Anda di halaman 1dari 22

KULIAH - V

TEORI ELEKTRON BEBAS LOGAM

5.1 Elektron Bebas

Sifat elektrik dan sifat magnetik zat padat ditentukan terutama oleh sifat-sifat elektron
di dalam bahan tersebut. Proton biasanya dapat diturunkan ke peranan yang lebih
rendah, seperti menjamin netralitas muatan. Netron sewaktu-waktu dapat
dipertimbangkan, seperti dalam bahan superkonduktor, dimana temperatur kritis
tergantung pada massa total inti. Secara keseluruhan, level energi elektron menjadi
penentu sifat bahan padat.

Persoalan matematis, tidaklah seperti yang kita temukan dalam atom secara
tersendiri. Bagaimana kita dapat menentukan level energi elektron dalam zat padat?
Mengambil fungsi gelombang yang tergantung pada koordinat 10 25 elektron; atau
menuliskan potensial Coulomb antara tiap pasangan elektron, antara elektron dan
proton; dan menyelesaikan persamaan Schrodinger. Ini adalah pendekatan, seperti
yang barangkali telah anda persoalkan, kita tidak akan mencobanya. Tetapi apa
yang dapat kita lakukan sebagai gantinya? Kita dapat mengambil banyak model-
model yang lebih sederhana, yang secara matematik dapat diselesaikan, dan
berharap bahwa penyelesaian akan masuk akal.

Mari kita mulai mencari model sederhana dengan mengambil sepotong logam dan
memperhatikan fakta empiris, (yang benar pada temperatur ruang), bahwa tidak ada
elektron diluar batas logam. Dengan demikian ada mekanisme yang
mempertahankan elektron tetap di dalam. Apakah itu? Itu mungkin adalah potensial
barrier tak berhingga pada perbatasan. Dan apa yang terjadi di dalam? Bagaimana
energi potensial elektron berubah dengan adanya jumlah inti dan elektron lain yang
sangat banyak? Misalkan kita menganggapnya merata. Kita mungkin
menganggapnya ini suatu asumsi (dan tentu saja kita benar mutlak), tetapi itu adalah
pekerjaan. Hal ini telah dikemukakan oleh Sommerfeld pada tahun 1928 dan yang
telah dikenal sebagai “ Model Elektron bebas” dari suatu logam.

1
Kita mungkin mengakui bahwa model ini bukanlah apa-apa tetapi suatu sumur
potensial yang telah ditemukan sebelumnya. Disana ditemukan penyelesaian untuk
kasus satu-dimensi dalam bentuk berikut :
h2k 2
E= (5-1)
2m
h2 n2
=
8m L2

Jika kita membayangkan kubus dengan sisi L yang mengandung elektron, maka kita
memperoleh energi dengan cara yang sama
h2 2
E= (k x + k2y + k2z)
2m
h2
= (n2x + n2y + n2z) (5-2)
8mL2
dimana nx, ny, nz adalah integer.

5.2 Kerapatan Tempat (states) dan Distribusi Fermi–Dirac

Energi yang diizinkan, menurut persamaan (5-2) adalah multi integral dari

h2 . Untuk suatu volume 10-6 m3 satuan energi ini adalah


8mL2
(6,62 x10 34 ) 2
E= = 0,6 x 10-33 J = 3,74 x 10-15 eV (5-3)
8 x9,1x10 31 x10  4

Ini adalah perbedaan energi antara level pertama dan level ke dua, tetapi karena
kuadrat integer tercakup, perbedaan antara level energi yang berdekatan meningkat
pada energi yang lebih tinggi. Mari kita mendahului hasil yang diperoleh dalam
bagian berikut dan mengambil energi maksimum E = 3 eV, yang merupakan nilai
tipikal. Dengan mengambil n2x = n2y = n2z , energi maksimum ini terkait dengan nilai n x
 1,64 x 107. Sekarang level energi yang berada di bawah energi maksimum dapat
diperoleh dengan mengambil integer nx – 1, nx. Kita mendapatkan perbedaan energi:

E  1,22 x 10-7 eV. (5-4)

Catatan : Bahkan pada energi tertinggi, perbedaan antara level energi yang

2
berdekatan adalah sebesar 10-7 eV.
Kita dapat mengatakan bahwa, secara maksroskopik di dalam interval energi yang
kecil dE, masih terdapat banyak level-level energi diskrit. Dengan demikian kita
dapat memperkenalkan konsep “Kerapatan Tempat“ (Density of State ), yang sangat
membantu penyederhanaan perhitungan kita.

