Epc Ekstraksi Padat Cair
Epc Ekstraksi Padat Cair
Ekstraksi padat cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert) dengan menggunakan pelarut cair. Operasi ini sering dijumpai di dalam industri metalurgi dan farmasi, misalnya pada pemisahan biji emas, tembaga dari biji-bijian logam, produk-produk farmasi dari akar atau daun tumbuhan tertentu. Hingga kini, teori tentang leaching masih sangat kurang, misalnya mengenai laju operasinya sendiri belum banyak diketahui orang, sehingga untuk merancang peralatannya sering hanya didasarkan pada hasil percobaan saja.
II. Tujuan
Dengan melakukan praktikum ini praktikan mempelajari operasi ekstraksi padat cair untuk sistem 3 komponen, dengan tujuan: 1. mengamati pengaruh beberapa besaran terhadap efisiensi operasi seperti ukuran partikel, jumlah pelarut, waktu pengontakan, dan sebagainya 2. membuat data kesetimbangan untuk sistem tiga komponen tersebut di atas
III. Sasaran
Sebagai hasil praktikum ekstraksi padat cair, praktikan diharapkan dapat: 1. Membuat data kesetimbangan sistem 3 komponen. 2. Menentukan efisiensi tahap pemisahan untuk beberapa kemungkinan konfigurasi operasi, seperti cocurent, counter curent, cross curent, dan sebagainya.
IV.1
Peralatan Ekstraksi Operasi ekstraksi padat cair selalu terdiri atas 2 langkah, yaitu:
-1/14-
1. Kontak antara padatan dan pelarut untuk mendapatkan perpindahan solut ke dalam pelarut 2. Pemisahan larutan yang terbentuk dari padatan sisa Dikenal 2 jenis alat pengontak padatan dengan pelarut: 1. Alat dengan unggun tetap (fixed bed), dimana pelarut dilewatkan melalui partikel padatan, yang tersusun dalam suatu unggun tetap 2. Alat dengan kontak terdispersi (dispersed contact), dimana partikel padatan didispersikan dalam pelarut, sehingga di samping terjadi pergerakan relatif antara partikel padatan dan pelarut terdapat pula pergerakan relatif antara partikel padatan itu sendiri. Alat ekstraksi dengan unggun tetap yang paling sederhana terdiri dari tangki terbuka dengan dasar berlubang-lubang. Ke dalam tangki tersebut diisikan padatan, sebagai unggun tetap, sedang pelarut dialirkan secara gravitasi atau secara paksa dengan menggunakan pompa. Contoh alat ekstraksi jenis ini adalah leaching tank. Di dalam tangki ini padatan dan npelarut diaduk bersama dan kemudian dipisahkan. Pemisahan dapat dilaksanakan di dalam tangki yang sama maupun dalam satu unit yang terpisah, dengan cara dekantasi atau filtrasi. IV.2 Metoda Operasi Dikenal 4 jenis metoda operasi ekstraksi padat-cair. Berikut ini disajikan uraian singkat mengenai masing-masing metoda tersebut: 1. Operasi dengan Sistem Bertahap Tunggal Dengan metoda ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan sekaligus, dan kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang ditemukan dalam operasi industri karena perolehan solut yang rendah.
Halaman 2 dar 14
2. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap pertama; kemudian aliran bawah dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada tahap berikutnya, dan demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran atas dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem dengan aliran sejajar, atau ditampung secara terpisah, seperti pada sistem dengan aliran silang.
3. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan Dalam sistem ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasi dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang merupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru. Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan didapatkannya perolehan solut yang tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam industri.
Halaman 3 dar 14
4. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun berderet atau dalam lingkaran yang dikenal sebagai rangkaian ekstraksi (extraction battery). Di dalam sistem ini, padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa larutan yang konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung solut meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan padatan baru di dalam tangki yang lain.
Langkah pertama
Langkah kedua
IV.3
Perhitungan Ekstraksi Padat Cair Untuk merancang peralatan ekstraksi padat-cair perlu dilakukan tahapan
perancangan berikut: 1. menghitung jumlah tahap yang diperlukan untuk memperoleh solut dalam jumlah tertentu, dengan data yang ada: kadar solut di dalam campuran padatan umpan, dan konsentrasi solut dalam larutan pada akhir tahap operasi 2. menghitung jumlah solut yang dapat dipisahkan dari campuran umpan dengan menggunakan beberapa data yang diketahui seperti kadar zat terlarut dalam padatan umpan, jumlah tahap pencucian, dan metoda operasi yang dipilih. Untuk menghitungan besaran-besaran yang diperlukan dalam perancangan alat ekstraksi padat cair dikenal 3 metoda, yaitu: 1. cara aljabar (tahap demi tahap) 2. cara analitik, dan 3. cara grafik.
Modul 2.06 Ekstraksi Padat Cair Halaman 4 dar 14
Seperti pada operasi perpindahan massa yang lain, perhitungan secara grafik adalah yang termudah. Untuk selanjutnya, pada bab ini hanya akan diuraikan dengan singkat mengenai metoda perhitungan tersebut. IV.4 Tata Laksana Perhitungan Dasar perhitungan yang digunakan adalah: neraca bahan data kesetimbangan antara fasa padat dan fasa cair di dalam campuran Untuk maksud perhitungan ini, campuran dianggap terdiri dari tiga komponen, yaitu: padatan yang tidak larut (B) satu solut tunggal yang dapat berbentuk padatan atau cairan (C) suatu pelarut (A) Sistem 3 komponen ini dapat digambarkan dalam koordinat segitiga atau segi empat. Pemekaian koordinat segi empat akan lebih menguntungkan untuk keperluan perhitungan jumlah tahap operasi, karena alasan ketelitian pada penempatan titik-titik dalam koordinat tersebut. Sebagai ordinat pada sistem ini adalah konsentrasi innert (n), yang dinyatakan sebagai perbandingan berat padatan innert dan larutan (B/(A+C)); sedang absisnya adalah fraksi berat solut di dalam aliran atas (x) dan di dalam aliran bawah (y), yang keduanya dinyatakan sebagai perbandingan berat solut dan larutan saja (C/(A+C)), tanpa memperhitungkan padatan B. IV.4.1 Neraca Bahan IV.4.1.1 Sistem Bertahap Tunggal Untuk sistem ini neraca massa adalah sebagai berikut: a. Neraca massa innert B = NF.F = E1.N1 b. Neraca massa zat terlarut F.yF + R0.x0 = E1.y1 + R1.x1 c. Neraca massa pelarut F.(1-yF ) + R0.(1- x0 ) = E1.(1-y1) + R1.(1-x1) d. Neraca untuk larutan (A+C) F + R0 = E1 + R1 = M1 (4) (3) (2) (1)
Halaman 5 dar 14
Disini M1 menyatakan jumlah campuran secara keseluruhan (innert+solut+pelarut). Untuk meletakkan titik M1 ini di dalam koordinat segi empat, terlebih dahulu harus dihitung:
N M1 =
B B = F + R 0 M1
y F .F + R 0 .x 0 F + R0
(5)
y M1 =
(6)
Halaman 6 dar 14
Keterangan: A = jumlah pelarut murni B = jumlah innert C = jumlah zat terlarut E = jumlah larutan yang berada bersama padatan F = jumlah larutan yang berada bersama padatan umpan M = jumlah total larutan dalam campuran N = B/(A+C) R = jumlah larutan dalam aliran atas x = C/(A+C) dalam aliran atas y = C/(A+C) dalam aliran bawah IV.4.1.2 Sistem Bertahap Banyak dengan Aliran Berlawanan Pada dasarnya, penulisan neraca massa untuk sistem ini sama dengan pada sistem bertahap tunggal. Neraca massa total utnuk larutan: F + Rn+1 = R1 + En = M (7) (8) Sedangkan untuk terlarut, neraca massa totalnya adalah: F.yF + Rn+1 . xn+1 = R1 x1 + En yn = M ym koordinat-koordinat titik M: Dari persamaan-persamaan di atas dapat diturunkan hubungan yang menyatakan
N M1 =
B F + R n +1
(9)
yM =
y F .F + R n +1 .x n +1 F + R n +1
(11)
(10)
Dengan menyusun kembali persamaan akan didapt persamaan berikut F - R1 = En Rn+1 = R Persamaan ini berlaku pula untuk tahap-tahap yang lain: F R1 = E2 R2 R2 = E3 R3 = R (12) R merupakan perbedaan jumlah aliran bawah dan atas pada setiap tahap. Bila data kesetimbangan suatu sistem 3 komponen yang terlibat dalam operasi ini diketahui, maka dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas, jumlah tahap yang diperlukan untuk memperoleh solut dalam jumlah tertentu dapat dihitung secara grafik.
Halaman 7 dar 14
Gambar 7 Perhitungan secara grafik untuk sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan
Halaman 8 dar 14
IV.4.3 Data Kesetimbangan Telah disinggung di atas, bahwa untuk melakukan perhitungan secara grafik diperlukan data kesetimbangan, yang dalam hal operasi ekstraksi padat cair merupakan kesetimbangan antara larutan dalam aliran atas dan larutan yang terdapat bersama padatan di dalam aliran bawah. Data kesetimbangan tersebut dapat diperoleh dari percobaan.
