Anda di halaman 1dari 19

1

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini yang berjudul: Paragraf dan Jenis-jenisnya Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami selama ini. Makalah ini dibuat agar kita dapat mengetahui syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam paragraf dan dapat mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar.

Ciputat, 1 November 2012

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.. Daftar Isi... BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang... B.Tujuan BAB 2 PEMBAHASAN A.Landasan Teori.............................................................................................................. B.Analisis 1. Struktur Paragraf....................................................................................................... 2. Syarat-Syarat Paragraf.............................................................................................. 3. Unsur-Unsur Pengait paragraf.................................................................................. 4 5 6 4 3 3 1 2

4. Jenis-jenis Paragraf.................................................................................................... 12 BAB 3 PENUTUP Simpulan... Daftar Pustaka...... 18 19

3
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Selama ini dalam membuat suatu paragraf sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Dalam membuat suatu paragraf kita harus mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah paragraf. Paragraf yang akan dibuat harus dapat mempunyai kepaduan antara paragraf yang lain. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Disini kita di tuntut agar mampu membuat suatu paragraph dengan baik dan benar sesuai dengan kaedahnya.

B.Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam paragraf dan dapat mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar. Jadi dengan penulisan makalah ini kita dapat melatih kita dalam membuat suatu paragraf yang baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam suatu paragraf.

4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Landasan Teori
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat. Kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan. Paragraf memiliki beberapa jenis, terbagi ke dalam empat kategori yaitu: berdasarkan letak kalimat utama, berdasarkan tujuannya, berdasarkan pola pengembangannya, dan berdasarkan fungsinya dalam karangan.

B.Analisis
1. Struktur Paragraf Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu: (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlah kalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi semakin jelas. Ciri kalimat topik adalah: 1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut. 2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri. 3. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.

5
4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi. Ciri kalimat penjelas adalah: 1. Dari segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri. 2. Arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf. 3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi. 4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik. Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topik dengan empat cara, yaitu: 1. Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya). 2. Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama. 3. Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan dalam kalimat topik. 4. Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata karena, sebab. 2. Syarat-Syarat Paragraf Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. a) Kesatuan Paragraf Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimatkalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.

6
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Propinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pemah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu. Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf b) Kepaduan Paragraf Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Contoh: Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka. Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik uang yang menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828 persen. Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu, oleh karena itu, akibatnya, dan bahkan dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan kalimatkalimat dalam paragraf itu logis dan kompak. 3. Unsur-Unsur Pengait paragraf 1. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat Konjungsi intrakalimat pada sebuah paragrafdapat menandai hubungan-hubungan berikut ini:

7
a. Hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta b. Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan c. Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah d. Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara e. Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat f. Hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya g. Hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau h. Hubungan waktu: sejak , sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi selama, seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga dan lain-lain. 2. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna adalah sebagai berikut : biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahn pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, dan lain-lain. Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa konjungsi-konjungsi yang di sebutkan di depan itu dapat menandai hubungan-hubungan makna berikut ini: a. Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian , walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, namun, akan tetapi. b. Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya. c. Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang dinyatakan sebelumnya: tambahan pula , lagi pula, selain itu. d. Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: sebaliknya, berbeda dari itu , kebalikannya. e. Hubungan sebenarnya. makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya, bahwasanya,

8
f. Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang di sampaikan sebelumnya: malah, malahan, bahkan. g. Hubungan makna yang menyatakan keekslusifan dan keinklusifan: kecuali itu. h. Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian. i. Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya: sebelum itu. 3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang di pakai berpasangan . Bentuk berpasangan yang demikian itu bersifat idiomatis , jadi tidak bisa di modifikasi dengan begitu saja. Adapun contoh konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antaradan, darihingga, darisampai dengan, darisampai ke, darisampai, darike, baik maupun, tidak hanyatetapi juga, bukan hanyamelainkan juga, demikiansehingga, sedemikian rupasehingga, apakahatau, entahentah, jangankanpun. 4. Pengait berupa Preposisi Berikut ini hubungan-hubungan makna yang dinyatakan oleh preposisi (kata depan): a. Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di sebelah, di samping. b. Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping, dari belakang dari muka. c. Hubungan makna arah: ke, menuju, ke dalam, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka, kepada. d. Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan. e. Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama. f. Hubungan maka cara: secara, dengan. g. Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi, demi. h. Hubungan makna sebab atau alasan: karena , sebab. i. Hubungan makna perbandingan: dari pada, ketimbang. j. Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.

