Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Bahan pangan merupakan bahan yang sangat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan dan mikroorganisme. Bahan pangan memerlukan penanganan khusus agar tidak tercemar baik secara mikorobiologi maupun kimiawi. Pabrik atau perusahaan diperlukan perencanaan dalam bangunan, peralatan, dan fasilitas sarana pengolahan sejak dari awal. Dalam perencanaannya, misalnya bangunan seharusnya didesain agar bebas hama seperti binatang mengerat dan mudah dalam melakukan proses produksi. Tata letak pabrik juga harus diatur dengan baik sehingga kegiatan pengolahan berjalan teratur dan menjamin terhindarnya kontaminasi silang pada produk makanan, misalnya oleh bahan mentah. Perancangan tata letak pabrik yang berfungsi sebagai perencanaan dan integrasi aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan efisien antar operator, peralatan, dan proses transformasi material dari bagian penerimaan sampai ke bagian pengiriman produk jadi. Fungsi diatas merupakan acuan dasar bagi industri-industri yaitu pada industri pangan dalam mengawali industrinya, yakni merencanakan tata letak pabrik sehingga diperoleh bangunan yang mendukung proses produksi yang efektif dan efisien. Demikian juga PT. campina Ice cream industry yang merupakan industri ice cream perlu perencanaan tata letak pabrik yang baik agar dapat menghasilkan produksi yang berkualitas. B. Tujuan 1. Untuk membandingkan tata letak pabrik PT. Campina Ice Cream Industry dengan literature 2. Untuk mengetahui jenis tata letak pabrik PT. Campina Ice Cream Industry 3. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisien tata letak pabrik PT. Campina Ice Cream Industry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada umumnya digambarkan sebagai rancangan lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi, dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara ekonomis dan aman (Apple, tahun 1990: 2). Tata letak pabrik juga merupakan salah satu bagian terbesar dari suatu studi perancangan fasilitas (Facilities design). Facilities design sendiri terdiri dari pelokasian pabrik (plant location) dan perancangan gedung (building design) dimana sebagaimana diketahui bahwa antara tata letak pabrik (plant layout) dengan penanganan material (material handling) saling berkaitan erat (Fred E. Meyers, tahun1993 : 1). B. Tujuan Perancangan Tata Letak Pabrik Jika sebuah tata letak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan , dimana barang-barang dapat diproduksi secara ekonomis, maka seyogyanya dirancang dengan memahami tujuan penata letak. Tujuan utama tadi adalah (Apple, tahun 1990 : 5) : 1. Memudahkan proses manufaktur Tata letak harus dirancang sedemikian sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan cara yang sangat efektif. Saran-saran khusus untuk itu adalah :

a) Susun mesin,peralatan, dan tempat kerja sedemikian hingga barang dapat


bergerak dengan lancar sepanjang suatu jalur, selangsung mungkin.

b) Hilangkan hambatan-hambatan yang ada. Telah umum dikatakan bahwa 80 persen


dari waktu dari sepotong barang dilewatkan dalam pabrik, baik selagi dipindahkan maupun selama disimpan - hanya 20 persen dari waktunya yang merupakan waktu produktif.

c)

Rencanakan aliran, sehingga pekerjaan yang melalui sebuah tempat dapat dikenali dan dihitung dengan mudah, dengan kemungkinan kecil tercampur dengan komponen lain atau onggokan lain dalam tempat yang berhampiran.

d)

Jaga mutu pekerjaan dengan merencanakan pemenuhan syarat-syarat yang mengarahkan pada mutu yang baik.

2. Meminimumkan pemindahan barang


Tata letak yang baik harus dirancang sedemikian sehingga pemindaha barang diturunkan sampai batas minimum. Jika dapat dilaksanakan, pemindahan harus mekanis, dan semua pemindahan harus dirancang untuk memindahakan komponen menuju daerah pengiriman. Jika mungkin, komponen harus dalam keadaan 'diproses' sambil dipindahkan, seperti misalnya ketika dicat, dipanggang, dibersihkan, dan lainlain.

3. Memelihara keluwesan susunan dan operasi


Perubahan jenis produk, proses maupun kemampuan produksi pada suatu pabrik adalah suatu kenyataan yang harus diantisipasi dari awal pendirian sebuah pabrik. Hal yang umum untuk mengantisipasi perubahan tersebut adalah dengan membangun atau memasang sistem utilitas pada tempat-tempat yang sambungansambungan pelayanannya dapat dipasangkan dengan mudah ketika bangunan didirikan.

4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi


Untuk volume barang setengah jadi yang tinggi, pada kondisi ideal tentunya barang akan berjalan tanpa berhenti dari awal sampai akhir proses. Namun pada kenyaataannya hal tersebut jarang terjadi. Maka hal yang mungkin dilakukan adalah dengan menurunkan tingkat persediaan barang setengah jadi sampai sekecil mungkin. Dengan demikian, maka waktu peredaran total akan berkurang, jumlah barang setengah jadi akan berkurang yang pada akhirnya akanmenurunkan biaya produksi.

5. Menekan modal tertanam pada peralatan


Susunan mesin yang tepat dan susunan departemen yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan. Misalnya, dua komponen yang berbeda, keduanya memerlukan pemakaian gerinda , mungkin dapat dilewatkan pada mesin yang sama, sehingga dapat mengurangi biaya mesin kedua.

6. Menghemat pemakaian ruang bangunan


Setiap meter persegi luas lantai dalam sebuah pabrik memakan biaya. Maka sebaiknya tiap meter persegi digunakan seoptimal mungkin sehingga ongkos tak langsung untuk tiap satuan produk dapat ditekan. Untuk lantai produksi yang tidak terpakai harus dikurangi sekecil mungkin karena justru akan menambah beban biaya produksi atas sebuah produk.

7. Meningkatkan keefektifan pemakaian tenaga kerja


Saran-saran berikut dapat meningkatkan keefektifan pemakaian tenaga kerja :

a. Kurangi pemindahan barang yang dilakukan secara manual, sampai sekecil

mungkin.

b. Minimumkan jalan kaki untuk kegiatan yang tidak penting. c. Seimbangkan siklus mesin sehingga mesin dan pekerja tidak ada yang
menganggur.

d. Berikan supervisor yang efektif yang dapat membimbing bawahannya. 8. Memberikan kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan pada pekerja
Keselamatan dapat dijamin dengan perancangan tata letak yang tepat. Mesinmesin dan peralatan lain harus ditempatkan sedemikian sehingga dapat mencegah kecelakaan pada pegawai dan kerusakan barang serta peralatan lainnya. Keselamatan harus digabung kedalam rancangan tata letak dengan pengkajian yang cermat tentang susunan tempat kerja, tata cara pemindahan barang, teknik-teknik penyimpanan, pergantian udara, penerangan (pencahayaan) perlindungan dari kebakaran , dan factor lain yang terlibat dalam satu operasi. C. Prinsip-Prinsip Dasar Didalam Perancangan Tata Letak Pabrik Prinsip dasar perencanaan tata letak pabrik merupakan tujuan dari perencanaan tata letak pabrik itu sendiri. Prinsip-prinsip tersebut antara lain (Wignjoesoebroto, tahun 1990: 55) :

1. Prinsip integrasi secara total.


Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.

2. Prinsip jarak pemindahan bahan yang paling minimal


Dalam proses pemindahan bahan dari satu unit operasi ke unit operasi yang lain, waktu dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak pemindahan tersebut.

3. Prinsip aliran dari suatu proses kerja


Dengan prinsip ini diusahakan untuk menghindari adanya gerakan balik, gerakan memotong.

4. Prinsip pemanfaatan ruangan


Dalam merencanakan tata letak pabrik, kita harus mepertimbangkan faktorfaktor dimensi ruang serta gerakan-gerakan dari orang, bahan, atau mesin.

5. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja.


Kepuasan dan keselamatan kerja yang terjamin akan memberikan moral kerja yang lebih baik dari karyawan dan hal ini akan mengurangi ongkos produksi serta meningkatkan kemauan kerja karyawan sehingga otomatis perusahaan akan mendapatkan keuntungan ganda.