Pertanyaan berikut adalah berapa banyak tempat (states) yang ada antara level
energi E dan (E + dE). Untuk maksud tersebut, penting untuk memasukan variabel
baru “n“ dengan hubungan :

n2 = n2x + n2y + n2z (5-5)

Dengan demikian “n” menyatakan vektor ke titik nx, ny, nz dalam ruang tiga dimensi.
Dalam ruang ini, setiap titik dengan koordinat integer menetapkan satu tempat;
karena itu setiap satuan kubus mengandung tepat satu tempat . Dengan demikian,
jumlah tempat dalam suatu volume adalah sama dengan nilai numerik volume
tersebut. Karena itu dalam bola dengan radius ‘n’, jumlah kedudukan adalah:
4n 3
(5-6)
3
Karena ‘n’ dan E dihubungkan, maka adalah ekivalen untuk mengatakan bahwa
jumlah tempat yang mempunyai energi yang lebih kecil dari E adalah
4n 3 4 3/2 3/2 8mL2
= K E dimana K = (5-7)
3 3 h2
Dengan cara yang sama, jumlah tempat yang mempunyai energi lebih kecil dari
E+dE adalah :
4 3 / 2
K ( E  dE ) 3 / 2 (5-8)
3
Jadi jumlah tempat mempunyai energi antara E dan E+dE adalah sama dengan:
4 3 / 2
Z(E)dE = K {( E  dE ) 3 / 2  E 3 / 2 }
3
 2K 3 / 2 E 1 / 2 dE (5-9)
Ini belum berakhir. Kita harus mencatat bahwa hanya nilai positip dari n x, ny, nz yang
diperbolehkan, karena itu, kita harus membagi dengan faktor ‘8’. Selanjutnya untuk
dua nilai spin, kita harus mengalikan dengan fakor ‘2’. Akhirnya kita memperoleh

3
Z(E)dE = CE ½ dE dimana C = 4πL3(2m)3/2/h3 (5-10)
Persamaan (5-10) memberikan kita jumlah tempat, tetapi kita juga ingin mengetahui
jumlah tempat yang diduduki, demikian juga jumlah tempat yang mengadung
elektron. Untuk itu kita perlu mengetahui kemungkinan penempatan, F(E). Fungsi ini
dapat diperoleh dengan latihan tanpa terlalu banyak tenaga dalam statistik mekanik.
Seseorang memulai dengan prinsip Pauli (bahwa tidak ada tempat yang dapat
ditempati oleh lebih dari satu elektron) dan menghasilkan peluang distribusi yang
paling mungkin pada kondisi itu sehingga energi total dan jumlah total partikel
diberikan. Hasilnya adalah apa yang disebut “Distribusi Fermi–Dirac“.
1
F(E) = (5-11)
{exp( E  E F ) / kT }  1
Dimana EF adalah parameter yang disebut “Level Fermi”. Dengan dapat dingat
dengan baik bahwa pada

E = EF, F(E) = ½ (5-12)

Maka pada level Fermi probabilitas penempatan adalah ½.

Seperti terlihat pada gambar (5-1), F(E) tampak sangat berbeda dari distribusi klasik
exp(-E/kT). Mari kita analisis sifat ini dalam dalam kasus berikut :

1 exp(-E/kT)
F (E) 
E  EF
1  exp( )
kT
Maxwell-Boltzmann
1,0 T=0 K
600 K
T=0 K

0,5 6000 K 600 K


Fermi-Dirac
6000 K

EF=2,5 eV E EF=2,5 eV E

Gambar (5-1). a).Fungsi distribusi Fermi-Dirac untuk energi Fermi 2,5 eV dan
temperatur 0 K, 600 K dan 6000 K.
b) Distribusi klasik Maxwell-Boltzmann pada energi dan temperatur
yang sama.

4
1. Pada T = 0.

F(E) = 1 untuk E < EF


F(E) = 0 untuk E > EF (5-13)

Dengan demikian pada temperatur mutlak nol semua tempat yang tersedia diduduki
sampai EF, dan semua tempat di atas E F kosong. Tetapi ingat Z(E)dE adalah jumlah
tempat antara E dan E+dE. Sehingga jumlah total tempat adalah

EF

 Z ( E )dE
0
(5-14)

Yang harus sama dengan jumlah total elektron NL 3, bila N adalah jumlah elektron
persatuan volume. Dengan menyubsitusikan persamaan (5-14) ke dalam persamaan
(5-10) persamaaan berikut harus dipenuhi :
EF

E dE  NL3
3 3/2 3 1/ 2
(4L (2m) /h ) (5-15)
0

Dengan mengintegralkan dan menyelesaikan untuk E F, diperoleh :


2/3
h 2  3N 
EF =   (5-16)
2m  8 

EF yang dihitung dari jumlah elektron bebas, diperlihatkan dalam tabel (5-1). Dengan
demikian sekalipun pada temperatur mutlak nol, energi elektron mencakup batas
yang lebar. Ini bertentangan kuat dengan statistik klasik, dimana pada T = 0 semua
elektron mempunyai energi sama dengan nol.

Tabel (5-1). Level Fermi yang dihitung dari pers. (5-16)


Li 4,72 eV
Na 3,12 eV
K 2,14 eV
Rb 1,82 eV
Cs 1,53 eV
Cu 7,04 eV
Ag 5,51 eV
Al 11,70 eV
2. Untuk energi elektron diatas Level Fermi, sehingga

5
E – EF >> kT (5-17)
Faktor satu dalam persamaan (5-11) dapat diabaikan, menjadikan
F(E)  exp{( E  E F ) / kT } (5-18)
Yang dapat diakui sebagai distribusi klasik Maxwell – Boltzmann. Karena itu,
untuk energi yang cukup besar distribusi Fermi-Dirac diturunkan ke distribusi
Maxwell-Boltzmann yang secara umum dinyatakan sebagai “Boltzmann Tail”

3. Untuk energi di bawah level Fermi sehingga


EF – E >> kT (5-19)
Persamaan (5-11) dapat didekati dengan
F(E)  1  exp( E  E F ) / kT (5-20)
Kadang-kadang bermanfaat untuk berbicara tentang kemungkinan tempat
tidak diduduki dan menggunakan fungsi 1–F(E). Kemudian kita dapat
mengatakan untuk kasus yang ada, bahwa kemungkinan tidak diduduki
berubah secara eksponensial.

4. Dalam batas E  EF fungsi distribusi berubah agak lebih kasar dari mendekati
satu ke mendekati nol. Tingkat perubahan tergantung pada kT. Untuk
temperatur mutlak nol, perubahan sangat cepat, untuk temperatur lebih tinggi
(seperti yang terlihat pada gambar (5-1) perubahan lebih bertahap. Kita dapat
mengambil daerah tengah (sangat diinginkan) seperti antara F(E) = 0,9 dan
F(E) = 0,1. Lebar daerah itu kemudian diperoleh (dengan menyelesaikan
persamaan (5-11) ke sekitar 4,4 kT).

Kesimpulannya, kita dapat membedakan tiga daerah untuk temperatur


tertentu; dari E = 0 ke E = E F–2,2 kT, dimana kemungkinan pendudukan
mendekati satu, dan kemungkinan tidak diduduki berubah secara
eksponensial. Daerah ke dua, dari E = E F–2,2 kT sampai E = EF + 2,2 kT,
dimana fungsi distribusi berubah dari mendekati satu ke mendekati nol; dan
daerah ke tiga dari E = EF + 2,2 kT sampai E = ∞, dimana kemungkinan
pendudukan berubah secara eksponensial.

5-3. Suhu Spesifik Elektron

6
Teori klasik, yang telah dikemukakan sebelumnya, gagal untuk memperkirakan suhu
spesifik elektron. Sekarang kita dapat melihat alasannya. Kesalahan utama
bukanlah sifat gelombang dari elektron, bukan pula persamaan Schrodinger, tetapi
prinsip Pauli. Karena hanya satu elektron yang dapat meduduki satu tempat, elektron
dengan energi rendah tidak pada posisi untuk menerima sejumlah kecil energi yang
diberikan secara tiba-tiba. Tempat diatasnya diduduki, dengan demikian elektron-
elektron tersebut tetap pada tempatnya. Hanya elektron-elektron yang berada di
dekat Level Fermi yang mempunyai peluang untuk pindah ke dalam tempat dengan
energi yang lebih tinggi; sehingga hanya elektron-elektron itu yang dapat memberi
kontribusi terhadap suhu spesifik.

Suhu spesifik pada volume konstan per elektron didefinisikan sebagai

d  E 
cv = dT
(5-

21)
dimana <E> adalah energi rata-rata elektron.

Elektron klasik akan mempunyai energi rata-rata 3/2kT, yang menuju nol bersamaan
dengan T  0 . Secara mekanika kuantum, jika elektron memenuhi statistik Fermi-
Dirac, maka energi rata-rata elektron tertentu dapat dengan sangat mudah
ditentukan (lihat contoh (5-6). Untuk maksud mengestimasi suhu spesifik, kita dapat
membuat argumen sederhana dan menuntut bahwa hanya elektro-elektron dalam
daerah E = EF–2,2 kT sampai E=EF yang perlu dipertimbangkan sebagai yang dapat
memberi respon terhadap panas, dan elektron-elektron itu dapat dipandang sebagai
elektron klasik yang mempunyai energi (3/2)kT. Karena itu energi rata-rata elektron-
elektron itu adalah :
3 2,2kT
<E> = 2 kT (5-22)
EF

yang akan memberikan panas spesifik


k2
cv = 6,6 T (5-23)
EF

Penurunan yang benar dari suhu spesifik akan terjebak ke dalam kesulitan
matematis, tetapi ini adalah prinsip yang sangat sederhana. Energi rata-rata elektron
yang mengikuti distribusi F(E) diberikan oleh :

7

1
<E> = N  F ( E ) Z ( E ) EdE
0
(5-

24)
yang akan dievaluasi sebagai fungsi temperatur dan didifferensiasi. Hasilnya adalah :
 2 k2
cv = T (5-25)
2 EF

Yang dapat diterima dengan baik dengan Pers (5-23) yang diperoleh dengan
argumen yang kuat. Suhu spesifik elektron ini jauh lebih rendah dari nilai klasik (3/2)k
untuk suatu temperatur dimana material tetap berwujud padat.

5.6. Fungsi Kerja


Jika logam dipanaskan, atau disinari gelombang cahaya pada bahan, elektron-
elektron dapat meninggalkan logam. Studi eksperimental yang lebih mendalam akan
menyatakan bahwa ada ambang energi tertentu yang harus dimiliki elektron untuk
dapat melepaskan diri. Kita menamakan energi ini (untuk alasan historis) “Fungsi
Kerja” (Work Function) yang dinotasikan dengan . Dengan demikian model kita
adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar (5-2). Pada temperatur mutlak nol
semua tempat diisi sampai EF, dan ada potensial barrier eksternal .
vacum
Logam
Energi

EF

jarak

Gambar 5-2. Model perhitungan emisi termionik

5-5. Emisi Termionik


Dalam bagian ini kita membahas emisi elektron pada temperatur tinggi (karena sifat
termionik). Seperti yang telah disepakati sebelumnya, elektron membutuhkan energi
sekurang-kurangnya EF+ untuk dapat terlepas dari logam, dan semua ini tentu saja
akan tersedia dalam bentuk energi kinetik. Untungnya, dalam model elektron bebas,

8
semua energi adalah energi kinetik, karena energi potensial nol dan elektron tidak
berinteraksi, sehingga hubungan antara energi dan momentum adalah sederhana.
1 2 2 2
E= ( px  p y  pz ) (5-26)
2m

Kondisi selanjutnya adalah bahwa elektron, disamping mempunyai jumlah elektron


yang benar, juga harus bergerak dalam arah yang benar. Dengan mengambil “x’
sebagai koordinat yang tegak lurus terhadap permukaan logam, momentum elektron
harus memenuhi ketidaksamaan :
2
p x p 2 xo
 = EF +  (5-
2 m 2m
27)

Namun demikian, ini tetap tidak cukup. Elektron mungkin tidak dapat melewati barrier
meskipun mempunyai energi yang tepat dalam arah yang benar. Munurut ketentuan
mekanika kuantum, elektron tetap mengalami refleksi. Karena kemungkinan
pelepasan adalah 1– r(px), dimana r(px) adalah koefisien refleksi. Jika jumlah elektron
yang mempunyai momentum antara px dan px+dpx adalah N(px)dpx, maka jumlah
elektron yang sampai pada permukaan per detik per satuan luas adalah :
px
N ( p x )dp x (5-
m
28)
dan jumlah elektron yang dilepaskan adalah
px
{1 – r(px)} N ( p x ) dp x (5-29)
m
Dengan menambahkan kontribusi dari semua elektron yang mempunyai momentum
melebihi pxo, kita dapat menulis untuk kerapatan arus emisi sebagai berikut :


e px
J= m 
p xo
{1 – r(px)}
m
N ( p x ) dp x (5-30)

Kita dapat memperoleh jumlah elektron dalam range momentum tak terhingga
dengan cara yang sama seperti untuk range energi tak terhingga. Pertama, semua
itu mengandung dua faktor, kerapatan tempat dikalikan dengan kemungkinan

9
pendudukan. Kerapatan tempat Z(p x) dapat dengan mudah diperoleh dengan
mencatat dari pers. (5-2) dan (5-26) sehingga

px = (h/2) nx, py = (h/2) ny, pz = (h/2) nz (5-31)

Jumlah tempat dalam kubus pada satu sisi adalah tepat satu. Karena itu jumlah
tempat dalam volume pada sisi dn x, dny, dnz adalah sama dengan dnx.dny.dnz, yang
dengan bantuan pers. (5-31) dapat dinyatakan sebagai :
3
2
  dp x dp y dp z (5-32)
h

Dengan membagi kembali dengan 8 (karena hanya persoalan integer positip) dan
mengalikan dengan dua (karena spin) diperoleh
2
Z(px, py, pz) = (5-33)
h3

Maka, jumlah elektron dalam batas momentum p x, px+dpx; py, py+dpy; pz, pz+dpz
adalah :
N(px, py, pz) dpx dpy dpz =

2 dp x dp y dp z
= (5-34)
h 3 exp[{1 /( 2m)( p 2 x  p 2 y  p 2 z )  E F } / kT ]  1

Untuk memperoleh jumlah elektron dalam batas momentum p x, px+dpx, persamaan


diatas perlu diintegralkan dari semua py dan pz
N(px)dpx

2
x x
dp y dp z
= 3 dpx
h   exp[{1 /(2m)( p
 x 
2
x  p 2 y  p 2 z )  E F } / kT ]  1
(5-35)

Integral ini agak lebih rumit, tetapi karena tertarik hanya pada elektron yang melebihi
ambang  (  kT ) , kita dapat mengabaikan faktor 1 dalam penyebut. Kita
kemudian berangkat bersama beberapa fungsi Gauss, dimana mengintegral
antara ± dapat diperoleh dalam tabel integral yang lebih baik (anda dapat
menurunkan semuanya untuk diri sendiri jika anda tertarik melakukannya). Hal ini
akan membawa kita ke

10
4m / kT E F / kT  p 2 x / 2 mkT
N(px)dpx = e e dpx (5-36)
h3
Dengan mnyubsitusikan pers. (5-36) ke dalam (5-30) dan menganggap bahwa r(p x) =
r tidak tergantung pada px, yang tidak benar tetapi memberi pendekatan yang cukup
baik, integral dapat dengan muda dilakukan dan meberikan

J = Ao(1 – r )T2e-/kT (5-37)

Dimana Ao = 4 em2k/h3 = 1,2 x 106 A m-2K-2 (5-38)

Faktor yang sangat penting dalam pers. (5-37) adalah exp(-/kT), yang sangat
tergantung pada temperatur dan nilai aktual fungsi kerja. Ambil, sebagai contoh,
tungsten ( fungsi kerja sejumlah logam diberikan dalam tabel (5-2) dimana   4,5 eV
pada temperatur T = 2500 K. Kemudian perubahan 10% dalam fungsi kerja atau
temperatur akan mengubah emisi dengan faktor 8.

Tabel (5-2)Fungsi Kerja

Na 2,3 eV
K 2,2 eV
Ca 3,2 eV
Cs 1,8 eV
Ba 2,5 eV
Pt 5,3 eV
Ta 4,2 eV
W 4,5 eV

Keuntungan utama dari pers. (5-37) memperlihatkan ketergantungan secara


eksponensial pada temperatur, yang dihasilkan secara eksperimental. Nilai numerik
sesungguhnya biasanya lebih rendah dari yang diperkirakan melalui persamaan,
tetapi ini tidak terlalu mengejutkan dalam meninjau banyak penyederhanaan yang
diperkenalkan. Dalam kristal sesungguhnya  adalah fungsi temperatur, kondisi
permukaan dan arah sumbu kristalografi, dalam model sederhana tidak
diperhitungkan.

11
Ada satu hal lagi yang perlu didiskusikan, yang sungguh-sungguh diremehkan
sehingga kebanyakan buku teks menyebutkan pun tidak. Analisis kita adalah
sepotong logam dalam isolasi. Arus elektron yang diperoleh dalam pers (5-37)
adalah arus yang akan mulai mengalir jika bahan uji (sample) dipanasi secara tiba-
tiba ke temperatur T. Tetapi arus ini tidak akan mengalir dalam waktu lama, karena
elektron yang meniggalkan logam akan membuat logam tersebut bermuatan positip,
yang selanjutnya membuat elektron semakin sulit meninggalkan logam. Dengan
demikian rumus kita benar, bila kita mempunyai sedikit bantuan untuk mengisi
kembali elektron yang hilang karena emisi. Karena itu kita membutuhkan rangkaian
elektrik seperti dalam gambar (5-3a). Bersamaan dengan emisi elektron dari
potongan logam kita, elektron-elektron yang lain akan masuk dari rangkaian elektrik.
Arus yang mengalir dapat diukur dengan amperemeter.

Kelemahan dari rangakian ini adalah elektron yang bergerak ke elektroda akan
dipencarkan oleh molekul-molekul udara. Kita harus sungguh-sungguh
mengosongkan tempat antara emitter dan elektroda penerima, dengan membuat
konfigurasi anoda katoda dalam tabung hampa. Hal ini dinotasikan dalam gambar (5-
3b) oleh sampul yang diperlihatkan. Sekarang elektron bebas untuk mencapai anoda
tetapi juga bebas untuk berkumpul disekitar katoda. Hal ini lagi-lagi tidak baik, karena
dengan muatan negatipnya, elektron-elektron itu akan menolak banyak elektron
lainnya dan memutuskan pergerakan ke anoda dan kembali ke emiter. Dengan
demikian kita kembali tidak mengukur arus natural.

Untuk mencegah penumpukan elektron di depan katoda, tegangan dc dapat


diberikan ke anoda (gambar (5-3c); hal ini akan menghalau eletron-elektron yang
tidak diinginkan dari daeraha anoda – katoda. Ini adalah pengaturan yang digunakan
untuk mengukur arus termionik.

Kebutuhan yang akan dipenuhi oleh material katoda adalah perubahan yang cukup
besar untuk aplikasi-aplikasi khusus. Katoda harus mempunyai arus emisi yang
besar untuk pemakaian daya tinggi, dan umur pemakaian yang tinggi pada
pengulang kapal selam yang tetap menggunakan tabung elektron. Berbagai
kebutuhan ini secara mengagumkan dipenuhi oleh industri, bagaimana pun prestasi

12
ni tidak akan dilepaskan dari kekuatan ilmu pengetahuan. Untuk membuat katoda
yang baik adalah tetap merupakan seni dan seni misterius.

Pengumpul
elektron Ampmeter

A (a)
logam

(b)
A

Ruang
vacum Baterei

A (c)

Gambar (5-3). Tahapan pengukuran emisi termionik. A) Arus mengalir tetapi


dihalangi oleh molekul udara, b) Arus mengalir dalam ruang hampa
sampai membentuk awan muatan yang selanjutnya menolak elektron.
Pembacaan steady state ammeter jauh lebih kecil dari emisi total, c)
Dengan menggunakan baterei semua arus emisi terukur.

5.6. Efek Schottky


Sekarang kita akan memperbaiki model emisi termionik selanjutnya, dengan
mencakup :
a. Gaya bayangan
b. Medan elektrik

Ini sederhana dan konsekuensi yang sedikit lebih baik dari hukum elektrostatik
bahwa gaya pada elektron di depan sebuah plat konduktor tak berhingga diberikan
secara benar dengan menggantikan lembaran dengan muatan cermin
(partikel bermuatan positip dengan jarak sama dibelakang lembaran seperti yang
diperlihatkan pada gambar 5-4). Gaya antara dua muatan adalah
e2 1
F= (5-39)
4  (2 x) 2

13
dan energi potensial adalah integral gaya dari titik ‘x’ ke titik tak terhingga.

e2
V(x) =  F ( y )dy
x
=-
16  x
(5-

40)

Gambar 5-4. Teori muatan bayangan. Efek plat konduktor pada medan statis akibat
akibat partikel bermuatan ekivalen dengan muatan kedua yang
berlawanan, partikel dalam posisi cermin bayangan.

Dalam perhitungan diatas kita mengambil energi potensial nol pada x=∞ untuk
disesuaikan dengan konvensi elektrostatis, tetapi ingat bahwa nilai nol yang lalu
adalah untuk elektron valensi yang diam. Karena itu untuk konsistensi, kita harus
menggambar kembali diagram energi di dalam dan di luar logam seperti yang
diperlihatkan dalam gambar (5-5a). Jika kita melibatkan efek cermin muatan, maka
potensial barrier dimodifikasi menjadi seperti yang diperlihatkan pada gambar (5-5b).

xo
Energi

B
antarmuka Energi
logam-vacum
x

A
a b Ampmeter

Simpulan

V(x)=-ex

c d

14
Gambar 5-5. Efek Schottky. (a) Potensial pada logam dengan interface vacum, (b)
Perubahan potensial akibat medan muatan bayangan, (c) Potensial
akibat tegangan anoda yang diberikan dalam ruang hampa, (d) Medan
potensial total yang memperlihatkan penurunan potensial barrier
dibandingkan dengan (a).
Dengan ketiadaan medan elektrik perubahan dalam bentuk potensial barier secara
praktis tidak mempunyai efek sama sekali. Tetapi jika kita mempunyai medan
elektrik, koreksi yang kecil akibat cermin muatan menjadi cukup berarti.

Untuk kesederhanaan, mari kita meneliti kasus pada watu medan elektrik konstan.
Dalam keadaan tersebut,

V(x) = -eEx (5-41)

Seperti yang diperlihatkan dalam gambar (5-5(c). Jika medan elektrik ada dan cermin
muatan dimasukkan dalam perhitungan, maka potensial akan ditambahkan,
memberikan potensial barrier seperti dalam gambar (5-5(d). Jelas, ada keadaan
maksimum yang dapat dihitung dari kondisi

d  e2 
   ex   0 (5-42)
dx  16  x 
dan akan memberikan
1/ 2
e  
Vmaks = - e   (5-43)
   
4

Dengan demikian fungsi kerja efektif direduksi dari  ke

eff =  - e(e / 4  )


1/ 2
(5-44)

Dengan menyubsitusikan ke dalam pers. (5-37) maka diperoleh persamaan baru


untuk emisi termionik.

J = A (1  r )T 2 exp[{  e (e / 4  )} / kT ] (5-45)

Reduksi dalam nilai efektip dari fungsi kerja dikenal sebagai “ Efek Schottky”,
(Schottky Effect) dan dengan menggambarkan log J terhadap  1/2
akan

15
memberikan apa yang disebut “ Garis Schottky” (Schottky Line). Perbandingan
dengan hasil percobaan dalam gambar (5-6 memperlihatkan bahwa diatas nilai
tertentu dari medan elektrik hubungan sangat akurat. Tidak ada yang begitu
berkesan, meskipun dalam grafik jenis ini, konstanta secara umum ditepatkan untuk
memperoleh kurva teoritis dan kurva eksperimental . Tetapi itu tentu saja menyusul
dari gambar (5-6 bahwa hubungan fungsional antara J dan  1 / 2 adalah benar.

T=1566 K
log J

T=1437 K

Kurva teori
Percobaan

E1/2

Gambar (5-5). Pengujian eksperimental rumus Schottky (Pers. 5-45)

5.7. Emisi Medan

Seperti telah terlihat dalam bagian terdahulu, kehadiran medan elektrik


meningkatkan arus emisi karena lebih banyak elektron yang dibebaskan pada barrier
yang diturunkan. Jika kita menaikkan medan lebih lanjut, ke 10 -9 V.m-1, maka jalur
pembebasan yang baru terbuka. Elektron tidak lagi bergerak di atas potensial barrier
tetapi melalui terowongan elektron yang menerobos potensial barrier. Itu dapat
terlihat dalam gambar (5-7, bahwa jika medan elektrik cukup tinggi, barrier menjadi
tipis sehingga elektron dapat menembusnya. Ini disebut “Emisi Medan” (Field
Emission) dan secara praktis tidak tergantung pada temperatur.

Untuk menurunkan formula teoritis terhadap hal ini, kita harus mempertimbangkan
semua elektron yang bergerak ke arah permukaan dan menghitung probabilitas
penerobosannya (Tunneling Probability). Ini diturunkan dari bentuk potensial
barrier bahwa elektron dengan energi yang lebih tinggi dapat dengan mudah lewat,
tetapi ( pada temperatur biasa) hanya beberapa diantaranya; sehingga kontribusi

16
utama ke arus penerobosan datang dari elektron yang ditempatkan di sekitar Level
Fermi. Untuk elektron-elektron tersebut lebar barrier (lihat gambar (5-7) dapat
dihitung dari persamaan
- =  ex F (5-46)
dan tinggi potensial barrier yang dihadapi adalah eff. Karena itu, secara sangat
mendekati, kita dapat menyatakan keadaan ini dengan profil potensial dalam gambar
(5-8. Itu akan diperlihatkan (Latihan 3.7) bahwa arus penerobosan mendekati
perubahan eksponensial terhadap lebar barrier.
 (2m eff )1 / 2 
J  exp 
 h
xF 
 (5-47)
 

which, dengan bantuan pers. (5-46) direduksi ke


 (2m)1 / 2  eff 1 / 2 
J  exp  
 (5-48)
 he  
Faktor eksponensial dalam pers. (5-48) menyatakan suatu pendekatan yang amat
baik ke formula eksak, yang sayang sekali terlalu panjang untuk diperlihatkan. Perlu
diperhatikan bahwa peranan temperatur dalam pers. (5-37) dan (5-45) di sini diambil
alih oleh medan elektrik.

eff

EF

V=-eEx

Gambar 5-7. Dengan pemberian medan elektrik yang sangat tinggi, potensial barrier
menipis, sehingga dari pada bergerak diatas barrier, elektron pada
level Fermi dapat menerobos barrier.

Teori telah diperkuat dengan baik melalui eksperimen. Sebagian besar kesulitan
dalam perbandingan diperhitungkan ke dalam ketidakteraturan permukaan.
Kehadiran suatu bagian penonjolan sangat mengubah keadaan karena medan
elektrik lebih tinggi pada tempat-tempat itu. Ini adalah suatu kelemahan sepanjang
interpretasi pengukuran dipentingkan, tetapi eksistensi efek ini memungkinkan

17
penemuan suatu peralatan pintar yang dinamakan “ Mikroskop Emisi Medan “ (Field
Emission Microscope).

5.8. Mikroskop Emisi Medan

Bagian penting dari mikroskop emisi medan adalah suatu elemen yang sangat
tajam (dengan diameter ≈ 100 nm), yang ditempatkan dalam ruang yang
dikosongkan (gambar (5-9). Potensial dengan beberapa ribu volt diberikan antara
elemen (biasanya terbuat dari tungsten) dan anoda, yang membangkitkan pada
elemen medan eletrik yang cukup tinggi untuk menarik keluar elektron. Elektron yang
diemisikan mengikuti garis gaya dan menghasilkan gambar yang diperbesar
(pembesaran = r2/r1), dimana r2 = jari-jari layar dan r 1 = jari-jari elemen) pada layar
berpendar, karena pembesaran dapat sebesar 10 6, kita dapat berharap untuk melihat
perubahan periodik emisi elektron yang disebabkan struktur atom. Kegagalan untuk
mengamati hal ini dijelaskan dengan dua alasan; difraksi mekanika kuantum, dan
penyimpangan dari teori akibat komponen transversal yang acak dalam kecepatan
elektron pada waktu meninggalkan logam.
Layar fluorescent

Titik akhir 0 – 104 V


Power Supply
Ruang
vakum

Gambar 5-9. Skema prinsip mikroskop emisi medan

Keterbatasan yang baru saja disebutkan dapat diatasi dengan memasukkan helium
ke dalam ruang dan membalik polaritas potensial yang diberikan. Atom helium yang
segera berada disekitar elemen tungsten terionisasi karena medan eletrik yang besar
sehingga memperoleh muatan positip, dan bergerak ke layar. Baik difraksi mekanika
kuantum (ingat, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa)

18
dan kecepatan thermal acak sekarang lebih kecil, dengan demikian resolusi lebih
tinggi dan atom-atom secara terpisah tentu saja dapat dibedakan seperti pada
gambar (5-10. (Gambar (5-10 tidak ditampilkan). Perangkat ini, disebut mikroskop
ion medan ( Filed-ion microscope), adalah yang pertama dalam sejarah ilmu
pengetahuan yang membuat atom-atom terpisah dapat dilihat. Dengan demikian
hanya sekitar dua setengah milenium sesudah pengenalan konsep atom, terbukti
bahwa atom-atom itu dapat dilihat.

6.9 Efek Photoelektrik


Emisi elektron yang disebabkan oleh gelombang elektromagnetik disebut
“Efek photoelektrik”. Kata “photo” (Light dalam bahasa Yunani) perlu diperjelas,
karena efeknya pertama kali ditemukan dalam batas yang dapat dilihat. Yang
menarik ialah cahaya adalah penomena paling awal yang membuat keraguan paling
serius tentang kebenaran fisika klasik dan instrumen yang dibuat dari fisika kuantum.
Eksperimen dasar yang dilakukan diperlihatkan dalam gambar (5-11). Pada
waktu gelombang eletromagnetik datang, arus mulai mengalir antara elektroda.
Besarnya arus sebanding dengan masukan daya elektromagnetik, tetapi tidak ada
arus jika frekuensi tidak cukup tinggi untuk membuat

hω >  (5-49)
Ini mungkin tempat yang terbaik untuk memperkenalkan photon yang
merupak partikel ekivalen dari gelombang elektromagnetik. Setiap photon membawa
energi sebesar :
E = hω (5-50)

Elektron akan diemisikan bila energi ini lebih besar dari fungsi kerja. Dalam
gelombang elektromagnetik dengan daya P dan frekuensi ω jumlah photon yang
datang persatuan waktu adalah :
Nphoton = P/hω
Perhitungan arus secara terperinci tidak mudah sebab photon tidak
berkewajiban untuk memberikan energinya ke elektron. Seseorang harus
menghitung probabilitas pengalihan, yang berbeda pada permukaan dan bagian
dalam material. Persoalan sedikit agak komplek; kita tidak akan lebih dalam lagi ke

19
dalam teori ini. Itu dapat merupakan hiburan bagi anda bahwa engineer pertama
yang menggunakan dan mendisain photocell ( Alat yang tersedia secara komersial
dengan prinsip efek photoelektrik ) mengetahui lebih sedikit sekitar penggunaannya
dari pada yang anda lakukan.
6.10 Lampu Kristal Halogen

Filamen tungsten telah digunakan tidak hanya sebagai sumber elektron, tetapi
juga sebagai elemen radiator dalam bola lampu. Disain dasar telah berubah sedikit
selama beberapa ratus tahun terakhir sampai yang ada sekarang ketika lampu kristal
halogen dikembangkan. Keuntungan dari sampul kristal (ditambahkan dengan tepat
dengan molybdenum dalam proses yang terlindung) sehingga temperatur kerja yang
mungkin lebih tinggi dari sampul kaca biasa, demikian juga kita akan mendapatkan
efisiensi cahaya yang lebih baik (keluaran cahaya sebanding dengan T 4). Tetapi hal
ini saja tidaklah begitu bagus karena filamen tungsten telah sejak lama merupakan
contoh utama dari yang mengalami hukuman universal (menurut Hukum Sod dan
Murphy). Apa yang terjadi adalah, pada bagian tertentu dari filamen terjadi
pengaratan dan penipisan yang membuat resistansi lebih tinggi dan kemudian terjadi
pemanasan lebih. Dengan demikian tingkat penguapan lokal meningkat, dan
semakin menipis, dan kemudian terbakar. Sepintas lalu , cahaya menjadi seperti
lebih terang untuk beberapa detik sebelum terbakar, meskipun daya elektrik yang
digunakan kecil. Efek ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit gas halogen,
seperti clorine, ke dalam lampu selama proses. Uap tungsten sekarang dikonversi
menjadi clorida, yang cukup mudah menguap untuk meninggalkan sampul silika
panas yang transparan. Pada waktu molekul clorida menghantam bagian yang paling
panas, molekul-molekul itu terurai, mendepositkan tungsten dan membebaskan
clorine untuk mengambil bagian dalam reaksi selanjutnya. Tingkat deposit meningkat
seiring dengan temperatur, sehingga titik paling panas menipis , dan kerena itu
didinginkan. Proses feedback negatip menstabilkan lampu. Dengan demikian di
waktu mendatang jika anda menggunakan lampu kistal halogen.

5-11. Persambungan antara dua logam


Jika dua jenis logam dengan fungsi kerja yang berbeda terjadi kontak seperti
diperlihatkan dalam gambar (5-12), keadaan jelas tidak stabil. Elektron akan

20
menyeberang dari sebelah kiri ke kanan untuk menempati tingkat energi yang lebih
rendah yang tersedia. Tetapi dengan mneyeberangnya elektron, akan terjadi
kelebihan muatan positip pada sebelah kiri dan kelebihan elektron di sebelah kanan.
Konsekuensinya, medan elektrik dibangkitkan dengan polaritas yang menghambat
aliran elektron dari kiri ke kanan dan mendorong aliran elektron dari kanan ke kiri.
Keseimbangan dinamik dicapai jika jumlah elektron yang sama menyeberang dalam
kedua arah. Pada beda potensial berapa hal ini akan terjadi ? Solusi eksak dari
persoalan ini menjadi urusan statistik termodinamik. Solusinya cukup panjang, tetapi
ada jawaban, seperti yang sering dalam hal termodinamik akan sangat sederhana.

1 2

Gambar 5-12. Level Fermi dan fungsi kerja dua logam yang akan disambungkan.

Beda potensial antara kedua logam, yang disebut ‘potensial kontak’ ( Contact
Potensial ), sama dengan beda fungsi kerja antara dua logam, atau dalam istilah
yang lebih umum beda potensial dapat diperoleh dengan menyamakan level Fermi
pada bidang kontak kedua logam. Ini merupakan hukum yang benar untuk sejumlah
material dalam keseimbangan pada suatu temperatur.
Diagram energi yang dihasilkan diperlihatkan pada gambar (5-13. Beda
potensial antara yang timbul antara kedua logam adalah kenyataan . Jika kita
menempatkan elektron tambahan pada daerah kontak, maka elektron-elektron
tersebut akan mengalami gaya ke kiri. Beda potensial nyata, tetapi sayangnya itu
tidak dapat melakukan fungsi baterei. Mengapa? Karena dalam kehidupan nyata kita
akan tidak pernah memperoleh sesuatu dari tanpa sesuatu dan bagaimana pun,
mengeluarkan daya dari keadaan keseimbangan adalah melawan hukum kedua
termodinamika.

21
 2  1

1 2

Gambar 5-13. Beda potensial (  2  1 ) untuk dua logam yang disambung

22

Anda mungkin juga menyukai