Anda di halaman 1dari 10

TAKHRIJ HADIS TENTANG PERINTAH MENIKAH

Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah Studi Hadis

Oleh: Abdul Haris NIM. 12710048 Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Kasuwi Saiban

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Prodi Al-Ahwal As-Syakhsiyyah Malang 2013

A. Pendahuluan Di samping al-Quran, hadis mempunyai peran yang sangat besar dalam penataan kehidupan manusia, baik dalam bidang hukum, politik, ekonomi maupun pranata sosial yang lain. Keberadaan hadis ini sempat terkacaukan oleh munculnya hadis-hadis palsu yang sengaja dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan kelompok maupun pribadi. Dengan munculnya hadis-hadis palsu ini para ulama berusaha untuk mempertahankan eksistensi hadis dengan meletakkan prinsip-prinsip/kaidah-kaidah ilmiah, sehingga dapat diketahui antara hadis yang palsu dan hadis yang benar-benar dari Nabi SAW (Al-Khatib, 1989: 427). Karena banyaknya hadis palsu yang beredar saat itu1 maka dikhawatirkan hadis-hadis tersebut masih beredar di kalangan kita sampai sekarang. Oleh karena itu takhrij hadis yanag tujuannya untuk mengetahui sumber dan status hadis sangat diperlukan agar kita tidak terjebak untuk mengatakan suatu hadis yang kenyataannya tidak berasal dari Nabi SAW. Makalah sederhana ini merupakan laporan hasil penelitian hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdan sebagai berikut :


Artinya : Abdan menceritakan kepada kami dari Abi Hamzah dari Amasy dari Ibrahim dari Alqamah; dia berkata: ketika saya berjalan bersama Abdullah, ia berkata: kami berada bersama Rasulullah SAW, beliau bersabda: barangsiapa yang mampu menikah maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan mata dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa. Karena puasa itu menjadi tameng baginya. Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah : Bagaimana status hadis riwayat Bukhoriy di atas khususnya dari tinjauan sanadnya? dan kandungan apa yang terdapat di dalamnya ?

Abdul Karim ibnu Abi al-Auja sebelum dihukum pancung menceritakan bahwa dia sudah membuat dan menyebarkan hadis palsu sebanyak 4000 hadis (al-Khatib, 1989 : 422)

Untuk

memperjelas pembahasan permasalahan

tersebut, makalah

ini

akan

menguraikan sub-sub bahasan : Takhrij hadis, Skema sanad, Kritik sanad, Hukum hadis, Fiqh hadis dan Pesan umum hadis. B. Takhrij Hadis Dalam mencari matan hadis tersebut penulis menggunakan metode takhrij kedua 2, yaitu dengan lafal hadis ( .) Lafal yang ditelusuri adalah

Untuk

mencari hadis tersebut, penulis menggunakan bantuan software Mausuah Hadits Syarif yang berisi kutubuttisah (Sembilan kitab hadits yang pokok). Dengan metode ini penulis temukan hadis tersebut di Kitab Sahih Bukhariy dalam

()

hadis nomor : 1772. Hadis ini juga terdapat dalam kitab Sahih Muslim (Kitab an-Nikah, nomor 2385, 2386), Sunan At-Tirmidzi (kitab an-Nikah, nomor 1001), Sunan An-Nasai (kitab as-Shiyam, nomor 2207, 2208, 2208, 2209, 2210, 2211, 3156, 3157, 3158, 3159), Sunan Abu Dawud (kitab an-Nikah, nomor 1750, 4050), Sunan Ibnu Majah (kitab an-Nikah, nomor 1835, 3903), Musnad Ahmad bin Hanbal (hadis nomor 3819, 3830), Sunan AdDarimiy (kitab an-Nikah, nomor 2071, 2072). Adapun yang akan diteliti dalam makalah ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. C. Skema Sanad Setelah dilakukan takhrij terhadap hadis riwayat al-Bukhari tersebut, maka di sini perlu penulis paparkan skema sanad sehingga nampak jelas jalur sanad, nama-nama perawi, pertemuan masing-masing perawi, dan shighat tahammul yang digunakan mereka. Skema tersebut dapat dilihat pada halaman berikut ini:

Abu Muhammad Abdul Muhdi menyebutkan ada lima metode takhrij, yaitu : (1) dengan lafal pertama hadis, (2) dengan lafal-lafal yang terdapat dalam hadis, (3) dengan perawi pertama, (4) dengan tema hadis, dan (5) dengan klasifikasi hadis (Abu Muhamad Abdul Muhdi, tth. : 24)

D. Kritik Sanad Sebagaimana yang terlihat pada skema hadis tersebut bahwa hadis tentang perintah untuk menikah di atas sanadnya terdiri dari enam orang yang masing-masing identitasnya dapat dilihat di bawah ini : 1. Abdan Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Jibillah bin Abi Rawad. Ia termasuk kalangan pembesar tuba atba at-tabiin. Nisbahnya: al-Azdiy dan Al-Marwazi. Ia mempunyai julukan: Abdan. Kuniahnya adalah: Abu Abdirrahman. Ia menetap di Homs. Wafat tahun 221 H. Ia meriwayatkan hadis antara lain dari: Syubah, Abu Hamzah as-Sukkary (Muhammad bin Maymun), Abi al-Munib Ubaidillah al-Atakiy, Malik bin Anas, Isa bin Ubayd al-Kindi, Ibnu al-Mubarak, Utsman (ayahnya). Sedangkan yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Muhammad bin Yahya adz-Dzahli, Muhammad bin Ali bin Hasan Syaqiq, Muhammad bin Yahya al-Yasykuri, Yaqub al-Fasawi, Ahmad bin Siyar, Ubaidullah bin Washil.3 Pernyataan kritikus hadis terhadap Abdullah bin Utsman antara lain: a. Muhammad bin Hamdawayh b. Ibnu Hibban c. Al-Hakim : : :

Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi Abdan/ Abdullah bin Utsman. Bahkan dari data di atas dapat diketahui bahwa Abdan adalah seorang tokoh hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian, pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Abu Hamzah dengan shighah tahammul adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Abdan dengan Abu Hamzah adalah bersambung. 2. Abu Hamzah Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Maymun. Kunyahnya Abu Hamzah. Nisbahnya: as-Sukkary al-Marwazi. Ia tinggal di Homs. Ia meninggal tahun 167 H. Dalam periwayatan hadis, Abu Hamzah menerima dari gurunya antara lain : Ibrahim bin Maymun, Jabir bin Yazid bin al-Harits, Abdul Aziz bin Rafi, Abdul Malik bin Umayr bin Suwayd, Qays bin Wahb, Sulaiman bin Mahran (Al-Amasy).
3

Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi, Tadzhib Tahdzib al-Kamal fi Asmai ar-Rijal, Jilid 5, (Kairo: Al-Fazouq Al-Haditsiyah, 2004), 222

Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Abdullah bin Utsman bin Jibillah, Ali bin Hasan bin Syaqiq, Yahya bin Wadlih.4 Para kritikus hadis yang menilai pribadi Abu Hamzah antara lain : a. Abdullah bin al-Mubarak b. Ahmad bin Hanbal c. Yahya bin Main d. An-NasaI e. Ibnu Hibban f. Ibnu Abdil Barr kecuali hanya satu orang saja. : : : : : : Dari data di atas dapat diketahui bahwa Abu Hamzah Dengan demikian pernyataan bahwa dia

Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca pribadi Abu Hamzah berkepribadian yang terpuji dan terpercaya.

menerima hadis dari Al-Amasy dengan shighah tahammul adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Abu Hamzah dengan Al-Amasy adalah bersambung. 3. Al-Amasy Namanya Sulaiman bin Mahran. Ia termasuk kelompok tabiin kecil. Kunyahnya adalah Abu Muhammad. Laqabnya Al-Amasy. Ia menetap di Kufah. Nisbahnya al-Asadi, al-Kahili. Ia wafat pada tahun 147 H. Dalam meriwayatkan hadis dia berguru antara lain kepada: Ibrahim bin Yazid bin Syarik, Ibrahim bin Yazid bin Qays, Anas bin Malik, Ismail bin Abi Kholid, Ismail bin Raja bin Rabiah, Ismail bin Muslim, Dzakwan. Sedangkan murid-muridnya yang meriwayatkan hadis darinya antara lain: Aban bin Taghlab, Ibrahim bin Sulaiman, Ibrahim bin Muhammad bin Harits, Ishaq bin Yusuf, Ismail bin Zakariya, Muhammad bin Maymun, Marwan bin Muawiyah bin Harits.5 Para kritikus hadis yang menilai kepribadian Al-Amasy antara lain : a. Al-Madini b. Ibnu Main c. Al-Ijli d. An-Nasai : : : :

e. Abu Hatim Ar-Razi :


4 5

Adz-Dzahabiy, Tadzhibu Tahdzib al-Kamal, Jilid 8, 312 Adz-Dzahabiy, Tadzhibu Tahdzib al-Kamal, Jilid 4, 171

f. Ibnu Hibban

: ,

Tidak ditemukan pernyataan kritikus hadis yang mencerca kepribadian Sulaiman bin Mahran, bahkan dari data di atas dapat diketahui bahwa Sulaiman bin Mahran adalah seorang tokoh hadis yang pribadinya terpuji dan terpercaya. Dengan demikian pernyataan bahwa dia telah menerima hadis dari Ibrahim bin Yazid bin Qays dengan sighat tahammul adalah dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Al-Amasy dengan Ibrahim bin Yazid bin Qays adalah bersambung. 4. Ibrahim bin Yazid bin Qays Namanya Ibrahim bin Yazid bin Qays. Kunyahnya adalah Abu Imran. Nisbatnya: An-Nakhoiy. Wafat tahun 96 H. Ia termasuk golongan Tabiin kecil. Dalam periwayatan hadis, Ibrahim bin Yazid bin Qays menerima dari gurunya antara lain: Aswad bin Yazid bin Qays, Jabir bin Zaid, Saad bin Malik bin Sinan, Aisyah binti Abu Bakar, Abbas bin Rabiah, Umar bin Syurahbil, Umar bin Abdullah bin Masud, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud, Alqamah bin Qays, Abdullah bin Habib. Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Sulaiman bin Mahran (Al-Amasy), Ibrahim bin Muhajir, Ismail bin Raja, Jarir bin Abdul Hamid, Utsman bin Umair.6 Mengenai kritikus hadis yang menilai kepribadian Ibrahim bin Yazid bin Qays ini yang penulis temukan antara lain dari : a. Abu Zarah b. Ibnu Hibban : :

Dari data yang penulis peroleh tidak ditemukan adanya kritikus hadis yang mencerca kepribadian Ibrahim bin Yazid bin Qays, bahkan terlihat pada kutipan di atas bahwa Ibrahim bin Yazid bin Qays termasuk perawi yang terpercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Ibrahim bin Yazid bin Qays dengan Alqamah adalah bersambung. 5. Alqamah bin Qays Nama lengkapnya adalah Alqamah bin Qays bin Abdullah bin Malik bin Alqamah. Ia termasuk kalangan pembesar Tabiin. Nisbahnya: an-Nakhoiy. Kunyahnya: Abu Syibl. Menetap di Kufah. Wafat pada tahun 62 H.

Adz-Dzahabi, Tadzhibu Tahdzib al-Kamal, Jilid 1, 279

Dalam periwayatan hadis, Alqamah bin Qays menerima dari gurunya antara lain: Aisyah binti Abu Bakar, Salamah bin Yazid, Saad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Shakhr, Abdullah bin Masud, Utsman bin Affan, Qays bin Marwan. Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Ibrahim bin Suwaid, Ibrahim bin Yazid bin Qays, Umar bin Syurahbil, Abdurrahman bin Aswad, Qays bin Rumi, Muhammad bin Sirin.7 Mengenai kritikus hadis yang menilai kepribadian Alqamah bin Qays ini yang penulis temukan antara lain dari: a. Ahmad bin Hanbal b. Yahya bin Main c. Utsman Ad-Darimi d. Ibnu Hibban : : : :

Dari data yang penulis peroleh tidak ditemukan adanya kritikus hadis yang mencerca kepribadian Alqamah bin Qays, bahkan terlihat pada kutipan di atas bahwa Alqamah bin Qays termasuk perawi yang terpercaya. Hal ini menunjukkan pula bahwa sanad antara Alqamah bin Qays dengan Abdullah bin Masud adalah bersambung. 6. Abdullah bin Masud Namanya Abdullah bin Masud bin Ghaffal bin Habib. Nisbahnya: al-Hudzali alMadaniy. SAW. Dalam periwayatan hadis, Abdullah bin Masud menerima dari gurunya antara lain: Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Yazid bin Harun, Amr bin Haitsam. Adapun para perawi yang meriwayatkan hadis darinya antara lain : Ibrahim bin Suwayd, Ibrahim bin Yazid bin Qays, Abu Zayd Mawla Amr bin Harits, Abu Utsman, Aswad bin Hilal, Abdurrahman bin Alqamah, Alqamah bin Qays, Abdurrahman bin Harmalah, Atha bin Yassar, Umar bin Syurahbil.8 Tidak ada komentar kritikus hadis terhadap Abdullah bin Masud. Karena ia termasuk sahabat Rasulullah SAW, yang rutbah (derajat) nya menempati posisi tertinggi dalam periwayatan hadis karena telah dijamin keadilannya.
7 8

Kunyahnya adalah Abu Abdirrahman.

Laqabnya adalah Ibnu Ummi Abd.

Menetap di Kufah, wafat di Madinah pada tahun 32 H. Ia termasuk golongan Sahabat Nabi

Adz-Dzahabiy, Tadzhibu Tahdzib al-Kamal, Jilid 6, 412 Mausuah Hadits Syarif edisi 2

Selanjutnya, agar nampak jelas jalur sanad hadis tersebut perlu penulis paparkan dalam tabel berikut ini : No. 1 Nama bin Jibilah bin Abi Rawad) Wafat Kritikus Muhammad Hamdawiyah Ibnu Hibban Al-Hakim 2 Abu Hamzah (Muhammad 167 H bin Maymun) Abdullah bin Mubarak Ahmad bin Hanbal Yahya bin Main An-Nasai Ibnu Hibban Ibnu Abdil Barr 3 Al-Amasy Mahran) (Sulaiman bin 147 H Ali bin Al-Madini Yahya bin Main An-Nasai Al-Ijliy Abu Hatim ar-Razi Ibnu Hibban 4 5 Ibrahim bin Yazid bin Qays Alqamah bin Qays 96 H 62 H Abu Zarah Ibnu Hibban Ahmad bin Hanbal Yahya bin Main Utsman Ad-Darimi Ibnu Hibban 6 Abdullah bin Masud 32 H bin Bobot Abdan (Abdullah bin Utsman 221 H

E. Hukum Hadis Berdasarkan penelitian mengenai sanad hadis yang diriwayatkan oleh Abdan (Abdullah bin Utsman) dapat diketahui bahwa seluruh perawi adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan sanadnya bersambung. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan Abdan tersebut adalah shahih lidzatihi.
8

F. Fiqh Hadis Jika dicermati lebih dalam makna hadis tentang perintah menikah tersebut mengandung muatan hukum sebagai berikut : 1. Orang yang mempunyai keinginan untuk menikah dan mempunyai sesuatu yang bisa dijadikan mahar (mas kawin), maka hendaknya ia menikah. 2. Orang yang mempunyai keinginan menikah akan tetapi tidak mampu membayar mahar (mas kawin), hendaknya ia berpuasa untuk mengekang nafsu seks-nya. G. Pesan Umum Hadis Dari riwayat hadis di atas dapat dipahami bahwa menikah adalah sesuatu yang amat penting. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan pastilah mempunyai nafsu birahi/ hasrat biologis yang hanya bisa dilampiaskan dengan lawan jenisnya. biologis yang tak tersalurkan akan membahayakan diri seseorang. menjerumuskan ke dalam lumpur perzinahan. Hasrat Hal itu bisa

Oleh karena itulah, Rasulullah SAW Dengan

memerintahkan orang yang mempunyai hasrat menikah, serta mempunyai harta (meskipun sedikit) untuk segera menikah, agar harga diri dan kehormatannya terjaga. menikah, orang akan lebih bisa menjaga pandangannya, serta terjaga kemaluannya. Sedangkan apabila orang tersebut tidak mempunyai harta dan tidak mampu membayar mahar, sedangkan ia mempunyai keinginan untuk segera menikah, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu bisa mengendalikan nafsu, gairah dan keinginan manusia. H. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Hadis tentang perintah menikah tersebut diriwayatkan oleh orang-orang yang terpercaya dan sanadnya bersambung. Oleh karena itu hadis tersebut dihukumi shahih lidzatihi. 2. Kandungan hadis tersebut antara lain bahwa seseorang yang mampu dan ingin menikah hendaklah menikah. Sedangkan yang tidak mampu, hendaklah berpuasa.

Referensi: 1. Software Mausuah Hadits Syarif edisi 2 2. Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi, Tadzhib Tahdzib al Kamal fi Asmai ar-Rijal, Kairo, Al-Fazouq Al-Haditsiyah, 2004
9

Anda mungkin juga menyukai