Anda di halaman 1dari 61

1

KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR DALAM MENGGUNAKAN KONTRASEPSI AKDR DI DESA XXX

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi Negara-negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat (BKKBN, 2000). Dari data Statistik Asia Pasifik tahun 2008 TFR Indonesia masih

tergolong tinggi karena masih menduduki urutan terbesar ke 5 di Negaranegara ASEAN yaitu sebesar 2,38 per wanita dibanding dengan Brunei Darusalam 1,97 per wanita, Myanmar 1,95 per wanita, Vietnam 1,89 per wanita, Thailand 1,64 per wanita dan yang paling rendah adalah Singapura sebesar 1,07 per wanita. Dari data sensus tahun 2000 didapat penduduk Indonesia berjumlah 203,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan jumlahnya akan terus bertambah sesuai dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Laju pertambahan penduduk 1,49 % per tahun-artinya setiap tahun jumlah penduduk Indonesia bertambah 3-3,5 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian yang berarti atau tetap dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun, maka

jumlah tersebut pada tahun 2010 akan terus bertambah menjadi 249 juta jiwa atau menjadi 293,7 juta jiwa pada tahun 2015. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan menempati urutan ke-3 dalam pemakaian. Efektivitas pemakaian AKDR cukup tinggi yaitu mencapai 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama. Kontrasepsi AKDR pada 2 tahun terakhir menempati posisi paling tinggi diantara metode kontrasepsi jangka panjang khususnya yang non hormonal. Kontrasepsi AKDR mempunyai kelebihan antara lain praktis dan ekonomis, tidak harus mengingat seperti minum pil, tidak ada efek sistemik, mencegah kehamilan dalam jangka panjang (BKKBN, 2000). Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 jumlah akseptor KB aktif di Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 4.964.579. Alat kontrasepsi yang digunakan terbagi atas suntik 2.722.766 (54,84%), pil 865.518 (17,44%), implant 474.178 (9,55%), AKDR 470.508 (9,48%), MOW 295.582 (5,95) kondom 70.423 (1,42%) dan MOP 65.604 (1,32%). Kecamatan Xxx terdapat 12 Desa. Dari data kecamatan Jumlah akseptor AKDR yang paling banyak terdapat di Desa Xxx yaitu 13,84 % dari 1286 peserta KB aktif, kemudian Kramas 11,06 %, Sambiroto 11,03 %, Xxx 10,74 %, Sendang Mulyo 9,8 %, Meteseh 7,6 %, Jangli 5,17 %, Bulusan 5,09 %, Sendang Guwo 3,6 %, Tandang 2,66 %, dan yang paling sedikit di Rowosari yaitu 0,9 %. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang paling banyak digunakan di Desa Xxx adalah AKDR, dibanding Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang yang lain misalnya MOW sebanyak 116 (9,23%), MOP 13 (1,01%) dan implant 88 (6,84%). Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor- Faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR di Desa Xxx Kecamatan Xxx Kota Xxx.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR di Desa Xxx, Kecamatan Xxx, Kota Xxx ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR di Desa Xxx, Kecamatan Xxx, Kota Xxx.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik (Tingkat pendidikan, umur, paritas, tingkat

ekonomi) akseptor yang menggunakan kontrasepsi AKDR. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor AKDR.
c. Mengetahui dukungan suami terhadap akseptor dalam memilih

kontrasepsi AKDR.

D. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi kepada

masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR.
2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi profesi bidan dalam upaya peningkatan pelayanan KB khususnya AKDR dan penumbuhan motivasi bidan untuk berperan aktif dalam AKDR pada masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan

penggunaan

Sebagai referensi ilmiah untuk meneruskan penelitian selanjutnya dan pengembangan keilmuan tentang KB terutama kontrasepsi AKDR.
4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi peneliti tentang penelitian yaitu dengan mengaplikasikan teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah dan menambah pengetahuan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan AKDR.

E. Keaslian Penelitian Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Niken Yuandari dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi PUS tidak memilih Alkon IUD di Desa Petak Banteng, kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan jenis

penelitian deskriptif dan metode cross sectional tahun 2008 dengan jumlah sample 79 responden. Perbedaan dengan peneliti adalah judul peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan alat kontrasepsi AKDR di desa xxx kecamatan xxx kota xxx dengan jenis penelitian deskriptif sedangkan jumlah sample 36 responden, daerah penelitian adalah Xxx dan dilaksanakan pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Akseptor Akseptor adalah PUS (Pasangan Usia Subur) yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi atau mencegah kehamilan baik dengan obat, alat, maupun operasi untuk mengatur kehamilan (Saifudin, 2003). 2. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma (Wiknjosastro, 2003). Di Indonesia alat kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi program adalah pil, suntik, AKDR, implan dan kontap pria (BKKBN, 2003). Menurut Hartanto (2004) pelayanan kontrasepsi diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijakan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:
a. Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20

tahun dengan mengunakan kontrasepsi pil, kondom dan AKDR.

b. Fase menjarangkan kehamilan bagi PUS dengan usia istri 20 30 tahun

merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 4 tahun, dengan menggunakan kontrasepsi AKDR sebagai pilihan utama.
c. Fase menghentikan, mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Periode

umur diatas 30 35 tahun, sebaliknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Kontrasepsi AKDR

a. Pengertian AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga atau tembaga bercampur perak yang dapat berisi hormon. Waktu penggunaannya bisa mencapai 10 tahun (BKKBN, 2000). AKDR merupakan metode KB yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang. Haid menjadi lebih lama dan banyak. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual (IMS) (Prawirohardjo, 2003).
b. Cara Kerja

Menurut Prawirohardjo (2003) cara kerja AKDR adalah sebagai berikut:


1) 2)

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk tuba falopi Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilaasi
4) c.

Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus Jenis-Jenis AKDR

Menurut Maryani (2006) jenis-jenis AKDR antara lain adalah : 1) Copper T AKDR berbetuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilasi (anti pembuahan) yang cukup baik. 2) Copper 7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan, jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper T. 3) Multi Load AKDR ini terbuat dari plastik (polyethilen) dengan dua tangan kanan dan kiri berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas kebawah 3,6 cm. batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk

menambah efektifitas. Ada 3 ukuran Multi Load yaitu standar, small (kecil), dan mini. 4) Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelen, berbentuk seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dipasang pada ekornya. Lippes Loop terdiri atas 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B berukuran 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan 30 mm (benang tebal putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian spiral jenis ini adalah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
d. Pemasangan dan Pencabutan AKDR

1) Pemasangan Menurut Prawirohardjo (2003) untuk mengurangi resiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai berikut :
a) Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat

kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.

10

b) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
c) Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genetalianya

sebelum melakukan pemeriksaan panggul.


d) Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah

di disinfeksi tingkat tinggi atau di sterilisasi, atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai (disposible).
e) Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa seviks, usapkan

larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum tindakan.
f) Masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya. g) Gunakan teknik tanpa sentuh pada saat pemasangan AKDR

untuk mengurang kontaminasi kavum uteri.


h) Buang bahan-bahan terkontaminasi kain kassa, kapas dan sarung

tangan sekali pakai (disposible) dengan benar.


i) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai

ulang dalam larutan klorin 0,5 % setelah digunakan. 2) Pencabutan Walaupun jarang dikaitkan dengan infeksi panggul,

pencabutan AKDR harus dilaksanakan dengan hati-hati. Untuk mengurangi resiko pada petugas kesehatan selama pencabutan, tindakan pencegahan infeksi berikut perlu dilakukan.

11

a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
b) Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genetalianya

sebelum melakukan pemeriksaan panggul


c) Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah

di disinfeksi tingkat tinggi atau disterilisasi. Atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai (disposible).
d) Usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada

serviks dan vagina sebelum memulai tindakan. e) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5 % setelah digunakan.
e. Efek Samping

Kemungkinan terjadi kehamilan, ekspulsi dan beberapa efek samping lainnya hendaknya dijelaskan kepada pasien. Ekspulsi biasanya terjadi pada 3 6 bulan pertama, yang dapat sebagian atau seluruh AKDR. Ekspulsi dapat diketahui oleh pasien pada waktu memperhatikan darh haidnya. Pasien dapat pula diberi petunjuk cara meraba filamen sendiri sebelum senggama dan sesudah haid selesai (Prawirohardjo, 2003).

Beberapa efek samping yang ringan adalah sebagai berikut :

12

1) Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali dapat dilakukan

anesthesia parasevikal.
2) Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat

diatasi dengan memberikan spasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih kecil ukurannya.
3) Nyeri pelvik pemberian spasmolitikum dengan mengurangi keluhan

ini.
4) Semaput dapat terjadi pada pasien dengan predisposisi untuk keadaan

ini. Dapat diberikan atropine sulfas sebelum pemasangan, untuk mengurangi frekuensi bradikardia dan refleks vasovagal.
5) Perdarahan di luar haid 6) Darah haid lebih banyak

7) Sekret vagina lebih banyak


f. Kontra Indikasi

Menurut Saifuddin (2003) yang tidak boleh menggunakan AKDR : 1) 2) 3) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) Perdarahan vagina yang tidak diketahui Sedang menderita infeksi alat genital 4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik 5) 6) 7) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim Penyakit trofoblas yang ganas Diketahui menderita TBC pelvik

13

8) 9)

Kanker alat genital Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm Indikasi kontra mutlak pemakaian AKDR ialah kehamilan dan penyakit radang panggul aktif atau rekuren. Ada pula yang memasukkan sangkaan karsinoma serviks uteri, karsinoma korporis uteri termasuk pulasan papanicolou yang masih diragukan, serta paparan terhadap IMS sebagai indikasi Kontra mutlak. Indikasi kontra relative antara lain ialah tumor ovarium, kelainan uterus (miom, polip dan sebagainya), gonorea, servicitis, kelainan haid, dismenorea, stenosis kanalis servikal dan panjang kavum uteri yang kurang dari 5,5 cm (Prawirohardjo, 2003).

g. Yang dapat menggunakan AKDR ( saifuddin, 2003) : 1) Usia reproduktif 2) Keadaan nulipara 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui 6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeki 7) Resiko rendah dari IMS 8) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari 10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama

h. Keuntungan

14

Keuntungan AKDR (Saefuddin, 2003) ialah : 1) Sebagai kontrasepsi, efektivitas tinggi Sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan) 2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CUT 380 A dan

tidak perlu diganti) 4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat 5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6) Meningkat kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil 7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CUT 380 A)

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI 9) Dapat dipasangkan segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) 10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) 11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat 12) Membantu mencegah kehamilan ektopik i. Kerugian dari AKDR ada beberapa macam, yaitu :
1) Dapat keluar sendiri jika ukuran AKDR tidak cocok dengan ukuran

rahim pemakai (BKKBN, 2000) 2) Kerugian yang didapat dari efek samping pada AKDR pada umunya (Saifuddin, 2003) ialah :

15

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan) b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

d) Saat haid lebih sakit e) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan f) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia g) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
h) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS

i) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan j) Penyakit radang panggul terjadi setelah sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR PRP dapat memicu infertilitas k) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan pemasangan
l) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

AKDR.

Seringkali

perempuan

takut

selama

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 2 hari


m) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

n) Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR

16

o) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan) p) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal q) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. j. Waktu penggunaan AKDR 1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien

tidak hamil 2) 3) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi (MAL) 4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)

apabila tidak ada gejala infeksi 5) Setelah 1-5 hari setelah senggama yang tidak terlindungi

k. Petunjuk bagi klien 1) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR 2) Selama bulan pertama menggunakan AKDR periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid

17

3) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami: a) Kram/kejang di perut bagian bawah
b) Perdarahan atau spotting di antara haid atau setelah senggama

c) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual 4) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan 5) Kembali ke klinik apabila: a) Tidak dapat meraba benang AKDR b) Merasakan bagian keras dari AKDR c) AKDR terlepas d) Siklus terganggu/meleset e) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan f) Adanya infeksi
4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Pemilihan alat kontrasepsi merupakan salah satu wujud masyarakat

dalam menentukan status kesehatan bagi ksejahteraan keluarga. Dalam status kesehatan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah perilaku. Menurut Lawrence Green, dalam Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang melatarbelakangi perilak kesehatan dibagi tiga, yaitu predisposing factors, enabling factors, dan reinforcing factors.

18

a. Faktor predisposisi atau predisposing factors, yaitu kecenderungan

khusus daerah penerimaan atau penolakan sesuai dengan pengalaman atau norma yang dimilikinya. 1) Pengetahuan Yaitu wawasan yang diperoleh secara formal maupun nonformal. Secara formal didapatkan dari pendidikan yang merupakan tingkat dasar dari pengetahuan. Pendidikan berhubungan positif terhadap pengetahuan dalam pengambangan sikap dan ketrampilan, sedangakan secara informal didapatkan dari pengalaman. Dengan modal pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur tidak memiliki alat kontrasepsi AKDR (Notoatmodjo, 2003).
2)

Pendidikan Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

3)

Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. Sebagai Negara berkembang indonesia menghadapi

19

berbagai masalah, diantaranya kemiskinan yang merupakan malapetaka manusia yang paling kejam. Kemiskinan dalam lingkungan keluarga semakin besar karena tidak terkendalinya kelahiran sehingga jumlah anak menjadi banyak yang tidak mampu diatasi oleh perkembangan sosial ekonomi. Oleh karena itu tujuan akhir pembangunan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Indonesia sebagai Negara Berkembang mengatasi masalah kemiskinan dan tingganya kematian ibu dan perinatal tidak mungkin hanya dilakukan dengan meningkatkan pembangunan di segala bidang tetapi harus dibarengi dan diimbangi dengan pelaksanaan KB. Sosial ekonomi yang rendah menjadikan kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental fisiknya untuk memenuhi kebutuhan ( BKKBN, 1999). 4) Umur Adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai ulang tahun. Usia subur atau reproduksi adalah dimana seorang wanita mulai mendapatkan menstruasi pertama dengan artian sudah terjadi ovulasi sampai dengan menopause. Umumya usia subur di Indonesia berkisar antara 15 49 tahun (BKKBN, 2001) Umur kurang dari 20 tahun merupakan fase menunda kehamilan. Umur 20-30 tahun merupakan fase menjarangkan kehamilan.

20

Umur 30-35 tahun merupakan fase menghentikan, mengakhiri kehamilan atau kesuburan. 5) Paritas Paritas adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu serta status feminitas kehamilan tersebut. Menurut Hartanto (2003) masa menjarangkan kehamilan yaitu periode usia antara 20 35 tahun. Periode tersebut merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan dan kontrasepsi KB AKDR. 6) Kepercayaan Kepercayaan di sini terkait dengan mitos atau anggapan yang keliru dari ibu dan masyarakat tentang KB AKDR. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan ntnpa ada pembuktian terlebih dahulu ( Notoatmodjo, 2003 ). Mitos atau anggapan tersebut antara lain : a) Ibu merasa takut sehubungan dengan dimasukannya benda asing ke dalam tubuh b) Ibu merasa takut jika AKDR akan mengganggu kenyamanan saat berhubungan seksual c) Ibu merasa takut apabila suatu saat AKDR akan keluar sendiri
7) Nilai, yaitu konsep dasar mengenai apa yang dipandang dan

diinginkan.

21

8) Sikap yaitu evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, objek atau isu-isu.


b. Faktor Pendukung / Pemungkin

Faktor pemungkin adalah yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah ketersediaan fasilitas dari petugas kesehatan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan hal penting dalam munculnya perilaku seseorang dibidang kesehatan. Betapapun positifnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan tidak akan muncul (Maryani, 2006)
c. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat atau kadang memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapat, dukungan suami dan kaluarga. Kritik baik dari teman sekerja, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan sendiri juga berpengaruh meskipun tidak sebesar pengaruh dari suami dan keluarga.

22

1) Dukungan Dari Suami

Menurut Friedman (1998) dikutip oleh Endar (2006) dukungan suami dianggap melemahkan dampak stress dan secara langsung memperkokoh kesehatan mental individu dan keluarga. Keberadaan dukungan yang adekuat terbukti berhubungan status kesehatan yaitu timbulnya suatu motivasi yang mengarah pada perilaku tertentu. Bentuk dukungan dari suami dapat berupa persetujuan suami pada ibu untuk menggunakan AKDR.
2) Dukungan Dari Keluarga

Keluarga

dianggap

lebih

pengalaman

dan

mempunyai

pengetahuan yang lebih luas tentang KB terutama AKDR. Selain itu rasa penghormatan yang sangat tinggi kepada keluarga.sehingga anjuran dan pendapat mengenai alat kontrasepsi terutama AKDR dari keluarga sangat berpengaruh dalam memilih alat kontrasepsi ini (Ascar, 2006).

23

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan yang telah dipaparkan, dihasilkan kerangka teori sebagai berikut : Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Ekonomi 4. Umur 5. Paritas 6. Kepercayaan 7. Nilai 8. Sikap

Faktor Pemungkin 1. Informasi media massa 2. Jarak ke tempat pelayanan

Perilaku

Faktor Penguat Dukungan suami dan keluarga

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2003.

24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Faktor faktor yang mempengaruhi Akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR : 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Ekonomi 4. Umur 5. Paritas 6. Dukungan suami Gambar 2. Kerangka Konsep

B. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yang akan diteliti yaitu single variable ( Variabel Tunggal ). Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR.

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah batasan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati dan diteliti (Notoatmodjo, 2005 ).

24

25

1. Tingkat Pengetahuan Adalah kemampuan responden dalam memahami dan menjawab pertanyaan tentang AKDR, yang akan diajukan oleh peneliti 15 pertanyaan terdiri dari pengertian, lama pemakaian, tempat pemasangan, kunjungan ulang, waktu pemasangan, keuntungan, efek samping, dan kontra indikasi. Menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur ordinal. Dikategorikan sebagai berikut (azwar, 2007) :
a. b. c.

Baik

: 76%-100%

Cukup : 56%-76% Kurang : <55%

2. Tingkat Pendidikan Adalah lama pendidikan formal baik negeri maupun swasta responden yang diukur tingkatannya melalui pendidikan yang pernah ditempuh berdasarkan kelas terakhir atau diperoleh ijazah, Menggunakan alat ukur kuesioiner dan skala ukur ordinal. Dikategorikan sebagai berikut :
a. Pendidikan Dasar b. Pendidikan Menengah : SMA c. Pendidikan Tinggi

: SD - SMP

: Perguruan tinggi(D1,D3 atau sederajat)

3. Tingkat Ekonomi Adalah keadaan ekonomi bila diukur dangan jumlah rupiah, pendapatan rata-rata perbulan dan dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur nominal. Untuk keperluan deskriptif maka dikelompokan berdeasarkan UMR Kabupaten Xxx sebagai berikut :

26

a. Di atas UMR b. Di bawah UMR

: > Rp.960.000,00/ bulan : < Rp. 960.000,00/ bulan

4. Umur Adalah jumlah tahun yang sudah dilampaui sampai ulang tahun terakhir yang dihitung dalam tahun Menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur nominal. Dikategorikan sebagai berikut :
a. < 20 Tahun

: Usia reproduksi muda : Usia reproduksi sehat : Usia reproduksi tua

b. 20-35 Tahun
c. >35 Tahun

5. Paritas Adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan dari seorang wanita termasuk yang meninggal. Menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur nominal. Dikategorikan sebagai berikut :
a.

Primipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup

untuk pertama kali


b.

Multipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi viabel

beberapa kali ( sampai 5 kali)


c.

Grande multipara :Wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup atau mati

27

6. Dukungan Suami dan Keluarga

Adalah partisipasi suami dan keluarga responden dalam memilih alat kontrasepsi. Menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur ordinal, diajukan oleh peneliti terdiri dari 6 pertanyaan yang dinilai jika jawaban ya dinilai 1 jika jawaban tidak dinilai 0. Dikategorikan sebagai berikut :
a. b.

Mendukung Tidak Mendukung

: Skor 4 - 6 : Skor 0 3

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup di sini menjelaskan bahasan penelitian yang dilakukan.


1. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup di dalam penelitian ini adalah bidang ilmu kebidanan Keluarga Berencana.
2. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah

faktor-faktor yang

menggambarkan akseptor dalam memilih alat kontrasepsi AKDR.


3. Ruang Lingkup Sasaran

Ruang lingkup sasaran dalam penelitian ini adalah akseptor AKDR.


4. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian adalah di Desa Xxx, Kecamatan Xxx.
5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 11-15 juli 2010.

28

E. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena disajikan secara apa adanya dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu tidak diperlukan suatu hipotesa untuk membandingkan (Nursalam, 2003 dan Notoatmodjo, 2002). Dalam hal ini peneliti hanya membuat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam menggunakan kontrasepsi AKDR.

F. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor AKDR di Desa Kedungmundu, Kecamatan Xxx yang berjumlah 178 akseptor. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 36 akseptor diperoleh dari 20% dari total populasi. Untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus 20 25% dari total populasi (Arikunto, 2006). Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti :
a. Akseptor AKDR yang sudah menikah b. Akseptor AKDR yang bersedia menjadi responden

29

c. Akseptor AKDR yang bertempat tinggal di desa Xxx

d. Akseptor AKDR yang menggunakan AKDR kurang dari 1 tahun Kriteria Eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diteliti (Nursalam, 2005). 3. Teknik Sampling Teknik sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk mewakili populasi (Arikunto, 2002). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive Sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang lebih dikenal sebelumnya

(Notoatmodjo, 2005)

G. Instrumen Penelitian Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari :
1. Bagian pertama (bagian A) : kuesioner untuk mengetahui karakteristik dari

responden
2. Bagian kedua (bagian B) : Kuesioner untuk menggali tingkat pengetahuan

tentang alat kontrasepsi AKDR yang terdiri dari 15 pernyataan. Menggunakan pernyataan favorable berjumlah 7 soal yang terdapat pada soal nomor 1, 7, 8, 9, 11, 12, 15, apabila jawaban benar nilainya 1 dan jawaban salah nilainya 0, sedangkan pertanyaan unfavorable berjumlah 8

30

soal yang terdapat pada soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 13, 14, apabila jawaban benar nilainya 0 dan jawaban salah nilainya 1.
3. Bagian ketiga (kuesioner C) : Kuesioner tentang dukungan suami yang

terdiri dari 6 pertanyaan apabila jawaban ya nilainya 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Dalam kuesioner ini peneliti mengadopsi dari penelitian sebelumnya dan dilakukan modifikasi kembali sehingga perlu dilakukan uji validitas dan uji reabilitas kembali. Uji validitas dan reabilitas dilakukan di desa sambiroto pada 20 responden.

H. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi kuesioner yang diberikan kepada responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Pengajuan ijin kepada pudir 1 Akademi Kebidanan Karsa Mulia Xxx

2. Mengajukan surat ijin ke kesbanglitmas


3. Mengajukan ijin ke Desa Kedungmundu, kecamatan Xxx, Kota Xxx.

4. Meminta bantuan kader untuk menunjukan akseptor AKDR. 5. Peneliti mendatangi dari rumah ke rumah responden untuk mengisi kuesioner.
6. Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti memberikan informasi

singkat tentang tujuan dan manfaat penelitian kepada responden.

31

7. Peneliti meminta kepada responden yang setuju berpartisipasi dalam

penelitian untuk mengisi seluruh pertanyaan yang tersedia dalam kuesioner.


8. Peneliti mendampingi responden untuk mengisi kuesioner sampai

selesai dan menjelaskan apabila ada item pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden. Selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan data di tempat pengambilan data agar kekurangannya dapat segera dilengkapi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Diperoleh secara langsung dari responden dengan mengisi kuesioner yang diberikan kepada responden, yang meliputi karakteristik responden dan dukungan suami dan keluarga. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari Desa Xxx, kecamatan Xxx yang meliputi data tentang jumlah peserta KB aktif. Cara mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendatangi ke rumah dan menyerahkan alat ukur berupa kuesioner yang berisi tentang tingkat pengetahuan yang berjumlah 15 pertanyaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, umur, paritas, dan dukungan suami dan keluarga yang berjumlah 6 pertanyaan.

32

Menurut Notoatmodjo (2003) angket adalah suatu cara atau suatu penelitian mengenai suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya menyangkut kepentingan umum atau orang banyak. Selama pengisian kuesioner, peneliti berada tidak jauh dari responden, agar dapat memberikan petunjuk pengisian bila ada hal yang tidak atau kurang dimengerti. I. Metode Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data
a. Memeriksa (Editing)

Data yang terkumpul diperiksa satu per satu. Hal ini untuk mengecek apakah terjadi kekurangan dan kesalahan pengisian blangko atau kerusakan data.
b. Memberi Tanda Kode (coding)

Langkah kedua adalah memberi kode pada setiap variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Hal ini penting dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data adalah komputer program SPSS (Statistica package for social sciencce)
c. Tabulasi Data (Tabulating)

Setelah melalui langkah editing dan coding, maka perlu dilakukan tabulasi data. Peneliti membuat tabel-tabel bantu, grafik atau diagram untuk mengelompokan data.
d. Entry data

33

Entry data adalah proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisa data. e. Cleaning Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah tidak dipakai. 2. Analisa Data Analisa deskriptif ini digunakan untuk memaparkan data dengan cara menyajikan dalam bentuk tabel, gambar maupun grafik, sehingga sifat sifat data dapat terlihat. Setelah jawaban dari kuesioner diisi lalu dilakukan analisa data dengan cara melakukan prosentase studi deskriptif penggunaan alat kontrasepsi AKDR dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2002). Analisa data ini dengan cara distribusi frekuensi :

Keterangan : X f n : Hasil Prosentase : Frekuensi Hasil Pencapaian : Jumlah Skor Tertinggi Dalam penelitian untuk menganalisis statistik dengan menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS.

J. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

34

Alat pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan pertanyaan yang diajikan secara tertulis kepada seseorang atau sekumpulan orang mendapat jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan untuk penelitian.
1. Uji Validitas

Untuk menguji validitas maka dilakukan dengan perhitungan korelasi antara masing masing pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment yang rumusnya sebagai berikut :

R=

{ NX

N( XY) - ( X Y)
2

( X )

} { NY

( Y )

Keterangan : N : Jumlah Teruji R : Korelasi antara Dua Variabel yang Dikorelasikan X : Skor Butir Y : Skor Total Menurut Sugiyono (2005) keputusan ujinya adalah : Untuk menilai pertanyaan kuesioner valid atau tidaknya tergantung dari tarif signifikansi ( r tabel ) yang diinginkan dalam penelitian yaitu 5% ( 0,05 ).Bila rhitung lebih besar dari rtabel artinya variabel tersebut valid, Bila rhitung lebih kecil dari rtabel artinya variabel tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap tingkat pengetahuan akseptor tentang AKDR dan dukungan suami terhadap pemilihan AKDR

35

sebanyak 21 peryataan melalui uji kuesioner terhadap 20 responden di desa sambiroto, di dapatkan r hitung pada seluruh pernyataan (21 pernyataan) r hitung > r tabel (0,444). Nilai r hitung (Corected Item-Total Correlation) pada rentang 0,529 sampai 0,824, sehingga semua pernyataan tersebut valid dan bisa digunakan.
2. Uji Reabilitas

Pengukuran reabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistency yaitu melalui uji coba instrument kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2005). Teknik yang digunakan untuk menguji reabilitas adalah teknik alfa cronbach dengan rumus : r11
2 k b 1 2 = ( k 1) t

Keterangan : r11 k
b
2

= Rreliabilitas Instrumen = Banyaknya Butir Pertanyaan atau Banyaknya Soal = Jumlah Varians Butir = Varians Total Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dengan membandingkan

nilai r tabel dengan alpha. Pernyataan dikatakan reliabel dengan ketentuan bila alpha lebih besar dari pada r tabel (0,6). Untuk menngetahui reabilitas dengan cara membandingkan nilai tabel dan hasil. Bila alpha hitung > alpha tabel pertanyaan tersebut reliabel.

36

Berdasarkan uji reabilitas tingkat pengetahuan dan dukungan suami diperoleh nilai cronbach alpha (0,939 > 0,6), sehingga kuesioner dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.

K. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengajukan permohonan ijin ke Desa Xxx, Kecamatan Xxx, Kota Xxx. Kemudian peneliti memberi kuesioner pada akseptor yang menggunakan alat kontrasepai AKDR di Desa Xxx Kuesioner yang diberikan responden dan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan ( inform consent )

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama mengumpulkan data dan akeptor KB yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan dan mengikuti penelitian lebih lanjut.
2. Tanpa Nama ( anonymity )

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, responden tidak diharuskan untuk mencantumkan nama-nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam inisial huruf. Lembar tersebut hanya diberi kode nomor tertentu.

37

3. Kerahasiaan Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh respopnden (Alimul, 2003)

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data dilakukan pada 11-15 juli tahun 2010 di

Desa

Xxx,

Kecamatan Xxx, Kota Xxx. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 36 eksemplar dan kembali 36 eksemplar (100%), semua eksemplar kuesioner dapat diterima penaliti karena responden sudah mengisi kuesioner dengan lengkap. A. Hasil

1. Karakteristik Responden menurut umur

Setelah dilakukan penelitian dan terkumpul data, maka data tersebut ditabulasi dan dianalisa ke dalam tabel. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No 1. 2. 3. Umur Kurang dari 20 tahun 20 35 tahun Lebih dari 35 tahun Total Sumber : Data Primer Jumlah 5 29 2 36 Persentase 13,9% 80,6% 5,6% 100%

Berdasarkan tabel 4.1. diatas maka didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar umur ibu 20 35 tahun sebanyak 29 responden (80,6%), selanjutnya umur kurang dari 20 tahun sebanyak 5 responden (13,9%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden (5,6 %).

2. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

39

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No 1. 2. 3. Pendidikan Pendidikan dasar (SD-SMP) Pendidikan menengah (SMA) Jumlah 10 22 4 36 Persentase 27,8% 61,1% 11,1% 100%

Pendidikan tinggi (D1-S2/S3) Total Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2. diatas maka didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar pendidikan responden adalah pendidikan menengah sebanyak 22 responden (61,1%), selanjutnya pendidikan dasar sebanyak 10 responden (27,8%) dan pendidikan tinggi sebanyak 4 responden (11,1 %). 3. Karakteristik responden menurut tingkat ekonomi Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ekonomi Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No 1. 2. Ekonomi Diatas UMR (> Rp.960.000) Jumlah 25 11 36 Persentase 69,4% 30,6% 100%

Dibawah UMR (< Rp.960.000) Total Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.3. diatas maka didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar ekonomi responden adalah diatas UMR (>Rp.960. 000,-) sebanyak 25 responden (69,4 %) dan dibawah UMR (< Rp. 960.000,-) sebanyak 11 responden (30,6 %). 4. Karakteristik responden menurut paritas Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No Paritas Jumlah Persentase

40

1. 2. 3.

Primipara Multipara

8 27 1 36

22,2% 75,0% 2,8% 100%

Grande multipara Total Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.4. diatas maka didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar paritas responden adalah multipara sebanyak 27 responden (75 %), selanjutnya primipara sebanyak 8 responden (22,2 %) dan grande multipara sebanyak 1 orang (2,8 %). 5. Tingkat pengetahuan akseptor AKDR terhadap kontrasepsi AKDR Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No 1. 2. 3. Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total Sumber : Data Primer Jumlah 4 24 8 36 Persentase 11,1 % 66,7% 22,2% 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka didapatkan distribusi frekuensi pengetahuan ibu sebagian mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 responden (66,7%), selanjutnya pengetahuan baik sebanyak 8 responden ( 22,2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (11,1%). Tabel 4.6 Sebaran Jawaban Tingkat Pengetahuan Responden tentang AKDR No. 1. 2. f AKDR adalah alat kontrasepsi 36 yang dimasukan ke dalam rahim AKDR termasuk alat 36 kontrasepsi yang angka kegagalannya tinggi Pertanyaan Benar % 100 100 Salah % 0 0 f 0 0 Total 36 36

41

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Pemasangan AKDR hanya dapat dilakukan di rumah sakit AKDR merupakan alat kontrasepsi jangka pendek kurang dari 1 tahun Setelah pemasangan AKDR tidak perlu melakukan kunjungan ulang atau kontrol AKDR akan mempengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui Kerja berat tidak mempengaruhi penggunaan AKDR Pemasangan AKDR dilakukan pada saat menstruasi Kesuburan akan cepat kembali jika AKDR dilepas Wanita yang sedang menderita TBC boleh menggunakan alat kontrasepsi AKDR Selama pemakaian AKDR akan terjadi keputihan Efek samping AKDR bisa menyebabkan nyeri setelah pemasangan Rasa nyeri setelah pemasangan AKDR tidak diberi obat AKDR tidak boleh digunakan pada wanita yang sudah mempunyai anak Alat kontrasepsi AKDR tidak mengganggu hubungan suami istri

31 30 28 26 21 18 14 12 14 23 27 33 35

86,1 83,3 77.8 72,2 58,3 50 38,9 33,3 38,9 63,9 75 91,7 97,2

5 6 8 10 15 18 22 24 22 13 9 3 1

13,9 36 16,7 36 22,2 36 27,8 36 41,7 36 50 36

61,1 36 66,7 36 61,1 36 36,1 36 25 8,3 2,8 36 36 36

6. Dukungan suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi AKDR Tabel 4.7. Sebaran Jawaban Dukungan Suami Responden Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi AKDR No. 1. Benar f % Apakah suami ibu membantu 32 88,9 Pertanyaan Salah Total f % 4 11,1 36

42

2. 3.

4.

5. 6.

dalam pemilihan alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu mengetahui tentang alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu menganjurkan untuk menggunaknan alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu mengantar ibu ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya KB? Apakah suami ibu bersedia membiayai untuk pemasangan AKDR? Apakah suami ibu mengetahui jadwal kontrol ibu setelah pemasangan AKDR?

28 21

77,8 88,9

8 15

22,2 36 41,7 36

23

63,9

13

36,1 36

28 32

77,8 88,9

8 4

22,2 36 11,1 36

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami yang Menggunakan Alat Kontrasepsi AKDR No 1. 2. Dukungan suami dan keluarga Mendukung Tidak mendukung Total Sumber : Data Primer Jumlah 22 14 36 Persentase 61,1% 38,9% 100%

Berdasarkan tabel 4.6. diatas maka didapatkan distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga sebagian besar mendukung penggunaan alat kontrasepsi AKDR sebanyak 22 responden (61,1%) dan tidak mendukung sebanyak 14 responden (38,9%). 7. Tingkat pengetahuan berdasarkan umur responden Tabel 4.9 tabel silang tingkat pengetahuan berdasarkan umur responden

43

No 1. 2.

Kelompok Umur < 20 tahun

Baik 2 5,6% 6

Pengetahuan Cukup Kurang 2 1 5,6% 20 56,6% 2 5,6% 2,8% 3 8,3% 0 0% 4

20-35 tahun 16,7% 0

3.

> 35 tahun

0%

8 24 Jumlah Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 29 responden (80,6%) yang terdiri dari 20 responden (56,6%) berpengetahuan cukup, terdapat 6 responden (16,7%) berpengetahuan baik dan sisanya 3 responden (8,3%) berpengetahuan kurang.

8. tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan responden Tabel 4.10 tabel silang tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan No 1. Tingkat Pendidikan Dasar Baik 1 (2,8%) Pengetahuan Cukup Kurang 8 1 (22,2%) (2,8%)

44

3 2. 3. Menengah (8,3%) 0 Tinggi Jumlah Sumber : Data Primer yang Diolah (0%) 4

14 (39,8%) 2 (5,6%) 24

5 (13,9%) 2 (5,6%) 8

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagian besar responden berpendidikan menengah, yaitu 22 responden (61,1%) dengan tingkat pengetahuan cukup, 14 responden (38,9%) terdapat 5 responden (13,9%) berpengetahuan baik, dan 3 responden (8,3%) berpengetahuan kurang. 9. Distribusi pengetahuan berdasarkan tingkat ekonomi Tabel 4.11 tabel silang tingkat pengetahuan berdasarkan ekonomi No 1. Pendapatan Di Atas UMR Di Bawah UMR Jumlah Baik 2 (5,6%) 2 (5,6%) 4 Pengetahuan Cukup Kurang 17 6 (47,2%) 7 (19,4%) 24 (16,7%) 2 (5,6%) 8

2.

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden mempunyai pendapatan di atas UMR, yaitu sebanyak 25 responden (69,4%) yang terdiri atas 17 responden (47,2%) berpengetahuan cukup, terdapat 6 responden (16,7%) berpengetahuan baik, dan 2 responden (5,6%) berpengetahuan kurang. 10. Distribusi pengetahuan berdasarkan paritas

45

Tabel 4.12 tabel silang tingkat pengetahuan berdasarkan paritas No 1. 2. 3. Paritas Primipara (2,8%) 3 Multipara Grande multipara (8,3%) 0 (52,2%) 1 (2,8%) 24 (13,9%) 0 (0%) 8 (11,1%) 19 (8,3%) 5 Baik 1 Pengetahuan Cukup Kurang 4 3

(0%) 4 Jumlah Sumber : Data Primer yang Diolah

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden mempunyai anak 1-5, yaitu sebanyak 27 responden (75%) yang terbagi atas 19 responden (52,8%) berpengetahuan cukup, terdapat 5 responden (13,9%) berpengetahuan baik, dan 3 responden (8,3%) berpengetahuan kurang.

B.

Pembahasan 1. Umur Berdasarkan tabel 4.1 maka didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar umur ibu 20 35 tahun sebanyak 29 responden atau 80,6%, selanjutnya umur kurang dari 20 tahun sebanyak 5 responden atau 13,9% dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden atau 5,6%.

46

Umur merupakan satuan waktu yang mengukur suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun mati (Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (2008). Menurut ahli, umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko serta sifat retensi. Perbedaan pengalaman terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor, 2000). Umur sangat menentukan kepekaan seseorang dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dari seorang ibu. Menurut BKKBN (2003) umur 20-35 tahun tujuan penggunaan alat kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kehamilan dan syarat kontrasepsi yang diperlukan untuk wanita seusia ini adalah efektifitas tinggi, reversibilitas cukup tinggi (kemampuan mengembalikan kesuburan tinggi) hal ini juga didukung oleh Hartanto (2003) yang menjelaskan bahwa periode umur tersebut merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan melahirkan sehingga AKDR merupakan pilihan yang paling tepat. Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur antara 20 35 tahun, merupakan usia paling banyak dari penelitian karena usia ini adalah usia produktif dalam sebuah keluarga disamping itu sebagian ibu di Desa Kedungmundu ini adalah keluarga muda yang berusia antara 20 35. 2. Pendidikan

47

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar pendidikan responden adalah pendidikan menengah sebanyak 22 responden atau 61,1%, selanjutnya pendidikan dasar sebanyak 10 responden atau 27,8% dan pendidikan tinggi sebanyak 4 responden atau 11,1% Menurut Budioro (2002) pendidikan adalah suatu proses perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengertian lebih baik terhadap pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah masalah kesehatan yang sedikit banyak diajarkan di tempat tempat pendidikan. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dapat dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, dan memberikan kesadaran kepada masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Ibu dengan pendidikan rendah, tidak akan mengerti informasi mengenai faedah dan manfaat dari alat kontrasepsi dalam rahim sehingga karena kurangnya pendidikan yang diterima dalam lingkup reproduksi maka biasanya mereka enggan kalau menggunakan alat kontrasepsi AKDR dengan alasan mereka takut harus melakukan operasi pemasangan alat kontrasepsi AKDR. Berbeda dengan responden yang mempunyai pendidikan menengah sampai dengan pendidian tinggi, dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh oleh ibu maka ibu akan

48

mempertimbangkan baik dan buruknya alat kontrasepsi AKDR dan selanjutnya mereka baru memutuskan. Apabila alat kontrasepso ini dapat memberikan manfaat kepada ibu yang lebih baik maka tentu ibu akan segera menggunakan alat kontrasepsi ini. Dengan pendidikan seseorang maka kemudahan dalam menerima informasi tentang kontrasepsi AKDR akan semakin mudah.
3. Tingkat Ekonomi

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar ekonomi responden adalah diatas UMR (>Rp. 960.000,-) sebanyak 25 responden atau 69,4% dan dibawah UMR (< Rp. 960.000,-) sebanyak 11 responden atau 30,6% Status ekonomi erat hubunganya dengan penghasilan yang diterima oleh seorang ibu, sementara penghasilan erat hubungannya dengan pekerjaan yang merupakan perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau hal mencari penghasilan atau nafkah (Amran YS, 2000). Dengan bekerja maka seseorang akan mempunyai penghasilan, dan dengan penghasilan yang layak tersebut maka seseorang akan semakin matang dalam menentukan alat kontrasepsi. Seorang ibu akan bekerja karena beberapa alasan, tetapi yang sering menjadi alasan adalah alasan pemenuhan kebutuhan finansial. Yang dimaksud bekerja disini adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang ibu yang dilakukan secara rutin dan memperoleh imbalan.

49

Dari hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai penghasilan diatas UMR atau Rp. 960.000,- dengan penghasilan yang melebih kapasitas hidup masyarakat tentunya mempunyai tingkat kehidupan yang lebih baik lagi dibandingkan dengan responden yang berpenghasilan dibawah UMR. Hasil ini menunjukan bahwa kegiatan ekonomi merupakan suatu persoalan yang berhubungan erat dengan daya upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat. Pendapatan keluarga juga merupakan suatu alasan yang harus dipertimbangkan seseorang dalam memanfaatkan fasilitas dan pelayanan kesehatan. Pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi termasuk salah satu diantaranya adalah AKDR. Biaya menjadi salah satu pertimbangan dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan dalam hal ini pemakaian AKDR. Biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan kesehatan (BKKBN, 2005). Sehingga jelas bahwa pendapatan sangat berperan sangat berperan dalam menggunakan AKDR karena berhubungan dengan status

kesejahteraan dan pola pemenuhan kebutuhan dalam keluarga. 4. Paritas Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan distribusi frekuensi sebagian besar paritas responden adalah multipara sebanyak 27 responden atau 75%, selanjutnya primipara sebanyak 8 responden atau 22,2% dan grande multipara sebanyak 1 orang atau 2,8%.

50

Menurut Winkjosastro (2002) paritas merupakan banyaknya kelahiran yang telah dialami oleh seorang wanita selama hidupnya. Paritas dibedakan menjadi primpara yaitu seorang wanita uang baru melahirkan untuk pertama kalinya, multipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan beberapa kali biasanya 2 5 kelahiran dan grandemultipara yaitu seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari 5 kali. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika harus memilih menggunakan alat kontrasepsi yang sebetulnya disebabkan karena tidak tahu mana alat kontrasepsi yang benar atau yang kurang menguntungkan bagi ibu (Perinasia, 2004). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki paritas multipara yang dalam hal ini mereka sudah berpengalaman dalam melahirkan dan merawat anak, sehingga harus merencanakan kembali kelahiran yang akan datang dengan penggunaan alat kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kondisi fisik dan psikis dari seorang ibu. Ibu yang paritas primipara tentunya tidak terlalu memikirkan alat kontrasepsi AKDR karena ibu masih ingin mempunyai anak kembali. Berbeda dengan ibu dengan paritas multipara dan grande multipara 5. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap AKDR Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka didapatkan distribusi frekuensi pengetahuan ibu sebagian mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 responden atau 66,7%, selanjutnya pengetahuan baik

51

sebanyak 8 responden atau 22,2% dan pengetahuan kurang sebanyak 4 responden atau 11,1% Pengetahuan atau kognitif menurut Notoatmodjo (2003)

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih paten daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Newcomb, salah satu ahli sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Dari hasil penelitian tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dalam pengetahuan cukup sebagai indikasi bahwa responden mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Menurut penelitian Nanda (2005) bahwa faktor faktor yang terkait kurangnya pengetahuan terdiri dari : kurang terpaparnya informasi, kurangnya daya ingat atau hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurangnya minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi.

52

6. Dukungan Suami dan Keluarga Terhadap Penggunaan AKDR Berdasarkan tabel 4.6. di atas maka didapatkan distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga sebagian besar mendukung penggunaan alat kontrasepsi AKDR sebanyak 22 responden atau 61,1% dan tidak mendukung sebanyak 14 responden atau 38,9%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa suami dan keluarga selalu mendukung apapun tindakan seorang ibu dalam urusan penggunaan alat kontrasepsi AKDR selama tidak mengganggu aktivitas sehari hari serta kesehatan baik kesehatan ibu sendiri maupun kesehatan dari sang anak sebagai akibat atau efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi AKDR, sedangkan para suami tidak mendukung istri untuk menggunakan kontrsaepsi AKDR karena kebanyakan dari mereka kurang mengetahui tentang alat kontrasepsi tersebut.

7. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Umur Responden Dari tabel 4.9 digambarkan bahwa dalam penelitian ini diketahui akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR paling banyak terdapat pada usia reproduksi sehat (20-35 tahun) sebanyak 29 responden (80,6%)

8. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden

53

9. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Tingkat Ekonomi Responden


10. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Paritas

C.

Kelemahan Penelitan Responden menganggap bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tidak menguntungkan bagi dirinya, jadi dalam menjawab kuesioner tidak begitu serius. Kurang percayanya responden dengan peneliti bahwa takut privasinya tersebarluaskan juga mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan.

54

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi AKDR dengan hasil sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi frekuensi

sebagian besar umur ibu 20 35 tahun sebanyak 29 responden atau 80,6%, pendidikan menengah sebanyak 22 responden atau 61,1%, tingkat ekonomi responden adalah diatas UMR (>Rp.960. 000,-)

sebanyak 25 responden atau 69,4 persen dan paritas responden adalah multipara sebanyak 27 responden atau 75%.
2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu sebagian mempunyai tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 24 responden atau 66,7%, selanjutnya pengetahuan baik sebanyak 8 responden atau 22,2% dan pengetahuan kurang sebanyak 4 responden atau 11,1%.
3. Distribusi frekuensi dukungan suami dan keluarga sebagian besar

mendukung penggunaan alat kontrasepsi AKDR sebanyak 22 responden atau 61,1% dan tidak mendukung sebanyak 14 responden atau 38,9%.

B.

Saran

52

55

1. Bagi dinas kesehatan dan puskesmas

Tenaga kesehatan harus terus pro aktif dalam mengkampanyekan penggunaan alat kontrasepsi AKDR sehingga tujuan dari program keluaarga berencana yang tengah digalakan oleh pemerintah dapat berjalan sesuai dengan tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2. Bagi Penelitian selanjutnya

Dengan hasil penelitian ini maka peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang faktor faktor yang mempengaruhi warga dalam memilih alat kontrasepsi AKDR sehingga dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.

56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Anonim. 1993. Panduan Pelatihan MKET Bagi Dokter dan Bidan Khususnya Pelayanan Implant dan IUD. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. Affandi, B. 2003. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi. Jakarta Azwar, S. 1995. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya (Edisi Kedua) Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. BKKBN, 1999. Iformasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta BKKBN, 1999. Panduan Pelaksanaan Jaminan Mutu Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta BKKBN, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta Budiarto. 1992. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGS. Jakarta. Depkes, 2001. Panduan Buku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta Hadi, S. 1987. Statistik Jilid 2. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Jogjakarta. Hartanto. 1992. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. IBI, 1994. Pedoman Keluarga Berencana Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta Manuaba, E.B.G. 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. Mardiyo. 1999. Sebuah Pedoman Bagi PUS yang Ber-KB dalam petunjuk Praktis Cara Memilih Kontrasepsi. Liberty. Jogjakarta. Notoadmojoo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta ___________, S. 2003. Pendidikan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta. Jakarta PKBI. 1999. Panduan Pelayanan Kesehatan Reproduksi. PKBI. Jakarta. Prawirahardjo, S. Dkk. 2003. Buku Panduan Prakstis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Aksara. Jakarta. Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta Sugioyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Tombokan. 2002. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas. (Karya Tulis Ilmiah). UGM. Jogjakarta. Tidak diterbitkan

57

KUESIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI AKDR DI DESA XXX, KECAMATAN XXX KOTA XXX A. Kuesioner A ( karakteristik )
No. Responden Tanggal pengisian : .. : ..

Petunjuk pengisian Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan dengan baik. Isilah titik titik di bawah ini 1. Data umum Nama (inisial) : .. Umur 2. Tingkat pendidikan a. Tamat SD b. Tamat SMP c. Tamat SMA d. Tamat perguruan tinggi
3. Tingkat ekonomi (pendapatan per bualan) a. > Rp.960.000,00/bulan

: ..

b. < Rp.960.000,00/bulan 4. Jumlah Anak

58

a. 1 anak b. 2-5 anak c. > 5 anak

B. Kuesioner B (Tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi AKDR)

Petunjuk pengisian Pilihlah 1 (satu) dari 2 (dua) jawaban yang tersedia, dengan memberikan tanda( pada jawaban yang saudara anggap benar!

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pertanyaan AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim AKDR termasuk alat kontrasepsi yang angka kegagalannya tinggi Pemasangan AKDR hanya dapat dilakukan di rumah sakit AKDR merupakan alat kontrasepsi jangka pendek kurang dari 1 tahun Setelah pemasangan AKDR tidak perlu melakukan kunjungan ulang atau kontrol AKDR akan mempengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui Kerja berat tidak mempengaruhi penggunaan AKDR Pemasangan AKDR dilakukan pada saat menstruasi Kesuburan akan cepat kembali jika AKDR dilepas Wanita yang sedang menderita TBC boleh menggunakan alat kontrasepsi AKDR Selama pemakaian AKDR dapat terjadi

59

No 12 13 14 15

keputihan Pertanyaan Efek samping AKDR bisa menyebabkan nyeri setelah pemasangan Rasa nyeri setelah pemasangan AKDR tidak diberi obat AKDR tidak boleh digunakan pada wanita yang sudah mempunyai anak Alat kontrasepsi AKDR tidak mengganggu hubungan suami istri

C. Kuesioner C

Dukungan suami terhadap pemilihan alat kontrasepsi AKDR Pilih 1 (satu) dari 2 (dua) jawaban yang tersedia, dengan memberikan tanda ( No 1 pad jawaban yang saudara anggap benar! Ya Tidak

Pertanyaan Apakah suami ibu membantu dalam pemilihan

60

2 3 4

alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu mengetahui tentang alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi AKDR? Apakah suami ibu mengantar ibu ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya KB? Apakah suami ibu bersedia membiayai untuk pemasangan AKDR? Apakah suami ibu mengetahui jadwal kontrol ibu setelah pemasangan AKDR?

5 6

Kunci Jawaban
a.Tingkat pengetahuan 1. Benar
2. Salah 3. Salah 4. Salah

5. Salah 6. Salah 7. Benar 8. Benar

61

9. Benar 10. Salah 11. Benar 12. Benar 13. Salah 14. Salah 15. Benar

b. Dukungan suami dan keluarga 1. Ya 2. Ya 3. Ya 4. Ya 5. Ya 6. Ya

Anda mungkin juga menyukai