Anda di halaman 1dari 12

Memahami Dinamika Sosial

SIMPUL - Perkembangan ilmu sosial yang semakin kompleks menjadikan pemahaman tentang masyarakat harus dilakukan secara mendalam. Untuk itulah pada pelaksanaan Sekolah Demokrasi tahun Ke III ini silabus Sekolah Demokrasi menempatkan materi analisa kemasyarakatan (ankem) dalam dua pertemuan. Perkembangan ilmu sosial yang semakin kompleks menjadikan pemahaman tentang masyarakat harus dilakukan secara mendalam. Untuk itulah pada pelaksanaan Sekolah Demokrasi tahun Ke III ini silabus Sekolah Demokrasi menempatkan materi analisa kemasyarakatan (ankem) dalam dua pertemuan. Pada pertemuam kelima belas, materi Ankem ini diselenggarakan di University Guest House Universitas Brawijaya, pada Sabtu-Minggu 6-7 September 2008 dengan menghadirkan Bambang Ertanto dan Prof. Dr. Hendri Supriyanto, M.Hum. Bambang Ertanto, yang memiliki wawasan dan pengalaman panjang di dunia antropogi menjelaskan lebih dulu makna masyarakat pada peserta. Masyarakat dapat dipandang dari dua teori. Pertama, masyarakat dilihat dari pandangan status qua adalah sekumpulan individu-individu yang mempunyai tujuan yang sama. Kedua adalah padangan dari pandangan inteprektif masyarakat. Dalam pengertian yang kdua, masyarakat dimaklanai sebagai sekelompok atau kumpulan masyarakat yang bergerak untuk melakukan perubahan. Sebelum melanjutkan pada pembahasan yang lebih luas, Bambang Ertanto yang lebih akrab dipangil dengan sebutan Kirik, mengajak peserta untuk mendiskusikan tentang perubahan apa saja yang terjadi pada sepuluh tahun terakhir. Dari hasil diskusi dari peserta munculah beberapa poin tentang perubahan pada 10 tahun terakhir diantaranya adalah bergesernya kekuasaan dari militer ke sipil melalui mekanisme pemilu, gerakan-gerakan sosial yang berbasis identitas, ekspansi modal. Menurut narasumber bahwa terjadinya transisi demokrasi saat ini hanya

terjadi pada pada tingkatan elit ekonomi dan politik tetapi tidak terajadi ditingkat masyarakat bahwa. Oleh sebab itu transisi demokrasi harus didorong untuk bisa menyentuh pada masyarakat di tingkat bahwa. Untuk gerakan-gerakan sosial yang terjadi pada saat ini, narasumber mendiskripsikan bahwa gerakan sosial yang terjadi kebanyakan pada gerakan-gerakan sosial yang berbasis identitas, seperti gerakan petani, buruh, perempuan, pemuda dan yang lain. Sedangkan gerakan-gerakan yang berbasis pada ekspansi modal juga banyak dilevel elit, sehingga peningkatan pendapatan hanya terjadi pada dikalangan masyarakat menengah ke atas sedangkan pada level masyarakat bahwa sehingga kemiskinan semakin banyak. Sebab-sebab terjadinya dinamika social a. Berubahnya struktur kelompok social b. Pergantian anggota kelompok c. Perubahan situasi social dan ekonomi Unsur yang berkembang dan berubah dalam dinamika social a. Struktur social Klasifikasi struktur social Struktur kaku dan luwes y Struktur kaku, struktur yang tudak mungkin diubah atau sangat sulit diubah y Struktur luwes, struktur yang pola susunannya memungkinkan untuk diubah Struktur formal y Struktur formal, struktur yang diakui pihak berwenang berdasarkan hukum yang berlaku

y Struktur informal, struktur yang nyata atau benar-benar ada tetapi tidak berketetapan hukum Struktur homogeny dan heterogen y Struktur homogeny, struktur social yang unsur-unsurnya mempunyai pengaruh yang sama terhadap dunia luar y Struktur heterogen, struktur yang unsur-unsurnya mempunyai kedudukan berbeda-beda dan kesempatan setiap unsurnya pun berbeda Struktur mekanis dan statistik y Struktur mekanis, struktur yang menuntut posisiyang tetap sama dari anggota-anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik y Struktur statistik, struktur yang dapat berfungsi dengan baik apabila persyaratan jumlah anggotanya terpenuhi Struktur atas dan bawah y Struktur atas atau suprastruktur, struktur yang diduduki oleh segolongan orang yang memegang kekuasaan y Struktur bawah atau infrastruktur, struktur bagi golongan kelas bawah yang mempunyai taraf kehidupan relative rendah b. Nilai-nilai social-budaya, yang terdiri dari ajaran agama, ideology dan kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat, yang kesemuaannya mendapatkan tempat tersendiri di masyarakat c. Organ-organ masyarakat, seluruh komponen masyarakat

