Anda di halaman 1dari 20

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan PT Berau Coal merupakan anak perusahan dari PT Berau Coal Power Tbk yang bergerang di bidang energy. Secara administratif Perjanjian Karya Pengusaha Batubara (PKP2B) PT Berau Coal terletak di kecamatan Tabur, Segah, Teluk Bayur, Tanjung Redeb, dan Sambaliung di Kab Berau, Prov Kalimantan Timur. Dan secara geografis terletak pada koordinat 117o748 - 117o3818 Bujur Timur (BT) dan 1o5224 - 2o256 LS dengan luas keseluruhan sebesar 118.400 Ha. Wilayah produksi PT berau coal terbagi menjadi 3 wilayah, yaitu Lati yang mulai berproduksi sejak tahun 1994, Binungan dari tahun 1995, dan sambarata pada tahun 2001. Sedangkan wilyah yang masih berada pada tahapan eksplorasi juga ada 3, yaitu Kelay (binungan 8, 9, 10), Punan, dan Gurimbang.

Gambar 2.1 Peta lokasi PK2PB PT Berau Coal

2.2 Kegiatan Ekskursi 2.2.1 Materi Dikelas a. 1. Geology and Exploration Dept. Operating system Geology and Exploration dept.

Gambar 2.2 Diagram yang menunjukkan sistem operasi dapertemen Geologi dan eksplorasi PT berau Coal b. Geologi dalam Gambar

Gambar 2.3 Kiri: Proses Pemboran; Kanan: proses pemindahan unit bor

Gambar 2.4 Kiri: Proses Geofisika Loging; Tengah : Perekaman geodisika logging; kanan : pemetaan geologi b. Geothecnic Hydrology management System organization strategy 1. PIT TERMINOLOGY Tujuan PT Berau Coal. Highwall - Sisi dinding tambang yang digali tegak lurus terhadap lereng untuk tujuan pengambilan batubara. is the advancing excavated rock slope (ACG, Unearthing Black Gold). Lowwall - Sisi lereng tambang yang berlawanan arah dengan high wall, umumnya sejajar dengan kemiringan batuan.. End / side wall - Sisi dinding tambang sebagai batas akhir dari sisi low wall/high wall dari suatu pit. Stripping pengupasan overburden. Dumping kegiatan menempatkan OB yang sudah dikupas ketempat penampungan OB (ACG). Windrow / bund - is a line of heaped waste, which acts as a physical barrier. It is used to separate people or equipment from hazardous situations (ACG) Untuk menyamakan persepsi dan consistent dalam

menggunakan istilah istilah dalam sistem penambangan di wilayah tambang

Toe Undercut - Pemotongan / penggalian pada kaki lereng sehingga secara sengaja atau tidak telah menyebabkan perubahan geometri lereng dan cenderung menjadi tidak stabil. Bedding undercut - Perencanaan dan pembuatan lereng tambang low wall dengan kemiringan lereng cenderung lebih terjal dari kemiringan lapisan batuan. Cut back - Pemotongan mundur / perencanaan ulang (re-design) dari suatu lereng dinding tambang yang sudah ada untuk membuat kondisi lereng yang lebih stabil. Overburden - Tanah penutup yang terdapat di atas lapisan batubara dan menjadi material buangan (waste / spoil). Interburden - Overburden yang terdapat diantara dua lapisan batubara. Bench area datar pada pit di mana kegiatan penambangan berlangsung (ACG). Berm bench yang tidak digunakan lagi, bias jadi karena longsiran batu (ACG). Batter - is a sloping section of a pit wall. Each batter has a toe and a crest (ACG). Pit Slope - is the overall slope made up of one or more batters separated by benches or berms (ACG). Weathering adalah tingkat pelapukan dari suatu batuan terhadap pengaruh cuaca yang umumnya didasarkan pada perubahan fisik batuan (warna dan kekuatan batuan). 2. RISK & OPPORTUNITY

Resiko didefinisikan sebagai kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian berbahaya terjadi atau terpapar keadaan berbahaya dan keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian berbahaya atau paparan dari keadaan berbahaya. bahaya menurut OHSAS 18001:2007 adalah sumber, situasi atau tindakan yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik yang bisa menyebabkan luka-luka, gangguan kesehatan ataupun kombinasi dari keduanya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri menurut OHSAS

18001:2007 dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja, termasuk di dalamnya adalah para pekerja kontrak dan kontraktor, tamu dan juga orang lain yang ada di tempat kerja. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), sesuai Permenaker No. PER.05/MEN/1996 dan juga OHSAS 18001:2007 dapat disimpulkan bahwa, SMK3 adalah suatu sistem manajemen yang terintegrasi untuk menjalankan dan mengembangkan kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh organisasi serta menanggulangi resiko bahaya yang mungkin terjadi di organisasi tersebut. Risk assesment, proses evaluasi terhadap munculnya resiko dari bahaya, dengan mempertimbangkan kontrol yang ada dan memutuskan apakah resiko dapat diterima atau tidak (OHSAS 18001). Hierarchy Risk Control: 1. 2. Eliminasi yaitu menghilangkan potensi bahaya secara langsung. Substitusi yaitu mengganti pekerjaan / proses / alat dengan yang memiliki nilai resiko lebih kecil.

10

3.

Engineering control yaitu dengan pengendalian rekayasa, contoh: penggunaan guarding machine dan sebagainya.

4.

Administrative

control

yaitu

pengendalian

resiko

secara

administratif, contoh: penggunaan dokumen kerja, training dsb. 5. Alat Pelindung Diri yaitu penggunaan alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan, contoh: penggunaan safety helmet, safety glasses dan sebagainya. C. Planning dan Operasi Penambangan Batubara PT Berau Coa a. Pembagian Kerja

b. Mine Plan kegiatan mine plan PT Berau Coal antara lain pembuatan layout tambang menghitung Pit Limit dan cadangan, menentukan Metode penambangan yang akan digunakan, strategi pengembangan tambang, mendesain tambang, mengatur jadwal kegiatan penambangan dan memilih peralatan yang digunakan. Selain itu pemilihan manajemen air dan infrasturktur penambangan juga bagian dari mine plan. Pembuatan perencanaan tambang meliputi pembuatan desain waste dump dan jalan, pengairan pit, dan penjadwalan peroduksi. Selain itu ada beberapa hal

11

yang

harus

atur

seperti

urutan

penambangan

block-strip-elevasi,

urutan

pembuangan waste. Jarak angkut dan kualitas batubara juga perlu diperhitungkan. Selain itu Reklamasi dan penutupan tambang juga harus direncanakan.

Gambar 2.5 Contoh Block area, Block 3d, dan Block Ranking 1. BESR & Pit Limit BESR adalah batas minimum dimana batubara menguntungkan ditambang. Atau bisa dikatakan saat harga perton batubara sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk menambang batubara tersebut. Biaya biaya yang dihitung antara lain adalah biaya investasi, konstruksi, pengapalan, pengolahan, royalti, pengangkutan batubara, juga biaya pengupasan Overburden.

12

Gamar 2.6 Desain pit dan layout Blok C7 2. Dewatering (meminimalkan air masuk dan mengeluarkan air dari dalam Pit) Dewatering dilakukan dengan membuat saluran-saluran air disekliling pit, membuat kolam penampungan air di dalam pit, penambangan diusahakan tidak memotong aliran air, dibuat dibuat urutan penambangan Multi Bench ( Area dibuat di atas drainase dan di bawah dreainase) atau bisa juga dengan memompa air keluar dari Sump.

13

Gambar 2.7 Kiri: Kolam Penampungan Air PT Berau Coal; Kanan: Desain Pemompaan air Dari Sump. 3. Cadangan & kualitas batubara

Gambar 2.8 Table jumlah cadangan dan kualitas batubara PT Berau Coal Penggalian dan Penimbuan batuan penutup Kegiatan OB removal dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan keajuan penambangan

14

OB yang diambil akan dibawa menuju lokasi disposal yang telah ditentukan untuk didumping OB yang diambil sudah di dumping lansung dilakukan recounturing dengan menggunaan dozer System drainase dan air limpasan dari lokasi disposal akan menuju ke settling pond yang merupakan titik penataan Dilakukan analisa batuan PAF/NAF untuk mengetahui jenis OB yang akan di dumping di disposal Tinggi maksimal 10 meter dan kemiringan disposal maksimal 25o

Gambar 2.9 Proses Pemindahan overburden 4. Coal Getting Coal Getting dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan target produksi yang telah ditentukan

15

Gambar 2.10 Skema penambangan batubara PT Berau Coal 5. Coal Transport PT Berau Coal

Gambar 2.11 Peta jalur Transportasi Batubara

16

6. Brand & Market PARAMETER UNIT MAHONI MAHONI-B AGATHIS SUNGKAI 5,500 5,800 18.0 13.5 5.0 0,8 5,300 5,750 22.5 16.0 5.0 0,9 5,100 5,650 25.0 17.0 5.0 0,9 5,000 5,500 26.0 18.0 5.0 1.0 Calorific Value (ARB) Kcal/kg Calorific Vakue (ADB) Kcal/kg Total Moisture (ARB) % Inherent Moisture (ADB) Ash Content (ADB) Total Sulphur (ADB) % % %

Gambar 2.12 Jalur Pasokan Batubara PT Berau Coal

17

7. Reklamasi Pasca Tambang

Gambar 2.13 Alur Proses Reklamasi PT Berau Coal 8. Rona Akhir Tambang Zonasi Lahan Pasca Tambang

areal yang akan dikelola pada saat proses penambangan selesai. Kegiatan penyesuaian akhir, pembentukkan disposal, pola drainase, recontouring dan revegetasi areal dengan tahapan kegiatan sesuai dengan pola revegetasi. Peningkatan kualitas lahan pada Intensive zone ke depannya dapat dijadikan sebagai interest zone maupun buffer zone, tergantung dengan peruntukkan lahan pasca tambang. areal pasca tambang. Interest zone merupakan areal KBNK (Kawasan Budidaya Non Kehutanan) yang aksesnya dekat dengan masyarakat dan berada di luar kawasan pinjam pakai, kalaupun areal tersebut masuk ke

18

dalam areal pinjam pakai, biasanya berupa infrastruktur seperti bangunan dan jalan. kan dijadikan menjadi kawasan berhutan pada kawasan KBNK dan KBK dan atau kawasan pinjam pakai, dimana tanaman kehutanan akan mendominasi areal ini. Buffer zone sebagai kawasan penyangga dengan kawasan kehutanan, diharapkan dapat mengembalikan fungsi hutan dengan keanekaragaman flora maupun fauna. Rencana tata guna akhir lahan pasca tambang selain mengacu pada peraturan pemerintah (perjanjian pinjam pakai), juga mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK) disesuaikan dengan kondisi setiap lokasi, antara lain :

D. Be Gems (Berau Coal Green Mining System) Be Gems adalah program yang dilaksanakan PT Berau Coal dalam melaksalakan system penambangan yang ramah lingkungan. Sistem input dari program Begems adalah berdasarkan Internasional Standad OSO 14001 dan OHSAS 18001 dengan regulasi UU, PP, KEPMEN, PERDA dll, juga mengambil dari beberapa requirement seperti persayaratan asosias, international code dan lain lain. Dalam melaksanakan Be Gems ada sirkulasi kegiatan yang dilakukan yaitu: 1. 2. Plan, merencanakan, mengidentifikasi aspek lingkungan dan

membuat tujuan. Do, melaksanakan, termasuk pelatihan dan kontrol oprasional.

19

3. kesalahan. 4.

Check,

memeriksa,

termasuk

mengawasi

dan

memperbaiki

Act, melihat kembali, termasuk mengkaji kemajuan dan bertindak untuk perubahan yang dibutuhkan

2.2.2 Hari kedua Pada hari kedua kegiatan yang dilakukan ialah kunjungan lapagan pada salah satu site dari PT. Berau Coal Tbk yaitu pada daerah binungan. Dari kantor PT. Berau Coal yang diawali dengan kunjungan pada daerah Binungan. Site binungan dapat di tempuh menggunakan speedboat dengan waktu tempuh 45 menit. Di binungan mine office kami menerima pengarahan mengenai K3.

Gambar 2.13 Perjalanan menuju lokasi kegiatan eksplorasi. Dari binungan mine office kami melanjutkan perjalanan ke binungan blok 8 dimana sedang dilakukan kegiatan eksplorasi tambang. Kegiatan eksplorasi di blok 8 menggunakan metode full coring menggunakan alat bor hidrolik rotary dengan

20

mata bor yang digunakan berjenis intan tungstone. Target daripada pengeboran ini adalah 250 meter, tetapi sudah didapatkan lapisan batubara dengan ketebalan 19 meter dengan kemiringan sekitar 45o. tujuan dari pengeboran ini adalah untuk mendapatkan data batuan, sample batubara, dan data keasaman. Batubara pada daerah ini masih termasuk dari formasi latih yang merupakan salah satu site penambangan milik PT berau coal.

Gambar 2.14 Mesin bor yang digunakan untuk pengeboran.

21

Gambar 2.15 Pengeluran core dari core bard

Gambar 2.16 Core di beri kode berdasarkan kedalaman Setelah dari lokasi eksplorasi kami menuju ke front penambangan Binungan site C7. Di sana kami menyaksikan secara langsung kegiatan peledakan dan

22

bentuk pit. Di sini juga kami diberi tahu bahwa terdapat beberapa lapisan batubara, dan ada dua lapisan yang cuku tebal yaitu E lower dan E upper yang masing-masing memiliki ketebalan 5 meter dengan dip 24o. Kualitas batubara pada site C7 iyalah subbituminous dengn kalori 5500-5600 adb dengan kandungan pengotor sulfur 0,4%, dan sodium 0,1% - 0,14%

Gambar 2.17 Situasi penambangan di site C7

Gambar 2.18 Foto saat kegiatan peledakan

23

Setelah dari site C7 perjalanan di lanjutkan menuju stockpile. Di stockpile terdapat crusher yang meresize batubara menjadi ukuran yang diinginkan oleh pembeli kemudian di letakkan di stockpile. Setelah dari stockpile kami istirahat di kantin yang berada di dekat stockpile.

Gambar 2.19 Crusher yang digunakan PT Berau Coal untuk mereduksi ukuran batubara Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju stockpile Suaran di kilometer 28. Pada daerah ini teradat juga mesin crusher dengan bonkahan maskimal 4 cm yang kemudian dibawah menggunakan belt conveyer sepanjang 2 km menuju area loading ke kapal tongkang.

24

Gambar 2.20 Crusher di km 28 Suaran

Gambar 2.21 Situasi loading batubara ke kapal tongkang

Anda mungkin juga menyukai