Anda di halaman 1dari 32

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

ASFIKSIA
David Suwandi
ASFIKSIA
Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya
gangguan pertukana udara, mengakibatkan hipoksia
dan hiperkapnia dan menyebabkan kematian

ETIOLOGI

Alamiah Mekanik Keracunan

• Laringitis Difteri • Asfiksia mekanik • Barbiturat


• Fibrosis Paru • Pneumothorax • Narkotika
• Trauma yang
menyebabkan
emboli
MACAM-MACAM ANOXIA
(Menurut Gordon)
ANOXIC ANOXIA

• Obstruksi jalan nafas


• Tekanan eksternal pada dinding dada
• Kegagalan pusat nafas
• Bernafas pada atmosfer yang mengandung gas inert

ANEMIC ANOXIA

• Berkurangnya kapasitan angkut oksigen oleh hemoglobin

HISTOTOXIC ANOXIA

• Depresi proses oksidatif sel

STAGNANT ANOXIA

• Gangguan aliran darah


PEMERIKSAAN JENAZAH UMUM
PADA KASUS ASFIKSIA
PEMERIKSAAN LUAR PEMERIKSAAN DALAM
• Lebam Mayat • Darah lebih gelap dan encer
– Merah kebiruan gelap (CO2
• Busa halus dalam saluran
napas
tingggi)
• Pembendungan sirkulasi
• Kepala • Petekiae di :
– Pelebaran PD konjungtiva – Mukosa usus halus
palpebrae dan bulbi – Epicardium daerah belakang
– Busa halus pada hidung dan – Pleura visceralis
mulut – Kulit kepala sebelah dalam
• Edema paru
– Tardieu’s spot
• Kelainan akibat kekerasan
(fraktur laring)
ASFIKSIA MEKANIK
Penutupan Lubang Saluran Napas Atas

• Pembekapan (Smothering)
• Penyumbatan (Gagging dan Chocking)

Penekanan Dinding Saluran Napas

• Penjeratan (strangulation)
• Pencekikkan (manual strangulation, throttling)
• Gantung (hanging)

Asfiksia Traumatik

Saluran Pernapasan Terisi Air

• Drowning
• Penurunan kadar O2 dan Penimbunan CO2 merangsang
pusat pernapasan di MO
Dipsnea • Frekuensi dan amplitudo nafas meningkat
• TD naik, nadi cepat, sianosis muka dan tangan

• Kejang klonik -> tonik -> spasme opistotonik


• Pupil berdilatasi
Konvulsi • Denyut jantung menurun, TD menurun
• Diakibatkan otak kekurangan O2

• Depresi sistem pernapasan menyebabkan nafas berhenti


Apnea • Kesadaran menurun
• Relaksasi sphincther (pengeluaran sperma, urin, tinja)

• Paralisis pusat pernafasan lengkap


Akhir • Jantung masih berdenyut beberapa saat
Manner Of Death
PEMBEKAPAN
(cara kematian) (Smothering)
MECHANISM OF DEATH
• Suicide
Pada penyakit jiwa, tahanan ASFIKSIA

• Accidental PEMERIKSAAN JENAZAH


Bayi pada bulan pertama • Luka lecet jenis tekan/geser
kehidupan • Goresan kuku/memar di sekitar
ujung hidung, bibir, pipi, dagu
• Homicidal • Luka memar/lecet pada
Pembunuhan anak sendiri permukaan dalam bibir
Pembunuhan pada orang • Luka pada bagian belakang
yang tidak berdaya tubuh
• Tanda-tanda asfiksia
GAGGING and CHOCKING
Manner Of Death MECHANISM OF DEATH
(cara kematian) • Asfiksia
• Suicide
• Vagal refleks pada
Pada penyakit jiwa, tahanan arcus faring cardiac
arrest
• Accidental
Saat makan dan tersedak PEMERIKSAAN JENAZAH
• Orofaring/Laringofaring :
• Homicidal
– Ditemukan benda sumbatan
Bayi/orang dengan fisik seperti saputangan, gigi
lemah palsu, batu, arang,dsb
• Tanda-tanda asfiksia
PENCEKIKAN
(Manual Strangulation)
Manner Of Death
(cara kematian)

HOMICIDAL

MECHANISM OF DEATH
• Asfiksia
• Vagal refleks pada
carotid body  cardiac
arrest
PEMERIKSAAN JENAZAH
• Pembendungan muka dan kepala
• Kekerasan pada leher :
– Luka lecet kulit, dangkanl, bentuk
bulan sabit
• Memar/perdarahan itit leher
• Fraktur os hyoid dan cornu superior
cartilago tiroid
• Tanda asfiksia
PENJERATAN
(STRANGULATION)
Manner Of Death
(cara kematian)
• Suicide (self strangulation)
Simpul hidup atau hanya
dililitkan, jumlah lilitan >1

• Accidental
Bekerja dengan selendang di MECHANISM OF DEATH
leher, tertarik ke mesin • Asfiksia
• Vagal refleks  cardiac arrest
• Homicidal
Simpul mati + luka di leher
PEMERIKSAAN JENAZAH
• Jerat  BARANG BUKTI
– Simpul hidup
– Simpul mati
Jerat digunting serong pada tempat
berlawanan dengan simpul, simpul diikat
dengan benang
• Jejas Jerat
– Jejas Jerat
mendatar, melingkari leher
setinggi/di bawah cartilago tiroid
– Pola Jejas  scotch tape
• Luka lecet tekan di leher
GANTUNG JUDICIAL HANGING
(HANGING)
MECHANISM OF DEATH Diiatuhkan dari ketinggian 2m
• Kerusakan batang otak dan
medula spinalis (judicial hanging)
• Asfiksia Terpisahnya vertebrae C2-C3 atau
• Iskemik otak C3-C4
• Vagal refleks

Medula spinalis teregang


menekan MO/batas MO-pons

Kehilangan Kesadaran 
KEMATIAN
Typical Hanging

• Titik gantung di atas oksiput


• Tekanan pada A. carotis paling besar

Atypical Hanging

• Titik gantung di samping


• Leher dalam posisi flexi lateral
• Hambatan pada A. carotis dan A.vertebralis

Titik gantung di depan dagu

JENIS HANGING
JERAT
• Terletak lebih tinggi dari
leher
• Lebih meninggi di bagian
simpul
• Kulit cekung ke dalam
• Pada tepi jejas ditemukan
luka lecet

LEBAM MAYAT
POSISI KORBAN • Mengarah ke bawah (kaki,
• Complete Hanging tangan, genitalia eksterna)
• Duduk berlutut • Pria : ereksi penis +
• Berbaring pengeluaran semen
• Wanita : Labium membesar
PERBEDAAN ANTEMORTEM DAN
POST MORTEM HANGING
PERBEDAAN HANGING DAN
STRANGULASI
TANDA KHAS
TANDA KHAS

Luka lecet tekan/geser, memar di ujung hidung,


PEMBEKAPAN
bibir, pipi, dagu
Luka lecet, kecil, dangkal berbentuk BULAN SABIT
PENCEKIKKAN
akibat penekanan kuku jari
Jejas jerat horizontal melingkari leher setinggi
PENJERATAN
cartilago thryoid
Jejas jerat mendatar (bentuk U)
GANTUNG (PEMBUNUHAN) Jarak dari lantai jauh
Lilitan jerat satu dengan simpul mati
Jejas jerat meninggi ke arah simpul (bentuk V)
GANTUNG (BUNUH DIRI) Jarak dari lantai dekat
Lilitan jerat satu/lebih dengan simpul hidup
ASFIKSIA SEKSUAL
(AUTOEROTIC
ASPHYXIA)

KASUS DEVIASI SEKSUAL DENGAN


Penekakan Saluran Nafas
(korban hidup)
CARA GANTUNG UNTUK
MENDAPATKAN KEPUASAN SEKSUAL

Petekiae akibat pembendungan


menetap beberapa hari HIPOKSIA CEREBRAL
Jejas membengkak hilang dalam Koma menetap
1-2 minggu Sequele : Psikosis, defisit
Luka Laring menyebabkan suara neurologis
serak
DROWNING
WET DROWNING

• Cairan masuk ke dalam saluran pernapasan

DRY DROWNING

• Cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan

SECONDARY DROWNING

• Terjadi setelah korban tenggelam

IMMERSION SYNDROME

• Korban meninggal mendadak akibat refleks vagal terhadap air dingin


Spasme
laring

Edema Gagging
Paru dan
(Air Asin) chocking
MEKANISME
KEMATIAN

VF
Vagal
(air Reflex
tawar)
DROWNING dalam air tawar
INTERSTITIAL

HIPOTONIK

ERITROSIT
ISOTONIS
HEMOLISIS
K+
SIRKULASI
PULMONAL Ca +

+ 5 MENIT
VF
DROWNING dalam air asin
INTERSTITIAL

HIPERTONIK
EDEMA PARU
HEMOKONSENTRASI
HIPOVOLEMIK
PENINGKATAN MG

ISOTONIS

SIRKULASI
PULMONAL
DC
+ 8-9 MENIT
PEMERIKSAAN DARAH JANTUNG

AIR TAWAR
KIRI < KANAN

10%

AIR ASIN
KANAN > KIRI
PEMERIKSAAN DIATOM
Alga bersel satu dengan dinding dari silikat yang
tahan panas dan asam kuat
DIATOM Langkah Kerja

• Paru • Diatom 4-
• Masukkan 100 gram
• Ginjal jaringan paru perifer dalam 5/LPB
• Otot Skelet labu Kjeldahl • 10-20 per
• Sumsum • + asam sulfat pekat sediaan
Tulang Paha • Diamkan ½ hari • 1 diatom pada
• Panaskan dalam lemari Sumsum
asam Tulang

Bahan • Teteskan asam nitrat pekat


hingga cairan menjadi jernih Temuan
Pemeriksaan
• Dinginkan dan sentrifuge
• Amati di bawah mikroskop
PEMERIKSAAN JENAZAH KORBAN
TENGGELAM
IDENTITAS

KONDISI SEBELUM TENGGELAM

Bila ditemukan diatom/benda


• Pemeriksaan diatom asing maka korban masih hidup
sebelum tenggelam
• Kadar elektrolit jantung
• Benda asing dalam saluran nafas dan cerna
• Kadar alkohol dalam lambung
PENYEBAB KEMATIAN DAN JENIS DROWNING

• Apakah korban meninggal karena tenggelam/penyebab


lain
• Adakah antemortem impact

FAKTOR YANG BERPERAN PADA KEMATIAN


• Adakah kekerasan antemortem
• Penggunaan alkohol dan obat-obatan

PENYULIT YANG MEMPERCEPAT KEMATIAN

• Kondisi “Immersion Syndrome”


• Adakah spasme glottis
PEMERIKSAAN LUAR
• Mayat dalam keadaan basah
• Busa halus pada hidung dan
mulut
• Mata setengah
terbuka/tertutup
• Cutis anserina
• Washer’s Woman hand
• Cadaveric Spasm
• Luka-luka lain
PEMERIKSAAN DALAM
• Busa halus dan benda
asing dalam saluran napas
• Paru-paru bisa membesar
seperti balon, lebih berat,
menutup kandung jantung
(tenggelam di air asin) atau
normal (tenggelam di air
tawar)
• Otak, ginjal, hati, limpa
mengalami pembendungan
• Lambung membesar berisi
air dan lumpur
PERBEDAAN ANTEMORTEM DAN
POSTMORTEM DROWNING
TERIMAKASIH
Daftar Pustaka
Budiyarto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., &
Mun'im, A. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK
Universitas Indonesia.

Sharma, R. K. (2011). Concise Textbook of Forensic Medicine


and Toxicology. New Delhi: Global Education Consultant.

Shepherd, R. (2011). Simpson’s Forensic Medicine (13 ed.).


London: Hodder Arnold.

Anda mungkin juga menyukai