Pada dasarnya manusia itu tidak mungkin dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi demi memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pada segi-segi fisiologi, psikologi, maupun sosiologi. Dengan demikian, disebabkan adanya kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain itulah, terjadilah dinamika sosial. Gilirannya, tercipta kelompok-kelompok sosial yang masing-masing di antaranya memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Tentu saja buntutnya, tumbuh persaingan, lahir kompetisi, saling adu strategi, bahkan pada akhirnya muncul pula sikap-sikap saling mendominasi atau saling menguasai di antara kelompok-kelompok masyarakat itu sendiri. Sebenarnya mencermati sistem kemasyarakatan yang ada di sekitar kita, bak menonton film mafia yang menonjolkan potret perilaku jahat manusia, atau membaca novel tentang sikap hitam putih manusia, atau pun mendengarkan kisah-kisah drama yang menceritakan soal keindahan cinta, kesucian jiwa seorang rohaniwan, dan lain sebagainya. Dan memang, disadari atau tidak kita sadari, kisah-kisah tersebut pada dasarnya adalah refleksi dari perilaku-perilaku manusia sebagai keniscayaan yang terjadi apa adanya. Dari kisah-kisah tersebut seharusnya dapat menjadi cermin sekaligus menyadarkan diri kita, betapa sangat kompleksnya perilaku manusia itu, sehingga seolah membenarkan pendapat kalangan filosof bahwasanya semakin dalam kita membahas dimensi manusia, semakin banyak pertanyaan yang timbul. Terasa betapa bodohnya sosok manusia itu! Bila direnungkan, kompleksitas masalah manusia tersebut sebenarnya adalah sebuah rahmat. Hal itu merupakan ladang persemaian untuk dijadikan peluang meraih sukses bagi manusia yang cerdik. Bagi kalangan pakar psikologi, pakar manajemen, pakar komunikasi, situasi itu seolah medan berlomba untuk berebut kebenaran melalui metodemetode pendekatan terhadap permasalahan manusia yang mereka tawarkan. Maka, dinamika kehidupan manusia pun menjadi hidup dan bergairah. Para analis maupun kalangan konsultan, semakin dibanjiri klien yang membutuhkan diagnosis dan terapi. Dalam keadaan yang

demikian itu, takaran-takaran atau ukuran-ukuran tentang apa yang disebut dengan kesuksesan memang menjadi kian bias, jika tidak disebut semakin kabur. Sebab tidak ada standar penilaian yang baku. Semuanya dikembalikan kepada ukuran penilaian masing-masing pribadi manusia sesuai keyakinan dan kepentingannya. Kini, sebagai pemilik kehidupan manusia memiliki agenda tentang bagaimana mengelola dirinya sendiri agar dapat meraih sukses. Terlepas mengenai makna seperti apa yang dimaksudkan dengan hidup sukses. Sebab orang dapat saja menafsirkan, dan pendapat ini paling banyak peminatnya, adalah sebuah kesuksesan ketika manusia itu sudah memiliki kekayaan, popularitas, serta jabatan yang tinggi. Atau, ada pula orang yang meyakini bahwasanya kesuksesan hidup itu dapat diraih bilamana manusia itu telah memasuki alam kehidupan yang tenang, dinamis, dan tidak direcoki dengan persoalan hidup macam-macam, meski secara faktual tidak dapat disebut sebagai orang kaya, orang top, dan seterusnya. 1. Etika Watak versus Etika Kepribadian Seperti sering disebut dalam kitab suci agama-agama yang ada, dalam sistem kehidupan ini selalu berpasang-pasangan. Ada pria dan wanita, siang dan malam, dan ada pula kebaikan disamping keburukan/ kekejaman dunia. Memperbincangan kebaikan-kebaikan dunia terhadap kita, sudah tentu tak ada buku yang cukup untuk mencatatnya. Karena sejak kita dilahirkan di dunia ini, bahkan sebelum kelahiran itu terjadi, manusia sudah merasakan kebaikan-kebaikan itu. Dan kebaikan yang paling patut untuk disyukuri adalah kenikmatan memiliki jiwa yang waras, sehingga otak kita dapat berfungsi optimal untuk memikirkan segala kebutuhan manusia serta bagaimana memenuhinya. Bagaimana seandainya pikiran kita tidak waras?

Menurut sebuah riset di Jakarta menjelang akhir tahun 1900-an, menyimpulkan bahwa pada setiap 100 orang penduduk ibu kota itu 10 hingga 15 orang di antaranya mengidap penyakit jiwa stadium rendah/ringan, seperti psikosomatik. Terlepas dari validitas hasil penelitian tersebut, agaknya kita diingatkan kembali pada ramalan Syekh Ali Syamsu Zen, atau yang lebih populer dikenal sebagai pujangga Ronggowarsito tentang adanya masa yang disebut dengan jaman edan (zaman gila). Selengkapnya ramalan itu berbunyi kurang lebih sebagai berikut: Jamane jaman edan, sing ora edan ora keduman. Lamun bejobejane wong kang lali, isih bejo wong kang eling lan waspodo (Artinya: Zamannya zaman yang sudah gila, yang tidak gila tidak mendapatkan bagian. Tapi, seuntung-untungnya orang yang lupa, masih beruntung orang yang ingat dan waspada, Pen.). Mencermati bunyi ramalan tersebut, selanjutnya memperhatikan berbagai perilaku sosial yang terjadi disekitar kita, tampaknya memiliki kegayutan. Betapa tidak, demi meraih jabatan, peningkatan karir, pekerjaan, atau apa pun yang dibutuhkan, kita dapat melakukan apa saja. Perilaku kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN), sudah diyakini bukan lagi barang haram yang wajib dihindari. Bahkan secara ekstrem, orang tidak malu lagi mengatakan: Bagaimana mungkin mendapatkan yang halal, bilamana untuk mencari yang haram saja sulitPremis semacam itu secara kejiwaan dapat menumbuhkan pembenaran. Dengan kata lain membentuk perilaku permisif, oleh karena sikap-sikap immoral semacam itu sudah menjadi gejala dan dianggap perilaku yang wajar. Sebab perilaku yang lurus dan jujur justru diprediksikan bakal berujung pada kerugian-kerugian.Menurut hasil riset Dr. Stephen R. Covey, untuk tujuan pencapaian target-target yang ditetapkan, selama kurun waktu 150 tahun permulaan kemerdekaan bangsanya (Amerika, Pen.), ternyata etika watak (kualitas batin serta disiplin diri) lebih diutamakan daripada pengembangan kepribadian. Yang ditonjolkan di dalamnya adalah sifatsifat seperti: kesederhaan, ketulusan, kerendahan hati, keberanian, integritas, kejujuran, kerajinan, dan hidup hemat.

Etika watak mengajarkan bahwa hidup efektif berdasarkan prinsipprinsip yang benar, kesuksesan sejati, serta kebahagiaan yang langgeng, hanya bisa diperoleh apabila prinsip-prinsip tersebut dijadikan bagian dari watak kita. Sedangkan etika kepribadian mengajarkan bahwa sukses adalah sekedar fungsi dari citra popularitas kita di masyarakat, fungsi sikap dan perilaku ita, dan fungsi ketrampilan menerapkan rumus-rumus tertentu yang bisa memperlancar proses interaksi antar-manusia. Pendekatan berdasarkan etika kepribadian itu lalu sering disalahgunakan untuk menguasai, atau bahkan menipu orang lain, dengan menganjurkan penggunaan teknik-teknik agar diri kita disukai orang. Misalnya, dengan pura-pura tertarik terhadap hobi seseorang agar bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, atau bahkan dengan gertakan dan ancaman untuk menakut-nakuti. A. Fungsi Dinamika Kelompok Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain: 1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.) 2. Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain) 3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.

(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian) 4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat) A. Jenis Kelompok Sosial Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain: 1. Kelompok Primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2.

Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3.

Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4.

Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan,

A. Ciri Kelompok Sosial Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama) 2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat) 3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing 4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

A. Pembentukan Kelompok Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memanuhi kebutuhannya. Seperti yang terlihat dalam bagan berikut ini:

Perasaan Motivasi Tujuan Interakasi Pembentukan Perpecahan Penyesuaian Perubahan

Makalah sosiologi tentang Dinamika Sosial

Di susun oleh : Lela Riana Kelas : XI IPS3

SMA PASUNDAN 1 CIANJUR

Anda mungkin juga menyukai