V. Rancangan Percobaan
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan NaOH, hasil reaksi kostisasi antara soda abu (Na2CO3) dan lumpur Ca(OH)2, dari padatan innert (CaCO3) dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. V.1 Perangkat dan Alat Ukur 1. Gelas piala 2. Pengaduk beserta motornya 3. Perangkat titrasi seperti pada Gambar.... 4. Piknometer 5. Timbangan/ neraca V.2 Bahan/ Zat Kimia 1. NaHCO3 2. Ca CO3 3. Air V.3 V.3.1 Tata Kerja Ekstraksi Padat Cair Langkah-langkah operasi ekstraksi ini ditunjukkan pada Gambar 8 di bawah ini:
Halaman 9 dar 14
Skema langkah-langkah operasi ekstraksi batch bertahap 4 dengan aliran berlawanan. Keterangan: langkah 1 sampai dengan langkah 4 merupakan langkah pendahuluan, sedang langkah-langkah 5 sampai dengan 8 adalah langkah operasi yang sesungguhnya. Diharapkan pada langkah yang disebut terakhir ini operasi telah berada pada keadaan tunak jumlah tahap yang digunakan pada operasi ini adalah empat tahap pada langkah pertama, campuran larutan jenuh Na2CO3 dan bubur Ca(OH)2 dengan perbandingan tertentu dimasukkan ke dalam gelas piala 4; kemudian pada campuran ditambahkan sejumlah tertentu H2O setalah diaduk dan dibiarkan selama waktu tertentu, larutan dipisahkan dari padatan yang ada pada langkah kedua, pelarut baru ditambahkan ke dalam gelas piala 4 yang masih berisi padatan sisa pada langkah pertama setelah diaduk dan dibiarkan selama jangka waktu tertentu, larutan dipisahkan dari padatannya, dan ditambahkan ke dalam gelas piala 3 yang telah diisi campuran larutan jenuh soda abu Na2CO3 dan bubur Ca(OH)2
Halaman 10 dar 14
demikian seterusnya, langkah-langkah percobaan ini dilakukan seperti yang digambarkan skema di atas.
H2 O
Padatan
Larutan
Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Terbentuk larutan dan padatan H2 O Pisahkan Padatan Larutan Masukkan Gelas Piala 3 Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Terbentuk larutan dan padatan Larutan Pisahkan Padatan Larutan Gelas Piala 2 Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Terbentuk larutan dan padatan Lar. Jenuh Na2CO3 Bubur Ca(OH)2 Campurkan Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Terbentuk larutan dan padatan Pisahkan Padatan H2 O Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Lar. Jenuh Na2CO3 Bubur Ca(OH)2 Campurkan
Padatan
Larutan
Pekerjaan tersebut dengan cara yang sama diteruskan sampai 8 tahap ekstraksi dengan prosedur pencampuran sesuai Gambar 8.
Halaman 11 dar 14
= aliran H2O = aliran umpan segar larutan Na2CO3 dan bubur Ca(OH)2 = aliran larutan = aliran padatan V.3.2 Pengamatan Data Kesetimbangan Percobaan guna mendapakan data kesetimbangan dilakukan dengan peralatan yang sama dengan yang digunakan pada percobaan ekstraksi. Langkah-langkah percobaannya adalah sebagai berikut: 1. Ke dalam gelas piala yang berisi campuran larutan jenuh Na2CO3 dan bubur Ca(OH)2 ditambahkan air dalam jumlah kemudian harus diukur 2. Setelah campuran tersebut diaduk dan dibiarkan selama jangka waktu tertentu, larutan yang berada di atas padatan diipisahkan dengan cara dekantasi. Larutan yang berhasil dipisahkan diukur volumenya dan ditentukan konsentrasi solut yang terkandung di dalamnya. 3. Ke dalam padatan yang tertinggal di dalam gelas piala kemudian ditambahkan air yang sama jumlahnya dengan larutan yang berhasil dipisahkan pada langkah 2 tertentu. Volume campuran ini
Halaman 12 dar 14
4. Langkah 2 dan 3 ini diulang beberapa kali, dan dihentikan bila konsentrasi solut dalam larutan mencapai suatu harga yang sukar untuk ditentukan dengan cara titrasi biasa. 5. Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah mengukur volume padatan sisa (atas dasar padatan kering). Dengan hasil pengamatan di atas, kurva kesetimbangan aliran atas dan bawah dapat digambarkan.
Lar. Jenuh Na2CO3 Bubur Ca(OH)2 Campurkan Ukur Vol. campuran Data Volume Campuran
H2O
Gelas Piala
Aduk, biarkan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan Terbentuk larutan dan padatan Pisahkan dengan DEKANTASI Padatan H2O vol. = vol lar. (1) Larutan
Ukur Vol.
Data Volume Larutan (1) Lakukan titrasi Hitung kosentrasi solut Data Konsentrasi Solut Titrasi sampai konsentrasi solut sangat kecil (tidak dapat ditentukan dengan titrasai biasa END
Data Volume padatan sisa atas dasar padatan kering Plot dalam grafik Kurva kesetimbangan aliran atas dan aliran bawah
Lakukan iterasi (pengulangan prosedur) dengan mentitrasi hasil pemisahan solut sampai konsentrasi solut sangat kecil (tidak dapat ditentukan dengan titrasai biasa
Halaman 13 dar 14
Daftar Pustaka 1. Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill Book Co., New York, 1978, Chapter 19 2. Treybal, R.E., Mass Transfer Operations, McGraw-Hill, 1981 Chapter 9 3. Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perrys Chemical Engineers Handbook, 6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984 4. Buku-buku Unit Operations lainnya yang memuat bahasan Ekstraksi Padat-Cair
Halaman 14 dar 14