9
k. Hubungan makna batas: hingga, sampai. l. Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai, perihal, ihwal. 5. Pengait dengan Teknik Pengacuan Berikut ini pengacuan-pengacuan yang bersifat endoforis: a. Hubungan pengacuan dengan kata itu. b. Hubungan pengacuan dengan kata begitu. c. Hubungan pengacuan dengan kata begitu itu. d. Hubungan pengacuan dengan demikian itu. e. Hubungan pengacuan dengan tersebut. f. Hubungan pengacuan dengan tersebut itu. g. Hubungan pengacuan dengan pronomina -nya. 6. Pengait yang Merantikan Kalimat Di dalam paragraf tidak hanya berupa kata dan frasa seperti yang sebagian besar disampaikan adakalanya unsur pengait itu berupa kalimat. Kalimat demikian itu lazimnya terdapat di awal paragaf yang di dalam paragraf berfungsi untuk menuntun kalimat-kalimat yang akan hadir selanjutnya. Kalimat yang menuntun itu juga berkaitan dengan kalimatkalimat yang ada pada paragraf sebelumnya. 7. Pengait yang Berupa Kata Ganti Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain. (1) Kata Ganti Orang Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang.dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engau,kau, kamu, mu,kamu sekalian (kata ganti orang kedua),' dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini.

10
Rizal, Rustam, dan Cahyo adalah teman sekolah sejak SMA hingga perguruan tinggi. Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari sebuah universitas negeri di Jakarta. Mereka merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap dengan apoteknya. Mereka menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya karena kebetulan saya memiliki sebidang tanah yang letaknya strategis. saya menyetujui permintaan mereka. Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar nama orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang berkali-kali dalam satu Paragraf akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan keutuhan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini. Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumah Hajjah Utamiwati terletak dekat masjid Nurul Ittihad. Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurang paduan dua kalimat itu. Kesannya akan lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut. Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumahnya terletak dekat masjid Nurul Ittihad. Bentuk -nya dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga, yaitu Hajjah Utamiwati. Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita rasakan. Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, beliau, dapat dilihat pada kalimat berikut ini. Ibu Sud adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat produktif. Beliau telah menciptakan tidak kurang dari dua ratus buah lagu. Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Kalirnat berikut itu memperlihatkan hal yang dipersonifikasikan dari subjek kalimat. Oleh sebab itu, kalimat ini masih dibenarkan. Pada tahun yang lalu India dilanda kelaparan. Ia mengharapkan uluran tangan negara lain.

11
Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk -nya merupakan pengecualian. Bentuk -nya tidak hanya menggantikan nama orang dan hal yang dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bemyawa.Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut : Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera menggantinya. Kain bahan celana ini pas-pasan. Si penjahit harus pandai memotongnya. Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti itu harus digunakan pada tempatnya yang tepat. 1. Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali.Beliau adalah budayawan yang sangat disegani. (Salah) Sutan Takdir Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang sangat disegani. (Betul) 2. Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka hanya mementingkan diri sendiri.(Salah) Orang-orang yang tidak bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di Indonesia habis-habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Betul) 3. Di mana-mana pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian, mereka menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Salah) Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka menganggap bahwa rnasalah pengangguran telah teratasi. (Betul) (2) Kata Ganti yang Lain Kata ganti lain yang digunakan dalam meneiptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut . ltu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu sampai dengan meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung ke situ.

12
(3) Kata Kunci Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci, Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering). 4. Jenis-jenis Paragraf 1. Berdasarkan Letak Kalimat Utama a. Paragraf Deduktif Yang disebut paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada awal paragraf. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataanpernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasan, rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena paragraf itu dikembangkan dari pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan bahwa penalaran paragraf deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.

b. Paragraf Induktif Jika kalimat topik terletak pada akhir paragraf, paragraf tersebut disebut paragraf induktif. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan bahwa paragraf induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau simpulan.

c. Paragraf Campuran Adakalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok persoalannya pada kalimat awal paragraf. Setelah menjelaskan isi kalimat topik atau memberikan rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya, penulis merumuskan simpulannya dengan sebuah kalimat pada akhir paragrafnya. Simpulan itu dapat berupa kalimat awal paragraf tersebut, dan dapat pula dengan sedikit divariasikan, tetapi makna atau maksudnya sama. Paragraf semacam inilah yang disebut paragraf campuran. Sebab, menggunakan cara deduktif juga induktif.

13
d. Paragraf Ineratif Ada pula jenis paragraf ineratif, yaitu paragraf yang memiliki kalimat topik di tengah paragraf.

e. Paragraf Naratif/Deskriptif Adapun yang dimaksud dengan paragraph deskriptif/naratif atau penuh kalimat topik adalah paragraf yang tidak secara jelas menampilkan kalimat topiknya. Karena tidak jelas kalimat topiknya, ada orang yang menyebutnya sebagai paragraf tanpa kalimat topik. Walaupun kalimat topiknya tidak jelas, paragraf tersebut tetap memiliki topik atau pikiran utama yang berupa intisari paragraf. Paragraf semacam ini banyak kita jumpai dalam karangan berjenis naratif atau deskriptif. Oleh karena itu, paragraf semacam ini acap disebut juga paragraph naratif atau deskriptif.

2. Berdasarkan Tujuannya Jenis paragraf berdasarkan tujuannya antara lain: a. Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah - olah mengalami sendiri kejadian itu. Contoh paragraf narasi: Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan tuan Hasan berlomba menyambut kedatangan nyonya Marta.

b. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Contoh paragraf deskripsi: Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan. Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak yang terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh

14
bibirku karena percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan teman-teman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.

c. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sejumlah informasi atau pengetahuan dengan tujuan pembaca dapat mendapat tambahan informasi atau pengetahuan sejelas jelasnya. Contoh paragraf eksposisi: Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan. Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly lidah buaya.

d. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan alasan, contoh, dan bukti - bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan kita. Contoh paragraf argumentasi: Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

15
e. Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan untuk membujuk atau merayu pembaca sehingga pembaca tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis. Contoh paragraf persuasi: Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.

3. Berdasarkan Pola Pengembangannya a. Pola umum-khusus Pola ini diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum dengan ditandai kata banyak, umumnya kemudian dijelaskan dengan rincian rincian.

b. Pola khusus-umum Pola ini merupakan kebalikan dari pola umum-khusus yaitu diawali dengan rincian rincian dan diakhiri pernyataan yang bersifat umum.

c. Pola definisi luas Pola ini digunakan sebagai usaha penulis untuk memberkan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau suatu hal.

d. Pola proses Pola ini merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa.

16
e. Pola sebab-akibat Pola ini dilakukan dengan mencantumkan sebab-sebab suatu hal terjadi dan diikuti dengan akibat yang ditimbulkan oleh sebab-sebab tersebut.

f. Pola ilustrasi Pola ini dilakukan ketika ditemukan sebuah gagasan yang masih terlalu umum sehingga dibutuhkan ilustrasi-ilustrasi yang bersifat konkret.

g. Pola analisis Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang sifatnya umum ke dalam perincian-perincian yang logis dan analitis.

h. Pola klasifikasi Pola ini digunakan untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda yang dianggap memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.

i. Pola seleksi Pola ini dilakukan dengan cara memilih perbagian dengan didasarkan atas fungsi, kondisi, atau bentuknya.

j. Pola pertentangan dan perbandingan Pola pertentangan digunakan ketika kita membahas suatu persoalan dengan cara mengontraskan dengan masalah lain, sedangkan pola perbandingan digunakan ketika membahas dua hal atau objek berdasarkan persamaan dan perbedaan-perbedaannya.

k. Pola titik pandang Pola ini dilakukan dengan cara melihat kedudukan pengarang dalam menceritakan atau melihat sesuatu.

l. Pola dramatis Pola ini dilakukan dengan cara penceritaan tidak langsung atau melalui dialog-dialog.

17
m. Analogi Pola ini dilakukan dengan membandingkan dua benda yang banyak kesamaan sifatnya.

n. Generalisasi Pola ini dilakukan dengan cara menarik sebuah kesimpulan umum dari beberapa data yang dimiliki.

4. Berdasarkan Fungsinya dalam karangan Dalam sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari fungsinya dalam karangan.

a. Paragraf Pembuka Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaea, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal.

b. Paragraf Pengembang Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan eara ekspositoris, dengan eara deskriptif, dengan eara naratif, atau dengan eara argumentatif yang akan dibiearakan pada halaman-halaman selanjutnya.

c. Paragraf Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

18
BAB 3 PENUTUP
Simpulan
Adapun simpulan yang kami peroleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat yang kaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide pokok. 2. Syarat-syarat paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. 3. Unsur-Unsur Pengait paragraf terdiri dari : A. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat B. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat C. Pengait berupa Konjungsi Korelatif D. Pengait berupa Preposisi E. Pengait dengan Teknik Pengacuan F. Pengait yang Berupa Kata Ganti 4. Jenis-jenis Paragraf terbagi menjadi : - Berdasarkan Letak Kalimat Utama A. Paragraf deduktif B. Paragraf induktif C. Paragraf campuran D. Naratif/deskriptif - Berdasarkan Tujuannya A. Paragraf narasi B. Paragraf deskripsi C. Paragraf argumentasi D. Paragraf persuasi - Berdasarkan Pola Pengembangannya A. Pola umum-khusus B. Pola khusus-umum C. Pola definisi luas D. Pola proses E. Pola sebab-akibat F. Pola ilustrasi G. Pola analisis H. Pola klasifikasi I. Pola seleksi K. Pola titik pandang L. Pola dramatis M. Analogi N. Generalisasi

J. Pola pertentangan dan perbandingan

19
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin.1994. Pengantar Apresiasi Sastra, Malang: FPBS IKIP Malang.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akapres. Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. 2010. Disiplin Berbahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press. La Fua, Jumarddin. 2011.Jurnal Al Tadib, Kendari: STAIND Sultan Qaimuddin Kendari. Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Pergurua Tinggi, Yogyakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai