Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1. Anatomi Telinga Tengah Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh udara dan dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan membran timpani, sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga dalam. Teinga tengah terdiri dari dua bagian, yaitu kavum timpani yang secara langsung berbatasan langsung dengan membrane timpani dan resessus epitimpanika pada bagian superior. Telinga tengah terhubung dengan area mastoid pada bagian posterior dan nasofaring melalui suatu kanal yang disebut tuba Eustachius (pharyngotympanic )

Gambar 1.1. Anatomi Telinga Tengah

2. Tuba Eustachius Merupakan saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Panjangnya pada dewasa kurang lebih 37-40 mm dan pada anak dibawah umur 9 bulan kurang lebih 17,5 mm. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring, tuba ini berjalan ke arah inferomedial sehingga ada perbedaan level antara muara pada cavum tympani dan muara pada nasofaring (sekitar 15 mm). Anatomi tuba eustachius ini dibagi menjadi 2 bagian : pars osseus dan pars cartilaginea. Pertemuan antara pars osseus dan pars cartilaginea merupakan daerah yang paling sempit yang dinamakan isthmus. Pars osseus bermuara pada dinding anterior cavum tympani, bagian ini merupakan bagian yang selalu terbuka dan merupakan 1/3 dari panjang tuba. Pars cartilaginea merupakan 2/3 dari panjang tuba, berbentuk seperti terompet. Bagian ini bermuara pada nasofaring dan selalu berada dalam keadaan tertutup, hanya sewaktuwaktu terbuka yaitu apabila ada kontraksi dari m. levator dan m. tensor veli palatina, yaitu pda waktu orang menguap atau menelan. Fungsi dari tuba eustachius : 1. Menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar 1 atm. 2. Menjamin ventilasi udara dari cavum tympani.

Pada bayi ternyata tuba eustachius letaknya lebih horizontal, lumennya relatif lebih besar sehingga keadaan ini membawa akibat seringnya terjadi otitis media pada bayi.

Gambar I.2. Gambar perbedaan Tuba Eustachius pada anak dan dewasa Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Disfungsi Tuba Eustachius Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah. Padahal, tekanan udara di luar membran timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah. Keadaan ini mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh gelombang suara. Gejala utamanya yaitu pendengaran tidak tajam. Dapat juga dirasakan nyeri pada telinga karena membran timpani menjadi tegang. Gejala lain yang bisa muncul termasuk: terasa penuh dalam telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan pusing. Salah satu atau kedua telinga dapat terkena. Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih. Hal itu tergantung penyebabnya. Pada kasus pilek batuk, gejala akan hilang dalam kurang lebih seminggu. Saat gejala sudah ringan, penderita akan mendapat sensasi suara dalam telinga. Selain itu, pendengaran berkurang akan hilang dan timbul pada beberapa waktu sebelum kembali pulih.

2.2. Etiologi Disfungsi Tuba Eustachius Disfungsi Tuba Eustachius terjadi bila tuba eustachius ter-blok atau jika dinding tuba membengkak atau jika tuba tidak dapat terbuka yang seharusnya untuk mengalirkan udara ke telinga tengah.

2.3 ISPA Hal ini merupakan penyebab tersering dari Disfungsi Tuba Eustachius. Hidung yang tersumbat atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain dapat mem-blok tuba eustachius. Satu infeksi dapat menyebabkan tuba eustachius menjadi radang dan bengkak. Pada umunya orang akan mengalami satu atau lebih tahap saat mereka terkena flu dan ada saatnya mereka tidak dapat mendengar dengan baik karena adanya disfungsi tuba eustachius. Gejala gejala pada disfungsi tuba eustachius dapat muncul sampai lebih dari seminggu (bahkan lebih lama) atau setelah infeksi sudah tidak ada. Hal ini karena terperangkapnya mucus dan pembengkakan dapat menghambat pembersihan walaupun infeksi sudah lama hilang. 2.4 Alergi Alergi yang mengakibatkan efek pada hidung seperti perinial rhinitis dapat mengakibatkan mucus berlebih dan peradangan sekitar tuba eustachius yang berujung pada disfungsi tuba eustachius. 2.5 Blockages Segala sesuatu yang mengakibatkan tertutupnya tuba eustachius dapat berujung disfungsi tuba eustachius. Sebagai contoh, pembesaran adenoid. Disfungsi tuba eustachius jarang dapat menjadi suatu gejala dari tumor yang terjadi pada bagian belakang hidung. 2.6 Penerbangan / Menyelam (Barotrauma) Beberapa orang merasakan rasa sakit di telinga ketika mendarat saat melakukan penerbangan. Hal itu karena tidak seimbangnya tekanan yang terjadi di sisi lain dan membrane timpani saat pesawat turun. Saat pesawat turun, tekanan udara menjadi tinggi di sekitar. Hal ini mendorong membran timpani masuk ke dalam dan dapat mengakibatkan rasa sakit. Pada banyak orang, menelan dan mengunyah menyebabkan udara naik ke tuba eustachius untuk menyamakan tekanan. Beberapa penerbangan menawarkan hidangan ketika pesawat akan mendarat dengan tujuan agar kita melakukan tindakan menelan dan mengunyah. Kenapa dibagikan permen saat mau mengudara dan mendarat? Karena kalau kita mengisap/mengemut permen kita
5

menelan. Selama proses menelan itu otot otot di sekitar tenggorokan ikut membantu rongga/saluran dari dalam ke luar sehingga tekanan udara dalam telinga bisa diseimbangkan dengan tekanan udara luar. Tapi kalau sedang flu, rongga tersebut tersumbat oleh slime/mucus ataupun pembengkakan/radang sehingga sulit terjadi proses penyeimbangan tekanan. Saat mengudara rongga dalam telinga masih bertekanan normal / sesuai di darat, sedangkan karena pesawat bertambah tinggi maka tekanan udara kabin berkurang. Artinya dalam rongga telinga tekanan udaranya lebih besar dari pada di luar / cabin. Demikian sebaliknya ketika mendarat. Dengan melakukan menelan air liur biasanya bisa terbuka saluran tadi. Tetapi jika tersumbat akan terasa sakit. Bagaimanapun juga jika kita memiliki tuba eustachius yang sempit, pilek atau hal lain yang mengakibatkan ter-bloknya tuba eustachius dan tidak seimbangnya tekanan dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius dan bahkan rasa sakit pada telinga.

Gambar II.1. gambaran perbedaan tekanan udara ditelinga

Diagnosa Anamnesa Endoskopi M. timpani hiperemi Autoskop dengan valsava Tympanometri

Pengobatan Kadangkala, tidak ada pengobatan khusus yang dilakukan. Pada banyak kasus, DTE yang terjadi termasuk ringan dan tidak berlangsung lama sekitar beberapa hari dampai satu minggu. Sebagai contoh, DTE karena pilek batuk. Tidak ada pengobatan khusus yang dibutuhkan dan gejala dengan segera akan hilang. Mencoba mengalirkan udara ke Tuba Eustashius Udara mengalir dan keluar dari tuba eustachi saat menelan, menguap dan mengunyah. Selain itu, dapat dilakukan hal berikut. Tarik napas dalam-dalam. Lalu, coba untuk membuang napas dengan mulut tertutup dan menjepit hidung (valsava maneuver). Dengan cara ini, tidak ada udara yang keluar tapi kita dapat mendorong udara masuk ke dalam tuba eustachi. Jika melakukan hal ini, kita akan merasakan udara terdorong masuk ke dalam telinga tengah. Hal ini baik untuk dicoba jika telinga terasa sakit ketika pesawat mendarat/landing. Dekongestan Nasal Spray/tetes Hal ini disarankan oleh dokter jika mengalami batuk pilek atau hal lain yang menyebabkan hidung tersumbat. Kita dapat mendapatkannya di bagian farmasi. Bagaimanapun juga, kita tidak boleh menggunakan nasal dekongestan spray atau tetes lebih dari 5-7 hari. Jika menggunakan lebih lama, akan memperburuk kongesti di nasal. Antihistamine Hal ini akan disarankan oleh dokter jika mempunyai alergi. Pada situasi ini, antihistamin akan membantu untuk memperingati kongesti nasal dan peradangan.

Steroid nasal spray Spray nasal steroid dapat disarankan oleh dokter jika diduga ada alergi atau penyebab lain peraadangan persisten di hidung. Obat ini bekerja mengurangi peradangan di hidung. Hal ini memerlukan beberapa hari bagi spray steroid untuk memberikan efek yang penuh. Oleh karena itu, penderita tidak akan mengalami gejala penyembuhan dengan cepat saat awal mula pemakaian. Bagaimanapun, jika segala peradangan dikurangi di belakang hidung, tuba eustachi akan berfungsi lebih baik. Di rujuk ke spesialis Jika gejala berlangsung terus-menerus atau penyebab dari disfungsi tuba eustachi belum hilang, penderita akan dirujuk ke specialist. Pengobatan tergantung pada penyebab-penyebab yang ditemukan. Pencegahan Pada pasien ISPA/alergi sebaiknya tidak berpergian ke daerah dengan ketinggian yang berbeda. Untuk menyamakan tekanan di telinga tengah. Menguap mengunyah permen karet Valsava menelan 2.7 Tuba Terbuka Abnormal Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga tengah waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rhinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan esterogen pada laki-laki.

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri terdengar lebih keras) keluhan ini kadang sangat mengganggu sehingga pasien mengalami stress berat. Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membrane timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada respirasi (a telltale diagnostic sign). Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat penenang saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet) 2.8 Obstruksi Tuba Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat terjadi oleh tampon posterior hidung (bellocq tampon) atau oleh sikatrik yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).

2.9 Kelainan Telinga Tengah (Otitis Media) Terdapat beberapa kelainan yang bisa kita temukan di telinga tengah, seperti gangguan fungsi tuba eustachius, barotrauma (aerotitis), otitis media, otosklerosis, dll. Namun dalam blog ini hanya akan di bahas otitis media karena kelainan inilah yang paling sering ditemukan di klinik.

2.9.1 Otitis Media Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Catatan : Otits Media Supuratif Akut Otitis Media Sub Akut < 3 mgg

> 3 mgg sampai 2 bulan

Otitis Media Supuratif Kronik Sumber : Buku THT FKUI

2.9.2 Otitis Media Supuratif 2.9.2.1 Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) Definisi dan Patogenesis Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.
10

Otitis media akut terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, pencetus terjadinya OMSA adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMSA. Pada bayi, terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisntal. Kuman penyebab utama ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus

hemolitikus, Stafilokokus aureus,Pneumokokkus. Selain itu kadang ditemukan juga hemofilus influenza, Escheria coli, Streptokokus anhemolitikus.

Stadium dan Terapi a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi udara. Hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran napas atas berlanjut ke mukosa tuba eustachius. Akibatnya mukosa tuba eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius. Kadang-kadang membran timpani tampak normal, atau berwarna keruh (pucat). Keluhan yang dirasakan : telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus. Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membran timpani berubah menjadi retraksi / tertarik ke medial dengan tanda-tanda lebih cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi, dan refleks cahaya hilang atau berubah (memendek). Terapi : pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik (>12 tahun).

11

b.

Stadium Hiperemis (Pre Supurasi) Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani. Seluruh mukosa membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. Terapi : antibiotik (yang dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin), obat tetes hidung, analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila alergi dengan penisilin, amak diberikan eritromisin. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.

c.

Stadium Supurasi (Bombans) Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, terbentuk eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah berat. Apabila tekanan di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Terapi : Pemberian antibiotik dan miringotomi (bila membran timpani masih utuh). Dengan melakukan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

d.

Stadium Perforasi Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous dapat menimbilkan perforasi pada membran timpani. Terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi dapat mengakibatkan terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Keluhan yang dirasakan sudah banyak berkurang (karena tekanan di kavum timpani berkurang), keluar cairan di telinga, penurunan pendengaran, keluhan infeksi saluran napas atas masih dirasakan.

12

Pada pemeriksaan otoskopi meatus eksternus masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak membran timpani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di sentral. Terapi : cuci telinga H2O2 3% selama 3 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 10 hari. e. Stadium Resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walau tanpa pengobatan.

Komplikasi Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. OMSA dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi. Bila OMSA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar selama satu setengah sampai 2 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK). Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

Prognosis Prognosis pada OMSA baik bila terapi yang diberikan adekuat.

13

2.9.3

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

Pendahuluan OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari liang telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin kental, bening, atau berupa nanah. Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.

14

Klasifikasi a. Berdasarkan letak perforasi di membran timpani, OMSK terbagi atas : Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran timpani. Bisa anteroinferior, postero-inferior, dan postero-superior, kadang-kadang sub total. Sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani. Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan perforasi marginal merupakan perforasi pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida. b. Berdasarkan jenis serangan, OMSK terbagi atas: OMSK tipe benigna (= tipe mukosa = tipe jinak = tipe aman) Proses peradangan terbatas pada mukosa, biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral (pars tensa) Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya Tidak terdapat kolesteatom OMSK tipe maligna ( = tipe tulang = tipe ganas = tipe bahaya) OMSK yang disertai dengan kolesteatom Perforasi terletak di marginal atau atik Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna b. Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK terbagi atas : OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif. OMSK tenang : OMSK dengan keadaan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.

Etiologi Penyebab OMSK antara lain : Lingkungan Genetik otitis media sebelumnya infeksi saluran napas atas autoimun alergi gangguan fungsi tuba eustachius
15

Gejala Klinis Telinga berair (otore) Gangguan pendengaran Otalgia (nyeri telinga) Vertigo

Penatalaksanaan Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi, dimana penatalaksanaan terbagi atas pengobatan konservatif dan operasi.

2.9.4 Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa) Pendahuluan Sinonim : otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear) Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang maka disebut otitis media akut (OMA). Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik (glue ear)
16

2.9.4.1. Otitis Media Serosa Akut Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain: Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas. Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan napas atas. Idiopatik. Gejala Klinis Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang. Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pengobatan Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung), antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas. Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringotomi.

17

Bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dengan pemasangan pipa ventilasi (Grommet tube).

2.9.4.2. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear) Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga. Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan mekanis pada tuba. Gejala klinik: Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena sekret kental atau glue ear. Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan. Pengobatan: Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet-tube). Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi antihistamin-dekongestan peroral kadang-kadang bisa berhasil. Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.
18

BAB III KESIMPULAN

Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring berjalan ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi: pars osseus dan pars cartilaginea. Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan. Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Saat udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah sehingga mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh gelombang suara. Gejalanya yaitu pendengaran tidak tajam, dapat juga dirasakan nyeri, terasa penuh dalam telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan pusing. Salah satu atau kedua telinga dapat terkena. Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih, tergantung penyebabnya. Untuk mendiagnosa dilakukan anamnesa, endoskopi, autoskop dengan valsava, dan tympanometri. Kadangkala pada pengobatan disfungsi tuba eustachius tidak ada pengobatan khusus yaitu cukup dengan menelan, mengunyah, menguap, atau dengan perasat valsava. Namun pada keadaan tertentu seperti batuk, pilek, alergi, dan otitis media dapat diberikan dekongestan nasal spray, antihistamine, steroid nasal spray, hingga operasi.

19

Anda mungkin juga menyukai