Anda di halaman 1dari 4

BARACK OBAMA DAN MOTIVASI UNTUK PARA PEMUDA INDONESIA

(Sebuah Catatan Ringan)

Khairurrizqo1

“.....That’s why I’m running for the President of the United States
Because there is a poor child out there and that’s my child,
Because there is a senior who’s even trouble that’s my grand pal,
and there is a guy who’s lost his job, that’s my brother,
and that’s a woman out there without healthy that’s my sister…

Those are values that build this country,


Those are values we are fighting for..

And if you are stay with me and work with me,


and knock on doors with me,
and make a phone calls with me
then I promise you;
we would not just win this election,
but we will change the world …”

(Dikutip dari pidato kampanye Barrack Obama di Wisconsin, 1 September 2008)

I
Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) ternyata telah menyedot
tidak hanya perhatian warga Amerika Serikat sendiri, tapi juga telah menyedot
perhatian warga dunia secara umum. Sebelum masa kampanye terbuka sekarang
antara Partai Republik (dengan capres John McCain) dan Demokrat (dengan capres
Barack Obama), Konvensi Internal Partai Demokrat yang menghadirkan
pertarungan antara Hillary Clinton melawan Barrack Obama telah menyedot
perhatian dunia. Bagaimana di Indonesia? Demam Pilpres AS ternyata sampai juga
di sini. Diskusi-diskusi mengenai Pilpres AS ramai diperbincangkan dan banyak
menjadi konsumsi publik.
Tulisan ini bukanlah untuk mengkomentari dan menganalisis lebih jauh
peluang masing-masing capres dalam Pilpres AS. Akan tetapi, tulisan ini mencoba
untuk memberikan catatan sisi lain pilpres di Amerika Serikat. Bahwa pertarungan
1
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Unsoed SKS 2004. mantan Presiden BEM FISIP periode
2006-2007. Juara II Mahasiswa Berprestasi Unsoed tahun 2008 dan saat ini sedang
mempersiapkan diri untuk program beasiswa unggulan ke negara Malaysia. Sekarang aktif
di Keluarga Besar Mahasiswa Unsoed (KBMU) dibarengi dengan persiapan tugas akhir dan
skripsi.
antara Barack Obama dan John McCain, bukan sekedar pertarungan antara kaum
Demokrat dan Republik Lebih jauh dari itu, ini adalah pertarungan antar generasi. 2
Barack Obama adalah politisi muda yang baru berusia 47 tahun, usia yang
tergolong relatif muda untuk seorang calon presiden. Sedangkan John McCain
adalah veteran Perang Vietnam yang telah genap berusia 63 tahun. Maka tulisan ini
akan mencoba mengangkat fenomena itu. Bahwa usia yang muda ternyata
bukanlah merupakan halangan bagi seseorang untuk maju dan berkirpah di pentas
politik, dan Obama menjadi fenomena yang mewakili semangat anak muda di
seluruh dunia. Pada titik ini, pertanyannya kemudian; di Indonesia, apa yang bisa
kita ambil dari “fenomena Obama”?
II

Salah satu yang dibutuhkan seseorang untuk tampil menjadi tokoh besar
adalah momentum yang tepat. Dan Obama hadir di ruang dan waktu yang sangat
mendukung. Beberapa alasan diantaranya; Pertama Obama adalah cermin politisi
yang memperjuangkan kesamaan derajat. Dalam setiap kampanye, Obama juga
sering menyerukan jargon “Satu Amerika” sebagai reaksi atas "kultur rasisme" yang
belum sepenuhnya hilang dari bumi Paman Sam 3. Latar belakang Obama yang
multiras dan multikultural, juga menjadi poin tersendiri. Sosok Obama dianggap
representasi warga AS yang beragam: kulit putih, Afrika-Amerika, Hispanics, Asia,
serta Arab dan Timur Tengah4.
Kedua, dan ini penting, bahwa masyarakat Amerika membutuhkan generasi
baru yang bebas dari dosa masa lalu. Generasi George Walker Bush telah
membawa Amerika kepada konflik dengan dunia luar dan melupakan urusan
domestik. Generasi yang diharapkan tidak hanya menyerukan perubahan, tapi
mampu meyakinkan publik bahwa dirinya bersih dari segala kesalahan masa lalu
dan siap menyongsong perubahan. Obama mewakili itu. Sebagai seorang senator
muda, ia relatif bersih dari kesalahan. Dan yang terpenting, di usia muda ia telah
mampu menembus persaingan di antara tokoh-tokoh senior Partai Demokrat.
Persaingannya dengan Hillary Clinton dalam konvensi internal membuktikan angin

2
Harian Kompas, Jum’at 12 September 2008
3
Untuk lebih jelas akan hal ini silahkan baca buku Diana L Eck. Amerika Baru Yang
Religius, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2005
4
www.fajar.co.id/index.php?act=news&id=51816, diakses tanggal 12 September 2008
perubahan Obama ternyata didukung oleh kalangan muda Partai Demokrat dengan
seruan “regenerasi kepemimpinan”5. Hasil konvensi yang menempatkan dirinya
sebagai perwakilan resmi dari Partai Demokrat telah mendobrak mitos senioritas di
tubuh partai tersebut, dan Obama sukses membuktikan itu semua.

III

Sejarah mencatat, founding father Indonesia lahir dari rahim pergerakan


pemuda. Awalnya, mereka adalah anak-anak muda yang gelisah dengan kondisi
zamannya. Soekarno mulai aktif dalam Partai Nasional Indonesia di usia 21 tahun,
usia yang masih sangat muda. Pun begitu dengan M. Natsir yang telah mulai
banyak menulis dan aktif dalam gerakan politik sejak usia 20 tahun 6. Peran pemuda
Indonesia, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan, tidak terbantahkan lagi.
Jejak sejarah kaum muda pascakemerdekaan dapat kita lihat misalnya ketika
Sudirman menjadi jenderal pertama dan sekaligus panglima di republik ini dalam
usia masih sangat muda.
Bergulirnya reformasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Era
Orde Baru yang menutup rapat keran regenerasi telah lama dirubuhkan. Perubahan
itu hendaknya mendorong kaum muda untuk dinamis dan cerdas membaca realitas
zaman. Salah satunya adalah mereposisi peran kaum muda. Dengan berkaca dari
perubahan politik di Amerika Serikat, seharusnya pemuda Indonesia termotivasi
untuk melakukan mobilitas vertikal mengisi pos-pos strategis perubahan. Sudah
saatnya pemuda tidak hanya berhenti menjadi saksi perebutan kursi yang dilakukan
kaum tua. Bukan lagi waktunya kaum muda hanya bertindak sebagai operator dari
generasi yang terbukti gagal, kemudian berusaha merebut kekuasaan kembali.
Tetapi, harus mampu melahirkan generasi kepemimpinan baru yang lebih mampu
memberi harapan dan perubahan.

IV

5
www.suaramerdeka.com/harian/0702/19/opi03.htm diakses tanggal 11 September 2008
6
Deliar Noer, Memperbincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, dalam Natsir : Suatu Kenangan
Tersendiri. Pustaka Mizan, 2001
Tulisan ini kiranya belum mampu menyimpulkan apapun. Namun, tulisan ini
mencoba untuk menawarkan gagasan baru untuk para pemuda Indonesia dengan
belajar dan berkaca dari proses politik di Amerika Serikat, diantaranya; Pertama,
saat ini adalah momentum yang tepat bagi para pemuda untuk tampil dalam pos-
pos strategis dalam perubahan bangsa. Tugas pemuda Indonesia bukanlah
menunggu momentum yang tepat, akan tetapi tugas kita adalah merebut
momentum tersebut dengan tampil sebagai kaum terpelajar yang membawa ide
segar perubahan yang bebas dari dosa-dosa masa lalu. Kiranya Barack Obama
cukup menjadi inspirasi untuk kita semua.
Kedua, sekarang adalah saatnya bagi para generasi tua untuk tidak lagi
berpikit kolot dan serakah. Saatnya orang-orang tua yang ada di posisi strategis
membuka jalan bagi anak-anak muda yang siap tampil ke muka. Harus ada
percepatan regenerasi kepemimpinan di Indonesia. Jangan sampai panggung politik
dan elit bangsa diisi oleh orang-orang lama yang telah berlumur dosa masa lalu.
Apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh senior Partai Demokrat dengan membuka
jalan bagi Barack Obama untuk tampil menjadi Capres dengan melihat dukungan
dari konstituen, kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita.
Perubahan global yang menampilkan pemimpin-pemimpin dari generasi
baru seperti Ahmadinejad di Iran, Hugo Chavez di Venezuela dan yang terbaru
“fenomena Obama” di Amerika Serikat mudah-mudahan mampu memotivasi kita
para pemuda Indonesia untuk terus berbenah menyongsong zaman baru untuk
generasi baru. Percaya atau tidak, semuanya kembali kepada kita apakah kita
cukup mampu dan berani untuk merebut momentum saat ini. Anda percaya??
Seperti kata Obama; Change We Can Believe In..

“........kita generasi muda ditugaskan untuk membersihkan semua sisa sejarah yang
salah.........”

(Soe Hok Gie)

“...Dedicated for someone who’s also loves Obama.. I Believe time will prove it...”

Anda mungkin juga menyukai