D. Ruang Lingkup Perancangan Tata Letak Pabrik Pekerjaan perancangan tata letak seringkali hanya berhubungan dengan perencanaan yang cermat dan terinci tentang susunan peralatan produksi. Padahal perencanaan demikian hanya merupakan salah satu tahap saja dari suatu rangkaian kegiatan yang sangat luas yang saling berhubungan dan yang secara keseluruhan membentuk kegiatan perancangan tata letak pabrik. Ruang lingkup pekerjaan perancangan tata letak pabrik mencakup satu kajian yang cermat paling tidak dari bidang-bidang berikut (Apple, tahun 1990: 3) 1. Pengangkutan 2. Penerimaan 3. Gudang bahan-baku 4. Produksi 5. Perakitan 6. Pengemasan dan pengepakan 7. Pemindahan barang 8. Pelayanan pegawai 9. Kegiatan produksi penunjang 10. Pergudangan 11. Pengiriman 12. Perkantoran 13. Fasilitas 14. Bangunan 15. Bangunan 16. Lokasi 17. Keamanan 18. Buangan

E. Jenis-jenis Tata Letak Pabrik Menurut Annisyah, Eka Mariska (2010), secara umum sistem operasi produksi dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu: 1. Operasi kontinu, yang dicirikan dengan tingginya volume produksi, penggunaan peralatan khusus, variasi produk sedikit, adanya standarisasi produk serta adanya produk yang dibuat sebagai persediaan. 2. Operasi tak kontinu (intermittent), yang dicirikan dengan volume produksi rendah, penggunaan peralatan yang umum (fleksibel), aliran produksi yang tidak kontinu, seringnya terjadi perubahan jadwal, variasi produk tinggi, dan produk dibuat untuk memenuhi pesanan pelanggan. Sistem operasi di atas memiliki konsekuensi pada tipe tata letak yang dipilih. Tipe tata letak dasar adalah sebagai berikut: 1. Tata Letak Proses (Process Layout) Tata letak berdasarkan proses, sering dikenal dengan process atau functional layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan

kesamaan tipe atau fungsinya. Mesin-mesin yang digunakan tata letak proses berfungsi umum (general purpose). Tata letak proses umumnya digunakan untuk industri manufaktur yang bekerja dengan volume produksi yang relatif kecil dan jenis produk yang tidak standar. Keuntungan dari penggunaan tata letak proses yaitu: a. Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan peralatan produksi lainnya. b. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk. c. Kemungkinan adanya aktivitas pengawasan yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi pekerjaan. d. Pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan baik terutama untuk pekerjaan yang sukar dan butuh ketelitian tinggi. e. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara memindahkan prosesnya ke mesin lain tanpa banyak menimbukan hambatan yang signifikan. Keterbatasan dari tata letak proses antara lain: a. Ketidakefisienan dalam proses disebabkan oleh adanya backtracking. b. Adanya kesulitan dalam menyeimbangkan kerja dari setiap fasilitas produksi yang akan memerlukan penambahan ruang untuk work-in-process storage. c. Adanya kesulitan dalm perencanaan dan pengendalian produksi. d. Operator harus memiliki keahlian yang tinggi untuk menangani berbagai macam aktivitas produksi. e. Produktivitas yang rendah disebabkan setiap pekerjaan yang berbeda, masingmasing memerlukan setup dan pelatihan operator yang berbeda. Berikut akan diberikan gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak proses.

2. Tata Letak Produk (Product Layout) Tata letak berdasarkan produk, sering dikenal dengan product layout atau production line layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Sistem ini dirancang untuk memproduksi produk-produk dengan variasi yang rendah dan volume yang tinggi (mass production). Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan produktifitas tinggi dengan ongkos yang rendah Keuntungan tata letak produk ini yaitu: a. Aliran pemindahan material berlangsung lancar, sederhana, logis, dan OMH-nya rendah. b. Work-in-process jarang terjadi karena lintasan produksi sudah diseimbangkan. c. Total waktu yang digunakan untuk produksi relatif singkat. d. Kemudahan dalam perencanaan dan pengendalian proses produksi. e. Memudahkan pekerjaan, sehingga memungkinkan operator yang belum ahli untuk mempelajari dan memahami pekerjaan dengan cepat. Keterbatasan dari tata letak produk yaitu: a. Kurangnya fleksibilitas dari tata letak untuk membuat produk yang berbeda. b. Stasiun kerja yang paling lambat akan menjadi hambatan (bottleneck) bagi aliran produksi. c. Adanya investasi dalam jumlah besar untuk pengadaan mesin, baik dari segi jumlah maupun akibat spesialisasi fungsi yang harus dimilikinya. d. Kelelahan operator: operator mudah menjadi bosan disebabkan pengulangan tanpa henti dari pekerjaan yang sama. e. Ketergantungan dari seluruh proses terhadap setiap part: kerusakan pada suatu mesin atau kekurangan operator untuk mengendalikan stasiun kerja bias menghentikan keseluruhan hasil produksi pada satu line produk. Berikut akan diberikan gambar yang mengilustarsikan sebuah tata letak produk.

3. Tata Letak Posisi Tetap (Fix Potition Layout) Tata letak posisi tetap, sering dikenal dengan fixed material location atau fixed position layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja dimana material atau komponen utama akan tetap pada posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia, serta komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama tersebut. Keuntungan dari tata letak posisi tetap yaitu: a. Karena banyak bergerak adalah fasilitas produksi maka perpindahan material bisa dikurangi. b. Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan produksi, maka kontinyuitas operasi dan tanggung jawab kerja bisa tercapai dengan sebaikbaiknya. c. Kesempatan untuk melakukan pengkayaan kerja (job enrichment) dengan mudah bisa diberikan, selain itu juga dapat meningkatkan kebanggaan dan kualitas kerja karena dimungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaan secara penuh (do the whole job). d. Fleksibilitas kerja tinggi. Keterbatasan tata letak posisi tetap yaitu: a. Besarnya frekuensi perpindahan fasilitas produksi, operator, dan komponen pendukung pada saat operasi kerja berlangsung. b. Memerlukan operator dengan skill yang tinggi disamping aktivitas supervisi yang lebih umum dan intensif. c. Adanya duplikasi peralatan kerja yang menyebabkan dibutuhkannya lokasi untuk work-in process. d. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang ketat khususnya dalam penjadwalan produksi. Gambar di bawah ini mengilustrasikan sebuah tata letak posisi tetap.

4. Tata Letak Teknologi Kelompok (Group Technology Layout) Menurut Wignjoesoebroto (2009), tata letak tipe ini didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompokkan berdasarkan langkah-langkah pemrosesan, bentuk, mesin, atau peralatan yang dipakai. Pada tipe tata letak ini nantinya seluruh fasilitas produksi juga akan dikelompokkan dalam sebuah manufacturing cell. Efisiensi yang tinggi akan dicapai sebagai hasil dari pengaturan fasilitas produksi secara kelompok karena menjamin kelancaran aliran kerja. Keuntungan dari tata letak teknologi kelompok yaitu: a. Akan diperoleh pendayagunaan mesin yang optimal. b. Lintasan aliran kerja lebih lancar dan jarak perpindahan material lebih pendek bila dibandingkan dengan process layout. c. Suasana kerja kelompok dapat diwujudkan sehingga keuntungan dari aplikasi job enlargement juga akan diperoleh. d. Memiliki keuntungan-keuntungan yang ada pada tipe product layout maupun process layout karena tipe tata letak ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari kedua tipe layout tersebut. Keterbatasan tata letak teknologi kelompok yaitu: a. Diperlukan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi untuk mengoperasikan semua fasilitas produksi sehingga aktivitas supervise juga harus ketat. b. Sangat tergantung pada kegiatan pengendalian produksi. c. Diperlukan buffers dan work in process storage. d. Sulit mengaplikasikan fasilitas produksi tipe special purpose. Berikut adalah gambar yang mengilustrasikan sebuah tata letak teknologi kelompok:

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA Annisyah, Eka Mariska. 2010. Perancangan Tata Letak Fasilitas Pabrik Dengan Menggunakan Metode Craft (Studi kasus : Bidang Konstruksi PT. Inti Pindad Mitra Sejati). http://digilib.ittelkom.ac.id [diakses tanggal 18 Desember 2012] Anonim. 2012. Tata Letak Pabrik: Tujuan dan Prinsip. http://aeunike.lecture.ub.ac.id/ [diakses tanggal 18 Desember 2012] Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan Edisi 3. Penerbit ITB : Bandung Wignjosoebroto, Sritomo. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga. Penerbit PT Guna Widya : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai