Anda di halaman 1dari 3

Nasib Terbaik

Oleh: M. J. Erwin Halim Ketum BPPM Ibnu Sina FK UNSRI

Masih ingatkah anda pada film terbaik Indonesia tahun 2005 kemarin? GIE, film garapan Riri Reza dan Mira Lesmana ini menceritakan tentang kisah seorang pemuda keturunan Tiong Hua dengan nama asli Soe Hok Gie. Ia tumbuh dalam masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Soeharto, ia adalah seorang intelektual muda yang kritis dalam menganalisis segala aspek kehidupan di Indonesia. Gie, sejak SMA telah memikirkan tentang kemanusiaan, hak asasi manusia, dan politik-politik pemerintah. Dan saat kuliah di UI telah eksis dalam berbagai kegiatan mahasiswa terutama demonstrasi menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan cita-cita bersama. Dia juga turut aktif dalam organisasi ekstra kampus seperti Gerakan Pembaharuan yang juga mempunyai andil dalam upaya menggulingkan pemerintahan Soekarno. Gie juga aktif memuat kritik-kritik pedas terhadap pemerintah dalam berbagai surat kabar di Indonesia. Tetapi akhirnya ia meninggal di usianya yang 1 hari lagi menginjak 27 tahun karena menghisap gas beracun saat mendaki gunung Semeru di Puncak Mahameru di pangkuan seorang teman akrabnya Herman Lantang, sebelum cita-citanya tentang Indonesia yang makmur dan penuh keadilan tercapai. Kalau saya ceritakan semua tentang Gie, mungkin akan menghabiskan lebih banyak halaman lagi. Berbicara tentang Gie, mengingatkan saya pada kata-kata yang dituliskan Gie dalam buku hariannya, Gie pernah mengutip kata-kata seorang filsuf Yunani, dan kata-kata itu menjadi sangat populer bagi para pengagumnya, bahkan sampai sekarang kata-kata tersebut masih tetap populer. Kata-kata tersebut; Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan

Dan yang kedua dilahirkan tapi mati muda Yang tersial adalah mereka yang mati di usia tua Rasa-rasanya memang begitu Berbahagialah mereka yang mati muda Soe Hok Gie Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah mati di usia tua. Kata-kata ini ada benarnya juga, apalagi pada era sekarang ini. Apabila waktu selalu dipakai untuk melakukan kerusakan, melakukan penindasan, melakukan kesewenang-wenangan, korupsi, dsb, maka kata-kata Soe (Gie) cocok sekali untuk pemilik waktu tersebut, untuk apa hidup lama-lama kalau hanya menambah kerusakan di dunia ini, menambah beban bagi orang lain di negeri ini. Lebih baik mati saja sekarang!!! (Bukan berarti saya meminta mereka untuk mengakhiri hidupnya.) Tapi, kata-kata ini juga tidak dapat berlaku untuk semua kalangan manusia. Hidup ini ada tujuan, ada alasan rasional mengapa manusia diciptakan ke dunia. Ada kehidupan yang lebih baik lagi nantinya setelah kita memasuki pintu gerbang kematian, kebahagian manusia adalah ketika dia lulus dalam ujian yang dihadapinya saat dia berada di dunia. Syurga adalah kebahagiaan agung seorang manusia dan untuk mendapatkannya mereka perlu berbuat baik dalam kehidupan di dunia ini. Maka dari itu, seorang filsuf agung, pemimpin umat Islam pernah berkata: Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik pula amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya tetapi jelek amalnya.

Cerdas, tepat sekali, ketika kebahagiaan besar bagi seorang manusia terletak pada kehidupan setelah kematian, dan untuk mendapatkannya mereka harus mengumpulkan kredit point nya di kehidupan dunia, maka umur yang panjang adalah nasib yang terbaik. Karena dengan umur yang panjanglah mereka memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Kalau waktu yang diberikan kepada mereka hanya singkat sedang mereka selalu berusaha mewujudkan cita-cita itu, mungkin mereka tidak rugi dan bahkan itu juga adalah baik, tapi seandainya mereka punya waktu yang lebih panjang tentu itu adalah lebih baik lagi. Kita yang sekarang masih diberikan waktu untuk mengumpulkan kredit point kita, gunakanlah waktu yang diberikan tersebut dengan sebaik-baiknya karena jika semua telah berlalu tentu segalanya telah terlambat. Tidak ada lagi taubat yang diterima setelah kematian, tidak ada!!! Dan tidak berguna lagi penyesalan pada saat itu. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Q.S.AlFajr:23) Maka dari itu, agar kita tidak lalai masalah waktu, kita harus mengerti apa tujuan kita berada dalam dunia ini. Hidup ini untuk mengabdi kepada Allah swt, untuk mencintai rasulnya, dan berbuat baik kepada sesama makhluk Allah, bukan untuk membuat kerusakan, melakukan penipuan, melakukan penindasan, korupsi, dsb. Wallaahualam.

Anda mungkin juga menyukai