Anda di halaman 1dari 11

PENGUJIAN HASIL PENGECORAN LOGAM NON-FERRO

MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Pengecoran & Tempa Yang dibina oleh Bapak Drs. Putut Murdanto, M.T

Oleh Agus Suyetno Akhmad Khoirur Rizal Dimas Surya Widodo Arip Wibowo 109511414315 109511414317 109511414318 109511414319

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN Pebruari 2011

A. PENDAHULUAN

Di era modern ini perkembangan teknologi berkembang sangat pesat, semakin lama semakin maju. Untuk itu sebagai orang yang akan bekerja di teknik mesin khususnya harus dapat mengembangkan kemampuan dalam bidang teknik. Sehingga kita haruslah banyak belajar tentang dasar-dasar teknik sebelum untuk selanjutnya kita terjun dalam dunia kerja yang nyata. Dari sekian banyak yang harus dipelajari antara lain adalah pengecoran dan tempa, dimana semua itu merupakan suatu proses pembentukan yang telah mendukung pembuatan suatu benda yang baik, berkualitas dan bermanfaat. Praktikum pengecoran dan tempa sendiri merupakan praktikum dasar dalam dunia pemesinan. Mata kuliah praktikum pengecoran dan tempa yang ditempuh oleh mahasiswa teknik mesin universitas negeri malang semester IV yaitu 3 SKS (system kredit semester) dengan 6 JS (jam study), yang dilaksanakan dilaboraturium teknik mesin universitas negeri malang yaitu digedung G2 lantai satu. Dalam praktikum ini mahasiswa dilatih untuk memiliki keterampilan untuk mengenal proses pengecoran sampai

mempraktekannya langsung. Pratikum ini dititik beratkan pada pembuatan benda kerja dari limbah alumunium yang kemudian dibakar dan dilelehkan lalu dibentuk kembali. Dalam proses pengecoran, logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Dalam proses penecoran itu sendiri juga perlu dilakukan suatu pengujian terhadap benda hasil pengecoran agar memenuhi standart kualitas mutu dari benda cor tesebut. Kami mengharap setelah melaksanakan praktikum pengecoran dan tempa serta mengetahui proses-proses

pengujiannya, kita bisa lebih mengerti mengenai dunia teknik mesin.

B. PEMBAHASAN

1. Syarat-syarat kualitas logam. Logam merupakan salah satu bahan yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam memenuhi berbagai kebutuhan bahan teknik. Hal ini dikarenakan berbagai keunggulan dari sifat logam yang hampir semua sifat bahan produk dapat dipenuhi oleh sifat logam, disamping logam yang dapat diperbaiki sifat-sifatnya sesuai dengan kebutuhan sifat produk yang diinginkan. Kualitas suatu produk ditentukan oleh terpenuhinya berbagai sifat yang disyarat oleh produk itu sendiri, dan diantara syarat kualitas tersebut antara lain, syarat fungsional dan syarat mekanis. Syarat fungsional akan didukung oleh syarat dimensional geometris,serta syarat estetis, sedangkan syarat mekanis akan didukung oleh kualitas physic. Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut. Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan

pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Kualitas Fungsional Kualitas fungsional merupakan syarat kegunaan apakah suatu produk itu dapat memenuhi syarat dalam fungsi dan kegunaannya; apakah sebagai komponen, atau sebagai konstruksi rakitan. Kesesuaian ini akan ditentukan oleh kesesuaian bentuk serta ukuran sesuai dengan syarat ukuran atau syarat dimensional geometris yang direncanakan, jika

produk itu berupa komponen, maka komponen ini akan dirakit sesuai dengan komponen lain sebagai pasangannya. Dan sudah barang tentu dalam perencanaan sebuah produk factor estetika juga menjadi pertimbangan, sehingga ada perpaduan yang serasi antara seni dan Teknologi. Kualitas Mekanik Kualitas mekanis merupakan syarat kualitas produk yang berhubungan dengan kekuatan atau ketahanan produk tersebut, apakah sebagai komponen atau sebuah konstruksi rakitan dari berbagai komponen, untuk menerima pembebanan pada beban dengan besar dan arah tertentu, kadang-kadang Kualitas Mekanis menjadi syarat utama karena sifat mekanis bahan ini akan mendukung pula kepada sifat fungsional dari produk yang telah disebutkan. Keragaman fungsi dan dimensional produk ini menjadikan beragam pula syarat mekanik yang harus dipenuhi karena akan beragam pula gaya dan arah gaya yang harus ditopang oleh produk tersebut, seperti : tarik, geser, puntir, lengkung dan lain-lain dengan kondisi physic yang baik, artinya tidak terdapat cacat, baik cacat luar seperti keretakan ataupun cacat dalam seperti keropos dan lain-lain. Berbagai persyarat kualifikasi produk tersebut merupakan faktorfaktor penting yang harus diperhatikan dalam pelayanannya dan harus dilakukan sebelum, selama dan setelah proses produksi itu dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi kualitas persyaratan yang telah ditentukan. Pada Industri manufaktur biasanya terdapat sebuah departemen tertentu yang menangani hal ini yakni Dept. Quality Assurance (QA) didalamnya terdapat pengendalian mutu yang disebut Quality Control (QC), dengan lingkup kerja antara lain pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan sejak bahan tersbut diterima (incoming materials) ; apakah material yang diterima sesuai dan memenuhi syarat yang ditentukan dan lain-lain, pengendalian proses produksi yakni

pemeriksaan selama proses produksi, untuk memeriksa apakah proses produksi sudah sesuai dengan standard operasional prosedure (SOP) yang telah ditentukan, termasuk diantaranya penanganan alat ukur dan kalibrasi alat-alat ukur yang digunakan untuk pengendalian kualitas dimensional geometris memastikan bahwa alat ukur yang digunakan tersebut memenuhi standar pengukuran yang berlaku, sehingga hasil ukur dari produk yang dihasilkan berada pada ukuran yang dikehendaki. Proses ini merupakan rangkaian proses produksi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dan merupakan upaya pelayanan dan pengendalian mutu produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2. Macam-Macam Pengujian Benda Hasil Pengecoran

1. Uji Komposisi Uji komposisi merupakan pengujian yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak jumlah suatu kandungan yang terdapat pada suatu logam, baik logam ferro maupun logam non ferro. Uji komposisi biasanya dilakukan ditempat pabrikpabrik atau perusahaan logam yang jumlah produksinya besar, ataupun juga terdapat di Instititut pendidikan yang khusus mempelajari tentang logam. Proses pengujian komposisi berlangsung dengan pembakaran bahan menggunakan elektroda dimana terjadi suhu rekristalisasi, dari suhu rekristalisasi terjadi penguraian unsur yang masing-masing beda warnanya. Penentuan kadar berdasar sensor perbedaan warna. Proses pembakaran elektroda ini tidak lebih dari tiga detik. Pengujian komposisi dapat dilakukan untuk menentukan jenis bahan yang digunakan dengan melihat persentase unsur yang ada.

2. Uji Kekuatan Tarik Proses pengujian tarik mempunyai tujuan utama untuk mengetahui kekuatan tarik bahan uji. Bahan uji adalah bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi, agar siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan memberikan gaya yang berlawanan pada benda dengan arah menjauh dari titik tengah atau dengan memberikan gaya tarik pada salah satu ujung benda dan ujung benda yang lain diikat.

Penarikan gaya terhadap bahan akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) bahan tersebut. Kemungkinan ini akan diketahui melalui proses pengujian tarik. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran-butiran kristal logam yang mengakibatkan melemahnya gaya elektromagnetik setiap atom logam hingga terlepasnya ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum. Penyusunan butiran kristal logam yang diakibatkan oleh adanya penambahan volume ruang gerak dari setiap butiran dan ikatan atom yang masih memiliki gaya elektromagnetik, secara otomatis bisa memperpanjang bahan tersebut. Hasil yang diperoleh dari proses

pengujian tarik adalah grafik tegangan-regangan, parameter kekuatan dan keliatan material pengujian dalam prosen perpanjangan, kontraksi atau reduksi penampang patah, dan bentuk permukaan patahannya. Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelanpelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. dihasilkan kurva tegangan dan regangan. Kemudian dapat

Tegangan dapat diperoleh

dengan membagi beban dengan luas penampang mula-mula benda uji.

3. Uji Kekekasan Pengujian kekerasan adalah satu pengujian dari sekian banyak pengujian yang dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang relatif kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasi benda uji. Pengujian yang banyak dipakai adalah dengan cara menekankan penekanan tertentu kepada benda uji dengan beban tertentu dan mengukur bekas hasil

penekanan yang terbentuk di atasnya (Surdia, 2000). Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan yang tergantung pada cara melakukan pengujian. Ketiga jenis tersebut adalah kekerasan goresan, kerasan lekukan dan kekerasan pantulan. Akan tetapi pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian penekanan. Pada

pengujian penekanan terdapat beberapa alat uji yang dapat digunakan, antara lain dengan alat uji Brinell, Vickers dan Rockwell. Uji kekerasan Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola yang terbuat dari baja cram yang telah disepuh ke permukaan benda uji tanpa sentakan. Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis. Bola Brinell mempunyai standart dengan diameter (D) sama dengan 10 mm dengan penyimpangan maksimum saat beban tekan bekerja 0.005 mm. Selain itu masih ada bola lain dengan diameter 0.65 mm, I mm, 1.25 mm, 2 mm, 2.5 mm, dan 5 mm. Pengujian kekerasan harus dilakukan sampai pada batas plastis suatu benda uji, karena bila masih berada pada batas elastis benda uji maka dikhawatirkan bekas pijakan akan kembali lagi, walaupun tidak pada kondisi semula.

Pada pengujian BHN (Brinell Hardness Number), besar beban yang bekerja tcrgantung pada diameter bola dan jenis benda uji, sedangkan untuk penetrator diameternya tergantung dari tebal benda uji tersebut.

Untuk mengetahui besarnya nilai kekerasan digunakan rumus sebagai berikut :

Brinell, maka

4. Struktur Mikro Struktur mikro adalah struktur terkecil yang terdapat dalam suatu bahan yang keberadaannya tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat pengamat struktur mikro diantaranya; mikroskop cahaya, mikroskop electron, mikroskop field ion, mikroskop field emission dan mikroskop sinar-X. Penelitian ini menggunakan

mikroskop cahaya, adapun manfaat dari pengamatan struktur mikro ini adalah: 1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacat pada bahan. 2. Memperkirakan sifat bahan jika hubungan tersebut sudah diketahui. Langkah-langkah untuk melakukan pengamatan struktur mikro adalah pemotongan spesimen menjadi ukuran yang kecil kurang lebih seukuran 10mm x 10mm x 10mm, penempatan spesimen ke dalam cetakan dan cetakan tadi di isi resin yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses penghalusan, pengampelasan dengan menggunakan dari yang paling kasar (nomor besar), pemolesan dengan

amplas halus secara berurutan, mulai kecil) sampai yang halus (nomor

menggunakan bubuk penggosok ataupun pasta diamond. Pemeriksaan struktur mikro memberikan informasi tentang bentuk struktur, ukuran butir dan banyaknya bagian struktur yang berbeda.

5. Fatigue (Patahan) Patahan lelah disebabkan oleh tegangan yang berfluktuasi, dan juga dijumpai pada tegangan kurang dari 1/3 kekuatan tarik statik pada bahan struktur tanpa konsentrasi tegangan. Dalam keadaan dimana pemusatan tegangan diperhitungkan, mungkin bahan akan putus pada tegangan yang lebih rendah. Jadi kelelahan memegang peranan utama dalam putusnya bahan secara mendadak pada penggunaan suatu struktur atau komponen. Semua patahan yang disebabkan kelelahan melalui tahapan proses : 1. Terjadi keretakan lelah. 2. Perambatan retakan lelah. 3. Patahan statik terhadap luas penampang. Oleh karena itu pencegahan masing-masing perlu dilakukan pada setiap tahapan proses tersebut dibagian yang paling efektif. Dengan

pembebanan statis, retak dapat diinisiasi sebagai hasil dari deformasi

plastis berulang. Walaupun tegangan nominal masih dalam batas elastis secara lokal tegangan dapat diatas luluh karena konsentrasi tegangan pada cacat atau tarikan mekanis. Konsekuensinya deformasi plastis terjadi secara lokal pada skala mikro. Material yang mengalami siklus tegangan bolakbalik dapat mengalami kegagalan pada tegangan yang relatif lebih rendah (dibawah kekuatan elastis material). Batas daya tahan material adalah tegangan satuan maksimum dimana material dapat menahan dengan siklus tak hingga tanpa mengalami kegagalan . Salah satu sifat mekanis material adalah kelelahan (fatique). Sifat ini merupakan kekuatan material yang juga berpengaruh terhadap patahnya suatu logam. Dengan pembebanan tunggal kita bisa mengkarakterisasi sifat material logam, misalnya dengan uji tarik dan uji impak. Namun pada kenyataannya, beberapa aplikasi yang ada sering memunculkan adanya beban siklik (cyclic loading) dari pada beban statis. Dan dengan begitu akan muncul masalah yang khusus dalam penggunaan suatu material. Kekuatan fatik adalah fenomena umum dari kegagalan material setelah beberapa siklus pembebanan diberikan pada tingkat tegang di bawah tegangan tarik maksimal (ultimate tensile strenght). Di bawah ini adalah contoh grafik kegagalan material setelah mengalami beban dengan siklus tak hingga.

C. PENUTUP Kualitas suatu produk ditentukan oleh terpenuhinya berbagai sifat yang disyarat oleh produk itu sendiri, dan diantara syarat kualitas tersebut antara lain, syarat fungsional dan syarat mekanis. Syarat fungsional akan didukung oleh syarat dimensional geometris,serta syarat estetis, sedangkan syarat mekanis akan didukung oleh kualitas physic. Kualitas physic dari bahan dapat diketahiu dengan melakukan berbagai tahap pengujian, antara lain: 1. Uji Komposisi 2. Uji Kekuatan Tarik 3. Uji Kekekasan 4. Struktur Mikro 5. Fatigue (Patahan) Dengan dilakukanya berbagai macam proses pengujian tersebut, diharapka bahan hasil pengecoran dapat memenuhi semua syarat kualitas yang ada sehingga akan menjamin mutu dari bahan hasil pengecoran itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai