tidak dapat dipercaya
karena distorsi kenyataan yang dibuat oleh lensa serta benda-benda observasi lainnya.
Ide untuk memanipulasi kejadian untuk mendapatkan informasi tentang dunia adalah
ide yang asing bagi para tetua. Ide ini berkembang di Eropa yang dipengaruhi para
pematung dan mekanik seperti juga yang dialami para filusuf alami. Metode Newton
mengijinkannya untuk menyelidiki sifat dari sebuah fenomena melalui percobaan
terkontrol untuk mencoba idenya secara sistematik. Banyak rekan seangkatan Newton
yang masih ragu dalam menentukan sifat dari sesuatu berdasarkan data pengalaman
praktis daripada beberapa prinsip yang menyangkut filosofi. Keraguan mereka tidak
seluruhnya tak berdasar. Mereka percaya, seperti semua ide klasik tentang tujuan dari
sesuatu cenderung akan mendorong seseorang untuk percaya, bahwa tidak ada
penafsiran unik dari observasi yang dilakukan seseorang. Hal ini mendorong timbulnya
bermacam-macam spekulasi tanpa motivasi untuk menentukan penjelasan yang unik
dan benar. Malah, Newton tidak menentang penafsiran atau spekulasi seperti itu, tetapi
hanya untuk mereka yang akan menggunakan hipotesis semacam itu sebagai alasan
untuk tidak melakukan percobaan nyata ketika hal tersebut memungkinkan.
Ketidaksukaannya kepada ‘hipotesis’ merupakan reaksi normal seseorang yang sedang
dirasuki sesuatu yang superior dalam membedakan yang benar dari yang salah.
Semenjak itu, pernyataan umum filosofis tidak lagi menerima status ‘Hukum
Alam’. Hanya pernyataan yang telah melewati pemeriksaan percobaan dengan sejumlah
fakta pengalaman, akan menerima penghargaan. Newton menyelesaikan pemisahan
antara arti dan metode dari ilmu.
Perbedaan antara ilmu Newtonian dan ‘hipotesis’ digambarkan secara jelas
dengan penemuan kedua Newton yang hebat: fungsi dari matematik. Ini adalah metode
dimana kemungkinan baru akan dikembangkan untuk dites melalui percobaan. Fisika
Newtonian adalah fisika matematika. Pada semua penyelidikannya, Newton terlihat
menggambarkan ‘Hukum Alam’ dengan istilah matematika, sehingga mereka tidak akan
tidak jelas.
Apabila matematika yang diperlukan tidak dapat ditemukan, dia membuatnya
sendiri. Dengan cara ini, beberapa perangkat matematika yang penting yang ditemukan
diperkenalkan ke ‘udang persenjataan’para ahli fisika. Salah satu alat terkuat ialah
kalkulus, dimana perubahan yang terus menerus digambarkan melalui matematik.
Setelah diberikan rancangan permulaan, masa depan bisa diramalkan atau dirancang
ulang berdasarkan masa lalu. Langkah ini melengkapi perubahan perhatian sedikit demi
sedikit pada pola piker ilmuwan tentang ‘alam’ sebenarnya dari dunia yang mereka
pelajari.
Diantara banyak prestasi Newton, ada satu yang masih dalam tinjauan, yang
merupakan penemuan terbesar untuk pemikiran di masa depan tentang ‘Hukum Alam’
ialah ‘Hukum Gravitasi’.
Pada penemuan ini, Newton menggunakan dengan baik penemuan penting
sebelumnya tentang pergerakan angkasa yang dibuat oleh Kepler dan yang lainnya.
Newton menyadari hukum semacam ini pada pertengahan 1660. Pada masa kreatif ini,
ia menulis hampir satu abad kemudian bahwa, “Saya menarik kesimpulan bahwa
kekuatan yang menjaga planet-planet pada orbitnya pasti [harus] berbanding terbalik
[sama] dengan luas dari jarak mereka dengan pusat dimana mereka berevolusi”.
Akan tetapi, versi tertulis pertama dari hukum gravitasi Newton yang ditemukan,
dimuat di sebuah naskah tanpa judul dan tidak dipublikasikan yang sekarang diberi
judul On Circular Motion yang mungkin ditulis pada tahun 1665 masehi. Naskah inilah
yang disebutkan Newton dalam korespondensinya dengan Halley atas perhatiannya
terhadap Hooke, dengan menghormati penemuan hukum luas-terbalik. Di sini, Newton
yang berusia 23 tahun menarik kesimpulan ‘Hukum Luas-Terbalik’ dari ‘hukum’ ketiga
Kepler tentang pergerakan planet. Newton juga menggunakan definisi dari kekuatan
sentripetal yang diperlukan untuk menjaga gerakan berputar” dan menyimpulkan
bahwa, “Karena di planet utama berpangkat tiga dari jarak mereka dari Matahari
berbanding terbalik dengan luas dari jumlah revolusi pada waktu yang ditentukan
(hukum ketiga Kepler): usaha yang berkurang dari Matahari akan berbanding terbalik
dengan luas dari jarak dengan Matahari”.
Dengan memperkenalkan elemen kesatuan nilai ini dalam sebuah formula
matematika, Newton mengambil langkah maju yang dramatis. Dia mengklaim bahwa
semua tubuh, baik mereka di angkasa atau di luar angkasa adalah subjek yang sama dari
‘Hukum Alam’. Mereka semua merasakan kekuatan intrinsik yang sama dari gaya
gravitasi tanpa peduli massa atau golongannya.
Dengan menyatukan semua efek dari gravitasi, Newton bertanggungjawab
dalam mengidentifikasi ‘G’ sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ di semua ‘Hukum Alam’.
Kesatuan nilai ini masih dapat dipercaya sampai saat ini. Walaupu teori Newton tentang
gaya gravitasi telah tersirat dalam teori Einstein tentang relativitas umum pada tahun
1915, teori baru ini masih memakai ‘kesatuan nilai’ G Newton pada kapasitas yang
sama.
Apa yang dimaksud ketika kita mengatakan bahwa mengukur adalah sebuah
‘Kesatuan Nilai Alam’? Ini berarti itu adalah identitas dari sebuah tubuh yang mandiri
dimana massa adalah M dan m, mandirinya semua properti fisik mereka dan semua
kondisi fisik – waktu dan tempat pengukuran, temperatu dari laboratorium, dan sbg.
Pengidentifikasian pengukuran semacam itu dimaksudkan untuk menempatkan ilmu
pengetahuan di jalan yang berhasil. Sekarang hal itu terpusat pada sebuah pandangan
dimana sebagian besar bagian pandangan kita tentang struktur dari alam semesta
terkandung pada nilai numerik sejumlah kecil ‘Kesatuan Nilai Alam’ yang pokok
dimana G Newton masih termasuk di dalamnya. Sejumlah nilai tertentu dimana jumlah
diteliti untuk diambil, yang memberikan Alam kita kualitas fisik khusus. Walaupun, kita
tidak tahu mengapa kesatuan nilai Alam mengandung nilai numerik khusus yang ada.
Pengenalan Newton tentang kesatuan nilai universal gravitasi mengangkat poin penting
lainnya. Ketergantungan yang sebanding terhadap massa dan pemisahan adalah
hubungan yang ditentukan secara teori yang berdasarkan prinsip dasar yang lebih
banyak lagi, tetapi nilai dari sebuah keseimbangan kesatuan nilai hanya bisa didapat
melalui penelitian. Pemisahan ‘Hukum Alam’ menjadi ketergantungan fungsional
antara jumlah (di antara gaya, massa, dan jarak) dan kesatuan nilai universal yang
proporsional, adalah ciri-ciri berkelanjutan ilmu pengetahuan dimana kita akan kembali
lagi.
Dikatakan cukup bahwa tujuan dari para ahli fisika adalah untuk mengurangi
jumlah ‘Kesatuan Nilai’ sampai titik minimum, dimana nilai harus ditentukan melalui
penelitian yang sistematis dengan teori mereka. Dorongan ekonomi ini mencari dengan
menunjukan apa yang kita pikirkan sebelumnya sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ yang
mandiri, ternyata berhubungan satu sama lain, atau ke jumlah mendasar yang
bermacam-macam. Bagi para leluhur, dunia adalah organisme hidup, tetapi bagi
Newton dan pengikutnya itu adalah suatu kesatuan mekanis – seperti hiasan dari
sebuqah jam raksasa. Pekerjaannya murni, tepat, mekanis, dan matematis. Sekali dibuat
untuk bergerak oleh yang Membuat, mereka terus bekerja mengikuti jalan pemikiran
sendiri yang tak bisa ditawar.
Diana Tuhan dari para Scholastics adalah Omega, sang akibat akhir; Tuhan dari
Newto adalah Alpha, sebab awal dari semuanya. Kepercayaan yang sangat kuat ini yang
menentukan karakter dunia berhutang banyak kepada pemikiran religius pada jaman itu.
Pemikiran umum orang Kristen melihat hanya ada satu Tuhan yang menentukan
‘Hukum Alam’ dan menegakkannya dengan kekuatannya, yang memicu kepercayaan
kuat yang rasional, konsisten, dan dapat ditebak oleh alam. Bagaimanapun juga, hal itu
dapat dikenali oleh hukum ini telah dikejar dan ditemukan setidaknya sebagian karena
kepercayaan yang ‘Memberi – Hukum” Deity nyata. Sebagian perseteruan panjang
Newton dengan Leibniz dikarenakan ide ini, dimana Leibniz mempunyai pikiran yang
menghina Tuhan karena mereka memberi Deity kesempatan untuk campur tangan di
alam setelah kejadian pertama Penciptaan.
Gambaran universal Newton yang pertama tentang fenomena alami digembar-
gemborkan oleh pendukung prinsipnya yang telah menyingkap hukum pokok alam.
Penyingkapan atas properti universal itulah yang memberikan dukungan ke pembela
religius William Whiston, yang menentang memberikan kesaksian kepada persatuan
dan Pencipta, tetapi kepada Pencipta yang unik. Hal itu terlalu luar biasa untuk dilihat
dari setiap situasi selain para realis dan menjadi dorongan utama paradigma mekanis
yang baru dari mesin jam dunia, yang berjalan untuk memastikan aturan matematis.
Setelah melihat fondasi dari pendekatan ke ilmu yang secara tersirat memiliki karakter
para ahli ‘Berbicara – Inggris’ semenjak itu – perhatian diberikan untuk semua yang
menggambarkan gambaran mekanis. Pendekatan kontinental secara tradisional menjadi
lebih abstrak, tidak memerlukan sifat model mekanis dari fenomena yang rumit sebelum
diklaim telah dimengerti. Sebuah gambaran matematika abstrak terkurangi. Hasrat
Inggris untuk menggambarkan model adalah ciri-ciri psikologis yang terutama diwakili
oleh Henri Poincar pada awal abad 20. Sebagai perwakilan yang berbeda dari hasrat
Prancis untuk pemikiran yang abstrak, dia mengaku bahwa tidaklah perlu untuk
mengurangi apapun untuk analogi mekanis yang sangat dicintai oleh para peneliti
Inggris.
Kecintaan terhadap analogi mekanis sebagai alat untuk menjelaskan konsep fisik
abstrak yang rumit , adalah kebaikan dan keburukan, yang masih mendominasi
kepopuleran ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggris. Ini, dalam berbagai cara mewarisi
gaya Newtonian: pengurangan dari kebenaran besar tentang cara kerja Alam dengan
menggunakan percobaan mekanis sederhana, dan percaya kepada paradigma bahwa
Alam adalah mekanisme yang sangat hebat – dan dalam pandangan bahwa Tuhan,
seperti Newton, adalah orang Inggris.
Pendekatan Newton pada penyelidikan Alam membawa kemajuan tunggal pada
pengetahuan manusia akan cara kerja Alam semesta yang telah dipengaruhi oleh satu
orang. Tetapi publikasi dari Philosophiae naturalis principia mathematica yang
monunmental pada tahun 1687 dan Optiks (dalam bahasa Inggris) pada tahun 1704,
telah membuat lebih dari sebuah revolusi pada pemikiran sientifik. Itu mengubah
pemikiran yang non – ilmuwan sekalipun.
Principia menjadi buku ‘sekte’ ilmuwa yang pertama (ini adalah, buku yang membaca
tentang, tetapi tidak membaca), dan menciptakan apa yang kami namakan
‘Newtonianism’. Hal ini memiliki banyak konsekuensi, yang paling menarik
diantaranya adalah dimulainya pempopuleran ilmu pengetahuhan melalui publikasi
penjelasan mendasar yang dirancang untuk orang awam. Sejumlah buku yang ditulis
pada pertengahan pertama abad ke 18 untuk memuaskan ketertarikan public akan
Newton dan temuannya. Pada permulaan tahun di abad itu, Newton telah membangun
reputasi public yang tak tertandingi oleh semua ilmuwan Inggris sebelumnya. Dimana
intelektual masa lalu telah tiba pada kesimpulan pokok yang menyangkut masalah Alam
semesta dengan pernyataan yang kompleks dan kurang jelas, penglihatan Newton
sangat luar biasa dimana ia memakai objek yang sederhana dan biasa. Contohnya,
hukum dari optic diambil dari prisma sederhana, hukum gerak ditemukan dengan
menjatuhkan benda ke tanah (bahkan apel, mungkin). Publik umum tidak mengerti
penemuan ini (yang hanya disajikan untuk menambah mereka terpesona, sama seperti
efek yang didapatkan oleh Einstein, tidak seperti kasus Darwin dimana public dapat
mengerti dengan terlalu baik apa yang ia temukan), tetapi orang awam ingin mengetahui
apa hal baru yang disebut ‘Newtonianism” itu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Isaac Newton merupakan ilmuwan terbesar sepanjang masa yang telah


memberikan sumbangan terhadap fisika berupa penemuan – penemuan seperti hukum –
hukum pada gerak benda yang kita gunakan dan terapkan pada kehidupan sehari – hari..
Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti yang
kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom besar.
Selain itu juga berawal dari jatuhnya buah apel yang menimpanya, Newton berhasil
merumuskan Hukum Gravitasi Universal.
Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia
pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuwan besar. Dan
Newton dikenal dan diakui sebagai ilmuwan terbesar sepanjang masa.

B. SARAN

Isaac Newton hanya manusia, kitapun manusia. Newton bisa menjadi ilmuwan
terbesar sepanjang masa dan juga menjadi astronom besar karena dia cerdas, kreatif,
ide-idenya brilian dan tidak mudah putus asa. Bila kita ingin menjadi terkenal seperti
Newton serta dapat menemukan penemuan yang sangat bermanfaat seperti Newton,
maka kita pun harus kreatif, rajin belajar, kritis, aktif, dan tidak malas.
Selamat menemukan tantangan-tantangan untuk menjadi seseorang yang brilian
dan dikenang dapat sepanjang masa.

DAFTAR PUSTAKA:
Id.wikipedia.org/wiki/Isaac-Newton
Politisimuslim.wordpress.com/dunia mekanika-newton
Alfurqon, Ahmad. www. Fisikanet.ipi.go.id/utama.cgi

Anda mungkin juga menyukai